Anda di halaman 1dari 9

ANATOMI KATAK SAWAH

(Fejervarya cancrivora)

Oleh :
Nama : Nugroho Dwi Septianto
NIM : B1A016112
Rombongan : 5
Kelompok :3
Asisten : Yovi Utami

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amfibia merupakan hewan yang memiliki bentuk kehidupan di air dan di


darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksi masak,
keadaan ini merupakan fase larva yang disebut berudu. Fase berudu ini menunjukkan
sifat antara pisces dan reptilia. Sifat ini menunjukkan bahwa Amphibia adalah
kelompok Chordata yang pertama kali hidup di daratan (Jasin, 1989).
Salah satu spesies dari amphibi adalah katak sawah (Fejervarya cancrivora)
yang tergolong termasuk ordo Anura seperti katak bangkong (Bufo boreas). Amphibi
dalam ordo ini pandai melompat. Katak dewasa tidak mempunyai ekor. Katak
dewasa bernafas dengan paru-paru dan kulitnya yang selalu basah. Kaki dan gelang
panggul tumbuh dengan baik. Kepala dan tubuhnya bersatu, tidak mempunyai leher
dan juga tidak punya ekor. Kaki depan pendek, kaki belakang besar yang berfungsi
untuk melompat, selaput (web) umtuk berenang terdapat diantara jari-jari kaki.
Berudu dengan ekor dan sirip-sirip median. Metamorfosis katak merupakan
metamorphosis sempurna (Brotowidjoyo, 1993).
Katak termasuk hewan poikiloterm yang suhu tubuhnya akan selalu
mengikuti suhu lingkungan, baik di air maupun di daratan. Kulit katak selain untuk
menutupi tubuh juga berperan dalam pernapasan (disamping insang pada saat larva
dan paru-paru pada katak dewasa), sehingga kulitnya selalu basah. Hal ini
dikarenakan kulit katak dilengkapi kelenjar yang menghasilkan lendir (Hadikaswoto,
1982).
Tubuh amfibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang
belum tampak jelas. Kulit katak terlepas dari otot yang ada di dalamnya, sehingga
bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang berisi cairan limfa subkutan.
Kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar mukus yang
banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak mengandung kapiler-
kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna dan arteri kutanea. Amphibia
dewasa memiliki mulut lebar dan lidah yang lunak yang melekat pada bagian depan
rahang bawah (Djuhanda, 1982).
Katak dan kodok merupakan dua hewan yang berbeda. Perbedaan yang paling
mudah diamati adalah dari bagian truncus, bagian truncus katak lebih ramping,
berlendir, dan kulitnya bertekstur halus. Bagian truncus pada kodok cukup gemuk,
banyak terdapat bintil-bintil, kulit yang kering, dan pada umumnya beracun. Selain
dari bagian truncus, bagian ekstrimitas posteriornya juga sebagai salah satu
pembeda. Katak, memiliki tungkai posterior yang panjang dan pada sela-sela jarinya
terdapat selaput yang memudahkan saat berenang. Kodok tidak memiliki kaki yang
panjang, dan tidak ada selaput di sela-sela jari kakinya. Katak lebih pandai dalam
melompat dan jangkauannya cukup jauh, sedangkan kodok tidak dapat melompat
dengan baik dan jarak lompatannya pun tidak seberapa (Djuhanda, 1982).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) digunakan sebagai preparat dalam
praktikum kali ini untuk mewakili kelompok Amphibia. Katak sawah dipilih karena
kulitnya tidak beracun, hewan ini memiliki struktur dan morfologinya mudah
diamati. Selain itu, banyak terdapat di alam sehingga mudah diperoleh.

B.Tujuan

Tujuan dari praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I kali ini adalah
untuk mengetahui morfologi dan anatomi katak sawah (Fejervarya cancrivora). .
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak preparat, pinset,
dan gunting bedah.
Bahan yang digunakan adalah katak sawah (Fejervarya cancrivora), air kran,
kloroform, dan tisu.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Katak dimatikan dengan membiusnya menggunakan larutan chloroform.


