DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
Katak adalah satu anggota dari classic Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi
artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yag hidup dengan dua
bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di darat. Kulit harus selalu basah
apabila hewan berada di luar air untuk memyngkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit
agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan
dua fase, yaiu inspirasi dan ekspirasi. Katak yang dijadian bahan penelitian kali ini adalah katak
Sistem pencernaan pada katak sawah (Rana canorivara) terdiri dari mulut,
kerongkongan, dari kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus, usus besar, dan sisa
maanan akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh tubuh. Sistem pernapasan pada katak
sawah tersusun atas celah glotis laring, percabangan paru-paru (bronchus), gelembung paru-paru
Tujuan dari Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan ini adalah untuk
mengetahui organ-organ penyusun sistem pernapasan dan sistem pencernaan pada katak sawah
(Rana canorivara). Manfaat yang diperoleh praktikan dari praktikum ini adalah dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Katak
Katak memiliki empat kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan dengan melompat,
tidak memiliki ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang katak lebih panjang yang berfungsi
untuk mencari mangsa. Mata katak sangat besar dan pupil mata vertikal dan juga horizontal. Jari
katak berbentuk silindris dan pipih serta kadag memiliki lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit
katak beracam-macam, ada yang halus dan ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat
lipatan kulit lateral lebar dan kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha
yang disebut lipatan dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa yang disebut lipatan
suprasimponik dimulai dari belakang mata memanjang di atas gendang telingan dan berakhir
dekat pangkal lengan (Iskandar, 1998). Kulit katak memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan
lendir yang licin. Warna kulit katakdapat berubah ssuai dengan cahaya yang ditangkap oleh
tubuh untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak juga
Katak memiliki sepasang paru-paru berupa kantung elastis yang tipis. Mekanisme
pernapasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya dengan mulut tertutup. Katak
memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan. Mekanisme pernapasannya diatur oleh otot-otot
tulang bawah dan perut yang saling berhubungan satu sama lain (Tjitrosoepomo, 1979). Paru-
paru divertilasi dengan pompatekan. Kelenjar paru-paru itulah terutama penyebab udara keluar.
Amphibia menambah respirasi paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan
basah (Sumanto, 1994). Sebagian besar CO2 dikeluarkan melalui kulit karena laju vertilasi paru-
paru tidak cukup untuk membawa keluar. Sejumah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui
kulit. Hal inilah yang mungkin menyebabkan Amphibi tidak dapat hidup di darat sepenuhnya
(Prawiro, 1999).
Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan kelenjar
penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga mulut, faring,
kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka. Kelenjar penceranaan
katak meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas (Sumanto, 1994). Sistem pencernaan dimulai
dari mulut yang memiliki gigi sejati. Lidah katak dapat digunakan untuk menangkap makanan
atau mangsa seperti serangga. Saluran pencernaan mulai dari esophagus yang sagat pendek,
terdiri dari konstruksi yang kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel
secretoris, kemudian ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke usus
besar yang lebar. Setelah ke usus besar langsung menuju ke kloaka, yaitu tempat lubang
BAB III
Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan dilaksanakan pada hari Senin tanggal
22 Oktober 2009 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas
3.l. Materi
Bahan yang digunakan sebagai objek dalam praktikum ini adalah katak sawah (Rana
canorivora), kloroform dan alcohol 70% atau formalin 4% untuk membius katak. Alat-alat yang
digunakan adalah baki bedah untuk tempat membedah katak, pisau bedah dan gunting untuk
membedah katak, jarum pentul untuk menusuk tangan dan kaki kaatk serta pinset atau penjepit
untuk membantu pembedahan yakni menjepit organ-organ bagian dalam katak sawah.
3.2. Metode
Cara kerja praktikum anatomi hewan adalah mula-mula menuangkan kloroform pada kapas
kemudian memasukkan kapas tersebut ke dalam mulut katak hingga katak tersebut pingsan.
Meletakkan katak pada baki bedah, merentangkan tangan dan kakinya, lalu menusuknya dengan
jarum pentul agar posisi katak tidak berubah dan lebih mudah untuk dibedah. Menyayat bagian
perut katak dengan gunting dan pisau bedah, membersihkannya dari kulit ikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan :
1. Mata
2. Hidung
3. Mulut
4. Selaput Renang
5. Punggung berpori
6. Perut
7. Kaki Depan
8. Kaki Belakang
http://be-ef.blogspot.com/2011/03/praktikum-biologi-anatomi-hewan.html