Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA

KELAS AMPHIBIA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistematika Hewan Vertebrata

diampu oleh Magdalena Putri Nugrahani,N.Sc

Oleh:

Shinta Febrianita (52172118)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

BANYUWANGI

2019
A. Topik 2: Kelas Amphibia

B. Tujuan:

Mengenal karakter kelas Amphibia dan mempelajari ciri-ciri penting untuk identifikasi

C. Dasar Teori

Pengertian Amphibi
Amphibi (berasal dari kata Amphibious, yang berarti kedua cara hidup). Amfibi merupakan
hewan berdarah dingin yang hidup di 2 habitat, yaitu perairan dan daratan. Amfibi memiliki
kelembaban kulit yang tinggi sehingga kulitnya relatif licin. Kata amfibi berasal dari kata “amphi”
yang berarti ganda dan “bios” yang berarti hidup. Amfibi didefinisikan sebagai hewan-hewan yang
dapat hidup di dua habitat, terdapat 5.359 jenis amfibi yang terbagi atas bangsa yaitu Caudata,
Anura dan Gymnophiona. Umumnya ordo anura memiliki siklus kehidupan yang mengalami
metamorfosis (Rinaldy, 2013).
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri.
Amfibi bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat amfibi diantaranya yaitu hutan, kolam,
sawah dan danau. Rata-rata amfibi mempunyai kulit basah dan lembut agar oksigen dapat dengan
mudah masuk menembus kulit. Sebagian besar amfibi dewasa bernafas menggunakan kulit dan
juga melalui paru-paru. Kelembaban kulit amfibi dijaga oleh kelenjar khusus dibawah kulitnya.
Banyak amfibi menjaga kelembaban kulitnya dengan selalu berada di dekat air. Sebagian besar
amfibi lahir dan tumbuh di air tawar kemudian setelah dewasa berpindah ke daratan kering dan
kembali ke air untuk berkembang biak. Sebagian besar amfibi menelurkan telur yang lembut
(Rinaldy, 2013).
Morfologi Amphibi
Salamander mempunyai caput (kepala), cervix dan truncus (badan) yang silindris atau agak
pipih dorso ventral dan mempunyai caput (kepala) dan cauda yang panjang. Kintel dan katak
mempunyai caput dan truncus (badan) tanpa cervix dan cauda; extrimitas muka kecil, sedangkan
yang belakang panjang; selaput gendang pendengar tampak dari luar. Pada caecilian tidak berkaki
dan berbentuk seperti cacing, badannya seolah-olah tersusun atas gelang-gelang dan kulitnya
mengandung sisik dalam (Jasin, 1984).
Caput (kepala) dan cervix yang lebar bersatu. Pada truncus terdapat rima oris yang lebar
untuk masuknya makanan. Nares eksterna yang mempunyai peranan dalam pernapasan, dan
sepasang organon visus (mata) mata yang bulat. Dibelakang mata terdapat membran tympani yang
berfungsi untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi sebagai
pintu pelepas feses, urin dan sel kelamin (Jasin, 1984).
Extrimitas muka yang berupa kaki atau tangan berukuran yang pendek, terdiri atas yaitu:
brachium (lengan atas), berupa humerus, anti brachium (lengan bawah) berupa radio ulna, carpus
(pergelangan tangan), manus (telapak tangan), terdiri atas pada metacarpus dan palangus (jari-
jari). Extrimitas belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas: femur (paha), crus (bagian kaki
bawah), terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak), terdiri atas metatarsus
dan phalangus (jari-jari) (Jasin, 1984)
Kulit yang lemas (fleksibel) sebagai penutup tubuh yang berfungsi untuk menutupi tubuh
terhadap gangguan yang bersifat fisis dan bersifat pathologis. Disamping itu sebagai alat untuk
menghisap air karena katak tidak minum. Kulit tersebut tersusun atas: epidermis, dan dermis yang
terbagi atas jaringan lain. Tiap bulan selama musim hujan dibawah lapisan jangat baru, sehingga
setiap waktu lapisan jangat yang lama terlepas sudah siap penggantinya. Biasanya kulit jangat yang
terlepas ditelan kembali (Jasin, 1984).
Katak memiliki empat kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan dengan melompat, tidak
memiliki ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang katak lebih panjang yang berfungsi untuk
mencari mangsa. Mata katak sangat besar dan pupil mata vertikal dan juga horizontal. Jari katak
berbentuk silindris dan pipih serta kadag memiliki lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit katak
beracam-macam, ada yang halus dan ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat lipatan
kulit lateral lebar dan kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha yang disebut
lipatan dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa yang disebut lipatan suprasimponik dimulai dari
belakang mata memanjang di atas gendang telingan dan berakhir dekat pangkal lengan (Iskandar,
1998).
Kulit katak memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katak
dapat berubah ssuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah. Perubahan
warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk melindungi
diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas (Kastowo,
1984).
Anatomi Amphibi
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada
fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat sebagai
alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat
terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara
berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma
kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan
mudah berdifusi (Prawiro, 199).
Katak memiliki sepasang paru-paru berupa kantung elastis yang tipis. Mekanisme
pernapasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya dengan mulut tertutup. Katak
memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan. Mekanisme pernapasannya diatur oleh otot-otot
tulang bawah dan perut yang saling berhubungan satu sama lain. Paru-paru divertilasi dengan
pompatekan. Kelenjar paru-paru itulah terutama penyebab udara keluar. Amphibi menambah
respirasi paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah. Sebagian besar
CO2 dikeluarkan melalui kulit karena laju vertilasi paru-paru tidak cukup untuk membawa keluar.
Sejumah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit. Amphibi tidak dapat hidup di darat
sepenuhnya (Prawiro, 1999).
Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan kelenjar penceranaan.
Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga mulut, faring, kerongkongan,
lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka. Kelenjar penceranaan katak meliputi
hati, kantung empedu, dan pankreas. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi
sejati. Lidah katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran
pencernaan mulai dari esophagus yang sangat pendek, terdiri dari konstruksi yang kecil-kecil,
tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris, kemudian ke usus dua 12 dan usus
halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke usus besar yang lebar. Setelah ke usus besar
langsung ke kloaka (Kastowo, 1984).

