Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI HISTOLOGI HEWAN

“SISTEM RANGKA”

Oleh:

NAMA : ETRY KAREN PUTRI MBEO

NIM : 2206050023

KELAS : BIOLOGI A

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum ini yang berjudul
“Sistem Rangka” dengan baik dan tepat waktu, sebagai bentuk pemenuhan nilai praktikum
mata kuliah Anatomi dan Histologi Hewan

Kepada Ibu Ike Septa F. M, Ssi., MSc selaku dosen mata kuliah Anatomi dan
Histologi Hewan, penulis mengucapkan terima kasih telah memberikan tugas praktikum ini
sebagai pemenuhan kriteria penilaian pembelajaran kami. Juga saya sampaikan kepada
asisten praktikum yang telah membimbing kami dalam kegiatan praktikum ini, sehingga
boleh berjalan dengan baik.

Laporan ini penulis buat agar dapat digunakan semestinya, apabila selama membaca
laporan ini terdapat kesalahan atau kekurangan, diharapkan saran dan masukan yang
membangun dapat disampaikan.

Kupang, 10 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat ....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5


2.1 Dasar Teori.................................................................................. 5
2.1.1 Struktur Histologi dan Fungsi Tulang Rawan dan Tulang Sejati...5

2.1.2 Jenis-jenis Tulang Rawan .......................................................... 7

2.1.3 Jenis-jenis Tulang Sejati............................................................ 8


2.1.4 Proses Pembentukan Tulang Rawan dan Osifikasi Tulang...........10

2.1.5 Patologi yang Menyerang Sistem Rangka ................................. 13


2.1.6 Sistem Rangka Pada Invertebrata .............................................. 15

2.1.7 Sistem Rangka Pada Pisces ....................................................... 16


2.1.8 Sistem Rangka Pada Reptil ....................................................... 17

2.1.9 Sisrem Rangka Pada Aves ......................................................... 18


2.1.10 Sistem Rangka Pada Amfibi .................................................... 18
2.1.11 Sistem Rangka Pada Mamalia ................................................. 19
BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................. 20

3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................... 20

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 20


3.3 Prosedur Kerja............................................................................. 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 23

4.1 Sistem Rangka Pada Aves ............................................................ 23


4.2 Sistem Rangka Pada Mamalia ....................................................... 28

ii
4.3 Sistem Rangka Pada Pisces .......................................................... 31
4.4 Sistem Rangka Pada Reptil .......................................................... 33

4.5 Sistem Rangka Pada Ambfibi....................................................... 35


BAB V PENUTUP .......................................................................................38

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 38

5.2 Saran ........................................................................................... 38


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 39
LAMPIRAN ................................................................................................ 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri dari manusia sebagai makhluk hidup adalah melakukan aktivitas dan
gerakan. Gerak adalah perubahan posisi sebagian atau seluruh tubuh makhluk hidup. Pada
manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, fungsi gerak dilaksanakan oleh fungsi gerak.
Sistem ini terdiri dari otot dan juga sistem rangka. Tulang termasuk ke dalam alat gerak
pasif sedangkan otot termasuk dalam alat gerak aktif. Keduanya saling bekerjasama
membentuk sebuah sistem gerak. Karena lingkungan hidup, kebiasaan, serta perilaku yang
berbeda-beda maka alat gerak pada hewan dan manusia memiliki struktur yang
berbeda.Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada
makhluk hidup.Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan
basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula
dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur
penunjang (Hariyanti dan Becker, 2007).
Rangka memiliki fungsi Untuk memberikan bentuk keseluruhan bagi tubuh,
menjaga agar organ tubuh tetap berada di tempatnya, melindungi organ-organ tubuh seperti
otak, jantung, dan paru-paru, untuk bergerak ketika dikehendaki otot dan menghasilkan sel
darah di dalam sumsum tulang. Sehingga Sistem Rangka menjadi sistem yang sangat
penting bagi tubuh makhluk hidup.
Struktur anatomi sangat berkaitan dengan fisiologi dimana struktur memberikan
dasar untuk fungsi. Anatomi adalah ilmu yang menjelaskan tentang struktur tubuh.
Sementara itu, fisiologi adalah ilmu mengenai fungsi dari tubuh yang hidup yang didasarkan
pada fungsi selular dan molekular. Dalam membahas ciri-ciri dan pola perkembangan tubuh
hewan vertebrata lebih dulu dipelajari pengertian dari istilah-istilah yang lazim digunakan
dalam ilmu anatomi. Hal ini penting untuk menunjang dalam mempelajari ciri-ciri tubuh
hewan vertebrata. Di samping itu penting juga mempelajari morfologi dan anatominya
(Hariyanti dan Becker, 2007).
Histologi adalah cabang Ilmu biologi yang mempelajari struktur organ, jaringan, sel
dan sistem organ tubuh secara mikroanatomi dan mikroskopis. Pada dasarnya organ saling

1
bekerja sama untuk membentuk sistem untuk kelangsungan hidup dari suatu organisme
seperti vertebrata.
Anatomi mikro atau histologi adalah ilmu yang mempelajari suatu organ atau bagian
tubuh manusia, hewan atau tumbuhan secara cermat dan rinci. Usaha atau cara untuk dapat
mengamati, mempelajari serta meneliti jaringan-jaringan tertentu dari suatu orgnisme dapat
ditempuh dengan jalan penyiapan spesimen histologi (Brelje dan Sorenson, 2021).
Hewan Vertebrata secara anatomi memiliki tulang penyokong tubuh columna
vertebralis. Pada kelompok hewan vertebrata bagian terluar dari tubuh sudah terbungkus
oleh suatu sistem yang disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem
organ yang membedakan, memisahkan dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali
merupakan bagian dari sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku, kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki dirinya
sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah (self-repairing) dan mekanisme
pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh).
Lapisan kulit dibagi menjadi 3 lapisan yakni epidermis, dermis dan subkutis hipodermis
(Andriyani, Triana & Juliarti, 2015).
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari
tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini meliputi eksoskeleton, dan
endoskeleton. Eksoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja, atau
keduanya. Sedangkan endoskeleton secara embriologis berasal dari jaringan subdermal,
yaitu endoskeleton tulang, endoskeleton rawan dan korda. Eksoskeleton ummnya dijumpai
pada hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal sebagai dermal skeleton.
Endoskeleton umumnya dijumpai pada hewan vertebrata Sistem rangka adalah suatu sistem
organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya
dibagi menjadi tiga tipe: eksternal internal dan basis cairan (rangka hidrostatik). Walaupun
sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya
karena tidak adanya struktur penunjang (Nature, 2012).
Sistem rangka mempunyai fungsi antara lain sebagai: (1) pelindung organ dalam, (2)
penunjang tubuh, (3) tempat melekatnya otot rangka, (4) alat gerak pasif (penyalur
gerakan), dan (5) tempat pembentukan sel-sel darah .Karakteristik rangka vertebrata akuatik
berbeda dengan vertebrata terestrial. Tubuh pisces ditopang oleh lingkungan air
sekelilingnya, karena itu rangkanya tidak perlu sekuat rangka hewan- hewan darat. Struktur
2
tulang vertebrata merupakan adaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Misalnya, struktur
tulang burung spesifik dan berongga.
Struktur sedemikian menyebabkan berkurangnya massa rangka, yang sangat
menguntungkan untuk terbang (Tenzer.. dkk, 2014).
Aves adalah hewan yang paling dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana,aktif
pada siang hari dan dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu
itu tumbuh dapat mengetur suhu dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu aves
mendiami semua habitat. Aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia. Banyak
diantaranyamempunyai arti penting dalam ekonomi, sebagian merupakan bahan makanan
sumber protein (Jasin, 1984)
Pisces adalah hewan yang hidup didalam air, mereka dapat bernafas didalam air
karena insang yang mereka miliki. Pisces dapat ditemukan di air tawar (danau dan sungai)
maupun air asin (laut dan samudra).
Mamalia merupakan kelas dari subfilum vertebrata yang memiliki satu tulang rangka
internal dan satu tulang belakang yang bersendi Mamalia termasuk dalam vertebrata
berdarah panas dengan karakteristik yang berbeda dengan kelas lainnya, contoh dari
mamalia sendiri adalah manusia (Hariyanti dan Becker, 2007).
Reptil (binatang melata, atau dalam bahasa Latin "reptans" artinya 'melata' atau
'merayap') adalah kelompok hewan vertebrata berdarah dingin dan memiliki sisi yang
menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan
menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. Sekarang ini mereka
menghidupi setiap benua kecuali Antartika.
Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang
berarti hidup. Hewan ini memiliki kulit yang lembab, tidak ditutupi rambut dan mampu
hidup di air maupun di darat. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai
dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya amphibi mempunyai siklus
hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan.
Amphibia dapat hidup di darat dan diair, pada Amphibia muda hidup diair
menggunakan alat pernapasan berupa insang dan ketika sudah dewasa akanhidup di darat
dengan alat pernapasan berupa paru-paru. Amphibia memiliki kulit yang selalu basah yang
berguna dalam membantu pernapasan karenakulitnya mengandung berbagai pembuluh
darah. Amphibia bergerak dengan empat kaki (Zug, 1993).
3
Tulang merupakan biomaterial yang sangat adaptif, dinamis secara struktural, dan aktif
secara metabolik, serta lebih unggul dari semua biomaterial lainnya dalam hal kekuatan dan
ketangguhan. Secara khusus, struktur, ukuran dan kekuatan tulang bergantung pada adanya
rangsangan secara fisiologis dan mekanis. Rangsangan mekanis tersebut dapat memulai atau
menghambat proses pemodelan dan remodeling tulang sebagai respon terhadap variasi
kekuatan internal atau eksternal (Hart et al., 2020).
Tulang merupakan bagian dari sistem rangka yang memiliki fungsi utama untuk
memberikan dukungan struktural, dan mempertahankan homeostasis kalsium pada tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut adalah dilakukan oleh sel-sel pemecah tulang (osteoklas) dan sel
pembentuk tulang (osteoblas) yang dapat mengubah ukuran, bentuk, dan massa tulang
terutama selama masa pertumbuhan (Jerome et al., 2018).
Tulang dapat melindungi beberapa organ vital seperti pada tengkorak, tulang belakang
dan tulang rusuk serta memberikan dukungan struktural dan fungsional untuk hematopoiesis
atau proses pembentukan komponen sel darah (Baig & Bacha, 2022). Tulang juga bersinergi
dengan otot sehingga disebut sebagai alat gerak pasif. Tulang juga memiliki peranan penting
karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang (Pramestiyani et al., 2022).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana sistem rangka pada aves,mamalia,reptil,amfibi dan pisces?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sistem rangka pada aves, mamalia, reptil,amfibi dan pisces
1.4 Manfaat
Praktikum ini bermanfaat guna menambah wawasan sistem rangka pada aves, mamalia,
reptil, amfibi dan pisces

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori

2.1.1 Struktur Histologi dan Fungsi Tulang Rawan dan Tulang Sejati
Histologi merupakan cabang ilmu biologi anatomi yang di dalamnya
mempelajari susunan struktur sel yang memiliki fungsi fisiologis sama tersusun
dalam suatu jaringan kompleks. Jaringan pada umumnya tersusun atas tiga komponen
yaitu sel, substansi intreseluler dan cairan. Substansi intraseluler merupakan hasil
produksi sel, cairan merupakan komponen yang menonjol karena 65-70% susunan
kimia jaringan tubuh tersusun atas air (Ii, Teori and Histologi, 2017).

Histoteknik merupakan metode atau cara untuk membuat sediaan histologi


dari spesiemen tertentu melalui rangkaian proses, hingga menjadi preparat yang siap
diamati oleh dokter PA. Spesimen dapat berupa jaringan hewan atau manusia.
Analisa histologi berperan sebagai baku emas dalam penegakkan diagnosis yang
berbasis perubahan morfologi sel dan jaringan tubuh (Ii, Teori and Histologi, 2017).

I. Tulang Rawan

Tulang rawan memiliki beberapa fungsi utama dalam tubuh manusia.


Berikut adalah beberapa fungsi utama tulang rawan:

a. Dukungan Struktural
Tulang rawan memberikan struktur dan dukungan mekanis bagi berbagai bagian
tubuh. Ini membantu mencegah kolaps atau deformasi organ dan jaringan.
b. Reduksi Gesekan dan Keausan
Fungsi utama tulang rawan adalah mengurangi gesekan antara permukaan sendi
tulang. Di sendi, tulang rawan melapisi ujung tulang, membentuk lapisan licin
yang memungkinkan gerakan sendi dengan lancar dan mengurangi keausan.
c. Penyerapan Kejut
Tulang rawan berperan dalam menyerap kejutan dan tekanan. Ini sangat penting
pada persendian beban berat, seperti lutut dan pinggul, di mana tulang rawan

5
membantu mengurangi tekanan pada tulang dan melindungi persendian dari
cedera.
d. Pertumbuhan Tulang
Pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, tulang rawan epifisis
(ujung tulang panjang) berperan dalam pertumbuhan tulang. Sel-sel di dalam
tulang rawan berkontribusi pada pembentukan tulang baru.
e. Pelumas Sendi
Tulang rawan sendi menghasilkan cairan sinovial, yang bertindak sebagai
pelumas untuk sendi. Ini membantu memastikan gerakan sendi yang lancar dan
melumasi permukaan sendi.
f. Fungsi dalam Pembentukan Organ Tubuh
Tulang rawan juga berkontribusi dalam pembentukan struktur organ tubuh
tertentu, seperti pembentukan tulang rawan hialin pada saluran pernapasan dan
pembentukan tulang rawan elastis pada telinga.
g. Fungsi Pendukung pada Beberapa Organ
Pada beberapa organ, tulang rawan memberikan dukungan struktural. Sebagai
contoh, tulang rawan pada dinding trakea dan bronkus membantu menjaga
kepatuhan dan mencegah penutupan saluran pernapasan.
(Sugiyono, 2016)
II. Tulang Sejati
Tulang keras atau sejati dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas) ruang
antar sel tulang keras banyak mengandung zat kapur, sedikit zat perekat, bersifat
keras. Zat kapur tersebut dalam bentuk kalsium karbonat ( CaCO3 ) dan kalsium
fosfat (Ca(PO4 )2) yang diperoleh atau dibawa oleh darah. Adapun beberapa
fungsi dari tulang sejati, yaitu:
 Memberikan dukungan kepada jaringan lunak tubuh yaitu sebagai tempat
melekatnya otot, ligamenta dan fascia
 Memberi perlindungan pada organ vital
 Memberi perlindungan pada organ dalam
 Menentukan bentuk tubuh
 Sebagai alat penyangga tubuh

6
 Sebagai alat gerak pasif
 Sebagai tempat cadangan. mineral anorganik
2.1.2 Jenis-jenis Tulang Rawan
Tulang rawan (L. cartilago, tulang muda) merupakan jaringan ikat penahan
berat yang relatif padat, tetapi tidak sekuat tulang. Dalam kehidupan pasca lahir
sesudah tidak tumbuh lagi, jaringan ini hanya ditemukan pada dua jenis tempat.
Tempat pertama, sejumlah bangunan tulang rawan ekstra-skeletal terdapat dalam
tubuh. Sebagai contoh ialah cincin-cincin tulang rawan berbentuk tapal kuda pada
dinding trakea. Peranan cincin ini ialah mencegah dinding trakea, yang sebenarnya
hanya terdiri atas jaringan ikat biasa, agar tidak kolaps saat udara dihirup memasuki
paru. Bangunan tulang rawan berbentuk tidak beraturan juga terdapat pada dinding
jalan napas yang lebih kecil yang menunju paru. Juga terdapat lempeng-lempeng
tulang rawan pada laring, hidung, dan dinding bagian medial tuba auditori (yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring dan memungkinkan terjadinya
keseimbangan tekanan udara antara kedua rongga itu). Tulang rawan juga terdapat
pada tulang iga (yang menghubungkan ujung anterior iga dengan sternum), berupa
bagian yang menghubungkan iga-iga dengan sternum yang kuat namun cukup
fleksibel sehingga memungkinkan kerangka iga meluas pada gerakan respirasi
(Sugiyono, 2016)

JENIS-JENIS TULANG RAWAN

a. Tulang rawan hialin

Terpendam dalam matriks intersel tulang rawan hialin mempunyai


sel-sel yang dikenal sebagai kondrosit. Sel-sel ini menempati posisi demikian
karena alasan berikut. Pada tempat akan dibentuk tulang rawan dalam embrio,
sel-sel mesenkim memadat dan berdiferensiasi menjadi sel kondoblas, yang
kemudian mulai menghasilkan unsur makromolekul matriks tulang rawan. Pada
saat yang sama sel-sel pada bagian tepi mulai membentuk pembungkus fibrosa
yang disebut perikondrium (Sugiyono, 2016)

b. Tulang rawan elastis


7
Tulang rawan elastis merupakan bentuk tulang rawan yang sangat
kenyal yang khusus diperuntukkan menahan akibat pembengkokan. Jenis tulang
rawan ini menyokong telinga luar dan epiglotis. Tulang rawan elastis menyerupai
tulang rawan hialin kecuali bahwa selain serat kolagen tipe II yang tersebat luas,
matriksnya mengandung serat-serat elastin. Kondroblas menghasilkan semua
komponen matriks dan kemudian terbenam sebagai kondrosit di dalam matriks
yang dihasilkannya. Sebagaimana halnya pada tulang rawan hialin, kondrosit
terletak dalam lakuna dan beberapa terdapat berupa sel-sel isogen. Lagi pula jenis
tulang rawan ini tetap memiliki perikondrium sampai dewasa (Sugiyono, 2016)

c. Tulang rawan fibrosa (fibrokartilago)

Fibrokartilago dengan mudah dipelajari pada tempat tertanamnya


tendo pada tulang rawan. Mendekati tempat tertanamnya, tendo berubah
wujudnya. Pada tempat tendo tertanam ke dalam tulang rawan, kolagen dibentuk
oleh kondroblas dan bukan oleh fibroblas. Pada tempat insersi, sel-selnya lebih
besar dan lebih bulat daripada fibroblas dan berderet di antara berkas-berkas
kolagen yang paralel. Di antara sel-sel ini terdapat matriks amorf basofilik yang
menyerupai matriks teritorium tulang rawan hialin (matriks yang terpulas lebih
gelap di sekitar sel-sel isogen pada bagian bawah). Di sini pun basofilia
disebabkan kandungan glikosaminoglikans bersulfat. Fibrokartilago bersifat
avaskular, dan semasa dewasa tidak memiliki perikondrium. Selain terdapat pada
insersi tendo, fibrokartilago terdapat di simfisis pubis dan diskus intervertebrata
(Sugiyono, 2016)

2.1.3 Jenis-jenis Tulang Sejati

Jenis-jenis tulang sejati dapat dibedakan berdasarkan bentuk, lokasi, atau


struktur. Ada terdapat 5 jenis tulang sejati yaitu tulang pipih, tulang panjang, tulang
pendek, tulang tak beraturan, dan tulang sesamoid.

1. Tulang pipih Tulang pipih memiliki panjang dan lebar yang hampir sama, tetapi
tipis. Contoh dari tulang pipih termasuk tulang tengkorak, tulang rusuk, dan
tulang skapula (tulang bahu). tulang pipih memiliki tiga lapisan, yaitu:

