Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MEKANISME DAN DISFUNGSI SITEM GERAK PADA MANUSIA

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Anatomi Fisiologi Manusia

Disusun Oleh :
Adellia Ersyanti (2008086065)
Ninda Nur Mahdiyyah (2008086050)

Dosen Pengampu:
Hj. Nur Khasanah, M.Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2021
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “MEKANISME
DAN DISFUNGSI SITEM GERAK PADA MANUSIA” guna memenuhi tugas
mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan nabi
agung kami, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kami semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik
demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


berguna dan bemanfaat untuk kita semua.

Semarang, September
2021

Penyusun
1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


BAB I .................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ............................................................................................... 2
A. Latar Belakang .......................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................. 3
ISI........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Sistem Gerak ........................................................................... 3
2.2 Macam-Macam Sistem Gerak ................................................................... 3
2.3 Pengertian Disfungsi Sistem Gerak ......................................................... 11
2.4 Macam-Macam Disfungsi Sistem Gerak.................................................. 12
2.5 Perwujudan Dalam Unity Of Sciencis ...................................................... 18
BAB III.............................................................................................................. 19
PENUTUP ......................................................................................................... 19
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 19
B. SARAN ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri manusia adalah bergerak. Dalam bergerak manusia
mempunyai sistem gerak sendiri. Gerak pada manusia menggunakan alat
gerak yang tersusun dalam sistem gerak. Sistem gerak pada manusia terdiri
dari berbagai macam alat gerak bekerja secara berkesinambungan dan
tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Sistem gerak
tersebut terdiri atas tulang, sendi, dan otot.
Tulang disebut dengan alat gerak pasif karena tulang tidak dapat
melakukan pergerakannya sendiri. Sedangkan otot disebut dengan alat
gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia yaitu protein aktin dan
myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin.
Oleh karena itu, diperlukan adanya pemahaman mengenai sistem
gerak dan disfungsi sistem gerak pada manusia untuk menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai sistem gerak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem gerak?
2. Apa saja macam-macam sistem gerak?
3. Apa yang dimaksud dengan disfungsi sistem gerak?
4. Apa saja macam-macam disfungsi sistem gerak?
5. Bagaimana perwujudan dalam Unity Of Sciencis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sistem gerak
2. Untuk mengetahui macam-macam sistem gerak
3. Untuk mengetahui definisi disfungsi sistem gerak
4. Untuk mengetahui macam-macam disfungsi sistem gerak
5. Untuk mengetahui perwujudan dalam Unity Of Sciencis
3

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Sistem Gerak


Sistem berasal dari bahasa Latin systēma dan bahasa Yunani sustēma
yang berarti suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut KBBI sistem
atau sis-tem/sistēm adalah perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas[1]. Sedangkan arti kata
gerak/ge-rak menurut KBBI adalah peralihan tempat atau kedudukan, baik
hanya sekali maupun berkali-kali[2].

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem gerak


merupakan perangkat unsur dan komponen yang dihubungkan agar dapat
beralih tempat atau melakukan sesuatu.

Selain itu sistem gerak sistem gerak dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem yang dapat menghasilkan gerakan yang terdiri dari tulang dan otot
serta dibantu oleh persendian tulang sebagai alat gerak pasif karena tidak
dapat bergerak sendiri dan otot sebagai alat gerak aktif karena dapat
berkontraksi dan berelaksasi. Penghubung antar tulang terdapat persendian
sehingga memudahkan untuk melakukan pergerakan.

2.2 Macam-Macam Sistem Gerak


Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Gerak pada
manusia menggunakan alat gerak yang tersusun dalam sistem gerak.
Utamanya sistem gerak pada manusia yang terdiri dari berbagai macam alat
gerak bekerja secara berkesinambungan dan tidak bisa dipisahkan antara
yang satu dengan yang lain. Sistem gerak tersebut terdiri atas tulang, sendi,
dan otot. Ketiganya bekerja sama membentuk sistem gerak. Sistem gerak
inilah yang memberi bentuk tubuh, sebagai alat gerak, jalan, dan berlari
serta melakukan berbagai aktivitas lainnya (Robert dkk, 2008). Gerak pada
manusia tidak terlepas dari peran rangkanya. Sistem rangka adalah suatu
sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem
rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe yakni eksternal, internal dan basis
4

cairan (rangka hidrostatik) dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari


dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang.
Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti
tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lainnya seperti ligament,
tendon,otot, dan organ lainnya. Secara garis baris, rangka (skeleton)
manusia dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka
apendikular (anggota tubuh). Sistem rangka adalah sistem yang memiliki
fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat pembentukan sel darah
tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak dan
menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang,
rangka penopang tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang
anggota badan atas dan bawah (Albertus.2013). Alat gerak ada dua macam
yaitu alat gerak pasif dan alat gerak aktif. Alat gerak pasif ialah rangka
badan kita dan alat gerak aktif ialah otot-otot badan. Alat gerak manusia
yaitu sendi, rangka, dan otot. Dari ketiganya tersebut memiliki fungsi
masing-masing dan masih terbagi menjadi beberapa macam alat gerak. Jika
dari salah satu alat gerak tersebut tidak berfungsi maka dapat menyebabkan
kelainan yang berhubungan dengan tulang yang kurang normal (Campbell
dkk,2008).
Berbeda dengan tulang, otot merupakan alat gerak aktif. Otot disebut
alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia yaitu protein aktin dan
myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin. Dengan
aktomiosin inilah otot dapat bergerak. Sehingga pada saat otot menempel
pada tulang dan bergerak dengan otomatis tulang juga akan bergerak.
Dengan memiliki aktomiosin ini maka otot mempunyai sifat yang lentur
atau fleksibel dan mempunyai kemampuan untuk memendekkan serabut
ototnya (pada saat kontraksi) dan memanjangkan serabut ototnya (pada saat
relaksasi/kembali pada posisi semula). Otot inilah yang menggerakan
rangka. Dalam kehidupan sehari-hari, otot inilah yang disebut dengan
daging. Adapun sendi merupakan penghubung antar tulang dalam tubuh
(Robert dkk, 2008). Kerangka aksial (kerangka sumbu) terdiri atas kepala
dan badan, termasuk tulang-tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada
5

dan iga-iga dan tulang hioid. Sedangkan kerangka apendikular terdiri atas
gelang bahu, anggota gerak (anggota gerak atas dan danggota gerak bawah)
dan gelang panggul (Pearce, 2011:20).
Tulang merupakan alat gerak pasif. Tulang disebut alat gerak pasif
karena tulang tidak mampu melakukan pergerakkannya sendiri. Tanpa
adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang, maka tulang-tulang
pada manusia dan hewan akan diam dan tidak dapat membentuk alat
pergerakan yang sesungguhnya. Walaupun merupakan alat gerak pasif tetapi
tulang mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak manusia dan
hewan (Waluyo dan Wahono, 2015).
1. Rangka (Tulang)
Rangka atau tulang pada tubuh manusia termasuk salah satu alat gerak
pasif karena tulang baru akan bergerak bila digerakkan oleh otot,
sedangkan unsur pembentuk tulang pada manusia adalah unsur
kalsium dalam bentukgaram yang direkatkan oleh kalogen. Dalam
perkembangannya bentuk tulang dan rangka tubuh yang disusunnya
dapat mengalami kelainan yang disebabkan oleh gangguan yang
dibawa sejak lahir, infeksi penyakit, faktor gizi atau posisi tubuh yang
salah.

Jenis tulang pada manusia dibagi menjadi dua yaitu:

1. Jenis Tulang
Berdasarkan jaringan penyusun dan sifatnya tulang pada manusia
dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Tulang Rawan
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan, ruang antar sel
tulang rawan banyak mengandung zat perekat dan sedikit zat
kapur, bersifat lentur, terdiri atas sel-sel rawan yang dapat
menghasilkan matriks yang berupa kondrin Tulang rawan banyak
terdapat pada tulang anak kecil dan pada orang dewasa banyak
terdapat pada ujung tulang rusuk, laring, trakea, bronkus, hidung,
telinga, antara ruas-ruas tulang belakang. Mengapa bila anak-anak
6

mengalami patah tulang, cepat menyambung kembali? Hal ini


dikarenakan pada anak-anak masih banyak memiliki tulang rawan,
sehingga bila patah mudah menyambung kembali. Proses
perubahan tulang rawan menjadi tulang keras, disebut osifikasi.
b. Tulang keras
Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas) ruang
antar sel
tulang keras banyak mengandung zat kapur, sedikit zat perekat,
bersifat keras. Zat kapur tersebut dalam bentuk kalsium karbonat
dan kalsium fosfat yang diperoleh atau dibawa oleh darah. Dalam
tulang keras terdapat saluran havers yang didalamnya terdapat
pembuluh darah yang berfungsi mengatur kehidupan sel tulang.
Tulang keras berfungsi untuk menyusun sistem rangka. Contoh
tulang keras: tulang paha, tulang lengan, tulang betis, tulang
selangka.
2. Bentuk Tulang
Berdasarkan bentuknya tulang dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, lebih jelasnya lagi akan kami
paparkan di bawah ini Tulang pipa (Tulang panjang)
Tulang pipa berbentuk bulat, panjang dan yang bagian tengahnya
berongga,
di ujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan tulag lain, contohnya: tulang paha, tulang
lengan, tulang jari tangan. Tulang pipa berfungsi sebagai tempat
pembentukan sel darah merah. Tulang pipa terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu bagian tengah disebut diafisis, kedua ujungnya
disebut epifisis, dan antara epifisis dan diafisis disebut cakrafisis.
a. Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk pipih (gepeng), tulang pipih tersusun atas
dua lempengan tulang kompak dan tulang spons, yang di dalamnya
terdapat sum-sum tulang, kebanyakan tulang pipih menyusun di
dinding rongga, sehingga tulang pipih ini sering berfungsi sebagai
7

pelindung atau untuk memperkuat. Contohnya: tulang belikat,


tulang dada, tulang rusuk, dan tulang tengkorak. Selain berfungsi
sebagai pelindung, tulang pipih juga berfungsi sebagai tempat
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih.
b. Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk pendek dan bulat, contohnya: terdapat
pada ruasruas tulang belakang, tulang pergelangan tangan, tulang
pergelangan kaki. Berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah
merah dan sel darah putih, selain ketiga tulang tersebut ada juga
tulang yang tidak beraturan, atau tulang yang tidak berbentuk,
tulang ini memiliki bentuk yang tidak tertentu, contohnya adalah,
tulang tengkorak, tulang rahang, tulang belakang.
Tulang-tulang pada manusia selain menyusun rangka, juga
mempunyai fungsi yang lain yaitu:
(1) Memberi bentuk tubuh
(2) Melindungi alat tubuh yang vital
(3) Menahan dan menegakkan tubuh
(4) Sebagai tempat perlekatan otot
(5) Sebagai tempat menyimpan mineral, terutama kalsium dan fosfor
(6) Sebagai tempat pembentukan sel darah
(7) Sebagai tempat menyimpan energi, yaitu berupa lemak yang tersimpa
(8) Dalam sumsum kuning tulang

3. Pembentukan Tulang
Osifikasi adalah proses perubahan tulang rawan menjadi tulang keras.
Rangka manusia telah terbentuk pada akhir bulan kedua, atau awal
bulan ketiga pada waktu perkembangan embrio. Yang mula-mula
terbentuk adalah tulang rawan. Kartilago berasal dari jaringan ikat
embrional atau mesenkim. Di dalam kartilago terdapat rongga yang
mengandung peristiwa pengerasan tulang ini urutannya sebagai berikut
:
8

A. Tulang rawan pada embrio banyak mengandung osteoblas,


terutama pada bagian tengah epifise dan bagian tengah diafise serta
pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan.
B. Osteoblas kemudian akan membentuk osteosit, (sel-sel tulang
keras), yang tersusun melingkar membentuk suatu sistem Havers,
yang banyak mengandung pembuluh darah serta serabut saraf.
C. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks
tulang, dan setelah mendapatkan tambahan senyawa Ca dan P,
maka tulang akan mengeras.
D. Terjadinya penulangan pada bagian epifise dan diafise akan
menyebabkan terbentuknya daerah antara yang tidak mengalami
penulangan yang disebut cakra epifise yang berupa tulang rawan
yang banyak mengandung osteoblas.
E. Bagian cakra epifise terus mengalami penulangan, sehingga bagian
inilah yang dapat menyebabkan tulang tumbuh memanjang.
F. Bagian tengah tulang pipa terdapat osteoklas yang merombak sel-
sel tulang yang telah terbentuk, sehingga terbentuk rongga yang
berisi sumsum tulang.

1. Sendi
Kerangka di dalam tubuh manusia kurang lebih 206 tulang yang saling
berhubungan. Hubungan antar tulang disebut sendi atau artikulasi.
Terbentuknya sendi dimulai dari kartilago di daerah sendi, mula-mula
kartilago akan membesar lalu kedua ujungnya akan diliputi jaringan
ikat, kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang,
keduanya diselaputi oleh selaput sendi (membrane sanovial) yang liat
dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut cairan sinovia.
Pada sistem gerak manusia, persendian mempunyai peranan penting
dalam proses terjadinya gerak. Di dalam sistem rangka tubuh manusia
terdapat tiga jenis hubungan antar tulang, yaitu sinartrosis,
amfiartrosis, dan diartrosis.
A. Sinartrosis
9

Sinartrosis adalah hubungan antar tulang yang tidak memiliki celah


sendi. Hubungan antar tulang ini dihubungkan erat oleh jaringan
ikat yang kemudian menulang sehingga sama sekali tidak bisa
digarakkan. Ada dua tipe utama sinartrosis yaitu suture dan
sinkondrosis. Suture adalah hubungan antar tulang yang
dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat, contohnya pada
tengkorak. Sinkondrosis adalah hubungan antar tulang yang
dihubungkan oleh kartilago hialin, contohnya hubungan antara
epifisis dan diafisis pada tulang dewasa.
B. Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago
sehingga memungkinkan adanya sedikit gerakan. Amfiartrosis
dibagi menjadi dua, yaitu simfisis dan sindesmosis. Pada Simfisis
sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih, contohnya
pada sendi antar tulang belakang dan pada tulang kemaluan. Pada
sindesmosis, sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan
ligamen. Contohnya, sendi antar tulang betis dan tulang kering.
C. Diartrosis
Diartrosis adalah hubungan antar tulang yang kedua ujungnya tidak
dihubungkan oleh jaringan sehingga tulang dapat digerakkan.
Diartrosis juga disebut juga hubungan sinovial yang dicirikan oleh
keleluasaannya dalam bergerak dan fleksibel. Menurut sifat
gerakannya persendian (sendi) dapat dibedakan menjadi tiga (3
macam) yaitu :
a. Sendi Mati
Sendi mati yaitu persendian yang tidak memiliki celah sendi,
sehingga tidak memungkinkan terjadinya pergerakan, misalnya
persendian antar tulang tengkorak
b. Sendi Kaku
Sendi kaku yaitu persendian yang terdiri dari ujung-ujung
tulang rawan, sehingga masih memungkinkan terjadinya gerak
10

yang sifatnya kaku, misalnya persendian antara ruas- ruas


tulang.
c. Sendi Gerak
Sendi gerak yaitu persendian yang terjadi pada tulang satu
dengan tulang yang lain dan tidak dihubungkan dengan
jaringan sehingga terjadi Gerakan yang bebas.

Campbell (2008) menjelaskna bahwa sendi gerak dapat dibedakan


menjadi 5 macam, diantaranya :

1. Sendi kaku
Kedua ujung tulang agak rata, sehingga menghasilkan gerakan
geser dan tidak berporos. Contohnya, hubungan antar tulang karpal
(tulang pergelangan kaki).
2. Sendi engsel
Ujung tulang yang bergerak membentuk lekukan. Gerakan ini
berporos satu. Misalnya, hubungan tulang pada siku, lutut dan ruas
antar jari.
3. Sendi putar
Ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain.
Gerakan ini memungkinkan adanya gerakan rotasi yang berporos
satu. Misalnya, hubungan antara tulang kepala dan tulang atlas.
4. Sendi pelana
Kedua ujung tulang membentuk sendi pelana berporos dua.
Misalnya, hubungan antara ruas jari tangan dengan tulang tapak
tangan.
5. Sendi peluru
Apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol masuk ke
tulang yang berbentuk cekungan. Hubungan ini berporos tiga.
Misalnya, tulang lengan atas dengan tulang belikat, tulang paha
dengan tulang pinggul.
11

2. Otot
Campbell (2008) menjelaskan bahwa otot manusia terbagi atas 3
yakni otot polos,otot lurik, dan otot jantung seperti yang ada dibawah
ini :
a. Otot Polos
Otot Polos adalah otot yang bekerja tampa kesadaran kita
yang dipengaruhi oleh sistem saraf tak adar atau saraf otonom,
otot polos dibentuk oleh sel-sel yang berbentuk gelendong
dimana kedua ujungnya runcing dan mempunyai 1 inti sel.
b. Otot Lurik
Otot lurik adalah otot yang menempel pada rangka tubuh
manusia yang digunakan dalam pergerakan dimana otot lurik
adalah otot yang bekerja dibawah kesadaran (volunter). Otot
lurik juga dinamakan otot rangka, karena menempel pada
rangka. Dimanakan otot lurik karna adanya sisi gelap terang
yang berselang seling.
c. Otot Jantung
Otot jantung atau myocardium adalah otot yang bekerja
secara terus menerus tanpa istirahat atau berhenti. Otot jantung
merupakan perpaduan antara otot lurik dan otot polos karna
adanya persamaan yang ada pada otot jantung misalnya,
memiliki sisi gelap terang dan inti sel yang berada ditengah.
Otot jantung berfungsi dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Otot Jantung bekerja dibawah kesadaran manusia saraf yang
memengaruhi otot jantung adalah saraf simpatik dan
parasimpatik.

2.3 Pengertian Disfungsi Sistem Gerak


Kata disfungsi berasal dari dis-fungsi pada KBBI yang berarti perihal
yang tidak berfungsi secara normal atau terganggu fungsinya[3]. Jadi,
disfungsi sistem gerak merupakan gangguan atau tidak berfungsinya alat
gerak pada manusia. Disfungsi sistem gerak pada manusia dapat
12

memengaruhi dua organ tubuh, yaitu tulang dan otot. Hal ini disebabkan
oleh keduanya merupakan penunjang utama dalam system gerak manusia

2.4 Macam-Macam Disfungsi Sistem Gerak

Menurut Nurkanti (2012:115) gangguan pada sistem gerak manusia


sebagai berikut :
1. Kelainan pada Tulang
a) Kifosis
Yaitu kelainan tulang punggung membengkok ke depan,
dikarenakan kebiasaan duduk/bekerja dengan posisi membungkuk.
Terdapat empat jenis kifosis yaitu :
1) Kifosis Postural
Kifosis postural biasa disebut dengan round back.
Karena gejalanya muncul ketika usia remaja. Hal ini
dikarenakan postur tubuh yang tidak baik dan otot-otot
ligamen bagian belakang yang melemah.

Gambar 1. Kifosis Postural


2) Kifosis Bawaan
Kifosis jenis ini jarang terjadi. Adapun penyebab dari
kifosis bawaan adalah ketika terjadi pertumbuhan tulang
belakang yang abnormal sebelum dilahirkan. Hal ini terjadi
ketika bayi berada didalam kandungan.
3) Kifosis Scheuerman
Kifosis yang dikarenakan akibat dari kelainan struktural
tulang belakang. Jenis kifosis ini bisa berkembang menjadi
scoliosis. Kelengkungan tulang belakang abnormal ke arah
samping. Jenis kifosis ini bisa diobati dengan pengabungan
13

terapi fisik dan pengobatan nyeri pinggang serta anti inflamasi.


Jika kifosis terus berkembang, bisa memakai penyangga
tulang.

Gambar 2. Kifosis Scheuerman


4) Kifosis Osteoporosis
Penyebab kifosis yang sangat umum terjadi pada orang
dewasa, dan lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.
Tulang yang rapuh atau keropos adalah penyebabnya, terlebih
wanita pada pasca menopause. Saat hal ini terjadi pada usia
tua, maka kifosis tak akan lurus kembali, kifosis osteoporosis
juga disebut kifosis gizi dimana kekurangan vitamin D
menyebabkan tulang rapuh[4].
b) Skoliosis
Yaitu kelainan tulang punggung membengkok ke samping,
ini dapat tejadi pada orang yang menderita sakit jantung yang
menahan rasa sakitnya, sehingga terbiasa miring dan
mengakibatkan tulang punggungnya menjadi miring.

Skoliosis adalah deformitas dari tulang belakang yang


dicirikan dengan adanya abnormalitas kelengkungan tulang
belakang ke arah lateral (Solomon et all, 2001). Selain itu,
pada skoliosis juga dapat ditemukan adanya rotasi dari vertebra
(Moore et all, 2006).
14

Gambar 3. Skoliosis

Menurut (Trobisch et all, 2010) berdasarkan etiologinya


skoliosis dibagi menjadi dua :

Skoliosis Non-Struktural

Pada skoliosis non-struktural, lengkung dari tulang


belakang yang abnormal dapat dikoreksi dengan membungkuk
ke samping atau supinasi. Kondisi ini dapat berlangsung
sementara dan tidak ada perubahan structural. Skoliosis non-
struktural berdasarkan etiologinya dikelompokkan menjadi :

1. Skoliosis postural
2. Skoliosis histerikal
3. Iritasi akar syaraf
4. Inflamasi
5. Keadaan leg length discrepancy

Gambar 4. Skoliosis non-struktural


15

Skoliosis Struktural

Skoliosis struktural adalah deformitas tulang belakang yang


tidak dapat dikoreksi dan rotasi dari vertebra. Pada kondisi
ini, processus spinosus berputar ke arah kecekungan dari
kurva, dan processus transversus pada area yang cembung
berotasi ke arah posterior. Di regio thorakal, terjadi permukaan
yang cembung di area skapular dan disebut sebagai “rib hump”
atau “humping” yang disebabkan tulang rusuk yang menonjol.
Kondisi ini adalah karakteristik darideformitas tulang belakang
pada skoliosis non-struktural. Rotasi pada vertebra terbentuk
oleh tulang rusuk di area thorakal dan musculus erector spinae
di daerah lumbal. Pada kelengkungan awal dan kecil, rotasi
vertebra hanya dapat dilihat ketika pasien membungkuk ke
depan dengan sudut 90 derajat pada pinggul (Lonstein et all,
1995).

Gambar 5. Skoliosis Struktural

Jika masih awal, deformitas mungkin dapat diperbaiki,


tetapi jika deformitas telah mencapai titik tertentu dari
kestabilan mekanis, vertebra akan melengkung dan berotasi
mencapai deformitas yang bersifat menetap dan tidak dapat
hilang dengan perubahan postur tubuh. Kelengkungan
sekunder yang terbentuk untuk mengimbangi deformitas
primer lebih mudah untuk diperbaiki, tetapi makin lama dapat
menetap. Menurut etiologinya, skoliosis dapat diklasifikasikan
menjadi :
16

1. Skoliosis Idiopatik
2. Skoliosis Kongenital
3. Miopatik
4. Skoliosis Neuromuskular
5. Neurofibromatosis
6. Dsb. (Soultanis et all, 2007).
c) Lordosis
Yaitu kelainan tulang punggung membengkok ke belakang,
dikarenakan kebiasaan tidur yang pinggangnya diganjal bantal.

Gambar 6. Lordosis
d) Rakhitis
Yaitu kelainan pada tulang akibat kekurangan vitamin D, sehingga
kakinya berbentuk X atau O. Akibatnya maka tubuh tidak bisa
menyerap kalsium dengan baik. Kebutuhan vitamin D sebenarnya
bisa diperoleh dari sinar matahari terutama sinar matahari pagi.
Rakhitis bisa terjadi pada anak-anak yang menyebabkan gangguan
pada perkembangan tulang. Penyakit ini membutuhkan perawatan
sebab jika tidak diobati dapat menyebabkan tulang menjadi
melengkung dan sering patah tulang.
17

Gambar 7. Rakhitis
e) Polio
Yaitu kelainan pada tulang yang disebabkan oleh virus, sehingga
keadaan tulangnya mengecil dan abnormal.

2. Kelainan pada Otot

Nurkanti (2012:139) menjelaskan bahwa ada beberapa kelainan


pada otot manusia, antara lain :

1) Tetanus kelainan otot yang tegang terus menerus yang


disebabkan oleh racun bakteri.
2) Atrofi otot kelainan yang menyebabkan otot mengecil akibat
serangan virus polio atau karena otot tidak difungsikan lagi
untuk bergerak, akibat lumpuh.
3) Kaku leher (stiff) Kelainan yang terjadi karena gerak hentakan
yang menyebabkan otot Trapesius meradang.
4) Kram kelainan otot yang terjadi karena aktivitas otot yang terus
menerus sehingga otot menjadi kejang.
5) Keseleo (terkilir) kelainan otot yang terjadi jika gerak sinergis
salah satu otot bekerja berlawanan arah.
18

2.5 Perwujudan Dalam Unity Of Sciencis


Perwujudan sistem gerak pada manusia dalam Unity Of Sciencis
(UOS) terdapat dalam Q.S. Al-Qiyamah ayat 3 dan 4
ٰٓ َ‫ظامه ۗ ب ٰلى ٰقدِريْه‬
‫ي بَىَاوَه‬ َ ُّ‫ع ٰلى ا َ ْن و‬
َ ‫س ّ ِو‬ َ ِ َ َ َ ‫سانُ اَلَّ ْه وَّ ْج َم َع ِع‬ ِْ ‫ب‬
َ ‫اْل ْو‬ َ ْ‫اَيَح‬
ُ ‫س‬
Artinya : “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang-belulangnya?. (Bahkan) Kami mampu menyusun
(kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.

Tafsir menurut Al-Muyassar/Kementrian Agama Saudi Arabia


Apakah manusia kafir itu menyangka Kami tidak kuasa mengumpulkan
tulang belulangnya sesudah ia berserakan? Dugan itu salah besar, sebaliknya
Kami akan mengumpulkannya, Kami Mahakuasa sesudah
mengumpulkannya dan menyatukannya untuk membentuk dan menyusun
kembali jari-jari dan ruas-ruasnya sebagaimana sebelum dia mati.
19

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :


1. Sistem gerak sistem gerak dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
yang dapat menghasilkan gerakan yang terdiri dari tulang dan otot
serta dibantu oleh persendian.
2. Macam-macam sistem gerak diantaranya otot, tulang, dan sendi.
3. Disfungsi sistem gerak merupakan gangguan atau tidak
berfungsinya alat gerak pada manusia.
4. Macam-macam disfungsi sistem gerak adalah kelainan pada tulang
dan kelainan pada otot.

B. SARAN

Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna, penulis berharap


bahwa kedepannya dapat fokus dan menyampaikan dengan detail dalam
menyajikan makalah dengan sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
20

DAFTAR PUSTAKA

[1] KBBI. https://kbbi.web.id/sistem. Diakses tanggal 8 September 2021 [online].


[2] KBBI. https://kbbi.web.id/gerak. Diakses tanggal 8 September 2021 [online].
[3] KBBI. https://kbbi.web.id/disfungsi. Diakses tanggal 8 September 2021
[online].
[4] Sofia, M. 2016. Viva News life “Kenali Empat Jenis Kifosis Alias
Membungkuk”. https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-
intim/408280-kenali-empat-jenis-kifosis-alias-bungkuk. Diakses
tanggal 5 September 2021 [online].

Albertus Bobby Irawan. 2013. Pembelajaran Biologi Mengenai Sistem Rangka


Manusia. Seminar Riset Unggulan Nasional Informatika dan Komputer
FTI UNSA, Surakarta.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Lonstein JE, Bradford DS, Winter RB, Ogilvie JW. 1995. Moe’s Textbook Of
Scoliosis And Other Spinal Deformities. 270-91. 3 ed. Philadelphia: W.
B. Saunders Company.
Moore KL, Dalley AF. 2006. Clinically Oriented Anatomy. 515-6. 5 ed.
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelpia.
Nurkanti, Mia. 2012. Pengantar Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung:
Prima Press.
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Umum.
Robert, Hickman, Keen, Larson And Eisenhour. 2008. Integrated Principle of
Zoology Fourth Edition. USA: Mcgraw-Hill Higher Education.
Solomon L, Warwick D, Nagayam S. 2001. Appley’s System of Orthopaedics and
Fractures. 370-81. 8 ed. London: Arnold.
Soultanis SC, Payatakes AH, Chouliaras VT, Mandellos GC, Pyrovolou NE,
Pliarchopoulou FM, et all. 2007. Rare Causes Of Scoliosis And Spine
Deformity: Experience And Particular Features. BioMed Central
Scoliosis 2:15 doi:10.1186/1748-7161-2-15.
21

Trobisch P, Suess O, Schwab F. 2010. Idiopathic Scoliosis. 107(49): 875-84.


Dtsch Arztebl Int.
Waluyo dan Wahono. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.
Jember. Unej Press.

Anda mungkin juga menyukai