D. Alat dan Bahan

Alat :
1. Alat bedah
2. Papan bedah
3. Mikoskop stereo
4. Pinset
5. Cawan petri

Bahan :

1. Bufo sp. (Bangkok atau kodok)


2. Rana sp. (katak)
3. Berudu

E. Prosedur Kerja

1. Diamati struktur morfologi dan deskripsi Bufo sp. dan Rana sp.
2. Dibandingkan cavum bucchalis, struktur gelang bahu, gelang panggul dan bagian tubuh
lain Bufo sp. dan Rana sp.
3. Tipe digit pada tungkai belakang dan tungkai depan Bufo sp. dan Rana sp.
4. Diidentifikasi spesies Amphibia lain yang telah disediakan
5. Dibuat klasifikasi semua specimen yang disediakan

F. Hasil Pengamatan

Rana sp. Keterangan


1. Lipatan dorsolateral
2. Lipatan supratimpanik
3. Timpanum
4. Nostril
1. Timpanum

1. Ante brachium
2. Femur
3. Crus
4.
5. Digity
6. Mata (vesus)
7. Kelopak mata

1. Hati (hepar)
2. Lambung (gaster
3. Cloaca
4. Pulmo
5. Sel telur (ovum)
6. Jantung (cor)

Bufo sp. Keterangan


1. Mata (vesus)
2. Hidung (nostril)
3. Mulut (cavum oris)
4. Alur parietal
5. Timpanum
6. Kelopak mat

1. Kelenjar paratoid
2.
3. Femur
4. Crus
5. Cloaca

1. Hati(hepar)
2. Usus (intestine tenuae)
3. Kloaka (cloaca)
4. Jantung (cor)
5. Lambung (gaster)
6. Sel telur (ovum)

1. Pulmo
2. Oviduct
Berudu

G. Pembahasan

Rana sp.

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chortata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Fejervarya

Spesies : Fejervaya cancrivora

Panjang kepala berukuran 10 cm, panjang tungkai belakang 11,5 cm, dan panjang tungkai
depan 4 cm. Pada bagian dorsal warna dasarnya coklat muda dengan corak berwarna coklat tua.
Pada bagian ventral berwarna putih. Tympanum bulat berwarna coklat muda dengan coklat tua.
Memiliki alur parietal berwarna hitam. Lipatan dorsolateral berwarna coklat muda. Lipatan supra
timpani berwarna coklat tua. Tipe selaput renang yaitu half webbed. Struktur gelang bahu
firmisternal.

Pada bagian diperlihatkan organ-organ dalam katak (Rana sp) yang masih dalam keadaan
hidup, maka Rana sp akan dapat dilihat jantung yang masih berdenyut. Menurut Izza (2014)
menyatakan bahwa sistem pernafasan pada katak sederhana untuk diamati, meliputi bagian saluran
dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut dan gigi, maxilla, pharynx,
esophagus, gaster, intestinum, rectum, duodenum, dan kloaka.
Menurut Izza (2014) sistem pencernaan pada katak (Rana sp) terdiri dari mulut,
kerongkongan, dari kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus, usus besar, dan sisa
makanan akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh tubuh. Pada sistem pernapasan pada
katak tersusun atas celah glotis laring, percabangan paru-paru (bronchus), gelembung paru-paru
(alveoli) dan paru-paru. Sistem pencernaan pada katak (Rana sp) meliputi bagian saluran
pencernaan dan kelenjar penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah
rongga mulut, faring, kerongkongan, Lambung yang berwarna keputih-putihan yang terletak di
sebelah kiri perut katak tersebut.
Secara morfologi Kulitnya selalu basah apabila berada di luar air. Kulit pada Rana sp
dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan
agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan
salurannya melalui epidermis bermuara di permukaan kulit. Menurut Kimball (2000) menyatakan
bahwa kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri
atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti).
Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
Jumlah jari katak tungkai depan 4 jari dan tungkai belakang 5 jari. Pada tungkai belakang
memanjang yang berpotensi untuk melompat. Kulit katak sangat penting dalam respirasi dan
proteksi. Menurut Kimbal (2000) menyatakan bahwa kulit yang tipis fleksibel membagi bagian
luar badan untuk melindungi organisme terhadap penyakit, berfungsi dalam pernapasan, dan
penyerapan air, sebab katak tidak pernah minum.
Bufo sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genus : Bufo
Species : Bufo melanosticus

Memiliki ukuran panjang kepala 8 cm, panjang tungkai belakang 8,4 cm, dan panjang
tungkai depan 5 cm. Pada bagian dorsal berwarna dengan berbintik hitam. Pada bagian ventral
berwarna kuning. Tympanum bulat berwarna kuning kecoklatan. Alur Supra orbital berwarna
hitam. Alur parietal berwarna coklat. Tidak terdapat lipatan dan dorsal lateral, kelenjar paratiroid
berwarna coklat terdapat bintik hitam dengan bentuk memanjang. Juga tidak terdapat lipatan supra
timpanum. Struktur gelang bahu arciferal.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa kodok memiliki bentuk badan
yang bulat, punggung hampir rata, dan terbagi atas tiga bagian utama diantaranya caput (kepala),
cervix (leher), truncus (badan), Pada bagian caput (kepala) memiliki bentuk seperti segitiga
dengan ujungnya yang tumpul dan terdapat organ-organ diantaranya mulut (rima oris) yang
terletak pada ujung rostum, cavum oris, mata (organum visus) yang dilengkapi dengan kelopak
mata atas dan kelopak mata bawah, hidung (nares eksterna) yang merupakan lubang-lubang kecil
yang terdapat di dorsal rima oris, dan membran tympani yang terdapat di sebelah caudal organon
visus (Jasin, 1984).
Menurut Izza (2014) pada bagian truncus (badan) terdapat dua pasang extrimitas yaitu
extrimitas anterior, dengan bagian-bagiannya adalah brachium (lengan atas), antebrachium
(lengan bawah), manus (tangan), dan empat buah digiti (jari) dan extrimitas posterior, dengan
bagian-bagiannya adalah femur (paha), crus (tungkai bawah), pes/pedes (kaki) dan lima digiti yang
dihubungkan dengan membrane untuk berenang yang berupa kulit tipis antar digiti.
Berudu

Klasifikasi

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Amphibia

Ordo: Anura

Famili: Rhacophoridae

Genus: Polypedates

Spesies: Polypedates leucomystax

Memiliki susuna geligi I+3-3/ III yang menunjukkan bahwa termasuk spesies Polypedates
leucomystax. Panjang total yaitu berukuran 4,5 cm, panjang badan 1,3 cm, panjang ekor 3 cm,
jarak antar narial 0,3 cm, lebar otot ekor 0,4 cm, tinggi otot ekor 0,4 cm, tinggi ekor maksimum
0,7 cm. Spesies ini ditemuan di habitat kolam. Tubuhnya berwarna coklat.

H. Daftar Pustaka

Brotowidjoyo. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Campbell, et al. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Izza, Qothrun dan Nia Kurniawan. 2014. Eksplorasi Jenis-Jenis Amfibi di Kawasan OWA Cangar
dan Air Terjun Watu Ondo, Gunung Welirang Tahura R.Soerjo. Jurnal Biotropika. 2 (2)
: 103 – 108.
Jasin, Maskoeri.1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kimball. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Madang, K. 2002. Zoology Vertebrata. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.


Slamet, A. 1998. Penuntun Kuliah Zoologi Vertebrata. Inderalaya: UNSRI.

Anda mungkin juga menyukai