Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH SISTEM RANGKA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi
Manusia

Dosen Pengampu: Trisna Amelia, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Delvie Selmi Maldiana 180384205010


2. Indah Saliana Putri 180384205035
3. Shella Suttari 180384205022
4. Vingkan Nadila Teresia 180384205023
5. Ummi Mufidah 180384205048
6. Andini Novianti 190384205036
7. Mei Alia 190384205046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkakan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sistem Rangka”

Makalah Anatomi dan Fisiologi Manusia ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih pada semua belah pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Telepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berhara semoga makalah Anatomi dan Fisiologi Manusia
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tajungpinang, 27 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Klasifikasi Rangka ................................................................................. 3


B. Histologi Tulang ................................................................................... 10
C. Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang ........................................ 14
D. Sifat Dinamis Tulang ........................................................................... 23
E. Gangguan Kesehatan Pada Tulang .................................................... 33

BAB III PENUTUP .................................................................................... 37

A. Kesimpulan ........................................................................................... 37
B. Saran ..................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan
bahan mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka,
melindungi tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak,
tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang tulang bahu, rangka penopang
tulang pinggul, tulang angota badan atas dan bawah. Tulang-tulang dalam
tubuh membentuk sistem rangka. Kemudian sistem rangka ini bersama-sama
menyusun kerangka tubuh. Sistem rangka membentuk dasar dari tubuh
manusia. Semua organ-organ, daging, darah, otot, cair dan udara semua
terkandung dalam tubuh dan memiliki kestabilan dan kekuatan tertentu karena
tulang. 206 tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Tulang-tulang ini
didukung oleh sumsum tulang, yang dihasilkan oleh bentuk energi paling
murni di dalam tubuh.
Sistem tubuh yang keras meliputi sistem intergumen dan sistem
rangka. Manusia tidak dapat berdiri dengan tegak apabila tidak memiliki
sistem tubuh yang yang keras,yaitu tulang. Mulai dari kepala sampai jari-jari
didalamnya terdapat tulang yang menopang tubuh.jumlah tulang waktu masih
bayi dan dewasa berbeda. Pada waktu kecil lebih banyak tulang rawan
dibandingkan pada waktu dewasa. Tubuh manusia tersusun atas beberapa
sistem,yaitu sisem tubuh yang lunak dan sistem tubuh yang keras.
Salah satu ciri makhluk hidup adalah melakukan gerak. Gerak adalah
perubahan posisi sebagian atau seluruh tubuh makhluk hidup. Pada manusia
dan hewan tingkat tinggi lainnya fungsi gerak dilaksanakan oleh sistem gerak.
Sistem ini terdiri atas rangka dan otot. Tulang termasuk ke dalam alat gerak
pasif sedangkan otot termasuk ke dalam alat gerak aktif. Keduanya saling
bekerjasama membentuk sebuah sistem gerak.Karena lingkungan hidup,
kebiasaan serta perilaku yang berbeda-beda maka alat gerak pada hewan dan
manusia memiliki struktur yang berbeda.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem klasifikasi tulang pada manusia ?
2. Apa saja yang terdapat pada histologi tulang ?
3. Bagaiman perkembangan dan pertumbuhan tulang ?
4. Bagaimana sifat dinamis pada tulang ?
5. Apa saja gangguan yang terjadi pada tulang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem klasifikasi tulang pada manusia
2. Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada histologi tulang
3. Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan pada tulang
4. Untuk mengetahui sifat dinamis pada tulang
5. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada tulang

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Rangka

Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan
matriks ekstraselular. Matriks tulang yaitu bagian terkeras yang terletak
dilapisan luar tulang, yang disebabkan oleh pengendapan mineral dalam
matriks, sehingga tulang pun mengalami sebuah kalsifikasi. Didalam tubuh
manusia juga terdapat yang namanya tulang rawan (cartilago), yakni jaringan
ikat yang memiliki kemampuan meregang, membentuk penyokong yang kuat
bagi jaringan lunak, memberikan kelenturan, dan sangat tahan terhadap
tekanan.
Sebagai penyusun rangka, tulang memiliki beberapa lapisan dari arah
luar ke dalam berturut-turut, yaitu periosteum, tulang kompak, tulang spons,
endosteum, dan sumsum tulang.
1. Periosteum adalah lapisan terluar tulang keras yang terdiri dari jaringan
ikat fibrosa.
2. Tulang kompak merupakan lapisan yang memiliki tekstur padat, harus,
sedikit berongga, dan kuat.
3. Tulang spons merupakan lapisan yang berongga dan berisi sumsum merah.
4. Endosteum merupakan merupakan lapisan yang terdiri dari jaringan areola
vaskuler yang melapisi sumsum.
5. Sumsum tulang merupakan bagian tulang paling dalam yang berbentuk
seperti jeli dan berfungsi sebagai tempat pembentukan sel-sel darah.

Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh kita terbagi menjadi 2


bagian, yaitu kerangka aksial dan kerangka apendikular. Kerangka aksial
meliputi 80 tulang pada manusia, sedangkan kerangka apendikular terdiri dari
126 tulang. Jadi secara keseluruhan rangka manusia tersusun dari 206 tulang.

3
1. Rangka Aksial
Rangka aksial merupakan rangka yang letaknya di bagian tengah
tubuh, meliputi tulang tengkorak, tulang dada, tulang rusuk (iga) dan
tulang belakang. Rangka aksial merupakan fondasi tubuh.
Kerangka aksial berfungsi untuk melindungi organ dan memelihara
postur tubuh. Tulang yang termasuk dalam kerangka aksial antara lain;
a) Tulang Tengkorak
b) Tulang belakang
c) Tulang Rusuk dan Tulang Dada.
d) 7 pasang “tulang rusuk sejati” (true ribs)
e) 3 pasang “tulang rusuk palsu” (false ribs), dan
f) 2 pasang “tulang rusuk melayang” (floating ribs)
g) Anggota Gerak Atas,
h) Anggota Gerak Bawah, dan
i) Tulang Panggul
j) 2 tulang usus (ilium),
k) 2 tulang kemaluan (ischium), dan
l) 2 tulang duduk (pubis)

4
a) Tulang Tengkorak (Skull)

Tulang tengkorak tersusun dari 22 tulang yang bergabung


bersama, kecuali bagian rahang (mandibula). Tulang ini berperan
dalam membentuk kepala manusia dan melindungi organ dalam,
seperti otak dan mata. Bagian-bagian pada tulang tengkorak terdiri dari
kranium, mandibula, dan maksila.

b) Tulang Belakang ( Vertebrae )

sumber gambar: http://teachmeanatomy.info

5
Fungsi dari tulang ini adalah untuk menopang bagian tubuh
lainnya. Tulang belakang pada manusia terdiri dari 26 ruas. Bagian-
bagian pada tulang belakang dibedakan berdasarkan lokasinya;

● Leher – 7 ruas
● Bagian Dada/Punggung – 12 ruas
● Pinggang – 5 ruas
● Sacrum – 1 ruas
● Tulang Ekor – 1 ruas

c) Tulang Rusuk dan Tulang Dada (Ribs & Sternum)

sumber gambar: https://howshealth.com

Tulang rusuk dan dada berfungsi untuk melindungi organ


jantung dan paru-paru. Tulang rusuk bergabung dengan tulang dada
karena dihubungkan oleh tulang rawan yang bernama kosta.
Pada bagian toraks (rongga dada) kita, terdapat 12 pasang
tulang rusuk dan dada. Susunannya terbagi menjadi 3 bagian, yaitu; 7
pasang tulang sejati yakni tulang rusuk yang ujungnya bertemu di
dada. Bagian yang kedua adalah 3 pasang tulang rusuk palsu, yakni
tulang rusuk yang ujungnya melekat pada tulang rusuk di atasnya.
Bagian yang ketiga yaitu 2 pasang tulang rusuk melayang, yakni
tulang rusuk yang tidak bertemu ujungnya dan tidak melekat pada
rusuk di atasnya.

6
2. Kerangka Apendikuler
Rangka apendikular adalah rangka tambahan yang berfungsi
sebagai penggerak tubuh, dalam hal ini yang menyusun alat gerak seperti
tangan dan kaki. Rangka ini meliputi anggota gerak atas (tungkai
depan/extremitas superior), anggota gerak bawah (tungkai
bawah/extremitas inferior), gelang bahu dan gelang panggul.
Fungsi utama dari kerangka apendikular adalah sebagai penggerak
tubuh. Tulang yang termasuk ke dalam kerangka apendikular di antaranya
adalah;
a. Anggota Gerak Atas (Upper Limbs)

sumber gambar: https://humananatomy-libs.com

Tangan atau lengan merupakan anggota gerak bagian atas.


Tulang pada bagian lengan terdiri dari tulang lengan atas (humerus),
pengumpil (radius), dan hasta (ulna). Selain itu, tulang pada bagian
telapak tangan disebut juga dengan metakarpal.

b. Anggota Gerak Bawah (Lower Limbs)

7
Manusia menggunakan kaki sebagai anggota gerak bagian
bawah. Tulang pada kaki terdiri dari tulang paha (femur), betis
(fibula), dan tulang kering (tibia). Sementara bagian telapak kaki
tersusun dari tulang yang bernama metatarsal.

c. Tulang Panggul (Pelvic Girdle)

sumber gambar: http://www.123tagged.com

Tulang panggul atau gelang panggul berfungsi untuk


menghubungkan kaki dengan kerangka aksial. Bagian-bagian tulang
panggul terdiri atas;

1) Ilium, yaitu tulang terbesar atau utama tulang panggul. Tulang ini
berada di kedua sisi tulang belakang dan melengkung ke arah
bagian depan tubuh. Saat memegang perut, Anda akan merasakan
adanya tulang yang menonjol. Itu adalah bagian batas atas ilium
yang disebut puncak iliaka.

8
2) Pubis, yaitu tulang yang berada di depan tulang pinggul dekat
dengan alat kelamin. Ada gabungan antara dua tulang pubis yang
disebut simfisis pubis, yaitu sendi tulang pubis yang sangat kuat.
Saat melahirkan, ini menjadi lebih fleksibel sehingga kepala bayi
bisa lewat saat persalinan.
3) Ischium, yaitu tulang yang berada di bawah ilium dan di samping
pubis. Tulang ini tebal karena terbentuk dari dua tulang yang
menyatu dan melingkar. Di sinilah tulang paha bertemu dengan
tulang panggul dan menciptakan sendi panggul.

Berdasarkan ukurannya tulang dibagi menjadi berapa bagian yaitu:


1) Tulang Panjang
Tulang pipa atau tulang panjang adalah jenis tulang yang
bentuknya seperti tabung. Strukturnya keras dan padat, sehingga
tulang ini seringkali berfungsi sebagai fondasi dan tumpuan
pergerakan. Di tubuh, ada beberapa jenis tulang panjang dan
masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda.
Jenis-jenis tulang pipa
Di tubuh, tulang pipa terletak di beberapa lokasi, seperti:

● Tulang lengan atas (humerus)


● Tulang hasta (ulna)
● Tulang pengumpil (radius)
● Tulang betis (fibula)
● Tulang kering (tibia)
● Tulang paha (femur)
● Tulang jari kaki dan tangan bagian tengah (metacarpal)
● Tulang jari kaki dan tangan bagian atas (phalanges)

2) Tulang pendek
Tulang Pendek adalah salah satu kelompok tulang yang
dicirikan dengan bentuk yang menyerupai kubus, dengan ukuran

9
panjang, lebar, dan ketebalannya relatif sama. Tulang-tulang
pendek terdapat di area karpus pada tangan dan tarsus pada kaki.
Mereka memberikan stabilitas dan menunjang pergerakan pada
sendi.

3) Tulang pipih
Tulang pipih adalah tulang yang tipis, namun juga kadang-
kadang melengkung. Contoh tulang pipih adalah tulang tengkorak,
tulang belikat, tulang dada, dan tulang rusuk. Kelompok tulang ini
menjadi titik tempat menempelnya otot dan menjaga organ penting
tubuh.

4) Tulang yang tidak memiliki bentuk spesifik. Contoh tulang tidak


beraturan adalah tulang pinggul, tulang belakang, dan tulang
penyusun wajah.

5) Tulang sesamoid
Tulang yang ukurannya kecil dan seperti biji wijen. Tulang
ini dapat ditemukan di bagian patela atau tempurung lutut.

B. Histologi Tulang
1. Matriks Tulang
Matriks tulang (Substansia intraselular) memiliki kandungan air
25%, senyawa organik 67% (mineral, kalsium, fosfat, Na, Mg,
bikarbonat, sitrat), dan senyawa organik 33% (serabut, kolagen,
glikosaminoglikan).
Sel tulang terdiri dari 3 yaitu osteoblast, osteosit dan osteoklas.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang. Sel ini berfungsi untuk
membentuk matriks tulang. Osteosit biasanya disebut dengan sel tulang.
Sel ini berfungsi untuk memelihara matriks tulang yang telah dibentuk
oleh osteoblast. Sel ini biasanya terletak pada celah-celah matriks. Yang
terakhir adalah sel osteoklast. Osteoklast merupakan sel perusak tulang.