2. Untuk mengamati sistem musculernya, kulit katak digunting dari medio-
posterior kearah anterior, dan akhirnya seluruh kulit ventral itu dilepaskan.
3. Pembedahan dilanjutkan pada viscera in-situ. Dinding perut sebelah medio-
posterior katak dijepit dengan pinset dengan sedikit diangkat lalu digunting
degan hati-hati lapisan otot sebelah kiri-kanan linea alba untuk menjaga
kemungkinan vena abdominalis di bawah linea alba.
4. Untuk mengamati sistem pencernaannya, maka dilakukan pemotongan dari
pangkal oesophagus dan ujung rectum.
5. Untuk mengamati bagian rongga mulut, maka dibuka mulut katak selebar-
lebarnya agar bagian-bagian yang ada di dalamnya dapat terlihat.
B. Pembahasan

Menurut Djuhanda (1982), katak sawah (Fejervarya cancrivora) dapat


diklasifikasikan menjadi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : Fejervarya cancrivora
Tubuh katak tersusun atas bagian kepala (caput), badan (truncus) dan
ekstrimitas anterior (kaki depan) dan ekstrimitas posterior (kaki belakang). Katak
tidak memiliki leher. Kulit sebagian terlepas dan otot yang ada disebelah dalamnya,
hanya pada beberapa tempat saja melekat pada otot sehingga merupakan rongga-
rongga yang berisi limfa subkutan. Kulitnya lunak dan berlendir, tidak mempunyai
ekor karena dapat menghalangi gerak meloncat (Mahardono, 1980).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) tergolong dalam keluarga Ranidae.
Katak mempunyai kulit yang selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar
kulit. Kulit katak sawah selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar mukus
yang banyak sekali terdapat padanya, selain itu kulit katak ini banyak sekali
mengandung kapiler darah dari cabang-cabang vena cutanea, dengan begitu
mempunyai peranan penting dalam pernafasan katak (Djuhanda, 1982).
Katak mempunyai ciri-ciri kulit selalu basah dan berkelenjar, memiliki 2
pasang kaki untuk berjalan atau berenang, kaki bagian depan memiliki 4 buah digiti
sedangkan kaki belakang memiliki 5 buah digiti dengan selaput renang. Selain itu,
katak mempunyai 2 buah nares yang menghubungkan dengan covum oris, mata
berkelopak yang dapat digerakkan, skeleton sebagian besar berupa tulang keras,
tempurung kepalanya memiliki 2 condyl, cor terbagi atas 3 ruang, yaitu 2 auricula
dan 1 ventriculum, mempunyai 1 atau 3 pasang archus aorticus, pernafasan dengan
insang, paru-paru, kulit, memiliki 10 pasang nervi cranalis, suhu tubuh tergantung
pada lingkungan (Jasin, 1989).
Organ penyusun sistem pencernaan katak adalah cavum oris (rongga mulut),
pharynk, oesophagus, gastrum, pylorus, intestinum dan colon (usus besar). Saluran
pencernaan makanan pada katak berakhir melalui rectum dan bermuara pada cloaca.
Alat pencernaan katak yang tampak dari luar adalah cavum oris, yang dibatasi oleh
maxilla dan mandibula serta oysoid kemudian dilanjutkan dengan pharing,
oesophagus, ventriculus, dan intestine yang terletak dalam rongga tubuh (Jasin,
1989).
Sistem genital pada katak betina terdapat sepasang ovarium yang besar,
berupa kantung-kantung yang melipat-lipat, terdiri atas banyak lobi. Ovarium yang
sudah masak menempati hampir seluruh bagian celom. Saluran telur atau oviduct
berupa saluran yang melipat-lipat dengan ujung anterior yang menyempit dan
terbuka ujungnya bermuara ke dalam celom. Lubang pada ujung anterior berupa
celah dan disebut ostium abdominale, terletak dekat basis pulmo. Pada ujung
posterior masing-masing oviduct melebar kemudian menyempit dan akhirnya
bermuara ke dalam cloaca. Sedangkan pada sistem genital katak jantan terdapat
testis yang berpasangan yang terletak pada selaput mesorchium dan menempel pada
dinding dorsal. Bentuknya lojong, warna kekuning-kuningan yang merupakan organ
pembuat spermatozoa. Selain itu terdapat vassa efferentia yaitu berupa deretan
saluran-saluran halus yang keluar dari testis di dalam mesorchium melalui ren dan
bermuara di ductus urospermaticus untuk pengeluaran spermatozoa ke luar tubuh.
Selain itu terdapat ductus urospermaticus, vesica seminalis yang merupakan bagian
caudal dari ductus urospermaticus yang di dalamnya mengandung alveoli tempat
menyimpan spermatozoa sebelum dikeluarkan dari tubuh. Corpus adiposum (badan
lemak) letaknya anterior dari ren berbentuk seperti lengan berwarna kuning yang
merupakan cadangan makanan yang dipergunakan pada musim perkelaminan
(Radiopoetro, 1988).
