Anda di halaman 1dari 6

Kegiatan ke 2

Mengamati Morfologi dan Skeleton Pada Kodok (Bufo sp) dan Katak (Rana sp)

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi katak (Rana sp) dan kodok
(Bufo sp)
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan katak (Rana sp) dan kodok
(Bufo sp) berdasarkan tulang vertebrate

B. Kajian Pustaka
Amphibi adalah definisi bagi sekelompok hewan yang semasa hidupnya
di darat dan di air. Amphibi yang hidup di dunia terdiri dari tiga Ordo yang
pertama adalah Caudata atau Salamander, Cecilia atau Gymnopiona dan
Anna Anuxa terdiri dari katak dan kodok yang memiliki jumlah ordo yang
cukup banyak, dengan jumlah spesies 5.208 spesies (Winata, 2012: 1).
Katak dan kodok memiliki perbedaan, dimana katak mudah dikenal dari
tubuhnya yang khas dengang memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas,
mata cenderung besar, permukaan kulit licin dan berlendir. Sedangkan
kodok tekstur kulit kasar dan berbenjol yang diliputi bintil-bintil berduri,
tangan dan kakik cenderung lebih pendek dibandingkan dengan kaki katak
lebih panjang (Winata, 2012: 1).
Pada umumnya orang membedakan “kodok” anggota ordo Anura ini
dengan sebutan kodok dan bangkong. Kodok atau katak diberikan untuk
menyebutkan golongan yang berkulit licin, yang biasanya untuk dimakan,
sedangkan sebutan lain, bankong dipakai untuk menyebut kelompok yang
berkulit kasar mirip orang budukan yang biasanya beracun dan tidak pernah
diminati sebagai lauk pauk (Susanto, 2003: 11-12). 
Katak bangkong bertanduk Wegophyrys montana, digunung-gunung
Katak bangkong bertanduk mempunyai tubuh yang pendek dan agak
gendut, kepala besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung
moncong. Sepasang runcingan kulit yang lebih kecil, terdapat di ujimg-
ujung rahang. Ukuran tubuh umumnya sedang sampai besar, 60-95 mm,
katak jantan lebih kecil daripada betinanya (Sugiarto, 2016: 31). 
Kodok memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi dengan lingkungan
Kemampuan tersebut dikarenakan kodok merupakan hewan berdarah dingin
yang suhu tubuhnyaakan selalu mengikuti suhu sekelilingnya, baik
suhuudara maupun suhu air tempat hidupnya. Beberapa spesies kodok
mampu hidup dan berkembangbiak pada suhu dibawah OCC, sementara
spesies lainnya padasuhu 340C. Kodok biasanya akan menangkap
mangsanya dengan lidah dijulurkan Ciri khas kodok adalah adanya gendang
telinga pada sebelah belakang kedua matanya di sisi kepala. Selaput
gendang telinga ini sangat peka terhadap getaran udara dan berkaitan erat
dengan kemampuan mereka menghasilkan suara (Susanto, 1997: 6-7). 
Menurut Sugiarto (2016: 14-15) berikut merupakan bagian-bagian tubuh
katak, yaitu:
1. Kepala (caput)
Bagian kepala terdiri dari:
a. Mulut (Rostrum) dengan celah mulut (rima oris)
b.  Lubang hidung bagian depan (nares anteriores) 
c. Mata atau alat penglihatan (Organon visus) 
Bagian dari alat penglihatan meliputi:
1) Pelupuk mata atas (Palpebrae superior)
2) Pelupuk mata bawah (Palpebrae interior)
3) Selaput tipis (Membrane nictitans)
4) Bola mata (Bulbus oculi) 
d. Selaput pendengaran (Membrane tympam)
e. Rongga mulut (Cavum oris)
Bagian rongga mulut meliputi:
1) Rahang atas (Maxilla)
2) Rahang bawah (Mandibula)
3) Langit-langit rongga mulut (Palatum)
4) Lidah (Lingua)
2. Anggota gerak bebas (Extremitas liberae)
a. Lengan atas (Brachium)
b. Lengan bawah (Antebrachium)
c. Tangan (Manus)
d. Jari-jari (Digiti)
3. Anggota gerak belakang (Extremitas posterior)
a. Paha (Femur)
b. Tungkai bawah ( Crus)
c. Kaki (Pes atau pedes) 
d. Membran renang
Menurut Sugiarto (2016: 16-17), penjelasan singkat mengenai
mekanisme pernapasan pada katak yaitu: 
1. Selaput rongga mulut , berfungsi sebagai alat pernapasan karena
strukturnya tipis dan terdapat banyak kapiler. Saat faring dan rongga
mulut bergerak, lubang hidung terbuka tertutup sehingga udara dapat
masuk ke mulut
2. Kulit , Pernapasan kulit dilakukan secara difusi. Hal ini dapat terjadi
karena katak memiliki kulit yang tipis selalu lembap, dan banyak
mengandung kapiler darah.
3. katak bernapas dengan paru-paru walaupun masih belum sebaik paru-
paru yang terdapat pada mamalia. Puru paru pada katak berupa
kantung tipis yang elastis sehingga udara pernapasan dapat berdifusi.
Sistem pencernaan pada amphibi berbeda dengan hewan-hewan
vertebrata lainnya, mengingat bahwa habitatnya juga berbeda dengan
hewan lain. Hewan amphibi termasuk dalam kelas hewan chordata. Hewan
amphibi ialah hewan yang habitatnya di darat dan juga ada habitat nya
yang di air. Salah satu contoh hewan amphibi ialah katak. Organ
pencernaan pada katak meliputi antara lain rongga mulut, kerongkongan,
lambung, usus (intestinum) , kloaka, dan anus (Sugiarto, 2016: 19-20).
Menurut Sugiarto (2016:16-17) berikut pejelasan mengenai organ
pencernaan katak.
1. Rongga mulut
Rongga mulut ialah organ pencernaan yang pertama mencerna
makanan. Rongga mulut pada katak ditopang oleh rahang atas dan
rahang bawah. Gigi katak tidak berkembang secara sempurna dan
berbentuk V. Katak mempunyai lidah yang sangat panjang dan
bergunna untuk menangkap mangsa. Lidah katak mempunyai
keunikan yaitu pangkal lidah yang berada di depan, bentuk lidah yang
menggulung, sangat lengket dan tekstur lidah yang kenyal.
2. Kerongkongan (esofagus), katak tidak memiliki leher sehingga
kerongkongan katak berupa saluran lecil dan sangat pendek.
3. Lambung (ventrikulus) 
Lambung katak bersifat asam dengan tujuan untuk membunuh
kumankuman penyakit dan melumpuhkan mangsanya. Lambung
katak menyerupai lambung ikan. Pankreas katak terletak di dekat
lambung. Pankreas katak menghasilkan enzim yang membantu
pencernaan makanan. Pankreas katak berwama kekuning-kuningan.
Di dekat lambung juga terdapat hati yang menghasilkan cairan
empedu yang berguna menetralisir racun. 
4. Usus (intestinum) 
Usus katak terdiri dari beberapa bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus cerna (ileum). Di
dalam usus katak terjadi proses penyerapan sari-sari makanan
dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh pankreas. Usus katak
hampir menyerupai usus ikan. 
5. Usus besar dan usus tebal 
Di dalam usus besar tidak ada proses pencernaan lagi yang ada hanya
pembususkan sari-sari makanan dan penyerapan air saja.
6. Kloaka 
Sisa makanan yang tidak diserap akan dikeluarkan melalui kloaka.
Bentuk kloaka pada katak menyerupai kloaka pada reftil dan ikan.
Kloaka pada katak mempunyai dua saluran yaitu saluran reproduksi
dan saluran pencernaan.
Jumlah jenis dan individu paling sedikit ditemukan pada habitat rawa.
Hal ini dapat disebabkan volume air pada habitat rawa yang sangat
tergantung keadaan cuaca. Pada saaat pengambilan sampel di lapangan,
volume air pada habitat rawa menurun pada beberapa bagian dalam transek,
hal ini berbeda dengan keadaan transek pada saat survei yang volume airnya
cukup tinggi. Faktor fisika kimia lingkungan tiap habitat perairan mampu
mendukung keberadaan Amphibia yang hidup di sana. Berdasarkan hasil
pengukuran faktor fisika kimia lingkungan pada ketiga habitat perairan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Suhu udara berkisar 26-28oC, suhu air
27-29oC, kecepatan arus sungai 15,7-17,6 cm/s, kelembaban udara 96-98%
dan pH air 5 pada semua habitat perairan. Selama penelitian, famili
Bufonidae yang didapatkan ialah I. parvus, P. asper dan P. signata.
Menurut Van Kampen (1923), famili Bufonidae tersebar luas di dunia
kecuali Madagaskar, bagian timur kepulauan Indo-Australia, dan Polinesia.
Jumlah individu paling banyak ditemukan adalah dari famili Dicroglosidae
yang tergolong kedalam tiga genus yaitu Limnonectes, Occidozyga, dan
Fejervarya. Genus Limnonectes semuanya ditemukan di tebing sungai dan
tepi sungai. Jenis Limnonectes yang ditemukan dua spesies yakni L.
paramacrodon, dan L. malesianus. Kedua spesies ini menurut IUCN
tergolong spesies yang mendekati terancam punah (Putra, 2012: 160).
Pada daerah sungai, jenis yang selalu ditemukan ialah L. malesianus dan
L. paramacrodon dengan frekuensi kehadiran 100% dari tiga lokasi
pengambilan sampel di sungai yang berbeda. Jenis yang selalu ditemukan di
habitat danau ialah H. erythraea, H. baramica dan H. parvaccola dengan
frekuensi kehadiran 100%, sedangkan pada habitat rawa semua jenis
mempunyai frekuensi kehadiran 100%. Frekuensi kehadiran dapat
menggambarkan penyebaran jenis tersebut di habitat. Bila frekuensi
kehadirannya tinggi berarti jenis itu sering ditemukan pada habitat itu
(Putra, 2012: 161).

Anda mungkin juga menyukai