10
Fungsi sel ini sebagai resorbsi matriks tulang pada tempat yang rusak atau
tempat yang sudah tidak diperlukan.
Gambaran histologis sel ini besar dan memiliki inti yang banyak.
Sitoplasama sel ini berwarna pucat. Osteoklast terletak pada permukaan
tulang. Jaringan tulang berbeda dari tulang rawan. Jaringan tulang
memiliki matriks padat (anorganik kalsium dan fosfor), hal tersebut
memungkinkan tulang memiliki bentuk yang kaku. Serat organik
memberikan ketahanan dan kekuatan terhadap stres.
Secara mikroskopis tulang mempunyai beberapa ciri yang khas.
Ciri utama tulang secara mikroskopis adalah susunannya yang lamelar
yaitu matriks tulang tersusun berlapis-lapis. Tulang kompakta tersusun
atas osteon. Osteon adalah sistem haversian yang terdiri dari kanal
haversian yang dikelilingi oleh lapisan (lamellae), dimana pada lamela
terdapat lakuna yang berisi osteosit.
2. Sel-sel dalam Tulang
Struktur umum jaringan tulang terdiri dari matriks tulang, bahan
intra sel yang mengalami kalsifikasi, osteoblast yang berperan untuk
sintesis bahan organ matriks tulang (serabut kolagen dan glikoprotein),
osteosit yang terdapat pada lakuna atau rongga pada matriks, dan osteoklas
yaitu sel raksasa yang berperan untuk perombakan matriks tulang dan
perubahan bentuk jaringan tulang.
Osteoblas adalah bentuk sel tulang muda. Sel ini berfungsi untuk
mensintesis bahan organik matriks tulang yaitu serabut kolagen dan
glikoprotein. Bila aktif mensintesis osteoblast menunjukan sel yang
berbentuk kuboid, mempunyai sitoplasma basofilik, mempunyai prosesus
sitoplasmik yang memungkinkan berhubungan dengan osteoblas lain atau
disekitarnya, retikulum endoplasmik granuler dan apartus golgi yang
berkembang dengan baik. Itu semua adalah molekul yang mempunyai
polarisasi, pengeluaran molekul yang disintesis melalui permukaan sel
yang berhubungan dengan matriks tulang, nukleus besar dan bulat,

11
mempunyai kromatin halus yang tersebar terutama pada sisi sel yang jauh
dari matriks. Sel ini berderet-deret dan inti berukuran besar.
Osteoklas adalah sel raksasa berinti banyak yang besar dan jumlah
anak intinya sangat bervariasi. Osteoklas berfungsi sebagai penghancur
atau substansi yang merespon tulang (Lesson et al., 1990). Osteoklas
berasal dari jalur hemopoietik yang membuat makrofag dan monosit. Sel
ini berpindah dari sumsum tulang lewat sirkulasi atau migrasi direk. Sel
prekusor osteoklas terdapat pada sumsum tulang dan sirkulasi darah. Sel
ini ditemukan pada permukaan tulang yang mengalami resorpsi dan
kemudian membentuk cekungan yang dikenal sebgai lakuna howship.
Osteoklas dalam sitoplasmanya akan terisi oleh mitrokondria guna
menyediakan energi untuk proses resorpsi tulang. Osteoklas merusak
matriks tulang,melekat pada permukaan tulang, serta memisahkan sel
dengan matriks. Osteoklas memiliki reseptor yaitu RANK-ligand (RANK-
L) untuk maturasi sel dan mengalami apoptosis, hal iniyang membuat
osteoklas disebut juga dengan sel penghancur (Setyohadi, 2010).
Osteosit adalah sel – sel tulang yang terbungkus dalam lapisan –
lapisan matriks tulang yang telah mengalami mineralisasi, osteosit
mempunyai jalur filopodial yang menggandengkan dengan sel tulang lain
saluran filopodial ini (kanalikuli) memungkinkan difusi nutrisi dari kapiler
terdekat menuju osteosit-osteosit yang jauh, fenomena ini bisa mendukung
nutrisi bagi kira-kira 15 rantai lingkaran / lamela osteosit. Osteosit lebih
kecil dibanding osteoblas, mempunyai retikulum endoplasmik dan
aparatus golgi jauh lebih sedikit dibanding osteoblas serta kromatin inti
yang lebih padat, mempunyai fungsi memelihara matrik tulang. Osteosit
dan osteoblast diketahui mempunyai kalsium fosfat yang berikatan dengan
protein atau glikoprotein, suatu indikasi kemampuan untuk melakukan
kalsifikasi matrik (Lesson et al., 1990, Setyohadi, 2010).

3. Tulang Kompak dan Tulang Berongga

12
Tulang kompak adalah bagian tulang yang keras. Tulang ini
terlihat sangat padat jka dilihat dengan mata. Namun jika kita lihat dengan
mikroskop, tulang kompak akan terlihat sangat rapuh karena berongga-
rongga. Tulang ini juga disebut tulang keras karena strukturnya yang
keras. Tulang ini terdapat di tulang kaki dan tulang tangan.
Tulang spongiosa adalah jaringan tulang lunak berongga-rongga
dan berisi sumsum merah. Sumsum merah berfungsi untuk memproduksi
sel darah. Tulang ini banyak terdapat di jari-jari, tulang belakang, tulang
panggul, dan lutut.
Berdasarkan gambar tersebut, kita dapat menemukan:

a. Lakuna adalah suatu ruang kecil di antara lamella yang di dalamnya


mengandung osteosit.
b. Lamela adalah lempeng tulang yang tersusun konsentris.
c. Kanalikuli adalah saluran-saluran halus dalam matriks dan merupakan
tempat uluran sitoplasma osteosit.
d. Jaringan tulang adalah jaringan yang disusun oleh sel-sel tulang
(osteosit)
e. Periosteum adalah lapisan membran fibrosa tebal yang meliputi hampir
seluruh permukaan tulang.
f. Tulang kompak adalah suatu jenis jaringan tulang yang terdiri dari
osteol yang tersusun rapat atau sistem havers, dan bentuk penampilan
luar yang sangat keras.
g. Tulang spons adalah jenis tulang yang matriksnya berongga.

13
h. Saluran havers adalah suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang.
i. Saluran volkmann adalah saluran yang menghubungkan dua saluran
havers.

C. Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang


Tulang adalah organ dengan struktur keras dan kaku yang membentuk
kerangka manusia. Tulang yang mengorganisasikan rangka tubuh manusia
saat kita bayi yakni sekitar 270 tulang. Akan tetapi, sesudah ketika kita
dewasa jumlah tulang tersebut akan menyusut sekitar 206 tulang. Tulang bayi
harus melewati proses pembentukan tulang (osifikasi) supaya bisa berperan
seperti semestinya. Osifikasi ialah prosedur dimana sel mesenkim dan
kartilago diganti berupa tulang selama perkembangan. Osteoblas, osteosit, dan
osteoklas merupakan tiga jenis sel yang terlibat dalam pengembangan,
pertumbuhan dan pembentukan tulang. Osteoblas adalah sel-sel yang
memproduksi tulang yang berasal dari sumsum tulang, dimana sel mesenkimal
berada. Osteoblas bertanggung jawab untuk sintesis komponen matriks tulang
(kolagen dan glikoprotein). Osteosit adalah sel matur yang ditemukan
terbungkus di dalam lapisan-lapisan matriks tulang yang telah mengalami
mineralisasi. Di dalam tulang juga terdapat osteklas yang berfungsi menyerap
kembali sel tulang yang sudah rusak. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti
banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat di absorbsi.
Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Adanya
aktivitas sel osteoklas maka tulang akan memiliki rongga dan nantinya akan
terisi oleh sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga dan osteoblas akan
membentuk osteosit baru kearah permukaan luar sehingga tulang akan
membesar dan berongga.
Permukaan luar dan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel
pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.
Periosteum terdiri atas lapisan luar yaitu serat-serat kolagen dan fibroblast.
Endosteum melapisi semua lapisan rongga didalam tulang dan terdiri dari
selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat. Fungsi

14
utama dari periosteum dan endosteum ini adalah nutrisi jaringan tulang dan
persediaan secara tetap osteoblas baru untuk keperluan perbaikan dan
pertumbuhan tulang.

Gambar. skematis sel-sel pembentuk tulang.

1. Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang


Tulang dapat dibentuk dengan dua cara yaitu mineralisasi langsung
pada matriks yang disekresi oleh osteoblast (osifikasi intramembran) atau
melalui penimbunan matriks tulang pada matriks tulang rawan sebelumnya
(osifikasi endochondral). Pada kedua proses ini, jaringan tulang yang
pertama kali dibentuk adalah primer atau muda. Tulang primer adalah
jaringan yang bersifat sementara dan tidak lama kemudian diganti oleh
tulang berlamela tetap yang disebut sebagai tulang sekunder.
Osifikasi adalah proses dimana sel-sel mesenkim dan kartilago
diubah menjadi tulang selama pengembangan. Awalnya, selama
perkembangan embrio, kerangka tetap terutama rawan untuk membentuk
komponen struktural dasar dan kerangka tubuh

a. Osifikasi Intramembran
Selama proses pembentukan tulang osifikasi intramembran,
tulang padat dan kenyal berkembang langsung dari lembaran jaringan
ikat mesenchymal (tidak berdiferensiasi). Tulang pipih wajah,

15
sebagian besar tulang tengkorak, dan tulang selangka (tulang selangka)
dibentuk melalui osifikasi intramembran.
Prosesnya dimulai ketika sel-sel mesenkhim dalam kerangka
embrionik berkumpul bersama dan mulai berdiferensiasi menjadi sel-
sel khusus (Gambar a). Beberapa sel ini akan berdiferensiasi menjadi
kapiler, sementara yang lain akan menjadi sel osteogenik dan
kemudian osteoblas. Meskipun mereka akhirnya akan menyebar
melalui pembentukan jaringan tulang, osteoblas awal muncul dalam
sebuah cluster yang disebut pusat osifikasi.
Osteoblas mensekresi osteoid, matriks yang tidak terkalsifikasi,
yang terkalsifikasi (mengeras) dalam beberapa hari ketika garam
mineral diendapkan di atasnya, dengan demikian memerangkap
osteoblas di dalamnya. Setelah terperangkap, osteoblas menjadi
osteosit (Gambar b). Ketika osteoblas berubah menjadi osteosit, sel-sel
osteogenik di jaringan ikat di sekitarnya berdiferensiasi menjadi
osteoblas baru.
Osteoid (matriks tulang tanpa mineralisasi) yang disekresikan
di sekitar kapiler menghasilkan matriks trabekular, sedangkan
osteoblas pada permukaan tulang sepon menjadi periosteum (Gambar
c). Periosteum kemudian menciptakan lapisan pelindung tulang
kompak yang dangkal ke tulang trabecular. Tulang trabecular
berkerumun di sekitar pembuluh darah, yang akhirnya mengembun
menjadi sumsum merah (Gambar d).

16
Gambar. Ossifikasi Intramembran. Osifikasi intramembran mengikuti empat
langkah. (a) Kelompok sel mesenkim menjadi kelompok, dan pusat osifikasi
terbentuk. (b) osteoid yang disekresikan memerangkap osteoblas, yang kemudian
menjadi osteosit. (c) Matriks trabekular dan bentuk periosteum. (d) Tulang kompak
berkembang superfisial ke tulang trabekular, dan pembuluh darah yang padat
berkondensasi menjadi sumsum merah.

Osifikasi intramembran dimulai dalam rahim selama


perkembangan janin dan berlanjut hingga remaja. Saat lahir, tengkorak
dan klavikula tidak mengeras sepenuhnya dan jahitan tengkorak tidak
tertutup. Osifikasi intramembran memungkinkan tengkorak dan bahu
untuk berubah bentuk selama perjalanan melalui jalan lahir. Tulang
terakhir yang mengeras melalui osifikasi intramembran adalah tulang
pipih wajah, yang mencapai ukuran dewasanya pada akhir percepatan
pertumbuhan remaja.

b. Osifikasi Endokondral
Pada osifikasi endokondral, tulang berkembang dengan
mengganti tulang rawan hialin. Tulang rawan tidak menjadi tulang.
Sebaliknya, tulang rawan berfungsi sebagai templat untuk sepenuhnya
diganti oleh tulang baru. Pengerasan endokondral membutuhkan waktu
lebih lama daripada pengerasan intramembran. Tulang di pangkal
tengkorak dan tulang panjang terbentuk melalui osifikasi endokondral.

17
Dalam tulang panjang, misalnya, sekitar 6 hingga 8 minggu
setelah pembuahan, beberapa sel mesenkimal berdiferensiasi menjadi
kondrosit (sel tulang rawan) yang membentuk prekursor kerangka
tulang rawan tulang (Gambar a). Segera setelah itu, perichondrium,
sebuah membran yang menutupi tulang rawan, muncul Gambar b).

Gambar 2. Osifikasi Endochondral. Osifikasi endochondral mengikuti lima


langkah. (a) Sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi kondrosit. (b) Model
tulang rawan kerangka tulang masa depan dan bentuk perichondrium. (c) Kapiler
menembus tulang rawan. Perichondrium berubah menjadi periosteum. Kerah
periosteal berkembang. Pusat osifikasi primer berkembang. (d) Tulang rawan dan
kondrosit terus tumbuh di ujung tulang. (e) Pusat osifikasi sekunder berkembang.
(f) Tulang rawan tetap pada lempeng epiphyseal (pertumbuhan) dan pada
permukaan sendi sebagai tulang rawan artikular.

18
Semakin banyak matriks diproduksi, kondrosit di tengah model
kartilaginosa tumbuh dalam ukuran. Ketika matriks terkalsifikasi,
nutrisi tidak bisa lagi mencapai kondrosit. Hal ini mengakibatkan
kematian mereka dan disintegrasi tulang rawan sekitarnya. Pembuluh
darah menyerang ruang yang dihasilkan, tidak hanya memperbesar
rongga tetapi juga membawa sel-sel osteogenik bersama mereka,
banyak di antaranya akan menjadi osteoblas. Ruang yang membesar
ini akhirnya bergabung menjadi rongga meduler.
Saat kartilago tumbuh, kapiler menembusnya. Penetrasi ini
mengawali transformasi perikondrium menjadi periosteum penghasil
tulang. Di sini, osteoblas membentuk kerah periosteal tulang padat di
sekitar tulang rawan diafisis. Pada bulan kedua atau ketiga kehidupan
janin, perkembangan sel tulang dan osifikasi meningkat dan
menciptakan pusat osifikasi primer, sebuah wilayah yang jauh di
dalam kerah periosteal tempat osifikasi dimulai (Gambar c).
Sementara perubahan yang dalam ini terjadi, kondrosit dan
tulang rawan terus tumbuh di ujung tulang (epifisis masa depan), yang
meningkatkan panjang tulang pada saat yang sama tulang
menggantikan tulang rawan dalam diafisis. Pada saat kerangka janin
sepenuhnya terbentuk, tulang rawan hanya tinggal di permukaan sendi
sebagai tulang rawan artikular dan antara diafisis dan epifisis sebagai
lempeng epifisis, yang terakhir bertanggung jawab untuk pertumbuhan
tulang longitudinal. Setelah lahir, urutan kejadian yang sama ini
(mineralisasi matriks, kematian kondrosit, invasi pembuluh darah dari
periosteum, dan pembenihan dengan sel-sel osteogenik yang menjadi
osteoblas) terjadi di daerah epifisis, dan masing-masing pusat kegiatan
ini disebut sebagai pusat osifikasi sekunder (Gambar e).

2. Suplai Darah / Vaskularisasi Tulang


Pemahaman tentang suplai darah tulang membantu untuk
menjelaskan penyebaran dan keterbatasan infeksi, penyembuhan patah

19
tulang, dan keterlibatan tulang dengan neoplasma primer atau sekunder.
Metafisis terutama disuplai oleh arteri yang masuk dari diafisis dan
berakhir pada lempeng epifisis. Epifisis menerima suplai darah dari
anastomosis pembuluh darah yang luas. Kortek diafisis, dipasok oleh
pembuluh yang masuk melalui kanal Volkmann dan berkomunikasi
dengan sistem Haversian. Arteri yang fungsinya memberi nutrisi
memasuki kanal meduler pada sekitar tengah diafisis, membagi, dan
meluas baik distal dan proksimal. Pertukaran metabolisme kalsium dan
fosfor terjadi terutama pada metafisis. Pembuluh getah bening yang ada di
jaringan ikat yang melapisi periosteum, tetapi tidak di korteks atau
medula.
Pasokan darah ke anggota tubuh atas disuplai oleh cabang-cabang
arteri intersegmental dorsal yang timbul dari aorta dan membentuk
jaringan kapiler halus di seluruh mesenkim. Pola vaskular primordial
terdiri dari arteri aksial primer dan cabang-cabangnya yang mengalir ke
sinus marginal perifer.
a. Arteri aksial primer menjadi arteri brakialis di lengan dan arteri
interoseus yang umum di lengan bawah yang memiliki cabang
interoseus anterior dan posterior.
b. Arteri ulnaris dan radial adalah cabang terminal dari arteri brakialis.
Ketika digit terbentuk, sinus marginal pecah dan pola vena
akhir diwakili oleh vena basilik dan cephalic dan anak-anak cabangnya
berkembang. Darah di sinus marginal mengalir ke vena perifer. Di
paha, pembuluh arteri aksial primer diwakili oleh arteri paha yang
dalam (profunda femoris). Di kaki, pembuluh arteri aksial primer
diwakili oleh arteri tibialis anterior dan posterior.

20
Gambar vaskularisasi pada tulang

3. Innervasi pada Tulang/Persyarafan Tulang


Akson motorik yang timbul dari sumsum tulang belakang
memasuki tunas ekstremitas selama minggu ke-5 dan tumbuh menjadi
massa otot dorsal dan ventral. Akson sensoris memasuki tunas tungkai
setelah motorik dan menggunakannya. Sel-sel krista neural (prekursor sel
Schwann) mengelilingi motorik dan serabut saraf sensorik pada anggota
gerak dan membentuk selubung neurolemmal dan mielin. Pada bagian luar
akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel
Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang

21
membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran
plasma sel Schwann disebut neurilemal. Fungsi mielin adalah melindungi
akson dan memberi nutrisi.
Bone Innervation
1. Saraf menyertai pembuluh darah.
2. Sebagian besar saraf simpatik dan vasomotor berfungsi.
3. Beberapa saraf adalah sensorik dan didistribusikan ke ujung artikular
dan periosteum tulang.

Hukum Hilton
1. Hukum Hilton menjelaskan pola persarafan tulang oleh saraf tepi.
2. Saraf yang memasok otot juga akan memasok tulang yang
mendasarinya.
3. Otot-otot berbaring juga akan dipersarafi oleh saraf yang sama.

Dermatome adalah area kulit yang disuplai oleh saraf tulang


belakang tunggal dan ganglionnya. Area saraf kulit adalah area kulit yang
disuplai oleh saraf perifer. Selama minggu ke-5, saraf perifer tumbuh dari
pleksus ekstremitas yang berkembang (brakialis dan lumbosakral) ke
dalam mesenkim kuncup tungkai.
Saraf tulang belakang didistribusikan dalam band-band segmental
yang memasok permukaan dorsal dan ventral kuncup tungkai. Meskipun
pola dermatomal asli berubah selama pertumbuhan anggota badan,
distribusi masih dapat dikenali pada orang dewasa.

22
DRG: Dorsal Root Ganglion

Gambar Persyarafan pada tulang

D. Sifat Dinamis Tulang


1. Efek Latihan PadaTulang

Walaupun tampak keras seperti batu, sebenarnya tulang adalah


jaringan yang hidup dan dinamis, yang terus-menerus mengalami proses
regenerasi yang dikenal sebagai remodelling. Tulang terdiri dari matriks
protein, yang tertanam dalam mineral seperti kalsium dan fosfor yang
membuat tulang keras. Proses remodeling mengikuti suatu siklus. Pada
tahap pertama dari siklus, terjadi proses resorpsi dimana sel memecah dan
tulang mengalami demineralisasi. Setelah itu, sel-sel lain dalam tulang
akan mengalami remineralisasi dan membangun kembali tulang dalam
proses yang disebut formasi. Semua ini tidak terjadi dalam semalam.
Siklus remodeling biasanya memakan waktu berbulan-bulan, dan pada
waktu tertentu, ada daerah tertentu dalam tulang yang sama yang sedang
diresorpsi, sementara daerah lain dalam tahappembentukan. Tekanan
untuk menopang berat badan dan beban dari tarikan mekanik yang terjadi
saat kontraksi otot selama latihan, merangsang proses remodeling tulang.

23
Sekitar periode pubertas (selama kira-kira 2 tahun), kepadatan mineral
tulang mencapai kurang lebih seperempat dari total kepadatan mineral
dalam tulang, dan sekitar 95 % dari massa tulang tercapai pada akhir masa
remaja. Oleh karena itu, ini merupakan windows of opportunity untuk
meningkatkan massa tulang. Studi menunjukkan bahwa latihan dengan
intensitas tinggi, olahraga ketahanan dan aktivitas olahraga sebelum dan
selama masa pubertas adalah masa paling efektif untuk membentuk tulang
yang kuat. Kegiatan yang melibatkan melompat akan sangat berguna.
Dengan demikian, kunci penting untuk membantu memastikan adanya
tulang yang kuat seumur hidup, adalah dengan memaksimalkan kepadatan
mineral tulang selama masa pubertas saat remaja dan masa dewasa awal.
Caranya, dengan mendorong partisipasi remaja untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas fisik dan olahraga secarareguler.

Puncak massa tulang, biasanya terjadi pada dekade ketiga


kehidupan. Setalah masa itu, laju resorpsi dan pembentukan tulang relatif
stabil. Namun ketika berusia 40-an tahun, resorpsi mulai melampaui laju
pembentukan dan mulai mengalami penurunan massa tulang. Rata-rata
usia menopause adalah sekitar 50 tahun, dan ini menandai saat ketika
wanita kehilangan massa tulang dengan sangat cepat.

Tingkat kecepatan kehilangan massa tulang terkait dengan


penurunan hormon estrogen yang bersirkulasi. Estrogen menghambat
aktivitas sel-sel yang memecah/ resorpsi tulang. Namun, dengan
menurunnya kadar estrogen saat masa menopause, aktivitas sel-sel yang
memecah tulang tidak terhambat. Akibatnya, tingkat resorpsi tulang
meningkat sedangkan tingkat pembentukan tulang tidak bisa mengikuti
kecepatan resorpsi tulang. Hal tersebut sering berakhir dengan penurunan
tajam dalam massa tulang selama masamenopause.

Untungnya, olahraga tampaknya memiliki efek positif pada massa


tulang selama masa dewasa. Sebagian besar penelitian tentang hubungan
antara olahraga dan kepadatan mineral tulang, dilakukan pada wanita

24
karena wanita memiliki risiko lebih besar untuk menderita patah tulang
seiring dengan pertambahan usia, dibanding laki-laki. Studi menunjukkan
bahwa latihan ketahanan yang Anda lakukan, apakah berjalan, jogging,
atau berlari, cenderung berdampak positif pada massa tulang. Dan ini
tampaknya benar bagi wanita sebelum maupun sesudah menopause.

Pelatihan ketahanan secara progresif dengan menggunakan lift


yang memuat pinggul dan punggung, mungkin lebih efektif untuk
membangun kepadatan mineral tulang pada wanita premenopause dan
postmenopause. Pada wanita muda, pelatihan ketahanan secara progresif
dan berlari meningkatkan kepadatan mineral tulang di punggung bagian
bawah. Dan meskipun belum banyak penelitian pada pria terkait hal ini,
efek serupa diprediksi juga dialami olehpria.

Pesan utama dari studi ini adalah bahwa latihan beban dan latihan
ketahanan secara progresif, dapat membantu melindungi kesehatan dan
kekuatan tulang Anda, terlepas dari usia dan jenis kelamin. Untuk orang
dewasa, American College of Sports Medicine merekomendasikan
kombinasi latihan beban hampir setiap hari, dan latihan resistensi progresif
2-3 kali per minggu. Dengan menerapkan latihan pada Tulang, aktivitas
enzim pada tulang meningkat serta kepadatan,kekuatan, dan besarnya
tulang juga meningkat, selain mencegah pengeroposan tulang. Permukaan
tulang juga akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang terus
menerus.

2. Efek nutrisi dan hormone


Nutrisi dan hormone sangat berkaitan dengan proses remodeling
tulang. Berkaitan dengan nutrisi, Ternyata asupan kalori merupakan faktor
penting dalam memperkuat tulang. Beberapa atlet, khususnya wanita yang
terlibat dalam olahraga ketahanan seperti lari, atau olahraga dimana
kerampingan dianggap ideal seperti menari dan senam, membatasi asupan
kalori sementara masih berlatih dan bersaing dengan intensitas yang
tinggi.

25
Tubuh menyesuaikan diri dengan keadaan kekurangan kalori, dan
atlet ini mungkin memiliki berat badan yang sangat stabil, meskipun
mengkonsumsi asupan rendah kalori. Tapi beban fisiologis terhadap
keadaan ini, sangat tinggi. Kalori berharga yang dikonsumsi, digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi untuk berlatih dan bersaing.
Sayangnya, ini berarti tidak ada cukup kalori tersisa untuk mendukung
fungsi fisiologis normal lainnya. Fungsi reproduksi sering menjadi korban
akibat asupan kalori yang terlalu rendah. Seringkali, atlet ini berhenti
berovulasi dan berhenti mengalami menstruasi. Mungkin pertamanya hal
ini tampak sebgai sesuatu yang menyenangkan, tapi efek pada tulang
sangat buruk.
Menstruasi berhenti, karena hormon yang terlibat dalam fungsi
reproduksi, seperti estrogen, jumlahnya berkurang karena tubuh
kekurangan kalori untuk membentuk estrogen. Namun, seperti pada orang
yang menopause, ketika mengambil efek estrogen sebagai penghambat
sel-sel yang memecah tulang, tiba-tiba kecepatan resorpsi tulang jauh
melebihi kecepatan pembentukan tulang. Sementara jumlah siklus
menstruasi yang terlewati semakin bertambah, kepadatan mineral tulang
terus menurun yang menyebabkan tulang menjadi lemah. Bahkan, wanita
yang aktif secara fisik namun memiliki siklus mentruasi yang tidak teratur,
memiliki risiko patah tulang stres 2-4 kali lebih besar daripada wanita
dengan siklus menstruasi yangteratur.
Untungnya, siklus menstruasi dan fungsi reproduksi yang normal,
dapat dikembalikan dengan meningkatkan kalori yang tersedia, dan ini
dapat menormalkan proses remodeling tulang. Jadi, urutan pertama adalah
meningkatkan ketersediaan kalori. Lakukan ini dengan baik meningkatkan
asupan kalori, mengurangi latihan , atau kombinasi keduanya. Apapun
pendekatan yang ambil untuk meningkatkan ketersediaan kalori demi
mendukung fungsi fisiologis yang normal, pertahankan hingga siklus
menstruasi menjadi normal kembali dan lanjutkan terus saat berlatih dan
bersaing.

26
Selain menambah asupan kalori, pastikan bahwa menyediakan
nutrisi penting lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung remodeling
tulang yang optimal, termasuk kalsium, vitamin D, dan protein . Menurut
American College of Sports Medicine, jumlah harian yang dibutuhkan
untuk membangun tulang adalah 1,000- 1,300 mg kalsium dan 400-800 IU
vitamin D. Produk susu adalah sumber kalsium dan vitamin D yang baik.
Sebagai contoh, segelas susu menyediakan sekitar 300 mg kalsium dan
100 IU vitamin D. Seporsi yogurt menyediakan sekitar 300 mg kalsium
dan 80 IU vitamin D. Produk lain yang kaya kalsium adalah keju, yogurt
beku, es krim dan tahu (menyediakan sekitar 150 mg kalsium per porsi).
Jika ada pembatasan asupan produk susu, suplemen kalsium dan vitamin
D mungkin diperlukan untuk secara konsisten mencapai asupan yang
optimal bagi kesehatan tulang.
Rekomendasi harian untuk protein demi mendukung tulang yang
kuat adalah 0,5-0,7 gram per lb (1,2-1,6 gram per kg) berat badan. Ini
setara dengan sekitar 63-88 gram protein setiap hari untuk atlet dengan
berat badan 125 - pound (57 kg). Asupan protein sebagian besar atlet
adalah sekitar jumlah tersebut, meskipun atlet vegetarian mungkin harus
ekstra perhatian dalam memastikan kecukupan asupan protein mereka.
Akhirnya, nutrisi lain yang penting dalam proses remodeling tulang adalah
vitamin C, vitamin K, seng, tembaga, dan mangan. Dengan demikian,
mengkonsumsi berbagai macam makanan akan membantu memastikan
kecukupan berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan
tulang.
Berikut Penjabaran Faktor Genetik dan Hormon yang
mempengaruhi Pertumbuhan Tulang :
a. Herediter(genetic)
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak
dari orang tua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggijuga.
b. Factor endokrin
1) Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam

27
memelihara kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengancara:
- Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium
ke dalamdarah.
- Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dariusus.
2) Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler
dari kelenjar tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsitulang.

3) Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting


untuk proliferasi (bertambah banyak) secara normal dari rawan
epifisealis untuk memelihara tinggi badan yang normal dari
seseorang.

4) Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak,


remodeling tulang dan kematangantulang.

5) HGH (Human Growth Hormone), yang dikeluarkan oleh kelenjar


pituitary. Semakin dewasa jumlah hormone ini semakinberkurang

6) Estrogen : mencegah proses perombakan tulang olehosteoklas.


Progesteron : Pemberian terapi hormon estrogen disarankan tidak
dipisahkan dari terapi hormon progesteron. Memang estrogen akan
mengurangi perombakan tulang, tapi tidak meningkatkan
pembentukan tulang baru. Akibatnya, otot yang sudah tua dan
rusak karena kerja fisik, tak diperbaharui. Untuk itulah diperlukan
progesteron, hormon yang berperan penting dalam pembentukan
tulang baru. Sebuah penilitian diketahui bahwa progesteron akan
terikat pada osteoblas, sel yang membuat tulang baru, dan
membantu osteoblas menangkal efek negative dari obat-obatan
yang mengandung steroid.

3. Skeleton sebagai cadangan kalsium

Rangka tersusun atas tulang. Di dalam tulang terdapat berbagai


mineral seperti kalsium, kalium, dan natrium. Kalsium (zat kapur)

28
merupakan mineral utama pembentuk tulang. Sebagai cadangan mineral,
tulang rangka menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak yang
disimpan pada sumsum tulang kuning.

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam


tubuh manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras
yaitu pada tulang dan gigi. 1% kalsium terdapat pada darah, dan jaringan
lunak. Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan
kontraksi, darah akan sulit membeku, transmisi saraf terganggu, dan
sebagainya.

Untuk memenuhi 1% kebutuhan ini, tubuh mengambilnya dari


makanan yang dimakan atau dari tulang. Apabila makanan yanag dimakan
tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka tubuh akan mengambilnya dari
tulang. Sehingga tulang dapat dikatakan sebagai cadangan kalsium tubuh.
Jika hal ini terjadi dalam waktu yang lama, maka tulang akan mengalami
pengeroposan tulang.

4. Proses penyembuhan fraktur


Penyembuhan Fraktur secara garis besar terdiri atas 2 kombinasi
proses yaitu intermembranous dan endochondral. Proses endochondral
dimulai ketika periosteum robek ketika terjadi fraktur, sedangkan pada
proses intramembranous dimulai terbentuk soft callus hingga hard callus.
Berikut ini Proses Penyembuhan Fraktur / Patah tulang,
berdasarkan Apley & Solomon (1995: 240), adalah sebagai berikut :
a. PembentukanHematom
Tahap ini dimulai setelah fraktur sampai hari ke 5 terjadi perdarahan,
dalam 24 jam pertama terbentuk darah dan fibrin yang masuk ke
daerah fraktur, setelah 24 jam pertama, suplai darah meningkat ke
daerah fraktur dan terbentuk hematom. Hematom berkembang menjadi
jaringan granulasi.

b. ProliferasiSeluler

29
Tahap / proses ini terjadi sampai hari ke 12. Pada area fraktur,
periosteum endosteum dan sum-sum tulang yang mensuplai sel,
berubah menjadi fibro kartilago, kartilago hialan dan jaringan
penunjang, fibrosa terjadinya osteogenesis dengan cepat.
c. Tahap Pembentukan Kalus
Enam sampai sepuluh hari setelah fraktur / cidera, jaringan granulasi
berubah menjadi bentuk prakalus, prakalus menjadi puncak ukuran
maksimal pada 14 – 21 hari setelah cidera.
d. Tahap Osifikasi Kalus
Tahap osifikasi kalus ini terjadi sampai minggu ke dua belas.
Membentuk osifikasi dan kalus intermediate pada minggu ke 3 sampai
10 kalus menutupi tulang.
e. Tahap Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklast, kalus mengalami
pembentukan tulang sesuai dengan bentuk aslinya
f. Tahap Remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan
membentuk bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang. Pada
fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi. Kalus intermediet
berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi system haversian dan
kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk
susmsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan
berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.

30
Gambar proses penyembuhan fraktur

5. Penuaan system tulang

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua


(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu
masa atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan
lanjut usia. Proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit
yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Sebenarnya tidak ada batas
yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada
setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam
hal pencapain puncak maupun menurunnya.

Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui


proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa
faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya,
sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan
faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat,
kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua
faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab
prosespenuaan. Pada tulang cirri-ciri perubahan fisik adalah perubahan
struktur dan fungsi bervariasi diantara individu selama proses penuaan.
Perubahan yang bermakna terjadi mulai usia pertengahan. Secara umum
perubahan secara fisiologis adalah:

31
- Penurunan tinggi badan sekitar 6-10cm.

- Lebar bahumenurun.

- Fleksi pada lutut danpanggul.

- Patah tulang akibat kompresi darivertebrae.

- Jalan goyah karena perubahan otot dan fungsimotorik.

- Berkurangnya serta dan diameterotot.

- Jumlah mineral dalam tulangberkurang.

- Pembentukan tulangberkurang

- Resorbsi tulangbertambah.

- Tendon dan jaringan pengikat bertambahkaku

- Tulang rawan persendian makintipis

Perubahan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :

- Kekuatanberkurang.

- Cenderung patah tulang ( osteoporosis)

- Sendi kaku dan cenderunginflamasi

- Terjadi ResorpsiTulang

Resorpsi tulang merupakan proses pendegradasian dari matriks


tulang oleh osteoklas. Resorpsi tulang inidapat dikatakan pula suatu proses
pengerusakan tulang oleh osteoklas yang berdampak pada pengeluaranisi
atau bahan pembentuk matriks tulang. Osteoklas ini sejenis dengan
makrofag yang khusus berada ditulang. Proses resorpsi tulang ini
bertujuan dalam mengatur kadar kalsium dalam tubuh dan tahapan dalam
bone remodelling atau pembaharuan matriks tulang yang rusak.
Menariknya proses ini diatur oleh berbagaimacam komponen
pendukung (inisiator) dan penghambat (inhibitor). Kedua komponen ini

32
pentingan agar resorpsi tulang dapat terjadi dalam keadaan normal
sehingga tidak menimbulkan masalah dalam tubuh kita. Akibat resorpsi
juga menimbulkan penurunan massa tulang.

- Penurunan Fungsi Hormon

Estrogen merupakan hormon kelas steroid yang banyak diproduksi


pada wanita. Hormon ini berperandalam mengatur siklus menstruasi
wanita. Selain berperan dalam bidang reproduksi, estrogen berperandalam
mengatur tulang, yaitu dengan menghambat terjadinya resorpsi tulang.
Oleh karena itu pada wanitayang telah mengalami menopause dimana
kadar hormon tersebut berkurang pesat produksinya, degradasitulang akan
cepat terjadi sehingga menimbulkan keropos pada tulang yang biasanya
disebut osteoporosis.Dilihat dari penyebab penyakit ini, kita tak dapat
berasumsi dengan meningkatkan kadar asupan kalsium yang merupakan
struktur pembentuk tulang dapat mengobati penyakit ini. Masalah dari
penyakit ini adalahmeningkatnya aktivitas osteoklas dalam tulang bukan
kurangnya kadar kalsium dalam diri Osteoporosis dapat menyebabkan
tulang mudah patah, biasanya terjadi pada tulang belakang yang
menyebabkan terjadinya pembungkukkan tubuh serta nyeri punggung
akibat tertekannya saraf, dan tulang panggul yang menyebabkan kelainan
dalam pengaturan berat tubuh sehingga terjadi kesulitan dalam berjalan

Selain itu, menurunnya kadar HGH, juga mempengaruhi. Karena


hanya tersisa 25% hormone HGH yang tersisa pada seseorang yang
berumur 65 tahun. Sedangkan tulang membutuhkan hormone tersebut
untuk proses fisiologis sepanjang hidup.

E. Gangguan Kesehatan pada Tulang


Ada beberapa kelainan dan gangguan yang dapat terjadi pada tulang.
di antaranya, rakhitis, osteoporosis, mikrosefalus, patah tulang. terkilir,
kelainan bentuk tulang, dan artritis.
1. Kekurangan Vitamin D

33
Pada tubuh manusia, vitamin D dibentuk dari provitamin D dengan
bantuan sinar matahari. Vitamin D sangat dibutuhkan untuk proses
pelekatan kalsium di tulang ketika proses penulangan pada masa anak-
anak. Kekurangan vitamin D biasanya terjadi karena tubuh kurang
mendapat sinar matahari yang cukup. Akibatnya, anak yang kekurangan
vitamin D ini menderita pertumbuhan yang disebut rakhitis.Hal tersebut
ditunjukkan oleh kedua kaki yang berbentuk X atau O.

(Gambar kaki yang berbentuk X atau O)

2. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan tulang. kondisi tulang menjadi lebih lunak.
Hal tersebut dapat terjadi karena kekurangan hormon- hormon tertentu
yang membantu pelekatan kalsium. Selain itu, penderita kelainan ini dapat
disebabkan juga oleh kekurangan kalsium dalam makanannya sehingga
tubuhnya menggunakan kalsium yang tersimpan pada tulangnya.
Akibatnya, pada tingkat tertentu tulang menjadi lebih lunak.

34
(Gambar: a. Tulang Normal, b. Tulang Penderita Osteoporosis)

3. Mikrosefalus
Mikrosefalus adalah kelainan pada ukuran kepala bayi yang lebih kecil
atau tidak proporsional. Hal tersebut disebabkan ketika hamil seorang ibu
mengalami kekurangan kalsium sehingga pembentukan tengkorak bayi
tidak sempurna.
4. Patah Tulang (Fraktura)
Ada beberapa jenis patah tulang, yaitu:
a. Patah tulang terbuka, tulang yang patah mencuat keluar sehingga
merobek kulit.
b. Patah tulang tertutup, tulang yang patah tidak melukai kulit.

Patah tulang lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan yang dialami


penderita

5. Terkilir
Seseorang dikatakan terkilir karena ligamen yang membungkus persendian
tertarik ketika melakukan gerakan yang tiba-tiba atau tidak biasa
dilakukan. Pada kasus dislokasi, ligamen sobek sehingga sendi bergeser.
Dislokasi disebut juga urai sendi.
6. Kelainan Bentuk Tulang Belakang
Kebiasaan duduk yang salah atau kebiasaan membawa beban hanya di satu
sisi tubuh saja, dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang
belakang. Ada beberapa jenis kelainan, yaitu:
a. kifosis, jika posisi punggung dan panggul menjorok ke belakang.
b. lordosis, jika bagian leher dan panggul menjorok ke depan.

35
c. skoliosis, jika punggung membengkok ke samping.

7. Artritis
Artritis adalah gangguan pada persendian. Artritis dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Artritis gout, terjadi karena adanya timbunan asam urat. Pada
umumnya, terjadi pada sendi-sendi tangan. Akibatnya, sendi-sendi
tangan terlihat lebih besar.
b. Osteoartritis disebabkan oleh menipisnya lapisan tulang rawan di
ujung tulang. Hal tersebut menyebabkan persendian sakit ketika
digerakkan.
c. Artritis eksudatif, terjadi karena serangan kuman tertentu yang
menyebabkan peradangan pada persendian. Sendi dipenuhi oleh cairan
getah bening.
d. Artritis sikka, terjadi karena berkurangnya cairan sinovial. Hal tersebut
menyebabkan rasa sakit ketika menggerakkan persendian.

36
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks
ekstraselular. Matriks tulang yaitu bagian terkeras yang terletak dilapisan luar
tulang, yang disebabkan oleh pengendapan mineral dalam matriks, sehingga
tulang pun mengalami sebuah kalsifikasi.

Secara mikroskopis tulang mempunyai beberapa ciri yang khas. Ciri utama
tulang secara mikroskopis adalah susunannya yang lamelar yaitu matriks tulang
tersusun berlapis-lapis.

Tulang adalah organ dengan struktur keras dan kaku yang membentuk
kerangka manusia. Tulang yang mengorganisasikan rangka tubuh manusia saat
kita bayi yakni sekitar 270 tulang. Akan tetapi, sesudah ketika kita dewasa jumlah
tulang tersebut akan menyusut sekitar 206 tulang.

Adapun kelainan dan gangguan yang dapat terjadi pada tulang. di


antaranya, rakhitis, osteoporosis, mikrosefalus, patah tulang. terkilir, kelainan
bentuk tulang, dan artritis.

B. Saran

Saran untuk pembaca, diharapkan memahami materinya serta tetap


menggali informasi dan referensi lain tentang system rangka agar lebih
memperkaya wawasan dan mempermudah pembelajaran system rangka.

37
DAFTAR PUSTAKA

Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Basic Histologi. Edisi 11. Jakarta : EGC.

Phospenes. 2019. Vaskularisasi dan Innervasi pada


Tulang. https://reginabriefjournal.blogspot.com/vaskularisasi-dan-
innervasi-tulang. Diakses pada tanggal 27 Maret 2021.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner &Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.

Sridianti.com. 2020. Proses Pembentukan


Tulang. https://www.sridianti.com/proses-pembentukan-tulang-osifikasi.
Diakses pada tanggal 27 Maret 2021.

Febriantina, Dyah Dwi. 2013. Sistem Gerak Manusia. (http://dyahfebriantina.


blogspot.com/2013/12/vbehaviorur-ldefaultvmlo_ 18.html) diakses pada
Sabtu, 27 Maret 2021

Rozi. 2013. Sistem Gerak Manusia. (http://roziromadanni.1 6mb.com/2013/02/


sistem-gerak-manusia/) diakses pada 27 maret 2021

Anda mungkin juga menyukai