Kematangan gonad dicirikan oleh penampakan gonad seperti warna, struktur
dan volume gonad. Bobot tubuh dan bobot gonad berkembang secara bersamaan.
Jumlah telur yang dihasilkan berkaitan dengan besarnya bobot tubuh dan bobot
gonad. Semakin besar ukuran katak, semakin banyak jumlah telur yang dihasilkan.
Sistem eksretoria pada katak melalui ren (ginjal) yang berpasangan, kiri dan kanan
dari columna vertebralis yang letaknya di bagian posterior dari rongga badan,
bentuknya pipih memanjang warnanya kehitam-hitaman. Kemudian melewati
glandula suprenalis yang letaknya ventral pada ren yaitu suatu kelenjar endokrin.
Ductus mesonephros (ureter) yang keluar dari masing-masing tepi ren, menyalurkan
urine. Pada hewan jantan berfungsi juga menyalurkan spermatozoa, karena iu disebut
ductus urospermaticus. Vesica urinaria adalah tempat penampungan urin sebelum
dikeluarkan melalui cloaca. Dinding tipis dan letak kantung kemih ini adalah ventral
dari rectum (Nawawi, 2014).
Sistem otot pada katak di bagian kepala terdapat muscullus submaxillaris dan
muscullus subhyoideus. Di daerah pectoral terdapat 3 jenis otot yaitu di bagian
muscullus deltoideus terdiri dari pars episternalis dan pars scapularis. Di bagian
muscullus pectoralis terdiri dari pars epicoracoidea, pars sternalis dan pars
abdominalis. Di bagian muscullus coracoradialis terdapat tulang coracoid yang
letaknya sebelah dorso-anterior pars epicoracoidea dan dorso-posterior dari pars
episternalis. Otot yang terdapat di daerah abdomen terdiri dari muscullus rectus
abdominis dan muscullus obliqus externus. Otot pada extrimitas posterior di bagian
femur di bangun oleh muscullus trisep fumoris, muscullus sartorius, muscullus
adductor magnus, muscullus gracillis mayor dan muscullus gracillis minor.
Sedangkan pada bagian crus di bangun oleh muscullus gastronimeus, muscullus
tibialis anticus longus, muscullus tibialis anticus brevis dan muscullus tibialis
posticus (Radiopoetro, 1988).
Penyebaran Fejervarya cancrivora mencakup daerah persawahan,rawa,
kolam, selokan, tempat berair di hutan, dataran rendah, sungai-sungai dan lembah
yang luas. Faktor makanan dan lingkungan berpengaruh pada pertumbuhan katak
sawah. Lingkungan yang masih alami menyediakan makanan yang berlimpah dan
suhu yang sejuk (Nawawi, 2014).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki morfologi yang dapat di bagi
menjadi caput (kepala), truncus (badan), extriminitas anterior (kaki depan)
dan extriminitas posterior (kaki belakang).
2. Anatomi katak sawah (Fejervarya cancrivora) terdiri dari sistem pencernaan
katak tersusun dari cavum oris, pharynx, oesophagus, gastrum, pylorus,
intestinum dan colon. Organ reproduksi atau genitalia jantan terdiri atas testis,
vassa efferentia, vesica seminalis dan corpus adiposum. Organ reproduksi
atau genitalia betina terdiri atas sepasang ovarium, oviduct, uterus dan
cloaca. Sistem muscullaris pada katak dapat dibagi menjadi otot-otot yang
ada pada bagian kepala, bagian pectoral, daerah abdomen, bagian extrimitas
posterior dan extrimitas anterior. Sistem otot extrimitas posterior terdiri atas
musculus trisep femoris, musculus gracillis minor, musculus gracillis mayor,
musculus sartorius, musculus adductor magnus pada bagian femur (paha).
Sedangkan pada bagian crus dibangun oleh musculus gastronimeus, musculus
tibialis anticus longus, musculus tibialis anticus brevis, musculus tibialis
posticus dan juga terdapat tendon dan tulang tibio fibula.

B. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah menggunakan preparat (katak


sawah) dengan ukuran yang lebih besar, agar organ yang diamati lebih jelas dan
menambahkan jumlah sabun cuci untuk mencuci alat-alat setelah praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Brotowidjojo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Djuhanda, T. 1982. Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Bandung: Armico.

Hadikaswoto. 1982. Zoologi Umum . Alumni, Bandung.

Nawawi, H. 2014. Karakteriktik Populasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) di


Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont, 3(2), pp.81-
86.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Surabaya: Sinar Wijaya.

Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. Penerbit PT. Internusa.

Radiopoetro. 1988. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai