Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

HISTOLOGI SISTEM TULANG, RANGKA, OTOT DAN INTEGUMEN


OLEH :

NAMA : DINDA ZAHRA SASKIA

NO BP : 1710423024

KELOMPOK :V

ANGGOTA : 1. ZAKIATIL FITRI 1710421008

2. MUHAMMAD RONALDO 1710422026

3. JULITA 1710423022

ASISTEN : NURSYUHADA

LABORATORIUM PENDIDIKAN II

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... .3
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM.................................................... .6
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................6
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................................6
3.2 Cara Kerja......................................................................................................6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 7
4.1 Histologi Hyalin Cartilago............................................................................7
4.2Histologi Tulang Rawan Elastis.................................................................... 8
4.3 Histologi Otot Lurik.......................................................................................9
4.4 Histologi Otot Polos ....................................................................................10
4.5Histologi Otot Jantung...................................................................................11
4.6 Histologi Kulit Tipis.....................................................................................12
BAB V. PENUTUP........................................................................................... 13
5.1 Kesimpulan...................................................................................................14
5.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Histologi Hyalin Cartilago................................................................7


Gambar 2.Histologi Tulang Rawan Elastis......................................................... 8
Gambar 3. Histologi Otot Lurik...........................................................................9
Gambar 4. Histologi Otot Polos ........................................................................10
Gambar 5.Histologi Otot Jantung..................................................................... 11
Gambar 6. Histologi Kulit Tipis........................................................................ 12
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang membahas tentang
jaringan tubuh manusia maupun hewan besrta struktur-strukturnya menggunakan
preparat permanen atau preparat awetan yang diamati menggunakan mikroskop.
Histologi digunakan dalam mempelajari fungsi fisiologis sel dam jaringan di dalam
tubuh. Histologi juga dapat disebut dengan ilmu anatomi secara mikroskopis. Sistem
rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk
hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe yaitu eksternal, internal dan
basis cairan (rangka hidrostatik). Walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula
dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur
penunjang. Rangka manusia dibentuk dari rangka tunggalatau gabungan seperti
tulang tengkorak yang ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot dan
organ lainnya. Rata-rata manusia dan hewan memiliki 206 tulang, walaupun jumlah
ini dapat bervariasi antar individu (Bevelander, 1989).
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur
keras dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini meliputi
eksoskeleton dan endoskeleton. Eksoskeleton secara embriologis berasal dari
epidermis saja, dermis saja atau keduanya. Sedangkan endoskeleton secara
embriologis berasal dari jaringan subdermal yaitu endoskeleton tulang, endoskeleton
rawan dan korda. Eksoskeleton biasanya dijumpai pada hewan invertebrata. Pada
vertebrata lebih dikenal sebagai dermal skeleton. Endoskeleton umumnya dijumpai
pada hewan vertebrata. Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka.
Kemudian sistem rangka ini bersama-sama menyusun kerangka tubuh. Sistem rangka
membentuk dasar dari tubuh manusia. Semua hanya daging , darah dan otot. Semua
terkandung di dalam tubuh dan memiliki kestabilan dan kekuatan tertentu karena
tulang (Gibson, 1994).
Manusia tidak dapat berdiri dengan tegak apabila tidak memiliki sistem tubuh
yang keras, yaitu tulang. Mulai bagian kepala hingga ke bagian jari-jemari manusia
terdapat tulang yang menopan tubuhJumlah tulang yang terdapat dalam tubuh waktu
kecil atau bayi berbeda dengan jumlah tulang pada waktu telah dewasa. Pada waktu
kecil terdapat banyak tulang rawan dibandingkan pada waktu dewasa, karena
kebanyakan tulang pada waktu bayi bergabung pada saat dewasa. Sebagai contoh
