Anda di halaman 1dari 39

SISTEM MUSKULOSKLETAL DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA OSTEOSARCOMA

OLEH KELOMPOK 5
1. NI WAYAN KENDRANITI
2. NI WAYAN SUTARNI
3. PUTU INDAH JELITA LESTARI
4. NI PUTU SUYATI NINGSIH
5. NI MADE WIDYANTHI
6. NI LUH WIDARSIH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2017
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
izinnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah Sistem Muskuloskeletal dengan judul
“Anatomi, Fisiologi, Biokimia dan Proses Keperawatan pasien dengan gangguan
Muskuloskeletal” dengan tepat pada waktunya.

Kami sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan tetapi kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun berkat arahan, bimbingan,
dan bantuan dari berbagai pihak termasuk dosen dan teman-teman, makalah ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
umumnya. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
c. Tujuan .................................................................................................................................. 1
d. Manfaat ................................................................................................................................ 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
ISI.................................................................................................................................................... 2
A. Anatomi................................................................................................................................ 2
1. Skeletal ............................................................................................................................. 2
2. Muskulus .......................................................................................................................... 4
B. Fisiologi ............................................................................................................................... 6
1. Bodimekanikal ................................................................................................................. 6
2. Proses Penyembuhan Tulang ......................................................................................... 10
3. Listrik dan Ionmuskuluskeletal ...................................................................................... 11
C. Biokimia............................................................................................................................. 12
D. Proses Keperawatan Pasien dengan Gangguan Muskuloskeletal ...................................... 15
Penilaian Kekuatan Otot ( Priguna S, 1980 )......................................................................... 19
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA ................................................................. 22
c. Intervensi Keperawatan ......................................................................................................... 29
BAB III ......................................................................................................................................... 34
PENUTUP..................................................................................................................................... 34
a. Simpulan ............................................................................................................................ 34
b. Saran .................................................................................................................................. 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Anatomi adalah ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan
mengurai-uraikannya ke dalam bagian-bagiannya.
Dilihat dari sudut kegunaan, bagian paling penting dari anatomi khusus adalah
yang mempelajari tentang manusia dengan berbagai macam pendekatan yang berbeda.
Dari sudut medis, anatomi terdiri dari berbagai pengetahuan tentang bentuk, letak,
ukuran, dan hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat sehingga sering
disebut sebagai anatomi deskriptif atau topografis. Pengetahuan tentang anatomi dan
fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang penting dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Dengan mengetahui struktur dan fungsi tubuh manusia, seorang
perawatan professional dapat makin jelas manafsirkan perubahan yang terdapat pada
alat tubuh tersebut. Salah satu hal yang dipelajari dalam anatomi tubuh manusia yaitu
system musculoskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh
dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system
musculoskeletal adalah jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon,
ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-
struktur ini.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah system anatomi, fisiologi, fisika dan biokimia system
musculoskeletal?
2. Bagaimanakah proses keperawatan pasien dengan gangguan musculoskeletal?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui system anatomi, fisiologi, fisika dan biokimia system
musculoskeletal.
2. Untuk proses keperawatan pasien dengan gangguan musculoskeletal.

d. Manfaat
Dengan mempelajari system musculoskeletal diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan system musculoskeletal

1
BAB II
ISI

A. Anatomi

1. Skeletal
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh kita
memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah tulang
belakang.

Fungsi Sistem Skeletal :


1) Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2) Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot-otot
yang melekat pada tulang
3) Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan
pembentuk darah.
4) Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam darah
misalnya.
Struktur Tulang
1) Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup (matriks).
2) Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
3) Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
4) Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk
5) Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel tulang
dewasa).
6) Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).
Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1) Tulang Kompak
Padat, halus dan homogen, pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang
mengandung ’yellow bone marrow”. Tersusun atas unit : Osteon  Haversian
System. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat
pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik (lamellae).
Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang disebut
periosteur, membran ini mengandung bagian luar percabangan pembuluh darah
yang masuk ke dalam tulang dan osteoblast.
2) Tulang Spongiosa

2
Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula. Struktur tersebut
menyebabkan tulang dapat menahan tekanan. Rongga antara trebakula terisi ”red
bone marrow” yang mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada
tulang. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujung
tulang lengan dan paha.
Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya
1) Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna
2) Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
3) Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum
4) Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis
Pembagian Sistem Skeletal
1) Axial / rangka aksial, terdiri dari :
a) Tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
b) Columna vertebralis / batang tulang belakang
c) Tulang-tulang rusuk
d) Sternum / tulang dada
2) Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari :
a) tulang extremitas superior
 korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang berbentuk segitiga) dan
clavicula (tulang berbentuk lengkung).
 lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
 lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan tangan.
 Tangan
b) tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha, tungkai bawah, kaki
a. Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan
untuk memudahkan terjadinya gerakan.
1. Synarthrosis (suture) Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan,
strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak.
2. Amphiarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan, strukturnya adalah
kartilago. Contoh: Tulang belakang
Diarthrosis

3
Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang terdiri dari
struktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel (siku),
sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).
b. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat
dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau
otot dengan otot.
c. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan
tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
1) Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang
ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.
2) Jaringan elastik kuning.
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan
memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

2. Muskulus
Otot merupakan semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut
dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang
melekat di bawah permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot:
a. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur.Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.
c. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
a. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.