8
• Periosteum adalah lapisan terluar tulang pipih. Hampir semua jenis tulang
dilapisi oleh periosteum
• Tulang kompak berada di bawah periosteum. Tulang ini memiliki
tekstur yang keras, kuat, dan kokoh sehingga bisa melindungi tulang di
bawahnya
• Tulang spons adalah lapisan paling dalam di struktur tulang pipih.
2. Tulang panjang
Berbentuk silinder dengan kedua ujungnya yang bulat. Biasa
disebut tulang pipa karena bentuknya seperti pipa. Ujung tulangnya yang
berbentuk bulat dan tersusun atas tulang rawan disebut epifise. Sedangkan
pada jenis ini bagian tengah tulang pipa yang berbentuk silindris dan
berongga disebut diafise. Di antara epifise dan diafise terdapat bagian
yang disebut metafise. Metafise tersusun atas tulang rawan.Bagian
metafise ini terdapat cakra epifise, yang memiliki kemampuan
memanjang. Contoh dari tulang panjang termasuk femur (tulang paha),
tulang humerus (tulang lengan atas), dan tulang tibia (tulang kering).
3. Tulang pendek
Tulang pendek adalah tulang yang berbentuk seperti kubus,
memiliki panjang, lebar, dan ketebalan yang kira-kira sama. Satu-satunya
tulang pendek di kerangka manusia adalah karpal pada pergelangan tangan
dan tarsal pada pergelangan kaki. Tulang pendek memberikan stabilitas
dan dukungan serta beberapa gerakan terbatas. Contoh tulang pendek yaitu
tulang metacarpal (tulang tengah tangan), tulang metatarsal (tulang tengah
kaki), dan tulang karpal (tulang pergelangan tangan).
4. Tulang tak beraturan
Tulang yang tidak beraturan adalah tulang yang tidak memiliki
bentuk yang mudah dikarakterisasi sehingga tidak cocok dengan
klasifikasi lain. Tulang-tulang ini cenderung memiliki bentuk yang lebih
kompleks, seperti tulang belakang yang menopang sumsum tulang
belakang dan melindunginya dari kekuatan tekan. Banyak tulang wajah,
terutama tulang rahang yang terdapat gigi, diklasifikasikan sebagai tulang
tidak beraturan.
9
5. Tulang sesamoid
Tulang sesamoid adalah sebuah tulang yang terletak disekitar
persendian Atau otot. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin,
"sesamum", yang berarti "wijen", karena tulang-tulang ini berbentuk bulat
atau kebulat-bulatan dan sangat kecil. Tulang sesamoid bervariasi dalam
jumlah dan penempatan, tetapi biasanya ditemukan pada tendon yang
terkait dengan kaki, tangan, dan lutut.
2.1.4 Proses pembentukan tulang rawan dan osifikasi pada tulang
Pada tempat pembentukan tulang rawan dalam embrio, sel-sel mesenkim
menyusutkan cabang-cabangnya dan mengumpul dalam agregasi padat yang
dikenal sebagai pusat kondrifikasi. Selselnya sangat berdekatan dan batas-batasnya
tidak jelas. Dengan memperbesar dan berkembangnya sel prekursor ini, mereka
mensekresikan ke sekitarnya matriks amorf metakromatik. Kolagen disekresikan
bersamaan, namun serabut yang dibentuk tertutup oleh matriks hialin yang
membuat kolagen terpendam. Dengan bertambahnya jumlah materi interstisial ini,
maka selselnya terisolasi dalam kompartemen masing-masing atau lakuna dan
berangsur memperoleh ciri sitologik kondrosit dewasa. Dalam perluasan pusat
kondrifikasi, pertumbuhan terjadi melalui dua mekanisme berbeda, yaitu:
pertumbuhan interstitial dan pertumbuhan aposisional (Kalangi, 2014).
1. Pertumbuhan intersitial
Di bagian dalam tulang rawan yang berkembang, sel-selnya untuk waktu
tertentu, masih dapat membelah. Setelah telofase, sekresi matriksnya
membentuk sekat yang makin tebal di antara sel-sel anak sehingga mereka
menempati lakuna terpisah. Sel-sel ini, pada gilirannya, kemudian membelah,
menghasilkan kelompok empat kondrosit dalam lakuna bersebelahan.
Pengembangan tulang rawan melalui pembentukan sel-sel dan matriks baru dari
dalam disebut pertumbuhan interstisial dan menerangkan terdapatnya pasangan
dan kelompok empat atau lebih lakuna dalam tulang rawan dewasa. Setiap
kelompok dikatakan isogen karena merupakan turunan dari satu kondrosit yang
mengalami beberapa kali pembelahan sebelum berhenti. Matriks tepat
mengelilingi setiap kelompok sel isogen terpulas lebih gelap. Halo lebih
basofilik ini disebut sebagai matriks teritorial dan daerah kurang basofilik lain
10
diantara kelompok-kelompok sel disebut matriks interteritorium. Pada tulang
rawan epifisis tulang panjang yang tumbuh, pertumbuhan interstisial tetap ada
dan pembelahan sel dalam orientasi tetap ada dan pembelahan sel dalam
orientasi tetap menghasilkan lakuna tersusun dalam kolom memanjang paralel
terhadap sumbu panjang tulang. Sel-sel pada ujung metafisis kolom ini
berdegenerasi dan lakunanya dimasuki tulang yang makin maju (Kalangi,
2014).
2. Pertumbuhan aposisional
Cara lain pertumbuhan tulang rawan ialah dengan meletakkan lebih banyak
matriks pada permukaannya. Mekanisme pertumbuhan ini disebut sebagai
pertumbbuhan aposisional. Mekanisme pertumbuhan ini bergantung pada
pembentukan kondroblas penghasil matriks baru pada permukaan tulang rawan.
Mesenkim yang mengelilingi tulang rawan memadat membentuk perikondrium.
Sel-sel pada aspek dalamnya, disebut sebagai lapis kondrogeniknya,
berproliferasi, berkembang menjadi kondrosit, dan menghasilkan matriks di
sekitarnya, sehingga terkurung di dalam tulang rawan. Penambahan sel dan
matriks baru pada permukaan ini disebut pertumbuhan aposisional, kesanggupan
perikondrium membentuk tulang rawan berlanjut sampai ke pasca-lahir dan
membantu pertumbuhan diameter model tulang rawan dari tulang panjang.

 Osifikasi Pada Tulang


Proses terbentuknya tulang dikenal juga dengan istilah osteogenesis atau
osifikasi. Proses osifikasi terjadi karena peranan sel pembentuk tulang yang dikenal
dengan istilah sel osteoblas. Selain sel osteoblas, ada juga sel osteosit atau sel tulang
dewasa dan sel osteoklas yang memiliki fungsi untuk memecah sekaligus menyerap
kembali tulang-tulang yang rusak. Osifikasi atau proses pembentukan tulang sendiri
terbagi menjadi dua jenis, yaitu osifikasi intramembran dan osifikasi endokondral
(Kalangi, 2014).
1. Osifikasi intramembran
Proses ini melibatkan konversi langsung mesenkim menjadi tulang. Ini
dimulai ketika sel-sel mesenkim yang berasal dari puncak saraf berdiferensiasi
menjadi sel-sel khusus pembentuk tulang yang disebut osteoblas. Osteoblas
11
berkelompok menjadi beberapa kelompok dan membentuk pusat osifikasi.
Osteoblas mulai mengeluarkan osteoid, matriks kolagen- proteoglikan yang
tidak termineralisasi yang dapat mengikat kalsium. Pengikatan kalsium pada
osteoid menyebabkan pengerasan matriks dan terperangkapnya osteoblas.
Jebakan ini menghasilkan transformasi osteoblas menjadi osteosit. Ketika
osteoid terus disekresi oleh osteobals, ia mengelilingi pembuluh darah,
membentuk tulang trabekuler/kansel/spons. Pembuluh darah ini pada akhirnya
akan membentuk sumsum tulang merah. Sel-sel mesenkim pada permukaan
tulang membentuk membran yang disebut periosteum. Sel-sel pada permukaan
bagian dalam periosteum berdiferensiasi menjadi osteoblas dan mensekresi
osteoid sejajar dengan matriks yang ada, sehingga membentuk lapisan. Lapisan-
lapisan ini secara kolektif disebut tulang kompak/kortikal (Kalangi, 2014).
2. Osifikasi endokondral.
Proses ini melibatkan penggantian tulang rawan hialin dengan tulang. Ini
dimulai ketika sel mesenkim yang berasal dari mesoderm berdiferensiasi
menjadi kondrosit. Kondrosit berkembang biak dengan cepat dan mengeluarkan
matriks ekstraseluler untuk membentuk model tulang rawan untuk tulang.
Model tulang rawan mencakup tulang rawan hialin yang menyerupai bentuk
tulang masa depan serta membran sekitarnya yang disebut perikondrium.
Kondrosit di dekat bagian tengah model tulang mulai mengalami hipertrofi dan
mulai menambahkan kolagen X dan lebih banyak fibronektin ke dalam matriks
yang mereka hasilkan; matriks yang diubah ini memungkinkan terjadinya
klasifikasi.
Klasifikasi matriks ekstraseluler mencegah nutrisi mencapai kondrosit dan
menyebabkannya mengalami apoptosis. Kematian sel yang diakibatkannya
menciptakan kekosongan pada cetakan tulang rawan dan memungkinkan
pembuluh darah menyerang. Pembuluh darah semakin memperbesar ruang
tersebut, yang akhirnya bergabung dan menjadi rongga medula; mereka juga
membawa sel osteogenik dan memicu transformasi perikondrium menjadi
periosteum. Osteoblas kemudian membuat daerah tulang kompak yang menebal
di daerah diafisis periosteum, yang disebut kerah periosteal. Di sinilah pusat
osifikasi utama terbentuk. Sementara tulang menggantikan tulang rawan di
12
diafisis, tulang rawan terus berkembang biak di ujung tulang, sehingga
menambah panjang tulang. Daerah proliferasi ini menjadi lempeng epifisis
(lempeng physeal/lempeng pertumbuhan), yang memberikan pertumbuhan
tulang memanjang setelah lahir dan memasuki masa dewasa awal. Setelah lahir,
seluruh proses ini berulang di wilayah epifisis; di sinilah pusat osifikasi
sekunder terbentuk (Kalangi, 2014).
2.1.5 Patologi yang Menyerang Sistem Rangka
1. Osteopetrosis
Osteopetrosis merupakan sebuah kelainan yang disebut sebagai
osteosclerotik (peningkatan massa tulang), yang dapat terjadi pada anjing, domba,
sapi serta beberapa strain pada tikus dan biasanya dideskripsikan sebagai kelainan
metaphyseal dysplasia. Dasar dari kelainan ini berupa kegagalan dari osteoklas
dalam menyerap kembali dan membentuk trabekula primer. Jadinya, spikula dari
tulang dengan inti sentral dari kalsifikasi kartilago mengisi ruang medulla
(medullary cavity). Proses ini dapat mempengaruhi seluruh tulang yang
berkembang dari model tulang kartilago (merupakan hasil dari proses elongasi dari
osifikasi endokondral piringan pertumbuhan tulang). Tulang yang mengalami
kelainan ini menjadi lebih padat dan tidak memiliki ruang medulla. Kelainan ini
biasanya terjadi pada sapi Angus dan biasanya bersifat turunan dari gen yang
bersifat resesif autosomal. Apabila kelainan ini terjadi pada anak sapi yang masih
dalam kandungan, biasanya tipikal kasus stillborn beberapa minggu lebih awal
(premature) (MadeKardena, 2018)