yang aling umum yaitu tulang tengkorak.tulag tengkorak pada saat kita masih kecil
masih sangat lunak aabila ditekan, namun seiring berjalannya watu maka tulang itu
perahan mengeras. Bahkan pada saat dewasa sekarang sudah benar-benar keras
(Widarto,1997).
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas
utama. Otot menyebabkan suatu organisme mengerakkan organ yang da di dalam
tubuhnya. Di dalam protein terdapat protein kontraktil yang membuat otot dapat
berkontraksi. Jaringan otot bertanggung jawab untuk pergerakan tubuh (Nurhayati,
2004). Jaringan otot menyusun 40 % hingga 50 % berat tubuh manusia dan tersusun
atas serabut – serabut otot. Jaringan otot sebagian besar terdiri atas sel-sel yang
berbentuk serabut-serabut dengan ukuran panjang bervariasi dan dapat dikatakan
tidak mengandung matriks. Sel-sel tersusun kedalam berkas-berkas yang dibungkus
oleh jaringan pengikat. Jaringan pengikat otot memiliki daya pengikat atau daya
kerut yang cukup tinggi, panjangnya dapat menyusup sampai separuh atau sepertiga
panjang normal. Jaringan otot pada dasarnya juga mengandung jaringan ikat yang
biasanya menyelubungi otot. Jaringan otot diklasifikasikan menjadi tiga yaitu otot
lurik, otot polos dan otot jantung (Hildebrand, 1988).Kulit memiliki fungsi
melindungi bagian-bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar
(Syarifuddin, 2006).
Berdasarkan kepada uraian-uraian diatas, maka perlu rasanya dilakukan
praktikum sistem rangka, tulang dan integument ini guna praktikan memahami
bentuk dan struktur organ yang ada pada sistem rangka dan integument ini. Selain itu
agar kita mampu memahami fungsi dari bagian-bagian histologi tulang, rangka dan
integument tersebut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui, mengamati,
mengidentifikasi dan memahami struktur histologi dari sistem tulang, rangka, otot
dan integumen.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rangka atau skeleton merupakan alat gerak pada vertebrata. Sisem rangka itu
tersusun dari tulang-tulang yang bersatau membentuk suatu fungsi yaitu alat gerak.
Pada vertebrata sistem rangka terdiri dari dua bagian yaitu rangka sumbu (axial) dan
rangka apendikular. Rangka axial terdiri dari tulang tengkorak (cranium), tulang
belakang (columna vertebralis), tulang dada (sternum), dan rusuk (costae). Rangka
apendikular terdiri dari tulang gelang bahu (pectora), dan tulang gelang panggul
(pelvik). Pada tulang gelang bahu terdapat tulang-tulang eksermitas depan dan pada
tulang panggul terdapat tulang-tulang ekstrimitas belakang.
Skeleton adalah istilah untuk rangka tubuh hewan pada vertebrata. Skeleton
tersusun atas kartilago, tulang dan kombinasi keduanya. Skeleton merupakan
endoskleleton yang berasal dari mesodermal jaringan. Jaringan skeletal dapat
dibedakan menjadi jaringan ikat, kartilago dan tulang. Sistem rangka dibagi menjadi
skeleton axial dan skeleton apendikular (Gardner, 1995). Tulang tengkorak
merupakan tulang yang termasuk kedalam rangka axial. Tulang tengkorak termasuk
endoskelet yang terdapat di daerah kepala. Tersusun oleh bagian-bagian tulang yang
bersatu menjadi kesatuan yang kompleks. Pada tengkorak terdapat neurocranium,
splanchnocranium, dan dematocranium. Neurocranium adalah tulang tempat otak
disimpan. Splanchnocranium adalah seluruh skelet yang melindungi mulut, faring,
dan insang. Dermatocranium adalah seluruh skelet kranium yang berasal dari
penulangan dermal (Syamsuri, 2004).
Tulang merupakan jaringan luar biasa karena ia terus-menerus dibentuk
kembali dan di organisasi dalam proses pelaksanaan fungsi penumpu dan pengaturan
kalsium. Dari awal permulaannya, tulang itu berperan sebagai jaringan yang luar
biasa dinamisnya, hal ini karena tulang itu memiliki struktur yang terus menerus
berubah-ubah. Tulang terdiri dari bahan intersel yang mengalami kalsifikasi, matriks
tulang dan berbagai jenis sel osteosit yang ditemukan dalam rongga (lacuna), di
dalam matriks, osteoblas yang mensintesa komponen organik matriks tersebut.
Osteoblas yang merupakan sel raksasa yang berinti banyak dan diperlukan dalam
resorpsi dan perubahan bentuk jaringan tulang karena tidak terjadi difusi melalui
matriks tulang yang mengalami kalsifikasi (Tambayong, 1995).
Dalam jaringan penunjang seperti tulang rawan, sifat matriks nya bervariasi.
Dalam tulang rawan, bahan dasarnya setengah rapuh dan mengandung suatu
kompleks protein-karbohidrat yang di kenal sebagai kondromukoid. Pada hidrolisis
parsial kondromukoid itu menghasilkan asam sulfat kondrotin. Kondromukoid
berwarna biru secara metakromatis dengan toluidin, karena ia mengandung
kondroitin sulfat sebagai proteoglikan yang terkemuka dalam bahan dasar (Widarto,
1997).

Tulang rawan merupakan kerangka embrio dan pada individu dewasa,


gelang-gelang trakea menjadi contohnya. Sel-selnya terletak dalam ruangan kecil
dalam matriks yang di sebut lacuna. Lacuna Ini beraneka ragam bentuk tergantung
pada posisi dalam lempengan tulang rawan, lebih besar dan lebih bulat dekat pusat
lempengan (Agarwal, 1975). Tulang rawan berkembang dari mesenkim, seperti
halnya dengan jaringan penunjang lainnya. Sel mesenkim pertama-tama membentuk
serat-serat dan kemudian meletakkan matriks padat. Tiap-tiap sel membentuk suatu
lapisan matriks pada keliling mereka dan dengan demikian membungkus dirinya
dalam suatu lacuna (Bevelander, 1988).
Menurut Fishelson (1972), Tulang rawan terdapat dalam tiga bentuk berserat,
hialin, dan elastis. Bentuk-bentuk ini di bedakan karena sifat-sifat serat mereka,
perbandingan relative dari jenis-jenis seratnya, konsistensi matriksnya yang
bervariasi dari lentur dan luwes sampai elastis dan mudah di bentuk sampai ulet dan
kuat mendukung beban. Dari ketiga jenis tulang rawan ini, tulang rawan berserat
merupakan tulang yang paling menyerupai jaringan penyambung yang sebenarnya.
Dalam lempengan-lempengan tulang punggung, tulang rawan berserat membentuk
lapisan antar kapsul jaringan penyambung dari lempengan itu dan tulang rawan
hialin yang terdapat di atas permukaan bertulang dari vertebrata.Fungsi tulang rawan
beraneka ragam dan berguna untuk organisme dalam banyak cara. Tulang rawan
hialin merupakan sebagian besar dari kerangka sementara embrio. Varietas tulang
rawan ini merupakan permukaan yang berartikulasi dari sendi-sendi. Dalam
kapasitas sendi ia memperlihatkan sifat-sifat kekuatan luar biasa untuk menunjang
dan juga memungkinkan tulang-tulang bergerak bebas.
Tulang rawan hialin dalam kolagen tidak terkumpul dalam berkas-berkas tetapi
tersebar dalam seluruh jaringan dalam bentuk anyaman halu dan rapat, sepenuhnya
terisi dengan bahan dari matriksnya. Perpaduan ini begitu erat sehingga terbentuk
suatu massa yang meskipun luwes, namun sangat kuat dan mendukung beban. Selain
itu, serat-serat dan matriksnya mempunyai kemampuan berwarna dan indeks bias
yang sama. Tulang rawan tidak mempunyai persediaan darah kecuali pada tepi
masing-masing lempengan. Sebagai akibatnya, sel- sel bagian pusatnya menerima
semua zat makanan melaui di fusi karena tulang rawan itu merupakan jaringan
penyambung yang menunjang beban berat, setiap persediaan darah terserap oleh
tekanan (Widarto, 1997).
Otot di bedakan 3 jenis, yaitu otot polos, otot kerangka, dan otot jantung. Otot
kerangka dijumpai pada otot tersebut yang bersambungan dengan kerangka tubuh
dan berkaitan dengan gerakan badan. Sel-sel kerangka dalah sel-sel silindris
berbentuk prisma yang rata-rata 3 cm panjangnya tetapi yang bervariasi dari sekitar 1
mm. serat-seratnya bersatu dalam kelompok menjadi berkas-berkas disebut fasikili
yang beraneka ragam dalam ukuranya. Otot-otot dari penampilan morfologi yang
persis sama dengan otot kerangka di jumpai pada berbagai tempat dimana ia tidak
terikat pada tulang (Dellmann, 1992). Otot jantung menyusun bagian dinding
jantung yang konraktil terlibat dalam pemompaan darah. Otot jantung hanya di
temukan dalam dinding jatung dan vena besar yang memasuki jantung. Suatu sayatan
melalui dinding otot jantung, menunjukan sel-sel yang tersusun sebagai anyaman
yang bercabang dengan sedikit jarigan penyambung sekelilingnya, batas sel-selnya
juga tidak jelas (Tambayong, 1995).
Otot polos ditemukan sebagian dari dinding alat viscera, yang berfungsi untuk
mengubah keteguhan dinding organ-organ berongga. Semu jenis jaringan otot
tersusun dari sel-sel membujur dengan nukleus yang jelas batasanya, suatu
sitoplasma yang bewarna merah dengan eosin dan fibril-fibril didalam sitoplasma.
Kebanyakan otot polos berasal dari mesenkim, yang sel-selnya pada prinsipnya tidak
berbeda dari sel-sel pembentuk jaringan penyambung. Pada irisan melintang, sel-sel
otot polos tampak sebagai lempengan-lempengan sitoplasma yang mempunyai
berbagai diameter. Yang terbesar dari lempengan-lempengan itu terpotong dibagian
tengah seratnya dan meliputi selnya (Harjana, 2011). Sel-sel otot polos terikat
menjadi satu pada sambungan-sambungan celah dan oleh lapisan luar glikoprotein
serupa dengan pada membran basal. Suatu sambungan celah serupa dengan
sambungan sel jenis okludens kecuali terdapat sisa ruang sempit antara membran-
membran yang menempel (Linda, 1988).
Sistem integumen merupakan suatu sistem yang sangat bervariasi, sehingga
strukturnya tersusun oleh organ atau struktur tertentu dengan memiliki fungsi yang
bermacam-macam. Sistem integument ini terdiri dari kulit yang sebenarnya dan
derivate-derivat kulit. Kulit yang sebenarnya terdiri dari lapisan utama yaitu
epidermis dan dermis. Derivat integument adalah struktur tertentu dimana secara
embrionik berasal dari salah satu atau kedua lapisan dari kulit yang sebenarnya.
Derivat integumen seperti bulu, sisik, tanduk, rambut, kuku, cakar dan sisik tandung
(cangkang). Komponen utama sistem integument adalah kulit yang menutupi seluruh
permukaan tubuh hewan. Kulit yang terdiri atas epidermis (suatu jaringan epitel) dan
dermis (suatu jaringan ikat). Epidermis terdiri atas beberapa lapisan dari luar ke
dalam sebagai berikut yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum pinosum, dan stratum germinativum (Tambayong, 1995).
Kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan luar kulit/ari), dermis
(lapisan dalam/kulit jangat) dan hipodermis (lapisan jaringan ikat ikat di bawah
kulit). Epidermis yang berada di lapisan paling luar terdiri atas stratum korneum,
stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum germinativum. Stratum korneum
tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum
germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar
(Bevelander, 1998).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum struktur hewan Histologi Sistem Tulang, Rangka, Otot dan Integumen
dilaksanakan pada Kamis, tanggal 22 November 2018, di Laboratorium Pendidikan
II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, mikroskop cahaya dan
kamera. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah 6 macam preparat permanen,
yaitu kulit tipis, hyalin cartilago, otot jantung, tulang rawan elastis, otot lurik lingua
dan otot polos.