4
b. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.
c. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang
otot saat rileks.
d. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
Jenis-jenis otot
a. Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot
sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10
mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di
bagian perifer. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
1) Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
a. Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-
serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
b. Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai
banyak nukleus ditepinya.
c. Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan
bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang
disebut dengan myofibril.
d. Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya yaitu yang kasar terdiri dari protein myosin dan yang halus
terdiri dari protein aktin/actin.
b. Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral. Serabut
ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5
mm pada uterus wanita hamil. Kontraksinya kuat dan lamban.
1. Struktur Mikroskopis Otot Polos
a. Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-
myofilamen.
2. Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk
berkontraksi.
5
a. Otot polos unit gandaditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan
lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
b. Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding
organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri
atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil
dari aktivitas listrik spontan.
c. Otot Jantung
Merupakan otot lurik, disebut juga otot seran lintang involunter, otot ini hanya
terdapat pada jantung. Otot ini bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
1. Struktur Mikroskopis Otot Jantung
a) Mirip dengan otot skelet
Gambar .1

Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung


Kerja Otot
a. Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
b. Supinasi (menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
c. Defresor (menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
d. Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
e. Dilatator (melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
f. Adduktor (dekat) >< Abduktor (jauh)

B. Fisiologi

1. Bodimekanikal
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori : tulang
panjang (misal. Femur), tulang pendek (misal. Tulang Tarsalia), tulang pipih (misal
sternum), dan tulang tak teratur (misal. Vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang

6
tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau
kortikal (kompak). Tulang panjang (misal. Femur berbentuk seperti tangkai panjang
dengan ujung yang membulat). Batang, atau diafisis, terutama tersusun atas tulang
kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulang
kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami kalsifikasi.
Ujung tulang panjang tertutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Tulang
panjang disusun untuk penyangga berat badan dan gerakan. Tulang pendek misal
metakarpal terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak, tulang pipih
(misal. Sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoesis dan sering
memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus
diantara dua tulang kompak. Tulang tak teratur vertebrata mempunyai bentuk yang
unik sesuai dengan fungsinya. Secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan
tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang denagn mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan[asam folisakararida]) dan
proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorgenik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang) osteoklast adalah sel multinuklear
(berinti banyak yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang).
Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa ditengah osteon
terdapat kapiler di sekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
dinamakan lamela. Di dalam lamela terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi
melalui prosesus yang berlanjut kedalam canaliculi yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrous padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh,
selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling lekat dengan tulang yang
mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
7
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas, yang melarutkan tulang
untuk memeliharan rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lakuna
Howship (cekungan dalam permukaan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam ronga sumsum ( batang)
tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah, yang terutama terletak
disternum, ileum, vertebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab pada
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus
menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis.
Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann
yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrien
memasok darah ke sumsum dan tulang. Sistem vena ada yang mengikuti arteri ada
yang keluar sendiri.
Pembentukan tulang. Tulang mulai terbenuk lama sebelum kelahiran. Osifikasi
adalah proses dimana matriks tulang (di sini serabut kolagen dan substansi dasar)
terbentuk pengerasan mineral (disini garam kalsium) ditimbun di serabut kolagen
dalam suatu lingkungan elektronegatif. Serabut kolegan memberi kekuatan terhadap
tarikan pada tulang, dan kalsium memberikan kekuatan terhadap tekanan kepada
tulang.
Ada dua model dasar osifikasi : intramembran dan endokondral. Penulangan
intramembranus dimana tulang tumbuh di dalam membran, terjadi pada tulang wajah
dan tengkorak. Maka ketika tengkorak mengalami penyenbuhan, terjadi union secara
fibrus. Bentuk lain pembentukan tulang adalah penulangan endokondral, dimana
terbentuk dahulu model tulang rawan. Pertama terbentuk jaringan serupa tulang rawan
(osteoid), kemudian mengalami resorpsi, dan diganti oleh tulang. Kebanyakan tulang
di tubuh terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui osifikasi endokondral.
Kerja Otot
Otot mampu melakukan gerakan dengan hanya kontraksi. Melalui koordinasi
kelompok-kelompok otot , tubuh mampu melakukan berbagai macam gerakan.
Penggerak utama adalah otot yang menyebabkan gerakan tertentu. Otot yang
membantu pergerakan utama dinamakan sinergis. Otot yang menyebabkan gerakan
yang berlawanan dengan penggerak utama dikenal sebagai antagonis. Otot antagonis
8
harus rileks untuk memberi kesempatan penggerak utama untuk berkontraksi,
menghasilkan gerakan. Misalnya, ketika kontraksi bisep menyebabkan fleksi sendi
siku, bisep merupakan penggerak utama dan trisep sebagai antagonis. Bila otot
mengalami paralisis, orang tetap dapat memperoleh kembali fungsi otot melalui
kelompok sinergis untuk mengkoordinasi sedemikian rupa untuk menghasilkan
gerakan yang diinginkan. Penggerak sekunder kemudian menjadi penggerak utama.
Gerakan tubuh yang dapat dihasilkan oleh kontraksi otot sangat banyak. Fleksi
ditandai dengan adanya lipatan pada sendi (misal. siku). Gerakan nyang berlawanan
adalah ekstensi, atau peluru sendi. Abduksi adalah gerakan yang menjauhkan diri dari
setengah tubuh. Gerakan yang mendekati garis setengah tubuh adduksi. Rotasi adalah
gerakan memutar pada sumbu tertentu misal. Sendi bahu. Sirkumduksi adalah gerakan
ibu jari yang berbentuk corong. Gerakan khusus tubuh meliputi supinasi (membalik
telapak tangan keatas), pronasi (membalik telapak tangan keatas), inversi (memutar
telapak kaki kedalam), eversi (lawan gerakan inversi), protraksi ( menarik dagu ke
depan), dan retraksi (menarik dagu ke belakang).

Latihan, Disuse, dan Perbaikan


Otot harus selalu dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya. Bila otot
berulang-ulang mancapai tegangan maksimum atau mendekati maksimum selama
waktu yang lama, seperti pada latihan beban teratur, maka irisan melintang otot akan
membesar (hipertrofi). Ini disebabkan karena penambahan ukurab masing-masing
serat otot tanpa peningkatan jumlah serta otot. Hipertrofi hanya bisa dipertahankan
selama latihan dilanjutkan.
Fenomena sebaliknya bila terjadi disus otot dalam waktu yang lama.
Pengecilan ukuran otot dinamakan atrofi. Tirah baring dan immobilisasi akan
menyebabkan kehilangan massa dan kekuatan otot. Bila immbobilisasi karena suatu
modalitas penanganan (misal. Pada gips dan traksi), kita dapat mengurangi efek
immbolitas pasien dengan latihan isometrik otot-otot dibagian yang diimobilisasi.
Latihan kuadriseps ( mengencangkan otot paha) dan latihan gluteal (mengencangkan
otot bokong) dapat membantu mempertahankan kelompok otot besar yang penting
untuk berjalan. Latihan aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang tidak
mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot. Ketika otot mengalami
cedera, harus diistirahatkan dan immobilisasi sampai terjadi perbaikan . otot yang
sudah sembuh kemudian harus dilatih secara progresif untuk mencapai kemampuan
9
fungsional dan kekutatan seperti sebelum cedera.

2. Proses Penyembuhan Tulang

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel,


pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.

Tahap Inflamasi. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang


dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan
yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen
tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera
kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi,


terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast
(berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak
pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan
mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan
merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial
elektronegatif.

Tahap Pembentukan Kalus. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran


tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan.
Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan
tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan
defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran
tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung
dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa
lagi digerakkan.

Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi). Pembentukan kalus mulai mengalami


penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang, melalui proses

10
penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan
memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun
sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap
bersifat elektronegatif.

Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). Tahap akhir perbaikan patah


tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan
struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai
bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi
tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres
fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling
lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami


remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang
tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara
deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling
tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa
pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang
dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah
penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)

3. Listrik dan Ionmuskuluskeletal


Kontraksi otot diawali dengan adanya pengantar impuls (potensial aksi)
syaraf motorik alfa menuju motor endplate di membrane otot rangka. Sebelum
terjadi potensial aksi syaraf motorik alfa, pada motor endplate telah terjadi
depolarisasi sebagai akibat terlepasnya asetikolin (ACh) dalam kuantum kecil
secara terus menerus. Dengan adanya potensial aksi di syaraf motoriknya,
pelepasan ACh dalam akan sangat banyak sehingga depolarisasi di endplate
menjadi potensial aksi otot yang kemudian menjalar sepanjang membrane sel otot
dan tubulus T. Akibatnya, pintu Ca di retikulum sarkoplasma membuka dan
melepaskan ion Ca ke sitoplasma sel otot. Ion Ca kemudian menyebar keseluruh
sitoplasma dan berikatan dengan troponin C. Ikatan troponin C dengan ion Ca
mengakibatkan perubahan konformasi molekul troponin, membuka binding sites
untuk kepala myosin di molekul aktin. Pembukaan binding sites tersebut

11
memungkinkan terjadinya jembatan silang (cross bridges) antara filament aktin dan
myosin. Selanjutnya, dengan katalis enzim myosin-ATP-ase, terjadi hidrolosis ATP
menjadi DP + Pi + energi di kepala myosin yang memungkinkan pembengkokan
kepala miosin hingga miofilamen bergerak saling bergeser (sliding of
myofilaments) ke arah pertengahan sarkomer menghasilkan kontraksi otot. Seluruh
peristiwa kontraksi otot rangka mulai dari perangsangan syaraf motorik hingga
pergeseran miofilamen disebut excitation-contraction coupling.
Berdasarkan urutan kejadian pada perangsangan otot rangka, jika dilakukan
rekaman perubahan listrik dan mekanik di otot rangka maka hasilnya akan terlihat
perubahan listrik otot rangka berlangsung selama 2 milidetik sedangkan perubahan
mekanik berlangsung selama 10 – 100 milidetik bergantung pada tipe serat otot
rangkanya.
Ion Na dan K berperan dalam menghasilkan potensial aksi di membrane
serat otot serta peran ion Ca dalam memulai peristiwa pergeseran miofilamen Jika
kemudian impuls syaraf motorik berhenti, maka ion Ca dalam sitoplasma akan
kembali ke reticulum sarkoplasma melalui kanal ion oleh kegiatan pompa aktif.
Ketiadaan ion Ca di sitoplasma mengakibatkan binding sites di filament aktin
tertutup kembali, ikatan aktin dan myosin terlepas sehingga terjadilah relaksasi
otot.

C. Biokimia
1. Biokimia Tulang
Tulang adalah jaringan ikat padat yang terdiri atas:
a. Zat anorganik (mineral)
b. Zat organik (matriks tulang)
c. Zat anorganik berupa Kristal
d. Hidroksapatit yaiut Ca 10 (PO4)6(OH)2
e. Na +
f. Mg 2+
g. Co3 2- (karbonat)
h. F- (fluoride)
Hidroksiapatit merupakan faktor yang menentukan kekuatan tulang 99% Ca2+dalam
tubuh terhadap dalam tulang. Zat organik pada tulang berupa protein 90-96% adalah
kolagen tipe T. Kolagen tipe T dan protein lainnya merupakan bagian kecil pada

12
matriks. Tulang selalu berada dalam keadaan ‘ dinamic equilibrum” atau peristiwa
tugor ganti. Peristiwa ini terlaksana karena ada 2 jenis sel, yaitu;
a. Osteoklas: reabsorbsi tulang ( demineralisasi) dan menghancurkan matriks baru
b. Osteoblas: deposisi tulang (mineralisasi) & sintesis matriks baru.
2. Biokimia Otot
Otot mengubah energi kimia menjadi energi mekanis. Otot adalah transducer (mesin)
biokimia utama yang mengubah energi potensial (kimiawi) menjadi energi kinetik
(mekanis). Otot, jaringan tunggal terbesar di tubuh manusia membentuk sekitar 25%
massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang dewasa muda dan sedikit lebih
kecil 30% pada usia lanjut.
Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot multinukleus yang di kelilingi oleh
membran plasma yang dapat tereksitasi oleh listrik,yaitu sarkolema. Sel serabut
individual yang panjangnya dapat menyamai panjang keseluruhan otot, mengandung
berkas banyak miofibril yang tersusun sejajar yang terbenam dalam cairan intrasel
yang di sebut sarkoplasma. Di dalam cairan ini terdapat glikogen,senyawa berenergi
tinggi, ATP dan fosfokreatin, serta enzim-enzim glikolilsis.
Miofibril otot rangka mengandung filamen tebal dan tipis. Filamen tebal mengandung
miosin. Filamin tipis mengandung aktin, tropomiosin, dan kompleks troponin
(troponin T,I, dan C). Model jembata-silang filamen geser adalah dasar dari
pandangan terkini tentang kontraksi otot. Dasar dari model-model ini adalah bahwa
filamen-filamen yang saling tumpang tindih bergeser satu sama lain sewaktu otot
berkontraksi dan jembatan silang antara miosin dan aktin menghasilkan dan
mempertahankan ketegangan otot.
Aktin dan miosin merupakan protein utama otot. Monomer G aktin membentuk 25%
protein otot berdasarkan berat. Pada kekuatan ionik fisiologis dan dengan keberadaan
Mg2+,G aktin mengalami polimerisasi secara nonkovalen untuk membentuk filamen
heliks ganda tak larut yang disebut F aktin. Serabut F aktin memiliki tebal 6-7nm dan
memiliki puncak dan struktur berulang setiap 35,5. Miosin adalah suatu famili
protein,dengan paling sedikit 12 kelas yang telah berhasil diidentifikasi dalam genom
manusia. Miosin I adalah suatu spesies monomer yang berikatan dengan membran sel.
Miosin I dapat berfungsi sebagai penghubung antara mikrofilamen dan membran sel
di lokasi tertentu. Miosin membentuk 55% protein otot berdasarkan berat dan
membentuk filamen tebal. Mision II adalah heksamer asimetris dengan massa
molekol sekitar 460kDa. Miosin merupakan protein otot yang paling besar jumlahnya
13
yang terdiri atas 6 sub-unit; yaitu 2 rantai berat dan 4 rantai ringan. Terdiri atas bagian
globular dan bagian fibrosa. Bagian globular mengandung enzim ATPase .
Bagaimana hidrolisis ATP menghasilkan gerakan yang dapat terlihat kasat mata?
Kontraksi otot pada hakikatnya terdiri dari perlekatan dan pembebasan siklik kepala
S-1 miosin ke filamen F-aktin. Proses ini juga dapat disebut sebagai siklus penyusun
dan perombakan jembatan silang. Perlekatan aksin pada miosin juga diikuti
perubahan konformasi yang sangat penting di kepala S-1 dan bergantung pada
nukleotida mana yang tersedia (ADP atau ATP). Perubahan ini menghasilkanpower
stroke (kayuhan bertenaga), yang mendorong pergerakan filamen aktin melewati
filamen miosin. Energi unutk power stroke pada akhirnay dipasok oleh ATP yang
dihidrolisis menjadi ADP dan P1. Namun, kayuhan bertenaga itu sendiri terjadi karena
perubahan konformasi di kepala miosim pada saat ADP meninggalkannya.

ATPase
ATP ADP + P1 + energy

Selain itu, bagian globular juga dapat berinteraksi dengan aktin. Apabila miosin
direaksikan dengan tripsin akan putus menjadi HMM dan LMM. HMM apabila
direaksiakan dengan PAPAIN akan putus menjadi HMMS-1 dan HMMS-2. Miosin
HMM dan HMMS-1 memiliki aktivitas ATP-ase dan masih dapat berinteraksi dengan
aktin.
Apabila terjadi rangsangan, aktin G aktin F. Kemudian tropomiosim dan ketiga
troponim berinteraksi dengan aktin F. Interaksi aktin F, trompomiosin dan troponin
Ca3+
kemudian berinterksi dengan miosin kontraksi. Di dalam sel otot terdapat
organel subsel retikulum sarkoplasmik. Di dalam retikulum sarkoplasmik terdapat
protein kalsequestrin. Kalsequestrin merupakan ‘pool’ Ca2+pada keadaan otot
istirahat. Ketika terjadi rangsangan, kalsequestrin melepaskan Ca2+, kemudian
Ca2+ diikat oleh troponin C sehingga terjadi kontraksi. Pada relaksasi, Ca2+ kembali
diikat oleh kalsequestrin dalam retikulum sarkoplasmik.
Nitrogen oksida adalah regulator otot polos vaskular. Hambatan pembentukannya dari
arginin menyebebkan peningkatan mendadak tekanan darah yang menunjukkan
bahwa regulasi tekanan darah salah satu dari banyak fungsinya.
3. Biokimia Sendi
Otot melekat pada 2 tulang yang terhubung oleh sendi. Beberapa komponen
penunjang sendi, terdiri atas;
14
a. Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang
menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan Terdiri atas
substansi rawan ; kondroitin sulfat, sedikit protein, dan sedikit Ca2+. Rawan sendi
ini dibuat oleh kondroblast/ kondrosit.
b. Kantung sendi (bursa articularis) di antara kedua rawan sendi. Kantung ini berisi
cairan sendi. Dalam cairan sendi terlarut glikosamino glikan, terutama asam
hialuraonat. Oleh karena sifat fisikokimia glikosamino glikan pada cairan sendi
ini membuat pergerakan tulang halus tanpa gesekan.
c. Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang
yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah
dislokasi.
d. Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi

D. Proses Keperawatan Pasien dengan Gangguan Muskuloskeletal


1. Pengkajian
Anamnesa :
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
b. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM
yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,
osteomielitis, dll)
c. Riwayat kesehatan masa lalu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak
langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan
tulang rawan, riwayat artritis, dan osteomielitis.
d. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat
trauma. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul untuk pertama
kalinya atau berulang. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien
memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan. Keluhan utama pasien
dengan gangguan muskuloskeletal meliputi :
Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh
darah, sendi, fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang
menusuk atau berdenyut.Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan
sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan
fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi

15
aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah
persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu
pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan
setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin.
Tanyakan kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari.
Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi
dengan obat tertentu.
1) Kekuatan sendi. Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya
kekuan tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali
sehari. Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang
meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas).
2) Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai
nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot. Penyakit
degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi
muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.
3) Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau
bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin
memburuk dengan aktivitas, apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk,
tongkat, dll)
4) Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh
tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan
nyeri. Penekanan pada saraf dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor
atau fraktur dapak menyebabkan menurunnya sensasi..
e. Pengkajian bio-psiko-sosial- spiritual
- Pola Kesehatan
- Pola metabolik – nutrisi
- Pola eliminasi
- Pola aktivitas – Olahraga
- Pola tidur – istirahat
- Pola persepsi – kognitif
- Pola persepsi diri-konsep diri
- Pola Hubungan peran
- Pola Reproduksi – seksualitas
- Pola koping - toleransi stress

16
- Pola nilai dan keyakinan (Potter, 2006)
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari
kesalahan. Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik
inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur
tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
1. Pengkajian Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan
tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.Pemendekan ekstremitas,
amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
menunjukkan patahan tulang. Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik
gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah
cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan
susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui
adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan.
2. Pengkajian Tulang Belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada
sepanjang leher dan pinggang.
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi
kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang
belakang bagian dada), lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien
neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat
kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada
penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat
gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang
dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral.
Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu

17
dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul
serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak, dan
membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal kurvatura
lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak
simetri dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk
kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang
rawan dan tulang belakang.
3. Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas
dan benjolan.Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot
sekitar sendi dan pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan
normal sendi-sendi besar menurut American Academy of Orthopedic Surgeons
diukur dengan goniometer (busur derajat yang dirancang khusus untuk
mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di ekstensi maksimal namun terdapat
sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas.Yang disebabkan karena
deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.
Pada lansia penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif
sendi dapat berakibat menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-
hari.Inspeksi persendian dan bandingkan secara bilateral.Harusnya didapat
kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan, pembesaran / deformitas.Palpasi
sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan tenderness.Palpasi sendi selama
gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut saat
bergerak dan tidak ada nodul.
Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
subluksasi (lepasnya sebagian permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi,
dislokasi (lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga
sendi dapat menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga
memerlukan alat penyokong eksternal ( misalnya brace).
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita
dapat mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan
tulangnya samar. Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit
cairan pada rongga sendi di bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan
maneuver : aspek lateral dan medial lutut dalam dalam keadaan ekstensi dapat
18
diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan
kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa akan
melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut.
4. Pengkajian Sistem Otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan
otot dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot.Kelemahan
otot menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium),
miastenia grafis, poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas
relaks digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot
dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang digerakkan secara pasif dan
rasakan tonus otot.

 Kaji kekuatan otot


Catatan : Evaluasi kekuatan kelompok otot dari kepala ke kaki dimasukkan
dalam pengkajian rentang gerak. Teknik – teknik untuk tes skrining kekuatan
otot adalah sebagai berikut :
1) Teknik uskulatur okuler
2) Teknik muskulatur wajah
3) Teknik muskulatur leher
4) Teknik muskulatur bahu
5) Teknik muskulatur deltoid
6) Teknik bisepsi
7) Teknik triseps
8) Teknik muskulatur pergerakan tangan dan jari
9) Teknik muskulatur panggul, telentang
10) Teknik quadriseps, duduk
11) Teknik urat-urat lutut, duduk
12) Teknik muskulatur pergelangan dan telapak kaki
Penilaian Kekuatan Otot ( Priguna S, 1980 )
NO Tingkat fungsional Skala lovet DERAJAT %
1 Tidak ada bukti kontraktiliitas Nol 0 0%
2 Bukti sedikit kontaktilitas Kecil 1 10 %
3 Rentang gerak lengkap dengan Buruk 2 25 %

19
pembatasan gravitasi
Rentang gerak lengkap dengan
4 Sedang 3 50 %
garavitasi
Rentang gerak lengkap terhadap
5 Baik 4 75 %
gravitasi dengan beberapa tahanan
Rentang gerak lengkap terhadap
6 normal 5 100 %
gravitasi dengan tahanan penuh

5. Inspeksi dan palpasi


a. Inspeksi
1) Kesemetrisan seluruh tubuh
 Simetris pada bagian – bagian tubuh, sedikit asimetris mungkin bukan
patologis yang berarti.
2) Kesejajaran ekstremitas
 Ekstremitas sejajar dengan kontur, simetris dan sudut yang sama secara
bilateral, ekstremitas tampak panjang karena ukuran batang tubuh telah
membatasi.
3) Adanya deformitas nyata dan postur
 Penampilan menyeluruh adalah salah satu dari fleksi umum, kepala dan
leher mengarah kedepan, kifosis dorsalis, fleksi pada siku, pergerakan
lengan tangan, pinggul dan lutut berdiri pada dasar lebar.
 Penympangan sangat asimetri atau deformitas: deformitas varus ( bowleg
), deformitas valgus ( knock-knees ), lordosis dan skoliosis.
4) Otot – otot mengenai hipertrofi nyata atau atrofi
 Kerusakan dapat ditemukan dekat sendi yang terbatas geraknya, saluran
di dasar interkapal, penampilan ekstremitas keseluruhan adalah lonjong
dengan sisi datar pada posisi inferior dan posterior bila ekstremitas pada
posisi horizontal asimetris 1cm atau kurang. Penyimpangan : hipertrofi
atau atrofi nyata.
b. Palpasi
1) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan,
perubahan suhu lokal dan krepitasi.

20
2) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu
secara umum sama keseluruhan tidak ada krepitasi.
3) Penyimpangan : sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.
4) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena
penebalan atau pembesaran.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Rasa Nyaman
b. Nyeri akut
c. Nyeri kronik
d. Gangguan citra tubuh
e. Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri sendi
f. Kurang pengetahuan
g. Gangguan integritas kulit
h. Intoleransi aktivitas

21
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA

1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. ( Price, 1962:1213 )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke
paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis,
kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan
dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72)
b. Etiologi
Penyebab yang pasti tidak diketahui . bukti- bukti mendukung bahwa
osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan. Untuk kanker tulang
sekunder merupakan metastase dari kanker primer diorgan lain, misalnya pada
payudara paru, prostat, ginjal dll.
Penyebaab kanker tulang memang tidak diketahui secara pasti. Namun dari
beberapa bukti yang ada tampaknya kemungkinan bahwa penyakit ini diturunkan
besar sekali. Setiap tubuh manusia mengandung sel kanker, agar sel kanker tidak
mengganas, gaya hidup perlu dijaga.
Penyebab kanker merupakan gabungan faktor genetik, kimia, virus onkogenik,
dan radiasi. Orang tua penting menciptakan lingkungan yang aman bagi anak
sejak dalam kandungan dan menjaga gaya hidup sesudah dilahirkan.
Gaya hidup sehat antara lain, menciptakan lingkungan bebas asap rokok,
banyak makan sayur dan buah, menjaga berat badan, serta aktif berolah raga. (
Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).
c. Manifestasi Klinis

22
 Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai
dengan progresivitas penyakit).
 Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).
 Keterbatasan gerak
 Fraktur patologik.
 Menurunnya berat badan
 Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa
serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
 Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

d. Pathway

Radiasi sinar radio aktif,herediter/


Keturunan, virus onkogenik

Kerusakan gen

Plonferasi sel tulang


Secara abnormal
Nyeri Akut
Pembengkakan lokal

Vertebra Metastase
hematogen
OSTEOSARKOMA

Kompresi pada
korda spinalis
Kerusakan struktur tulang

Gangguan neurologis Di dalam tulang Di permukaan tulang


Tulang lbh rapuh

Tumbuh sampai jaringan


Lunak di sekitar tulang
Tindaka medis amputasi Epifisis dan tulang rawan sendi Resiko Fraktur

Neoplasma tumbuh
Resiko tinggi
23 cedera
Cacat Permanen Ke dalam sendi

Gangguan citra
Jaringan lunak di invasi oleh sel tumor
tubuh

Reaksi tulang normal

Respon osteolitik dan


Respon osteoblastik

Penimbunan periosteum
Disekitar lesi

Pertumbuhan tulang yang


Abortif/abnormal

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
 Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
 CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
 Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
 Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
 Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
 MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
 Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad.
2003).
f. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara

24
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
 Tindakan keperawatan
1) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.
3) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di
rumah. (Smeltzer. 2001: 2350 ).
5) Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi
a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung )
dan aktivitas terapeutik.
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan
teknik aseptic dengan tepat.
25
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi, nafas dalam.
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema,
eritema.
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengankat
jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:
a) Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan
amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang
melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer.
Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa
amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk
mendukung kembali penempatan tulang-tulang
b) Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan
factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

2. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Anamnesis, meliputi :
 Identitas. meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dll.
 Keluhan Utama. Pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan
adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan keluhan utama
pada tumor ganas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan PQRST.
 Riwayat Penyakit Sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul dan
secara umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
Kadang-kadang klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan atau benjolan.

26
Pembengkakakn atau benjolan ini dapat timbul secara perlahan-lahan dalam jangka
waktu yang lama dan dapat juga secara tiba-tiba.
 Riwayat penyakit dahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab
yang mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur terbuka
yang meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu lesi pada
jaringan lunak. Faktor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan mendukung
terjadinya keganasanpada sistem pernapasan yang dapat bermetastasis ke sistem
muskuloskeletal. Berapa lama klien pernah terpapar radiasi dan bahan kimia yang
memungkinkan terjadinya proliferasi sel-sel baru dan peningkatan pertumbuhan
osteoklas akan memungkinkan tumbuhnya suatu tumor dan keganasan pada sistem
muskuloskeletal.
 Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu
yang mengalami keluhan yang sama dengan klien.
 Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon tau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

2. Pemeriksaan fisik
 Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena
 Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
 Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit mungkin hebat atau dangkal sering
hilang dengan posisi flexi.berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas,
tidak mampu menahan objek berat
 Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe
regional
a) AKTIFITAS / ISTIRAHAT :
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan.
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya
faktor- faktor yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.
b) SIRKULASI :

27
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
c) INTEGRITAS EGO :
Gejala : Faktor stres ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(mis: Merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius). Masalah tentang
perubahan dalam penampila mis: pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasan tidak
berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
d) ELIMINASI :
Gejala : Perubahan pada pola devekasi mis: darah pada feses, nyeri pada devekasi.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e) MAKANAN / CAIRAN :
Gejala : Kebiasaan diet buruk ( mis: rendah serat, tinggi lemak adiktif). Anoreksia,
mual/muntah. Perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot
Tanda : perubahan pada turgor kulit/kelembaban; edema.
f) NEUROSENSORI :
Gejala : pusing, sinkope.

g) NYERI ATAU KENYAMANAN :


Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat.
h) PERNAFASAN :
Gejala : Merokok ( tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok).
Pemajanan abses.
i) INTERAKSI SOSIAL :
Gejala : Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan (
berkenan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungs/
tanggung jawab peran.
j) PENYULUHAN ATAU PEMBELAJARAN :
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker. Sisi
primer: Penyakit primer, tangga ditemukan/ didiagnosis.
Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan
yang diberikan.

28
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Resiko terhadap cedera
3. Gangguan citra tubuh
c. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri  Pain level Pain managemen
Definisi : Pengalaman  Pain control  Tentukan riwayat nyeri,
sensori dan emosional  Compor level misal: lokasi nyeri,
yang tidak Kriteria hasil frekuensi, durasi, dan
menyenangkan yang  Mampu mengontrol intensita (skala 0-10), dan
muncul akibat kerusakan nyeri (tahu tindakan penghilangan
jaringan yang aktual atau penyebab nyeri, yang digunakan
potensial atau mampu  Evaluasi/ sadari terapi
digambarkan dalam hal menggunakan tertentu misal: radiasi,
kerusakan sedekimikian teknik non- pembedahan, kemoterapi,
rupa (international) farmakologi untuk bioterapi, ajarkan pasien
Association for the mengurangi nyeri, atau orang terdekat apa
studay of pain: awitan mencari bantuan ) yang diharapkan
yang tiba-tiba atau  Melaporkan bahwa  Berikan tindakan
lambat dari intensits nyeri berkurang kenyamanan dasar, misal:
ringan hingga berat dengan resposisi, gosokan
dengan akhir yang dapat menggunakan punggung dan aktifitas
diantisipasi atau manajemen nyeri hiburan misal: musik dan
diprediksi > 6 bln  Mampu mengennali televise
Batasan karakteristik nyeri ( skala  Dorong penggunaan
 Perubahan selera makan intensitas, keterampilan manejemen
 Perubahan tekanan darah frekuensi, dan tanda nyeri(misal: teknik

 Perubahan frekuensi nyeri) relaksasi, visualisasi,

jantung  Menyatakan rasa bimbingan imajinasi),

 Perubahan frekuensi nyaman setelah tertawa, musik dan

pernafasan nyeri berkurang sentuhan teraupetik.


 Evaluasi penghilangan

29
 Laporan isyarat nyeri/kontrol nilai aturan
 Diaforesis pengobatan bila perlu

 Prilaku distraksi (mis,


berjalan mondar-mandir
mencari orang lain atau
aktivitas lain, aktivitas
yang berulang)
 Mengekskresikan
prilaku (mis, gelisah,
merengek, menangis)
 Masker wajah (mis,
mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap
pada satu fokus meringis)
 Sikap melindungi area
nyeri
 Fokus menyempit (mis,
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan
 Indikasi nyri yang dapat
diamati
 Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
 Sikp tubuh melindungi
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri secara
verbal
 Gangguan tidur

30
Faktor yang berhubungan
 Agen cedera (mis,
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
2. Resiko terhadap cedera  Risk kontrol Environment
Defenisi : berisiko Kriteria hasil management(manajemen
mengalami cedera  Klien terbebas dari lingkungan)
sebagai akibat kondisi cedera  Sediakan lingkungan yang
lingkungan yang  Klien mampu aman untuk
berinteraksi dengan menjelaskan cara/ pasien identifikasi
sumber adaftif dan metode untuk kebutuhan keamanan
sumber defensif individu mencegah pasien, sesuai dengan
Faktor resiko : injury/cedera kondisi fisik dan fungsi
 Eksternal  Klien mampu kognitif pasien dan
- Biologis (mis, tingkat menjelaskan faktor riwayat penyakit terdahulu
imunisasi komunitas, risiko dari pasien
mikroorganisme lingkungan/perilaku  Menghindarkan
- Zat kimia (mis, racun, personal lingkungan yang
polutan, obat, agenes  Mampu berbahaya (misalnya
farmasi, alkohol, nikotin, memodifikasigaya memindahkan perabotan)
pengawat, kosmetik, hidup untuk  Memasang side rali
pewarna) mencegah injuri tempat tidur
- Manusia (mis, agen  Menggunakan  Menyediakan tempat tidur
nosokomial, pola fasilitas kesehatan yang nyaman dan bersih
ketegangan, atau fakror yang ada  Menempatkan saklar
kognitif, afektif, dan  Mampu mengenali lampu ditempat yang
psikomotor ) perubahan status mudah dijangkau pasien
- Cara kesehatan  Batasi pengunjung
pemindahan/transpor  Anjurkan keluarga untuk
- Nutrisi ( mis, desain, menemani pasien
struktur, dan pengaturan  kontrol lingkungan dari
komunitas, bangunan,dan kebisingan
peralatan  Pindahkan barang-barang

31
 Internal yang dapat
- Profil darah yang membahayakan
abnormal (mis,  Berikan penjelasan pada
leukositosis/leukopenia, pasien dan keluarga atau
gangguan faktor pengunjung adanya
koagulasi, perubahan status
trombositopenia, sel kesehatan dan
sabit, talasemia, menyebabkan penyakit.
penurunan hemoglobin)
- Disfungsi biokimia
- Usia perkembangan
(fisiologis, psikososial)
- Disfungsi efektor
- Disfungsi imun-auto
imun
- Disfungsi integratif
- Malnutrisi
- Fisik (mis, integritas
kulit tidak utuh,
gangguan mobilitas)
- Psikologis(orientasi
efektif)
- Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan
3 Gangguan citra tubuh Tujuan dan Kriteria NIC
Definisi : Konfusi dalam Hasil Body image enhancement
gambaran mental tentang  Body image positif  Kaji secara verbal dan non
diri-fisik individu  Mampu verbal respon klien
mengidentifikasi terhadap tubuhnya
Batasan karakteristik : kekuatan personal  Monitor frekuensi
- Perilaku mengenali  Mendiskripsikan mengkritik dirinya
tubuh individu secara faktual  Jelaskan tentang
- Perilaku menghindari perubahan fungsi pengobatan, perawatan,

32
tubuh individu tubuh kemajuan dan prognosis
- Perilaku memantau  Mempertahankan penyakit
tubuh individu interaksi sosial  Dorong klien
- Respon nonverbal mengungkapkan
terhadap perubahan perasaannya
aktual pada tubuh  Identifikasi arti
(mis; penampilan, pengurangan melalui
struktur, fungsi) pemakaian alat bantu
Faktor Yang  Fasilitasi kontak dengan
Berhubungan: individu lain dalam
- Biofisik, Kognitif kelompok kecil
- Budaya, Tahap
perkembangan
- Penyakit, Cedera
- Perseptual,
Psikososial, Spiritual
- Pembedahan, Trauma
- Terapi penyakit

33
BAB III

PENUTUP
a. Simpulan
1. Anatomi
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh kita memiliki
206 tulang yang membentuk rangka. Salah satu fungsi skeletal adalah memproteksi organ-
organ internal dari trauma mekanis.
Otot merupakan semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskuler/otot:
Pergerakan,penopang tubuh dan mempertahankan postur, produksi panas.
2. Fisiologi
Bodimekanikal
206 Tulang-tulang tersusun menjadi kerangka manusia dengan tambahan otot
yang membantu pergerakan manusia. Gerakan tubuh yang dapat dihasilkan oleh
kontraksi otot sangat banyak. Otot harus selalu dilatih untuk menjaga fungsi dan
kekuatannya. Latihan aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang tidak
mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot. Ketika otot mengalami
cedera, harus diistirahatkan dan immobilisasi sampai terjadi perbaikan . otot yang
sudah sembuh kemudian harus dilatih secara progresif untuk mencapai kemampuan
fungsional dan kekutatan seperti sebelum cedera.
Proses Penyembuhan Tulang terdiri dari tahap inflamasi, tahap proliferasi sel, tahap
pembentukan kalus, tahap penulangan kalus, dan tahap menjadi tulang dewasa.
C. Biokimia
Biokimia tulang. Hidroksiapatit merupakan faktor yang menentukan kekuatan tulang
99% Ca2+dalam tubuh terhadap dalam tulang. Zat organik pada tulang berupa protein 90-
96% adalah kolagen tipe T. Kolagen tipe T dan protein lainnya merupakan bagian kecil
pada matriks.
Biokimia otot. Otot mengubah energi kimia menjadi energi mekanis. Otot adalah
transducer (mesin) biokimia utama yang mengubah energi potensial (kimiawi) menjadi
energi kinetik (mekanis). Otot, jaringan tunggal terbesar di tubuh manusia membentuk

34
sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang dewasa muda dan sedikit
lebih kecil 30% pada usia lanjut.

D. Proses Keperawatan Pasien dengan Gangguan Muskuloskeletal


1. Pengkajian
Anamnesa : Data demografi, Riwayat penyakit keturunan, Riwayat kesehatan
masa lalu, Riwayat kesehatan sekarang, Pengkajian bio-psiko-sosial- spiritual,
Pemeriksaan Fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
b. Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri sendi
c. Kurang pengetahuan
d. Gangguan integritas kulit

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA

1. Konsep Penyakit
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )
Penyebab kanker merupakan gabungan faktor genetik, kimia, virus onkogenik,
dan radiasi.
Manifestasi klinis : rasa sakit (nyeri), pembengkakan, keterbatasan gerak, fraktur
patologik. Pemeriksaan Penunjang yang biasa dilakukan yaitu pemeriksaan radiologis
, CT scan dada , Biopsi terbuka dan lain – lain.
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis

b. Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya mampu mengerti tentang konsep
system musculoskeletal untuk memudahkan pemberian perawatan kepada pasien.

35
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J..(2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Kaperawatan : Pedoman Untuk


perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Gole, Danielle & Jane Chorette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta :
EGC.

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Nettina, Sandra M. (2002). Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. dan Anne Griffin Perry. 2006. Fundamentals of Nursing : Concepts,
Process, and Practice, atau Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Alih bahasa Renata Komalasari, dkk. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Syamsuhidayat, R dan Wim de Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta :
EGC

Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.

Rasjad, Choiruddin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang


Lamimpatue.

36

Anda mungkin juga menyukai