2. Congenital Cortikal Hyperostosis


Penyakit ini umumnya menyerang anak babi yang baru lahir
(merupakan sebuah contoh pada kasus diaphyseal dysplasia) dengan karakterisasi
berupa formasi periosteal pada tulang baru pada permukaan tulang panjang. Lesi
dapat merupakan hasil dari disorganisasi dari perichondral ossifikasi. Tulang pada
bagian ekstremitas biasanya dapat terlihat menebal oleh edema dan dari perputaran
spikula dari tulang yang terbentuk pada permukaan periosteal dari metaphysis dan
diaphysis. Pada anak babi yang terinfeksi biasanya mengalami stillborn atau
mengalami kematian sesaat setelah lahir karena komplikasi dari penyakit yang
13
lain (MadeKardena, 2018).
3. Osteogenesis imperfecta
Merupakan bentuk kelainan tulang yang umum terjadi pada sapi,
domba, dan anjing muda. Kelainan ini meliputi tulang, dentin dan tendon. Secara
klinis, hewan yang mengalami kelainan ini akan tampak mengalami multipel
fraktur, dislokasi sendi, serta kerusakan dentin. Dasar dari kelainan ini berupa
kegagalan fungsional pada produksi osteoblastik collagen tipe I, dan pada
beberapa kasus, terjadi akibat menurunnya sintesis protein non colagenus, seperti;
osteonectin yang sangat berperanan pada pembentukan dan pertumbuhan dari
tulang, sendi dan gigi (MadeKardena, 2018).
4. Angular Limb deformity
Kelainan ini berupa deviasi dari bagian distal tulangItulang pada kaki
pada suatu individu. Kelainan bentuk ini dapat terjadi pada spesies hewan apapun,
tapi yang paling sering adalah pada kuda yang masih muda.
Deviasi ini asalnya bisa dari berbagai lokasi, misalnya bagian distal
radial physis, carpus, distal metatarsal physis. Kelainan ini bisa juga terlihat pada
saat hewan baru lahir ataupun bisa muncul disaat hewan itu tumbuh besar.
Causatif faktornya bervariasi, dari malposisi disaat fetus didalam uterus, joint
yang bermasalah / kendor, hypotiroidisme, trauma, over nutrisi (konsumsi jumlah
protein dan kalori yang berlebihan), dan kegagalan endocondral osifikasi dari
epiphyses dari karpal, tarsal, dan tulang-tulang panjang.

5. Metabolic Bone Diseases


Kelainan tulang yang bersifat sistemik ini umumnya diakibatkan
karena faktor nutrisional, endokrin, dan toxin. Abnormalitas secara struktural
terjadi baik pada saat tulang itu tumbuh maupun sudah dewasa atau selama normal
modeling dan remodeling. Kelainan ini sering disebut osteodystrophy.
Osteodystrophy merupakan kelainan yang relatif masih bersifat umum dan
berupa kelainan formasi tulang.
6. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit klinis pada tulang karena
penurunan density massa dari tulang itu sendiri. Tulang umumnya mengalami
14
mineralisasi, namun bila terjadi gangguan proses mineralisasi tulang dapat
menyebabkan terjadinya osteoporosis. Penurunan masa tulang juga dapat terjadi
tetapi tidak disertai dengan gejala klinis, kasus ini disebut osteopenia. Pada kasus
keduanya, osteoporosis dan osteopenia, bagian ketebalan kortikal tulang
mengalami pengurangan. Trabekulaenya mengalami penipisan dan jumlahnya juga
berkurang dan terjadi perforasi pada bagian plate tulang. Sedangkan, ruang
medulari menjadi melebar karena terjadi penyerapan endosteal pada kortical
tulang. Hasil akhir berupa tulang yang rapuh dan lebih mudah mengalami fraktur
(MadeKardena, 2018).
2.1.6 Sistem Rangka Pada Invertebrata
Sistem rangka pada hewan invertebrata sangat beragam dan terdiri dari berbagai jenis,
seperti rangka eksoskeleton pada serangga dan krustasea, rangka endoskeleton pada
echinodermata, dan rangka hidrostatik pada cacing pipih, nematoda, dan annelida.
Rangka eksoskeleton pada serangga dan krustasea terbuat dari kitin, sedangkan pada
echinodermata terbuat dari kalsium karbonat Rangka hidrostatik pada cacing pipih,
nematoda, dan annelida berupa bagian cair dari tubuh hewan yang ditahan di bawah
tekanan dalam kompartemen tubuh yang tertutup. Sistem rangka pada hewan
invertebrata berfungsi untuk memberikan dukungan fisik pada tubuh dan melindungi
organ-organ vital (Helwig et al., 2021.)

Beberapa jenis sitem rangka yang umum ditemukan pada invertebrata adalah:
1. Rangka eksoskeleton
Ditemukan pada beberapa kelompok hewan invertebrata seperti arthropoda
(serangga, kepiting, laba-laba) dan moluska (kerang, siput). Rangka ini terbuat dari
bahan yang keras dan kuat seperti kitin pada serangga atau kalsium karbonat pada
moluska. Fungsi utamanya adalah untuk memberikan dukungan struktural,
perlindungan dari predator, dan memungkinkan pergerakan.
2. Rangka endoskeleton
Ditemukan pada beberapa kelompok invertebrata seperti echinodermata
(bintang laut, landak laut) dan beberapa jenis cacing. Rangka ini terletak di dalam
tubuh hewan dan terbuat dari bahan seperti kapur, kalsium karbonat, atau silika.
15
Fungsi utamanya adalah untuk memberikan dukungan dan perlindungan internal,
serta fungsionalitas dalam pergerakan.
3. Rangka hidrostatik
Ditemukan pada beberapa kelompok invertebrata seperti cacing pipih, cacing
tanah, dan ubur-ubur. Rangka ini terdiri dari rongga tubuh yang terisi cairan dan
otot-otot yang mengelilinginya. Fungsi utamanya adalah untuk memberikan
dukungan dan memungkinkan pergerakan melalui kontraksi otot.
4. Rangka ekso-endoskeleton
Ditemukan pada beberapa kelompok invertebrata seperti cacing beruas dan
kepiting. Rangka ini terdiri dari kombinasi rangka eksternal (eksoskeleton) dan
rangka internal (endoskeleton). Fungsi utamanya adalah untuk memberikan
dukungan dan perlindungan eksternal, serta untuk memberikan dukungan internal
dan perlindungan organ dalam.
2.1.7 Sistem Rangka Pada Pisces
Sistem rangka pada ikan atau pisces terdiri dari rangka internal yang terbuat
dari tulang. Tulang-tulang ini memberikan dukungan struktural, melindungi organ-
organ vital, dan memungkinkan pergerakan pada ikan.
Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi
untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta
berfungsi pula dalam proses pembentukan butir darah merah.beberapa ikan modifikasi
tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi
ikan betina (Axial, 2019). Berikut ini adalah beberapa komponen sistem rangka pada
pisces:
1. Tulang-belakang (vertebrae)
Ikan memiliki tulang-belakang yang membentuk sumbu utama tubuh mereka.
Tulang- belakang terdiri dari serangkaian vertebrae yang terhubung satu sama lain
dan melindungi sumsum tulang belakang serta organ-organ vital.
2. Sirip
Ikan memiliki berbagai jenis sirip yang terhubung dengan rangka tulang
mereka. Sirip- sirip ini termasuk sirip punggung (dorsal), sirip dubur (anal), sirip
perut (pelvic), sirip dada (pectoral), dan sirip ekor (caudal). Sirip-sirip ini
membantu dalam pergerakan, keseimbangan, dan manuver dalam air.
16
3. Tulang tengkorak (skull)
`Tulang tengkorak melindungi otak dan organ sensorik seperti mata, telinga,
dan hidung pada ikan. Bagian tulang tengkorak ini juga menyediakan tempat
pemasangan otot-otot yang terlibat dalam menggerakkan rahang dan pernapasan
pada ikan.

4. Tulang insang (gill arches)


Dalam ikan, tulang insang membentuk kerangka pendukung untuk insang,
yang memungkinkan pengambilan oksigen dari air dan pengeluaran karbon
dioksida. Tulang insang juga membantu menjaga kestabilan dan struktur insang
pada ikan. Sistem rangka pada pisces penting untuk memberikan dukungan,
perlindungan, dan keseimbangan dalam tubuh ikan serta untuk memungkinkan
pergerakan dan beradaptasi dengan lingkungan air yang berbeda.
2.1.8 Sistem Rangka Pada Reptil
Sistem kerangka pada reptilia dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu endoskeleton
dan eksoskeleton.
1. Eksoskeleton
Berasal dari epidermis, berupa sisik yang menanduk yang
menyelubungi seluruh permukaan tubuhnya dan tersusun seperti susunan genting.
2. Endoskeleton
Terdiri dari skeleton aksial dan skeleton apendikular. Skeleton Aksial Terdiri
dari tengkorak, kolumna vertebralis, sternum dan rusuk. Tulang Tengkorak Terdiri
dari bagian tengkorak, kapsula sensorik dan kerangka visceral yang
terdiri dari tulang- tulang penyusun rahang (mandibula, maxillar, premaxillar).
Skleton Aparatus hyoideus merupakan tulang kartilago yang menyusun bagian
dasar dari rongga mulut.
Tengkorak Reptilia berbentuk agak pyramidal, meruncing kearah cranial dan
memipih dalam arah dorso – ventral. Tempurung kepala ada yang bermoncong
panjang merupakan tulang yang keras pada hewan dewasa. Pada rahang bawsah
yang panjang terdapat sendi pada tulang kuadrat yang telah bersatu dengan tulang
cranium. Bagian ventarl dari cranium merupakan plat yang keras (Aprilia, 2008).
Reptil memiliki rangka tungkai yang memungkinkan gerakan. Tulang-tulang
17
ini, seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula, membentuk kerangka
untuk kaki dan anggota tubuh reptil. Varian tulang tungkai tergantung pada spesies
reptil. Misalnya, pada reptil berkaki empat, tulang tungkai bagian belakang berfungsi
untuk berjalan, sedangkan pada reptil berkaki dua, tulang tersebut termodifikasi
menjadi sayap pada burung atau ekstremitas depan pada mamalia.
Reptil memiliki rangka rusuk yang melindungi organ-organ dalam seperti
jantung, paru- paru, dan hati. Tulang rusuk dapat terhubung dengan sternum, yang
membantu memberikan kestabilan dan perlindungan bagi organ-organ internal.
2.1.9 Sistem Rangka Pada Aves
Struktur rangka pada burung banyak mengalami diferensiasi, misalnya
pada bagian kolumna vertebralis atau tulang belakang. Vertebra pada burung
(misalnya burung dara) dibagi menjadi 4 bagian, yaitu vertebra torakalis terakhir
(posterior), vertebra lumbalis, vertebra sakralis dan vertebra kaudalis anterior.
Keempat vertebra tersebut bersatu membentuk sinsakrum (Utami, 2019).
Tidak hanya pada bagian vertebra, bagian sternum (dada) berdiferensiasi
menjadi lebar dan kuat, yang disebut karina sterni. Sternum tersebut berfungsi untuk
perlekatan otot-otot pektoral yang kuat, yang berperanan penting untuk terbang.
Rusuk sterna (rusuk ventral) pada aves tersusun dari jaringan tulang rawan.
Pada aves terdapat tulang-tulang gelang bahu yang meliputi pola dasar gelang
pektoral yang terdiri dari tulang-tulang pengganti (berasal dari tulang rawan),
meliputi korakoid dan skapula, dan tulang-tulang membran (berasal dari jaringan
ikat), yaitu klavikula. Pada aves yang dapat terbang, kedua klavikula bersatu
dibagian tengah dengan interklavikula, membentuk furkula yang berbentuk huruf
V. Bagian ujung furkula dilekatkan dengan sternum oleh suatu ligamen. Aves
memiliki korakoid sepasang, kokoh, dan bersendian dengan sternum, sedangkan
skapula tersusun sepasang, panjang, dan bersendian dengan kosta (Utami, 2019).
Rangka aves terdiri dari rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial
yang tersusun atas caput (kepala), kolumna vertebralis (tulang belakang), truncus
(badan), dan kosta (tulang-tulang rusuk), sedangkan rangka apendikular pada aves
tersusun atas extremitas (tulang-tulang anggota gerak).
2.1.10 Sistem Rangka Pada Amfibi
Rangka katak terdiri atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian
18
lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang pital
meletaknya otot daging yang berguna untuk bergerak dan berjalan. Pada fas cebong
tulang masih lunak kemudian fase dewasa menjadi keras. Tetapi sambungan-
sambungan tulang masih lunak, dengan permukaan yang licin Sekrum atau tulang
kelangkang berbentuk segitiga dan terletak di bagian bawah columna vertebralis,
terjepit diantara kedua tulang inominata atau tulang coxaedan membentuk bagian
belakang rongga pelvis, dasar dari sakrum terletak di atas dan bersendi dengan
vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi invertebra yang khas (Huda, 2017).
Amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara proporsional,
kebalikan dari ikan. Tengkorak amfibi modem mempunyai tulang-tulang
premaksila, nasal, frontal, parietal dan skuamosa. Kebanyakan permukaan dorsal
dari tubuh Anura tidak seluruhnya tertutup tulang. Bagian dari kondrokranium
masih belum mengeras, hanya daerah oksipital dan eksoksipitalnya mengeras, dan
masing-masing memiliki kondila bertemu dengan vertebra pertama. Tidak ada
langit-langit/palatum sekunder pada amfibi, akibatnya nares internal lebih maju di
dalam langit-langit mulut. Di bagian ventral otak ditutupi oleh tulang dermal
dinamakan parasfenoid. Gigi ada premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid,
dan tulang dental. Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau
gigi pada rahang bawah mereduksi (Huda, 2017).
2.1.11 Sistem Rangka Pada Mamalia
Sistem rangka pada mamalia terdiri dari rangka tulang yang merupakan sistem
rangka utama dalam vertebrata. Sistem rangka memungkinkan pergerakan tubuh,
dengan bekerja sama dengan sistem otot. Rangka aksial disebut juga dengan rangka
poros atau sumbu tubuh, terdiri dari tulang kepala (tengkorak), tulang belakang
(vertebrae), tulang dada, dan tulang rusuk (sternum dan kosta). Sedangkan rangka
apendikular terdiri dari gelang bahu (gelang pectoral) dengan anggota badan depan
dan gelang pinggul (gelang pelvic) dengan anggota belakang. Rangka wajah
tersusun atas 1 tulang rahang bawah (mandibula), 2 ruas tulang hidung (nasal), 2
tulang lakrimal, 1 tulang vomer, 2 tulang konka inferior, 2 tulang pipi (zigomatik),
dan 2 ruas rahang atas (maksilia). Sementara itu, rangka telinga terdiri atas 2 martil
(maleus), 2 paron (inkus), dan 2 stapes (Saefudin, 2012).

19
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Pisces
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 02 November 2023 pada pukul 15.00-
19.00 WITA, bertempat di Oesapa
3.1.2 Reptil
Praktikum dilaksanakan Selama 4 hari, yakni pada hari Jumat, 3 November 2023 -
Hari Senin, 6 November pada pukul 13.00 WITA - selesai bertempat di Kos
Taijon, Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang Tengah
3.1.3 Mamalia
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 5 November 2023, pukul 17.00-22.00
WITA. Bertempat di Oesapa, kediaman saudari Karen
3.1.4 Aves
Praktikum ini dilakukan pada hari kamis, 2 November 2023 di kos Viodolorosa,
Penfui.
3.1.5 Amfibi
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 2 November 2023, pukul 16.00-21.00
WITA. Bertempat di Oebufu, kediaman saudara Ian.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Sistem rangka pada aves
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah triplex, paku, kawat, pinset,
kuas, baskom, dan pisau. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ayam kampung,
lem china, kapas, air, bensin, dan cat.
3.2.2 Sistem rangka pada mamalia
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: Pinset, Carter, gunting,
jarum pentul, kapas, box, konfor, dan kuali. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu : air, tikus, alkohol, daun pepaya, dan cairan peroksida
3.2.3 Sistem rangka pada reptil

20
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: piasu, Carter,
silet,pinset,sarung tangan, wadah kaca. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu :
tokek,air, cairan peroksida, lem, puntung rokok
3.2.4 Sistem rangka pada Pisces
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: pisau,kuali, pinset, wadah,
papan, tisu dan catter . Sedangkan bahan yang digunakan yaitu: ikan, air, soda
kue, bayclin, jeruk nipis dan lem china.
3.2.5 Sistem rangka pada amfbi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: catter, silet,toples,sarung
tangan,jarum pentul. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu: kodok,
alkohol,kapas, cairan styrofoam dan air
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Sistem rangka pada aves
1. Disisapkan alat dan bahan
2. Disembelih ayam dan dibersihkan bulunya
3. Direbus ayam selama 10 menit pada air mendidih
4. Didinginkan ayam selama beberapa menit lalu dibersihkan dagingnya dengan
tulang, lalu dijemur tulang tersebut hingga kering
5. Disusun setiap rangkanya hingga membentukk rangka ayam. Penyusunannya
dilakukan dengan menggunakan kawat dan lem china untuk memperkokoh
berdirinya rangka.
6. Setelah disusun, diwarnai menggunakan cat putih dan dikeringkan
7. Disimpan rangka ayam tersebut di dalam box kaca.
3.3.2 Sistem rangka pada mamalia
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibius tikus dengan menggunakan alkohol
3. Direbus tikus dalam air yang ditambah daun pepaya sehingga daging tikus
lunak dan mudah dibersihkan
4. Dibersihkan semua daging tikus beserta sumsumnya dengan hati-hati
5. Jika ada tulang yang patah, disusun kembali menggunakan lem
6. Direndam rangka tersebut dengan alkohol sampai tulang benar-benar kuat
7. Diangkat kerangka dan dikeringkan
21
8. Disimpan rangka dalam box.

3.3.3 Sistem rangka pada reptil


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibius tokek dengan alkohol
3. Dilakukan proses pembedahan tokek menggunakan alat bedah (gunting dan
cutter), kemudian dikeluarkan organ dalam tokek dan kulitnya.
4. Direndam tulang tokek di dalam air yang sudah dipanaskan
5. Direndam tulang tokek dalam larutan peroksida 3% beberapa menit
6. Setelah proses pemutihan dianggap cukup,tulang segera dikeluarkan dan dicuci
dengan air bersih sampe larutan peroksida menempel hilang
7. Dikeringkan tulang dengan diangin- aginkan dan dihindari dari sinar matahari
langsung dan disimpan dalam box
3.3.4 Sistem rangka pada pisces
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sisik ikan belah kuning dan dikeluarkan isi perut ikan
3. direbus ikan dalam air yang mendidih selama 10 menit lqlu diangkat dan
dibersihkan dagingnya menggunakan pinset
4. Direndam tulang ikan dalam pemutih instan selama 30 menit
5. Dibuat pemutih alami dengan mencampurkan lemon dan baking soda lalu
direndam ikan pada pemutih alami tersebut selama 30 menit
6. Disambungkan tulang ikan yang terlepas menggunakan lem
7. Diletakan kerangka ikan dalam box
3.3.5 Sistem rangka pada amfibi
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibius kodok menggunakan alkohol
3. Dilakukan proses pembedahan kodok dengan menggunakan alat bedah (silet)
kemudian dikeluarkan organ dalam kodok, kulit kodok, serta dagingnay
4. Direndam tulang kodok dalam air yang sudah dipanaskan
5. Dibersihkan sisa-sisa daging pada tulang dan bagian kepala
6. Disambung tulang kodok yang terlepas menggunakan lem
7. Diletakan kerangka kodok dalam box kaca.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aves (Ayam, Gallus gallus)

Gambar 1.1 Kerangka Aves

Kerangka tulang berfungsi sebagai penyokong tubuh, tempat pelekatan otot,


melindungi organ vital, tempat diproduksinya sel darah merah dan sel darah putih di dalam
sumsum tulang, membantu pernapasan serta meringankan tubuh saat terbang (North,1978).
Kerangka pada hewan unggas memiliki karakter yang kompak, ringan, dan sangat kuat.
Susunan pada tulang unggas memilki partikel yang padat dan kuat tetapi memilki bobot
yang ringan. Sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada
unggas air (Akoso, 1993). Unsur penyusun tulang adalah Kasium Fosfat 13%, Magnesium
Fosfat 5%, Kalsium Karbonat 2% (Akoso, 2010).
Kerangka ayam dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Kerangka Axial
Kerangka axial merupakan bagian dari kerangka ayam yang berfungsi sebagai
penunjang utama kerangka poros tubuh. Tulang-tulang axial terdiri dari:
1. Tulang Kepala (Tengkorak/Skull), terdiri dari 2 bagian, yaitu:

 Cranium: Berbentuk bulat untuk melindungi otak dan alat-alat


pendengaran. Tulang pembentuk cranium sangat banyak, namun yang

23
perlu diperhatikan yaitu Os occipitales yang berhubungan dengan tulang
leher (Vertebrae cerνicalis) yaitu Atlas dan Epistropheus (Axial).
 Facial: Terdiri dari banyak tulang, tetapi yang perlu diperhatikan adalah
bagian Incisiνe yaitu tulang pembentuk paruh atas, Mandible (Mandibula)
tulang yang membentuk paruh bawah, dan Quadratum yaitu tulang yang
membantu pergerakan mandibula.
2. Tulang Belakang atau Punggung (Columna Vertebralis), secara susunannya
tersusun dari tulang cerνical, thoracal, lumbal, sacral, dan cocoygeal. Namun
tulang yang berhubungan dengan proses produksi ayam terdiri dari:
 Vertebrae cerνicalis (Tulang Leher): Membentuk kerangka leher yang
berjumlah 13 atau 14 buah tulang. Tulang leher pertama yaitu Atlas dan
tulang leher kedua yaitu Episthropheus bersama-sama berfungsi untuk
menggerakkan tengkorak ayam. Kedua tulang ini saling bertautan dan
dapat berputar sehingga memberikan kebebasan pada leher dan kepala
ayam untuk makan, membersihkan bulu, pertahan, dan fungsi pergerakkan
lainnya.
 Vertebrae thoracales (Tulang Rusuk): Terdiri dari 7 buah tulang yang
saling berpasangan dan berfungsi untuk melindungi organ vital pada
bagian tubuh ayam.
 Vertebrae cocoygeales (Tulang Ekor): Terdiri dari 5 atau 6 tulang
dengan tulang terakhirnya memiliki ukurang paling besar dan disebut
sebagai tulang pygostyle yang merupakan tempat tumbuhnya bulu ekor.
 Os sternum (Tulang Dada): Pada bagian dada terdapat tulang sternum
yang di mana ukuran antara sternum dengan pubis dapat dijadikan sebagai
indikator penentu tinggi atau rendahnya produktivitas ayam petelur.
b. Kerangka Anggota Tubuh
Kerangka tulang yang berfungsi sebagai bagian dari alat pergerakan ayam, kerangka
ini terbagi menjadi:
1. Tulang Sayap, merupakan evolusi dari bagian kaki depan pada reptile. Tulang ini
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
 Gelang bahu: Terdiri dari scapula, coracoid dan claνicula yang bersama-

24
sama membatasi suatu lubang yang disebut `oramen triosseum dan
berfungsi sebagai kontrol untuk mengangkat sayap.
 Bagian bebas sayap terdiri dari:
- Lengan Atas (Cumerus), merupakan tulang panjang di lengan atau tubuh
depan yang berjalan daru bahu ke siku. Secara otomatis
menghubungkan scapula dan lengan bawah (]adius dan Ulna).
- Lengan Bawah, terdiri dari radius dan ulna. ]adius memanjang dari sisi
lateral siku ke sisi ibu jari pergelangan tangan dan berjalan sejajar
dengan ulna, yang melebihi itu panjang dan ukurannya. Ini adalah
tulang panjang, prisma berbentuk dan sedikit melengkung secara
longitudinal. Sedangkan Ulna adalah salah satu dari dua tulang panjang
di lengan bawah, yang lainnya adalah jari-jari. Secara prismatik berjalan
sejajar dengan jari-jari, yang lebih pendek dan lebih kecil (Tim
Praktikum Struktur Hewan Unand, 2020)
- Hanus, terdiri dari carpus, metacarpus dan digits.
2. Tulang Kaki, merupakan bagian kerangka yang berfungsi sebagai alat utama untuk
pergerakan berjalan yang terdiri dari:
 Gelang pinggul: Terdiri dari:
- Illium, merupakan tulang menonjol dan terbesar dari panggul, dan
muncul dalam kebanyakan vertebrata termasuk mamalia dan burung.

- Ischium, membentuk bagian bawah dan belakang tulang pinggul,


terletak di bawah tulang pangkal paha dan di belakang simfisis.

- Pubis, merupakan tulang duduk atau pinggul yang dapat dijadikan


indicator produksi telur pada ayam.
 Bagian bebas kaki: Terdiri dari:
- Femur (Paha), merupakan tulang yang paling dekat dengan pusat tubuh,
paling proksimal dari tungkai yang digunakan berjalan atau melompat.
- Betis (Tibia dan Fibula), tibia atau shankbone ukurannya lebih besar
dari fibula yang menghubungkan lutut (patela) dengan pergelangan
kaki.

25
- Kaki bawah (Tarsus, Metatarsus, dan Digitae).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada aves yaitu ayam didapatkan sistem
rangka yang terdiri dari Nasal, Incisive, Atlas, Metacarpus, Ulana, Radius, Humerus,
Sentrum, PatellaIllium, Femur, Tibia, Metatarus, dan Pubis.

a. Nasal
Pada ayam terletak di bagian depan kepala, di atas paruh, tepatnya
di antara kedua mata. Secara umum, pada burung, hidung atau nosal tidak
memiliki bentuk seperti manusia, melainkan merupakan struktur yang disebut
cere. Cere adalah area kulit di pangkal paruh yang tidak bersisik dan memiliki
beberapa fungsi khusus pada burung. Fungsi nasal pada ayam adalah untuk
membantu dalam pernapasan, pengendalian suhu, pengenalan aroma dan rasa,
dan untuk komunikasi (Tim Praktikum Struktur Hewan Unand, 2020)
b. Incisive
Pada ayam merupakan paru yang berfungsi untuk berbagai
keperluan seperti mencabik, mengambil makanan, dan mengolah makanan
sebelum ditelan. Ayam memiliki paruh yang terletak di bagian depan kepala,
menggantikan fungsi gigi yang ada pada mamalia. Paruh ini terdiri dari dua
bagian yang dapat membuka dan menutup untuk menangkap, merobek, dan
mengolah makanan.
c. Atlas
Merupakan tulang pertama atau vertebra pertama pada tulang
belakang (vertebrae) vertebrata. Pada ayam, tulang ini juga disebut dengan
sebutan yang serupa, yaitu atlas. Fungsi utama atlas adalah menyediakan
sokongan struktural untuk kepala dan memberikan fleksibilitas gerakan kepala.
Atlas terletak langsung di bawah tengkorak dan di atas tulang belakang yang
lebih panjang. Ini adalah vertebra pertama yang menghubungkan tengkorak
dengan tulang belakang.
d. Metacarpus
Pada ayam adalah bagian dari sayap yang terletak antara tulang

26
humerus (paha) dan tulang phalanx (jari-jari). Metacarpus merupakan bagian
tengah sayap, dan pada ayam, terdiri dari tulang-tulang panjang yang
menghubungkan persendian sayap ke bagian ujung sayap. Ulna
(Tim Praktikum Struktur Hewan Unand, 2020)

f. Radius
Terletak di sisi lateral (bagian luar) dari sayap ayam, sejajar dengan
ulna. Radius berperan dalam memberikan fleksibilitas gerakan untuk sayap
ayam. Ini memungkinkan ayam untuk melakukan gerakan seperti melipat,
membuka, dan menggerakkan sayap dengan kebebasan.
g. Humerus
Merupakan tulang lengan atas yang merupakan bagian dari
rangkaian tulang pada sayap ayam. Humerus terletak di bagian atas lengan sayap
dan menghubungkan bahu ke siku. Humerus terhubung dengan otot-otot yang
memungkinkan gerakan sayap, membantu menggerakkan sayap saat terbang,
menjaga keseimbangan, dan melakukan aktivitas sehari-hari lainnya.
h. Sentrum
Merupakan bagian tengah atau tubuh dari sebuah vertebra. Pada
ayam, serangkaian vertebra membentuk tulang belakang atau columna
vertebralis. terletak di bagian tengah vertebra dan bersama-sama membentuk
tulang belakang yang mendukung tubuh ayam. Sentrum berfungsi melindungi
sumsum tulang belakang, yang merupakan bagian penting dari sistem saraf
pusat. Sumsum tulang belakang mengirimkan sinyal saraf ke seluruh tubuh, dan
tulang belakang berperan dalam melindunginya dari cedera.
i. Ilium
Merupakan salah satu dari tiga tulang yang membentuk tulang
panggul (pelvis) pada ayam. Ilium terletak di bagian atas dan lateral (sebelah
samping) dari pelvis, dan bersama dengan ischium dan pubis membentuk
struktur yang menyokong dan melindungi organ dalam panggul ayam. Ilium
berfungsi menyediakan titik hubungan untuk berbagai otot yang terlibat dalam
gerakan kaki dan sayap..
27
j. Femur
Merupakan tulang paha atau tulang lengan atas pada sayap ayam.
Fermur merupakan tulang terpanjang dan terbesar dalam tubuh ayam,
membentuk bagian utama dari tungkai bawah. Femur terletak di antara panggul
dan lutut. Femur berfungsi sebagai tempat melekatnya otot.

k. Tibia
Adalah tulang utama di tungkai bawah ayam. Terletak di sisi anterior
(depan) dari tulang betis (fibula) dan membentuk bagian utama dari struktur kaki
ayam. Persendian lutut terbentuk oleh femur, tibia, dan fibula, dan ini
memungkinkan ayam untuk melakukan berbagai gerakan kaki. Tibia berperan
penting dalam menanggung berat badan ayam. Tibia merupakan tulang utama
yang menopang tubuh pada tungkai bawah dan membantu dalam menjaga
keseimbangan dan stabilitas saat berdiri atau bergerak..
l. Pubis
Adalah salah satu dari tiga tulang yang membentuk tulang panggul
(pelvis) pada ayam. Pubis terletak di bagian bawah dan depan dari pelvis,
membentuk struktur ini bersama dengan ischium dan ilium. Pubis memiliki
peran dalam mendukung proses reproduksi.
4.2 Mamalia (Tikus Putih)

1. Struktur Histologis
Tulang tengkorak mamalia hanya terdiri dari 35 tulang atau kurang dari itu.
Meskipun berjumlah lebih sedikit, tetapi tulang-tulang tengkorak mamalia lebih
kuat dan lebih padat. Rangka tengkorak terdiri dari tulang-tulang kotak otak
28
(kranium) dan tulang-tulang wajah.
Kolumna vertebralis (tulang belakang) dari kebanyakan vertebrata tersusun
atas serangkaian vertebra bertulang atau bertulang rawan yang memanjang dari
bawah kepala sampai ujung ekor. Masing-masing ruas tulang belakang (vertebra)
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu badan vertebra (sentrum), lengkung neural
(arkus neuralis) dan taju neural (spina/prosesus neuralis). Penonjolan vertebra ke
arah lateral disebut prosesus transversus/artikularis. Vertebra-vertebra yang
berdekatan selalu bersambungan pada bagian sentrumnya. Di samping itu vertebra
tetrapoda saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan dari lengkung neural yang
disebut zigapofisis (prezigapofisis dan poszigapofisis) (Tim Praktikum Struktur
Hewan Unand, 2020)
Pada reptilia dan mamalia, kolumna vertebralis dibagi menjadi 5 bagian,
yaitu vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (punggung), vertebra lumbalis
(pinggang), vertebra sakralis (sakral atau pelvis), dan vertebra kaudalis (ekor). Ruas
vertebra servikalis pertama disebut tulang atlas, dan ruas yang kedua disebut tulang
aksis.
Strenum berfungsi untuk memperkuat dinding tubuh, melindungi organ-
organ visera di dalam rongga dada, sebagai tempat melekatnya otot-otot pektoral,
dan untuk membantu gerakan pernafasan paru-paru (pada beberapa amniota).
Macam strenum pada mamalia adalah manubrium, korpus sternum (sternebrae),
dan sifisternum (prosesus sifoideus) yang berupa tulang rawan.
Mamalia mempunyai rusuk vertebral yang berkepala dua (bisipital). Kepala
bagian dorsal disebut tuberkulum, melekat pada diapofisis dari vertebra. Kelapa
bagian ventral disebut kapitulum, melekat pada parapofisis dari vertebra.
2. Struktur Anatomi
Struktur anatomi mamalia (marmot “Cavia cobaya”) terdiri dari 4 bagian
utama, yaitu caput (kepala), serviks (leher), truncus (badan), dan extremitas
(anggota gerak).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakuakan pada mamalia yaitu tikus


putih didapatkan sistem rangka yang terdiri dari Maxilla, Orbit ,Molars, Atlas, axis, Ulna,
radius, Patella, tibia, femur, fibula, Talus, phaalanges, Lumbar vertebrae, sacrum,
29
caudal vertebrae.(Tim Praktikum Struktur Hewan Unand, 2020)

a. Maxilla adalah tulang wajah yang terletak di bagian atas (superior) pada tengkorak
hewan vertebrata, termasuk tikus. Fungsi maxilla adalah sebagai penompang gigi,
pemecah makanan, dan penyusun wajah.
b. Orbit pada tikus adalah rongga mata atau lubang tempat mata terletak di tengkorak.
Orbit terletak pada bagian samping tengkorak dan merupakan bagian dari tengkorak
wajah. Fungsi orbit pada tikus adalah sebagai perlindungan mata, penyusunan mata,
dan sebagai tempat untuk otot-otot menggerakan mata.
c. Molars. Gigi-gigi molus atau molars pada tikus terletak di bagian belakang rahang,
diikuti oleh gigi premolar. Molus memiliki beberapa fungsi penting dalam proses
pencernaan dan pengunyahan makanan.
d. Talus adalah tulang pada pergelangan kaki yang berperan dalam menyediakan
hubungan antara tulang kering (fibula) dan tulang betis (tibia). Talus pada tikus terletak
di bagian tengah-tengah pergelangan kaki. Secara anatomi, talus terletak di antara
tulang kering (fibula) dan tulang betis (tibia) serta berada di dekat tulang calcaneus
(tulang tumit). Talus memungkinkan gerakan fleksibilitas pada pergelangan kaki, yang
penting untuk pergerakan hewan.
e. Lumbar vertebrae atau tulang belakang bagian bawah terletak pada bagian punggung
bawah (lumbal) dari kolom vertebrata manusia dan hewan vertebrata lainnya. Vertebra
lumbalis terletak di bawah vertebra torakalis (dada) dan di atas vertebra sakral
(pinggul). Mereka membentuk bagian paling bawah dari kolom vertebrata atau tulang
belakang. Fungsinya sebagai perlindungan pada sistem saraf dan ketahanan terhadap
gaya tegangan.
f. Sacrum pada tikus terletak di bagian bawah kolom vertebrata, di bawah lumbar
vertebrae dan di atas koksa atau ekor. Secara spesifik, sacrum merupakan bagian dari
tulang belakang yang bersebelahan dengan vertebra lumbar dan vertebra koksa.
Sacrum berperan dalam menopang beban tubuh tikus dan mendistribusikannya secara
merata ke tulang belakang dan kaki (Sugiyono, 2016)

30
4.1 Pisces (Ikan Gelang Kuning)

1. Struktur Histologis
Bentuk tubuh ikan merupakan interaksi antara sistem rangka dengan sistem otot
serta evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut terhadap lingkungannya. Rangka
yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan atau tulang sejati.
Osteichthyes terdiri dari tulang sejati. Sebagian besar tulang Osteichthyes pada
permulaannya terbentuk melalui tahap tulang rawan, kemudian materialnya menjadi
tulang sejati dalam bentuk bentuk yang khusus melalui osifikasi. Osifikasi merupakan
proses perubahan tulang rawan menjadi tulang sejati atau tulang keras (Ville,. dkk,
1999).
Tulang tengkorak pada ikan berfungsi untuk membungkus atau melindungi otak
karena otak merupakan organ yang lembut, tetapi mempunyai peranan yang besar bagi
kehidupan ikan. Tengkorak ikan Elasmobranch terbentuk dari satu tulang rawan yang
disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya.
Chondrocranium pada ikan elasmobranch memiliki kotak-kotak yang membentuk atap
otak yang tidak komplek. Sedangkan tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua
bagian yaitu neurocranium dan branchiocranium. Neurocranium terdiri dari bagian
endosteal yang membentuk lantai kotak otak dan ectosteal yang membentuk atap otak.
31
Bentuk atap otaklah yang nantinya mempengaruhi bentuk wajah dari ikan tersebut
(Ville,. dkk, 1999).
2. Struktur Anatomi
Secara garis besar tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang
tubuh dan ekor. Pada tubuh ikan yang berbentuk simetri, yaitu terdiri atas dua belahan
yang sama apabila tubuh dibelah dua menjadi dua belahan yang sama, dari kepala ke
sampai ekor dengan arah punggung perut. Pada ujung depan terdapat mulut, diatas
mulut terdapat cekung hidung yang sebelah-menyebelah, pada bagian kepala terdapat
sepasang mata dan tutup insang. Pada tubuh ikan tertutup oleh selaput tipis yang tembus
oleh sinar, kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir yang berfungsi untuk
menghindarkan goresan pada saat ikan berenang dengan cepat.
Rangka ikan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
eksoskeleton dan endoskeleton. Sisik dan sirip ikan merupakan eksoskleton, sedang
endoskeleton terdiri atas tulang tempurung kepala, columna vertebralis, cingulum
pectoralis, tulang-tulang kecil tambahan yang menyokong sirip (Harjana, 2013)
Struktur rangka pisces terdiri atas 2 bagian, yaitu rangka aksial dan rangka
apendikular. Rangka aksial pisces terdiri dari tulang-tulang tengkorak (terdiri 180
tulang), dan kolumna vertebralis. Tulang-tulang tempurung kepala terdiri atas cranium
sebagai tempat otak, capsula untuk tempat beberapa pasang organon sensoris (olfactory,
optic, auditory) dan skeleton viceralis, yang merupakan bagian pembentuk tulang
rahang dan penyokong lidah insang untuk mekanisme. Tengkorak (tempurung) kepala
melekat dekat sekali dengan columna vertebralis, oleh karena itu ikan tidak bisa
memutar kepalanya. Gigi biasanya terdapat pada tulang premaxillary dentary, vomer dan
tulang palatine (Jasin, 1984).
Kolumna vertebralis pada pisces hanya terbagi menjadi vertebra badan dan
vertebra ekor yang tersusun dari belakang tengkorak sampai ke pangkal ekor. Daerah
abdominal (badan) memiliki tulang rusuk (kosta) kiri dan tulang rusuk (kosta) kanan.
Kosta berguna untuk melindungi organ-organ di dalam rongga badan. Ikan Telostei
primitif mempunyai 2 rangkaian rusuk yang berhubungan dengan masing-masing
sentrum kolumna vertebralis, yaitu rusuk dorosal dan rusuk ventral. Rusuk ventral kiri
dan kanan pada bagian ekor bertemu dibawah arteri dan vena ekor untuk membentuk
lengkung hemal (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
32
Rangka apendikular tersusun dari gelang pektoral dan gelang pelvis. Gelang
pektoral pada ikan bertulang terdiri dari korakoid dan skapula yang biasanya tereduksi.
Struktur dari tulang membran (tulang dermal) meliputi klavikula yang tereduksi,
kleitrum dan supra kleitrum. Gelang pelvis pada ikan terdiri dari keeping-keping pelvis
bertulang atau bertulang rawan yang bersendian dengan sirip pelvis. Pada ikan bertulang
rawan, keping-keping tersebut bertemu dibagian tengah membentuk simfisis pubis
(Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Tulang-tulang anggota badan bebas pada ikan (extremis liberare) berupa sirip
(pinna). Terdapat 2 macam sirip pada ikan, yaitu sirip tunggal dan sirip berpasangan
(Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Berdasarkan letaknya rangka ikan dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:
 Tulang Tengkorak
 Tulang Punggung
 Tulang Rusuk
 Tulang Penyokong Insang, disebut Rangka Visceral
 Tulang Penyokong Sirip, disebut Rangka Appendicular
 Tulang-Tulang Penutup Insang; terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :
 Operculum
 Sub Operculum – di bawah
 Pre Operculum – di depan
 Interculum – diantara

4.4 Reptil (Tokek)

33
1. Struktur Histologis
Sistem rangka pada tokek dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu
endoskeleton dan ensoskeleton (Puspita, 2013).
a. Eksoskeleton; berasal dari epidermis, berupa sisik (squama) menanduk yang
menyelubungi permukaan tubuhnya dan posisi seperti sususnan genting. Bentuk
squama kadal berbeda antara bagian kepala, badan, ekor.
b. Endoskeleton; terdiri dari sekeleton aksial dan apendikular. Sekeleton aksial terdiri
tengkorak, kolumna vertebralis, sternum dan rusuk.
2. Struktur Anatomi
Tubuh Tokek terdiri dari tiga bagian yaitu: caput (kepala), serviks (leher),
truncus (badan), dan kaudal (ekor). Bagian caput berbentuk seperti pyramid dan bila
dibandingkan dengan tubuhnya, ukurannya relatif kecil. Mulutnya berbentuk celah
melebar. Terdapat sepasang mata yang terletak pada bagian dorsolateral. Masing-masing
mata memiliki dua pelupuk yang dapat digerakkan dan terdapat membran niktitans yang
transparans (terletak pada ujung anterior mata). Membran ini berfungsi untuk
membersihkan kornea pada saat diperlukan. Pada bagian sisi lateral terdapat celah
dangkal berbentuk oval yang merupakan lubang telinga luar (Puspita, 2013).
a. Caput
Caput adalah bagian tubuh pada daerah anterior. Bagian-bagian dari caput
adalah sebagai berikut.
1. Rima oris terletak diantara anterior caput
2. Labium superior dan inverior
3. Organon visus, yang dilengkapi dengan adanya palpebra superior dan inferior
yang keduanya dapat digerakkan. Disamping itu dijumpai pula adanya
membrane melintang disudut anterior orbita.
4. Sepasang nares anterior yang terletak diujung depan maksila.
5. Porus acusticus eksternum, terletak dibelakang mata (Harjana, 2013)
b. Truncus
Truncus berbentuk memanjang yang ditutup oleh squama (sisik) yang berbentuk
heksagonal. Pada truncus juga dijumpai adanya extrimitas (anggota badan bebas)
yang terbagi atas extremitas cranialis (posterior) dan extremitas anterior. Extremitas
ini terbentuk oleh branchium, antribrancium, manus. Pada bagian extremitas
34
memiliki falcula (jari-jari) yang berjumlah 5 buah dibagian anterior (poluks,
socundus, medium, numulus dan minimus) dan yang berada dibagian posterior
berjumlah 3 falcula (femur, crus, pes) yang memiliki 5 buah digiti (jari-jari)
bervakuola, yang nama jari-jarinya sama dengan extremitas anterior kecuali pada
urutan pertama disebut hallux (Puspita, 2013).

c. Serviks
Serviks atau leher merupakan bagian yang dapat digerakkan. Bagian serviks
panjang dan berlanjut dengan badan, bagian serviks ini hanya ditandai oleh adanya
lekukan saja.
d. Caudal
Caudal berbentuk silindris dengan panjang hampir dua kali panjang badan
ditambahkan dengan panjang kepala. Pada bagian pangkalnya tebal dan makin
meruncing ke arah distal. Pada bagian badan terdapat dua pasang alat gerak yaitu
bagian anterior dan bagaian posterior. Pada bagian ventral terdapat lubang kloaka
yang berbentuk celah melintang. Pada jenis kadal yang ditemukan di India
(Uromastix), terdapat beberapa lubang preanofemoral yang terdapat pada bagian
pangkal alat gerak bagian belakang (Puspita, 2013).
Sebagaimana galibnya reptil, kadal kebun berdarah dingin (itu sebabnya kadal
kebun kerap berjemur) dan mempunyai sisik-sisik yang beraneka bentuknya yang
terbangun dari zat tanduk. Beberapa jenis kadal mempunyai sisik-sisik yang halus
berkilau, terkesan licin atau seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-sisik itu
amat kering karena kadal tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan
keringat atau minyak Beberapa spesies kadal kebun tak berkaki, seperti ular kaca
misalnya, memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam tubuhnya, meski tak
ada tungkainya. (Puspita, 2013).
4.5 Amphibi (Katak)

35
1. Struktur Histologis
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian yang lunak.
Pada fase berudu tulangnya masih lunak dan menjadi keras pada fase dewasa. Pada
sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang licin (Ahmad,
2013).
Pada katak, tulang yang panjang dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu bagian atas
pada bagian central yang disebut diaphyse dan kedua ujung yang disebut epiphyse. Pada
diaphyse dan epiphyse terdapat hubungan yang tidak teratur dan terkunci oleh sutura.
Sutura tersebut masih berupa tulang rawan yang masih dapat tubuh terus, sedangkan
pada burung dan sebagian besar mammalia, masing-masing sutura menjadi tulang keras
pada saat tertentu sehingga pertumbuhan tidak terjadi (Ahmad, 2013).
2. Struktur Anatomi
Skeleton pada katak/amfibi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Skeleton aksial: tempurung kepala, vertebrae, dan sternum.
b. Skeleton apendikular : kaki.
Tempurung kepala yang besar dan pipih terdiri atas:
a. cranium yang sempit,
b. beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengaran dan kapsula
yang besar untuk mata, dan
c. tulang-tulang rahang yang terdiri dari os hyoid dan tulang rahang dari larynx
(skeleton viseral) (Dahlan, no date)
Amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara
proporsional. Tengkorak amfibi modern mempunyai tulang-tulang premaksila (rahang
atas), nasal (tulang hidung), frontal, parietal, dan skuamosa. Tidak ada langit-langit atau

36
palatum sekunder pada amfibi. Akibatnya, neres internal lebih maju di dalam langit-
langit mulut. Di bagian ventral otak ditutupi oleh tulang dermal yang dinamakan
parasfenoid. Gigi amfibi terletak pada premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid,
dan tulang dental (Ahmad, 2013).
Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau gigi pada
rahang bawah mereduksi. Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi
bervariasi dari 10 ruas pada Salientia sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak
bersendi dengan tulang tengkuk, jumlah vertedrata kaudalnya bervariasi (Ahmad,
2013).
Bangsa Amphibia merupakan vertebrata yang pertama mempunyai sternum
(tulang dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan
kurang berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi
pada reptil, burung, atau mamalia (Ahmad, 2013).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan 4 jari (digiti)
kaki pada kaki depan dan 5 jari pada jari belakang. Jumlah digiti pada amfibi mungkin
ada yang berkurang 2 buah. Tungkai belakang berkurang seperti pada salamander, dan
pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia. Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku,
tetapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya. Tulang punggung bersambung dengan
kepala dan ekstrimitas berfungsi menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas
9 columna vertebralis dan urostyle. Masing-masing vertebrae merupakan satu segmen
pendek yang fleksibel. Tiap-tiap vertebrae terdiri dari centrum atau corpus yang
memiliki lengkung atas (archus neuralis) sebagai tempat semsum. Sebelah atasnya
terdapat cuatan neuralis yang terdapat pada sepasang processus articularis yang
membuat vertebrae sedikit bergerak (Ahmad, 2013). Namun, beberapa amfibi memliki
tulang tempurung kepala bersenyawa yang tidak dapat digerak-gerakkan (Ahmad, 2013)

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disismpulkan bahwa :

Sistem rangka pada ayam (Gallus galus) yaitu: Nasal, Incisive, Atlas, Metacarpus,
Ulana, Radius, Humerus, Scapula, Sentrum, PatellaIllium, Femur, Tibia, Metatarus, dan
Pubis.

Sistem rangka pada tikus putih (Ratus novergicus) yaitu: Maxilla, Orbit ,Molars,
Atlas, axis, Ulna, radius, Patella, tibia, femur, fibula, Talus, phaalanges, Lumbar vertebrae,
sacrum, caudal vertebrae.

Sistem rangka pada tokek (Gekko getcko) yaitu: cranium, cecical vertebrae, ulana,
radius, homerus, thorac vertebrae, lumber vertebrae, fibila, tibra, femur.

Sistem rangka pada ikan belang kuning (Acanthurs xanthopterus) yaitu: Cranium,
Orbit, operkular Rahang atas, rahang bawah, pelvic, girdle, Jari-jari sirip dada, sirip perut,
Jari-jari rawan, tulang rusuk, Jari-jari sirip punggunggg belakang, Jari-jari sirip punggung
depan, Duri neural, vertebra,hypural, Jari-jari sirip ekor.

Sistem rangka pada kodok (Anura) yaitu: Cranium ,Orbit , Ulna, radius, humerus,
Ruas jari, Tulang belikat, Ruas tulang belakang, Femur, fibula, Mata kaki, Tulang ekor.

5.1 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk kedepannya diharapkan lebih


mempersiapakan alat dan bahan serta mempelajari tentang materi praktikum yang akan
dilakukan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, U.A. (no date) ‘Histologi dan anatomi hewan’.


Harjana, T. (2013) ‘Buku Ajar Histologi’, Universitas Yogyakarta, pp. 1–49. Available at:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131782835/pendidikan/Buku+Ajar+Histologi+_baru_.
pdf.
Ii, B.A.B., Teori, A.T. and Histologi, D. (2017) ‘P1337434117069’, pp. 7–25.
Sugiyono, P.D. (2016) ‘Anatomi dan Fisiologi Tulang’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Tim Praktikum Struktur Hewan Unand (2020) ‘Panduan Praktikum Struktur Hewan Anatomi
dan Histologi’, pp. 1–112. Available at:
http://biologi.fmipa.unand.ac.id/images/Download/Diktat Praktikum/Wajib/Revisi
Panduan Praktikum Struktur Hewan_210920.pdf.

Aprilia. (2008). Modul Taksonomi Vertebrata. 282.

Axial, A. R. (2019). Bab iv sistem rangka. Anatomi Tubuh Manusia, 3(Sistem rangka tulang),
38–47. https://www.fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/E-book/Sistem Organ
Ikan/bab_4_sistem rangka.pdf

Falabiba, N. E. (2019). Anatomi dan Struktur Tulang Manusia. 9–44.

Harjana, T. (2013). Buku Ajar Histologi. Universitas Yogyakarta, 1–49.


http://staffnew.uny.ac.id/upload/131782835/pendidikan/Buku+Ajar+Histologi+_baru_.p
df

Huda, S. A. (2017). Jenis Herpetofauna Di Cagar Alam Dan Taman Wisata Alam
Pengandaran Jawa Barat. Scientiae Educatia, 6(1), 41.
https://doi.org/10.24235/sc.educatia.v6i1.1285

Kalangi, S. J. R. (2014). Tinjauan Histologik Tulang Rawan. Jurnal Biomedik (Jbm), 6(3).
https://doi.org/10.35790/jbm.6.3.2014.6329

MadeKardena. (2018). Patologi Tulang dan Sendi. Struktur Dan Fisiologi Tulang. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Saefudin. (2012). Rangka Tubuh Manusia dan Hewan. 21–37.

39
LAMPIRAN

Gambar 1. Tokek (Gekko gecko) Gambar 2. Cairan hydrogen perokxida

Gambar 3. Alat bedah (gunting, cutter,


pinset, dan silet) Gambar 4. Komfor dan tacu

Gambar 5. Rangka tokek sebelum Gambar 6. Rangka tokek setelah diberikan


diberikan cairan peroxida cairan peroxida

40
Gambar 7. Ikan belang kuning (Acanthurs
xanthopterus) Gambar 8. Tikus putih (Rattus novergicus)

Gambar 9. Ayam (Gallus gallus) Gambar 10. Kodok (Anura)

41

Anda mungkin juga menyukai