3.3 Cara Kerja

Pada praktikum histologi Sistem Tulang, Rangka Otot dan Integumen, pertama
diambil mikroskop setelah itu diletakkan mikroskop di tempat yang datar. Setelah itu
diletakkan preparat permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan
perbesaran terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain.
Selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangannya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Histologi Hyalin Cartilago

a
b
d

(A) (B)
Gambar 1. Histologi Struktur Hyalin Cartilago(A) Hasil Pengamatan Perbesaran
400x (B) Junquiera`s Basic Histology (Keterangan: (a) perikondrium
luar, (b) perikondrium dalam, (c) kondrosit, (d) matriks).

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil seperti pada


gambar di bawah, gambar ini merupakan histologi dari tulang rawan terdiri dari
matriks, lapisan kondrogenik, dan perikondrium.
Menurut Saktiono (1989), tulang rawan tersusun sel-sel kondroblas yang
akan berkembang menjadi kondrosit. Sel-sel ini menghasilkan cairan berupa protein
penyusun tulang rawan. Kondroblas dapat membentuk sel tulang keras.Matriks
tulang mengandung unsur-unsur yang sama seperti jaringan-jaringan penyambung
lainnya yaitu serat-serat dan bahan dasar . Pengendapan matriks ini oleh osteoblast
disebut osifikasi. Pengendapan garam-garam kalsium dalam matriks ini di sebut
kalsifikasi, suatu proses yang terjadi normal pada tulang tetapi dapat terjadi patologis
dalam jaringan pengangkut lainnya, seperti tulang rawan dan pembuluh.
4.2 Histologi Tulang Rawan Elastis

b
d

(A) (B)
Gambar 2. Histologi Struktur Tulang Rawan Elastis(A) Hasil Pengamatan
Perbesaran 400x (B) Junquiera`s Basic Histology (Keterangan: (a)
perikondrium, (b) matriks, (c) kondrosit, (d) elastic fiber).

Rawan elastik adalah sejenis tulang rawan berwarna kuning karena banyak
mengandung serat elastic. Pada tulang ini terdapat serat kolagen yang lebih kenyal
daripada tulang rawan jenis lain. Tulang rawan elastik contohnya terdapat pada
telinga luar (daun telinga), katup napas, saluran eustachius dan beberapa keping
tulang rawan yang membentuk jakun dan cabang tenggorok (Kamus Lengkap
Biologi, 2004).
Matriks rawan elastik mengandung serat elastin, dan sedikit sekali serabut
kolagen. Seperti halnya rawan hyaline, rawan elastin juga mampunyai periondrium.
Pada rawan elastin jarang terjadi proses kalsifikasi (pengendapan garam-garam
kapur) seperti sering terjadi pada rawan hyalin (Suripto, 1994).
4.3 Histologi Otot Lurik Lingua

(A) (B)
Gambar 3. Histologi Struktur Tulang Rawan Elastis(A) Hasil Pengamatan
Perbesaran 100x (B) Junquiera`s Basic Histology (Keterangan: (a) serat-
serat otot lurik).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terlihatadanya inti sel otot dan
gelondong sel otot. Inti pada otot lurik terletak di tepi. Otot lurik terlihat seperti
gelendong yang lurus, susunannya rapat, dan tidak memiliki cabang.
Menurut Bevelander (1989), pada otot lurik terdapat aktin dan myosin, otot
lurik secara umum berwarna merah muda yang disebabkan oleh pigmen mioglobin
dalam serat otot dan vaskularisasi di dalam otot itu sendiri. Inti pada otot lurik
terdapat di tepi dengan jumlah lebih dari satu atau memiliki bentuk serat melintang.
Ciri khas otot lurik yaitu terdiri atas sel-sel yang panjang diameter 10-100 mm,
serabut panjang, berwarna dengan garis terang dan gelap. Serabut otot rangka
berbentuk silindris panjang dan berinti banyak dengan ujung serat otot meruncing
atau agak membulat pada ujung otot. Kekuatan kontraksi otot ini dipengaruhi oleh
banyak serat otot bukan oleh panjangnya serat otot. Tiap gelendong otot dibungkus
oleh jaringan ikat yaitu epimisium yang tampak sebagai selubung putih di sekitar
otot. Di dalamnya terdapat serat-serat otot yang tersusun dalam fasikulus. Setiap
fasikulus dikelilingi oleh jaringan ikat sama yaitu perimisium. Di dalam fasikulus
setiap serat otot dibungkus oleh jaringan ikat bernama endomisium. Struktur
tambahan berupa arteri, vena dan neuron menyelinap diantara jaringan ikat pada otot.
Terdiri dari multinukleus karena berasal dari fusi beberapa nukleus dari mioblas.
4.4 Histologi Otot Polos

(A) (B)
Gambar 4. Histologi Struktur Otot Polos(A) Hasil Pengamatan Perbesaran 400x (B)
Lesson, 1991 (Keterangan: (a) Serabut otot, (b) inti sel).
Otot polos bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak
m e n u n j u k k a n adanya garis"garis melintang. Otot polos pada vertebrata
termasuk manusia dapat d i j u m p a i p a d a d i n d i n g d a n o r g a n - o r g a n
d a l a m d a n p e m b u l u h d a r a h : s a l u r a n  pencernaan makanan, uterus,
kandung kencing, ureter, arteri, arteriol, dan sebagainya.(di samping itu otot
polos dapat dijumpai pada iris mata dan otot penggerak rambut (Soewolo,
2003).
Jaringan otot polos merupakan otot yang terletak pada saluran alat-alat di
dalamt u b u h m a n u s i a s e p e r t i m a n u s i a s e p e r t i y a n g t e r d a p a t p a d a
saluran pencernaan,d i n d i n g pembuluh darah, dinding
pembuluh darah, dinding rahim, s a l u r a n  pernapasan, dan
saluran kelamin. Otot polos dapat disebut juga sebagai otot tak sadar k a r e n a c a r a
bekerjanya di luar kesadaran manusia, tanpa harus diperintah
o t a k . Cara kerja otot dipengaruhi oleh saraf autonom, yaitu saraf simpatetik dan
saraf  parasimpatetik. Saraf simpatetik merupakan saraf yang berujung di pangkal
sumsumtulang belakang ataumedulla spinalis yang terdapat di daerah dada dan
pinggang. Saraf tersebut berfungsi sebagai pemacu yang dapat membuat
kerja organ-organ tubuhmenjadi cepat. A d a p u n c i r i - c i r i o t o t p o l o s
adalah bentuk bergelendong dengan kedua ujungnya meruncing,
Mempunyai satu inti sel di tengahnya, Bekerja di luar kesadaran, gerakan
lambat, ritmis dan tidak mudah lelah lambat (Ambardini, 2002).

4.5 Histologi Otot Jantung

(A) (B)
Gambar 5. Histologi Struktur Otot Jantung(A) Hasil Pengamatan Perbesaran 400x
(B) Lesson, 1991 (Keterangan: (a)Inti sel, (b) serabut otot,
(c)interelated disk).

Otot jantung berwarna merah dan berbentuk seperti gelendong yang bercabang-
cabang. Strukturnya lebih kasar dan lebih kokoh, karena berfungsi sebagai otot
penggerak jantung. Otot jantung berbeda dengan otot lurik dan otot polos. Otot
jantung lebih besar, intinya terletak di tengah di setiap gelendong dengan ukuran
yang lebih besar, cabangnya tidak banyak seperti otot lurik, dan tidak serapat
susunan otot lurik dan otot polos, serta gelendongnya bercabang-cabang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Eroschenko (2003) yang menyatakan bahwa
struktur histologi otot jantung terdiri atas gelondong otot yang berbentuk seperti
tabung bercabang dengan inti sel berada di tengah. Selain itu juga terdapat banyak
pembuluh darah yang terdapat di jantung. Otot jantung itu hanya terdapat pada
jantung dan tidak terdapat pada organ manapun, hal ini lah yang menjadi ciri khas
daripada jantung tersebut.

4.6 Histologi Kulit Tipis

(A) (B)

c
d

(C) (D)
Gambar 6. Histologi Struktur Tulang Rawan Elastis(A) Hasil Pengamatan
Perbesaran 40x (B)Hasil Pengamatan Perbesaran 100x(C) Hasil
Pengamatan Perbesaran 400x (D) Junquiera`s Basic Histology
(Keterangan: (a) kelenjar sebasea, (b) kelenjar keringat, (c) stratum
corneum, (d) stratum granulosum, (e) spinosum, (e)stratum basal).

Histologi kulit tipis terdiri atas Stratum corneum, Stratum granulosum, dan stratum
geminativum. Histologi kulit tipis tampak sangat lembut dan tipis. Histologi kulit
tipis terlihat seperti beberapa lapisan yang sangat halus dan tipis, dan dibatasi oleh
dinding yang sedikit tebal (Stratum korneum).

Menurut (Campbell, 2003) , kulit merupakan jaringan yang menutupi


permukaan tubuh, terdiri atas dua lapisan yaitu epitel yang disebut epidermis dan
jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium. Epidermis berasal dari ectoderm
dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan jaringan
pengikat yang lebih longgar disebut hipodermis yang pada beberapa tempat banyak
mengandung jaringan lemak. Permukaan bebas kulit halus, tetapi ditandai adanya
alur-alur halus yang membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat.
Permukaan atas epidermis dan dermis tidak rata karena adanya tonjolan-tonjolan
jaringan pengikat ke arah epidermis. Walaupun batas antara epidermis dengan
jaringan pengikat atau corium dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat
tersebut akan bersatu dengan serabut jaringan pengikat di bawah kulit. Kulit tipis
memiliki epidermis yang sangat tipis. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan
yang kontinyu. Tidak terdapat stratum lucidum, stratum corneumnya sangat tipis,
glanula sudorifera sedikit jumlahnya. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea
yang merupakan kelenjar minyak.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum ini adalah sebagai berikur:
1. Histologi tulang rawan hyalin cartilago terdiri atas matriks, lapisan
kondrogenik, dan perikondrium.
2. Histologi tulang rawan elastin terdapat elastic fiber.
3. Histologi otot lurik terdiri atas inti sel dan gelondong otot.
4. Histologi otot polosmemiliki nukleus dengan ujung yang tumpul.
5. Hisologi otot jantung hampir mirip dengan otot lurik yaitu terdiri atas inti,
dan gelondong sel.
6. Kulit tipis Macaca sp. terdiri atas stratum corneum, granulosum, dan
germinativum serta memiliki stratum corneum yang sangat tipis dan glanula
sudoriferayang sedikit jumlahnya.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar
praktikan lebih teliti dalam melihat objek yang di amati  dan tepat  dalam mengguna-
kan mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.


Campbell. 2003. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Dellmann, D. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta:Universitas Indonesia.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histologi. New York:Mc.Graw Hill Companies Inc.
Fishelson, L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta:Pustaka Tama.
Gardner. 1995. Histologi. UI Press : Jakarta.
Gibson, John MD. 1994. Buku Teks Histologi: jilid 2; alih bahasa: Dr. F. Arifin
Gunawijaya MS. Binarupa Aksara: Jakarta.
Harjana, T. 2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Hildebrand. 1988. Analisis Of Vertebrate Histology. John Willey and Sons Inc :
Canada.
Lesson, P. 1991. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.
Linda, dkk. 1988. Histologi Dasar. Jakarta:Erlangga
Nurhayati, A. 2004. Diktat Histologi Hewan. ITS : Surabaya.
Syamsuri, I. 2004. Biologi.Erlangga : Jakarta.
Syarifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Buku Media : Jakarta.
Suripto. 1994. Struktur Hewan. Bandung: Biologi ITB
Tambayong, J. 1995. Sinopsis Histologi Edisi 1. Jakarta: EGC
Tim Kashiko. 2004. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: Kashiko Publishe
Widarto, H . 1997. Fakta tubuh. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai