Anda di halaman 1dari 9

ANATOMI KATAK SAWAH

(Fejervarya cancrivora)

Oleh :
Nama : Rosi Nurbaeti Putri
NIM : B1A016017
Rombongan :I
Kelompok :4
Asisten : Dyah Retno Annisa

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amphibia merupakan vertebrata yang secara tipikal dapat hidup dengan dua
bentuk kehidupan, mula-mula di air tawar kemudian di lanjutkan didarat. Fase
kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini
merupakan fase larva atau biasa disebut berudu. Fase berudu ini menunjukan sifat
antara pisces dan reptilian. Sifat ini menunjukan bahwa amphibia adalah kelompok
chordate yang pertama kali hidup di daratan. Beberapa pola menunjukan pola baru
yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya : kaki, paru-paru, nares (hidung)
yang mempunyai hubungan dengan cavum oris, dan alat penghidupan yang berfungsi
di dalam air maupun di darat (Jasin, 1989).

Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki


peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis,
amfibi berperan sebagai pemangsa konsumen primer seperti serangga atau hewan
invertebrata lainnya. Secara ekonomis amfibi dapat dimanfaatkan sebagai sumber
protein hewani, Habitat utama amfibi adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan
rawa, sungai besar, sungai sedang, anak sungai, kolam dan danau. Umumnya amfibi
dijumpai pada malam hari atau pada musim penghujan. amfibi selalu hidup
berasosiasi dengan air sesuai namanya yaitu hidup pada dua alam (di air dan di darat)
(Yudi, 2014).

Katak sawah (Fejerfarya cancrivora) mengawali hidupnya sebagai telur yang


diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya.
Beberapa jenis katak pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang
basah di pepohonan. Sementara jenis katak hutan yang lain menitipkan telurnya di
punggung katak jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya
hingga menetas. Dalam sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20.000 telur,
tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun
(Radiopoetro, 1977).
Katak sawah mengalami metamorfosis dari berudu (aquatis dan bernafas
dengan insang) menjadi katak dewasa (amphibious dan bernafas dengan paru-paru).
Pada saat masa berudu katak mempunyai ekor yang panjang, tetapi pada katak
dewasa tidak terdapat ekor. Pernafasannya katak sawah dengan menggunakan
insang, paru-paru, dan kulit/garis mulut (rima oris) (Jasin, 1989).
Katak dan kodok memiliki perbedaan, dimana katak mudah dikenal dari
tubuhnya yang khas dengan memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas, mata
cenderung besar, permukaan kulit licin dan berlendir. Sedangkan kodok tekstur kulit
kasar dan berbenjol yang diliputi bintil-bintil berduri, tangan dan kaki cenderung
lebih pendek dibandingkan dengan kaki katak yang lebih panjang. Katak seperti
hewan lainnya memiliki kisaran kebutuhan akan faktor-faktor lingkungan yang
spesifik setiap jenisnya. Keberadaan jenis-jenis katak yang umum dijumpai pada
habitat yang terganggu merupakan indikasi awal bahwa suatu habitat mulai
mengalami gangguan (Ario, 2014).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) digunakan sebagai preparat dalam
praktikum kali ini untuk mewakili kelompok Amphibia. Katak sawah dipilih karena
kulitnya tidak beracun. Selain itu, hewan ini memiliki struktur dan morfologinya
mudah diamati dan banyak di temukan di darah asia tenggara.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui
morfologi dan anatomi Katak sawah (Fejervarya cancrivora).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset dan gunting bedah.
Bahan yang digunakan adalah Katak sawah (Fejervarya cancrivora).

B. Metode

1. Katak dibius menggunakan kloroform, lalu diletakkan di dalam baki


pembedahan.
2. Katak dikuliti dengan cara menggunting kulit katak dari medio-posterior ke arah
interior sehingga seluruh kulit ventral terlepas.
3. Setelah kulit terlepas lalu bagian perut katak dibedah dengan dengan
menggunakan gunting bedah, di mulai dari bagian posterior ke arah interior.
4. Rongga mulut (Cavum oris) diamati dengan menggunting sudut mulutnya agar
bagian-bagiannya terlihat lebih jelas.
5. Setelah pembedahan selesai organ-organ yang terlihat diamati dan dituliskan
keterangannya sesuai dangan gambar yang ada pada diktat praktikum.
B. Pembahasan

Katak sawah (Fejervarya cancrivora) dimasukkan ke dalam ordo Anura.


Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor (anura: a tidak, ura ekor). Ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar
daripada tungkai depan, hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat
(Duellman & Trueb, 1986).
Klasifikasi Fejervarya cancrivora menurut Nikolay (2016) adalah sebagai
berikut:
Phyllum : Chordata
Sub phyllum : Vertebrata
Class : Amphibi
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : Fejervarya cancrivora
Hasil pengamatan anatomi katak didapatkan hasil bahwa tubuh katak dibagi
menjadi empat bagian, yaitu caput (kepala), truncus (badan), mempunyai kaki depan
(extrimitas anterior) serta kaki belakang (extrimitas posterior). Katak sawah
mengalami metamorfosis dari berudu (aquatis dan bernafas dengan insang) menjadi
katak dewasa (amphibious dan bernafas dengan paru-paru). Saat masa berudu katak
mempunyai ekor yang panjang, tetapi pada katak dewasa tidak terdapat ekor.
Pernafasannya katak sawah dengan menggunakan insang, paru-paru, dan kulit atau
garis mulut (rima oris) (Djuhanda, 1984).
Mata, kelopak mata, dan selaput tidur pada katak memiliki dua mata
(sepasang), lalu bola mata dilindungi oleh dua buah kelopak mata berupa kulit yang
tidak dapat digerakkan. Katak juga memiliki selaput mata yang tipis dan bening
yang dapat digerakkan dari atas ke bawah yang berfungsi untuk melindungi mata
ketika berada di dalam air. Lubang hidung luar ada sepasang dan terdapat pada
dorsal moncongnya. Celah mulut terdapat pada bagian depan yang moncong. Dalam
celah mulut terdapat gigi vomer yaitu gigi yang berbentuk gerigi yang terletak pada
langit-langit pada rahang yang berfungsi untuk melumatkan mangsanya agar mudah
ditelan. Selaput pendengar, dekat sebuah caudal mata, terdapat selaput yang sangat
tipis (Radiopoetro, 1977).
Extremitas anterior yang berupa kaki atau tangan berukuran pendek, terdiri
atas brachium (lengan atas) yang berupa humerus, antibracium (lengan bawah) yang
berupa radio ulna, carpus (pergelangan tangan), mannus (telapak tangan) yang terdiri
atas metacarpus dan digiti (jari – jari), di bawah jari pada hewan jantan terdapat
penebalan terutama pada musim kawin. Extremitas belakang yang berupa kaki
belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki bawah) yang terdiri atas tibia
dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak kaki) yang terdiri atas meta tarsus
dan digiti (jari – jari) yang mempunyai selaput renang atau web (Jasin, 1989).
Tubuh katak dan juga vertebrate lainnya tersusun atas 3 macam otot. Otot
polos yang kerjanya diluar kehendak. Otot lurik yang kerjanya dalam kemauan dan
otot jantung yang kerjanya diluar kemauan. Sistem otot pada katak dibagi menjadi
empat bagian, yaitu sistem otot pada bagian kepala, sistem otot daerah pectoral,
sistem otot daerah abdomen, dan sistem otot pada extrimitas posterior. Sistem otot
pada bagian kepala terdiri dari muscullus mandibularis dan muscullus
submandibularis. Sistem otot pada daerah pectoral terdiri dari muscullus pars
episternalis, muscullus pars scapularis, muscullus coracoradialis, muscullus
deltoideus, muscullus epicoracoideo, muscullus abdominalis. Muscullus pectoralis
terdiri dari tiga muscullus, yaitu muscullus coracoradialis, muscullus epicoracoid,
muscullus abdominalis. Sistem otot daerah abdomenterdiri dari muscullus rectus
abdominis, muscullus obliqus externus, muscullus obliqus internus. Muscullus rectus
abdominis terdapat medio ventral tubuh yang ditengahnya terdapat tendo berwarna
putih yang disebut linea alba dan juga terdapat inscriptio tendinae. Daerah extrimitas
posterior terdapat muscullus trisep femoris, muscullus gracillis minor, muscullus
gracillis mayor, muscullus sartorius, muscullus adductor magnus. Bagian crus
dibangun oleh muscullus gastrocimeus, muscullus tibialis anticus longus, muscullus
tibialis anticus brevis, muscullus tibialis posticus, dan juga terdapat otot tendon dan
tulang tibio fibula (Moment, 1967).
Alat pencernaan pada katak terdiri dari mulut, pharynx (lanjutan dari cavum
oris dengan bentuk yang pendek sekali dan menyempit). Oesophagus, gastrum
(berdinding tebal dengan bagian anterior dan melebar dibandingkan dengan bagian
posteriornya), pylorus (letaknya antara gastrum dan duodenum dengan bentuk
menyempit), intestine dan colon. Kelenjar pencernaan pada amphibi, terdiri atas hati
dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kana yang terbagi
lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam
kantong empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna kekuningan, melekat
diantara lambung dan usus dua belas jari (duodenum). Pankreas berfungsi
menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum (Jasin, 1989).
Sistem pencernaan mulai dari oesophagus (berdinding lurus dan besar)
langsung bersatu dengan lambung. Usus terdiri dari intestinum (kecil, panjang, dan
berkelok-kelok), rectum yang langsung bersatu dengan cloaca. Baik hati maupun
pankreas mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum. Ada kandung empedu.
Baik lambung maupun intestinum pada potongan melintang terdiri dari 4 lapisan,
yaitu : peritonium, lapisan otot, submucosa, dan mucosa. Alat pencernaan katak yang
tampak dari luar adalah cavum oris, dibatasi mazilara pada bagian sebelah atas
sedangkan pada bagian sebelah bawah dibatasi oleh mandibula dan osyoid.
Dilanjutkan pharynx, oesophagus, ventriculus dan intestine yang terletak dalam
rongga tubuh. Kloaka untuk mengeluarkan sisa pencernaan, sekret, dan untuk
reproduksi (Brotowidjoyo, 1994).
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan pada proses fertilisasi. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas
testis, vassa efferentia, vesica seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan
cadangan makanan yang digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan
mempunyai sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih – putihan) terletak
disebelah atas ginjal. Bagian ureter yang dekat cloaca mengalami pembesaran yang
disebut vesica seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa
(Zug, 1993).
Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat pada
bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang disebut mesovarium.
Saat “musim kawin” pada ovarium terpadat ovum yang masak dan menuju saluran
yang disebut oviduct. Bagian posterior oviduct membesar membentuk uterus.
Selanjutnya telur dikeluarkan melalui kloaka keluar dari tubuh. Katak sendiri terjadi
fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh)dan pada “musim kawin” terjadi
isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina. Perkawinan dilakukan dengan cara
katak jantan menempel di atas punggung katak betina, lalu keduanya
menyemprotkan sel – sel gametnya ke luar tubuh (Zug, 1993).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum anatomi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)


dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tubuh katak terdiri dari caput (kepala), truncus (badan), extrimitas anterior (kaki
depan), extrimitas superior (kaki belakang). Ekstrimitas anterior terdiri dari 4
buah digiti, sedangkan ekstrimitas posteriorukurannya lebih besar dan berjumlah
5 digiti, pada ekstrimitas posterior terdapat web. Katak juga memiliki selaput
mata yang tipis dan bening yang dapat digerakkan dari atas ke bawah yang
berfungsi untuk melindungi mata ketika berada di dalam air. Sistem pencernaan
pada katak terdiri dari mulut, pharynx, oesophagus, lambung, intestinum dan
kloaka.
B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah praktikan diharapkan lebih terampil
dalam melakukan pembedahan serta lebih berani dalam melakukan praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Ario, A. 2014. Panduan Lapangan Satwa Taman Nasional Gunung Gede


Pangrango. Jakarta: Conservation International Indonesia.

Brotowijoyo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Djuhanda, T. 1984. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Bandung :


Armico.

Duellman, W.E. & L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. New York : mcGraw-Hill
Book Company.

Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata Untuk Universitas.


Surabaya : Sinar Wijaya.

Moment, G.B. 1967. General Zoologi. Boston : Bentley Glass.

Nikolay, A.P. 2016. A New Species of Genus Fejervarya (Anura: Dicroglossidae)


from Northern Thailand. Zoological Research, Vol 37(6),pp. 327-337.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta : Erlangga.

Yudi, S.A. 2014. Keanekaragaman Jenis Amfibi (ORDO ANURA) pada Beberapa
Tipe Habitat Di Youth Camp Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari,2(1),pp.21-30.

Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and


reptiles. London : Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai