OLEH
NAMA
: NANDA AKBARIL
NO. BP
: 1410421025
KELOMPOK
: 5A
(14104220010)
2. NADYATUL KHAIRA H.
(1410422015)
3. ANI ARIANI
(14104220
4. MERINI APRILIANI
(1410421043)
I.
PENDAHULUAN
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Herpetofauna berasal dari kata herpeton yang artinya binatang melata. Dahulu, sebelum
ilmu taksonomi berkembang maju, amfibi dan reptilia dimasukkan menjadi satu
kelompok hewan karena dianggap sama-sama melata. Dengan berkembangnya ilmu,
mereka kini menjadi dua kelompok terpisah. Kedua kelompok ini masuk ke dalam satu
bidang yaitu ilmu herpetologi karena mereka mempunyai cara hidup dan habitat yang
hampir sama yaitu sama-sama satwa vertebrata ektotermal (membutuhkan sumber panas
eksternal), serta memiliki metode pengamatan dan pengoleksian yang serupa (Kusrini, et
al., 2008).
Amphibia berasal dari bahasa yunani amphi dan bious dimana amphi berarti dua
dan bious berarti hidup. Amphibia merupakan hewan yang memiliki kehidupan ganda
maksudnya kehidupan ganda disini adalah hewan ini bisa hidup di dua alam yaitu dapat
hidup di darat dan di air. Akan tetapi terjadi pengecualian pada beberapa spesies yang
hidup dan menetap di air. Pada umumnya amphibia mempunyai siklus hidup awal di
perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan (Brotowidjoyo,1990).
Sebagian besar Amphibia ditemukan di habitat yang dalam
keadaan lembab seperti rawa-rawa dan hutan hujan. Amphibiaa yang
telah beradaptasi terhadap habitat yang lebih kering bahkan masih
menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di bawah
dedaunan lembab yang tingkat kelembapannya tinggi. Amphibiaa
umumnya sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk
pertukaran gas dengan lingkungannya. Beberapa spesies terrestrial
tidak memiliki paru-paru dan hanya bernapas melalui kulit dan rongga
mulutnya (Campbell, 2008).
Amphibia merupakan hewan yang kulitnya selalu basah dan berkelenjar, berjari
4-5 atau lebih sedikit,tidak bersirip, kelopak mata dapat digerakkan serta mempunyai
selaput yang dapat menutupi mata ketika berada di dalam air atau dikenal dengan istilah
membran niktitans (Sukiya, 2001). Amphibia memiliki 3 ordo yaitu ordo caudata
(urodela), ordo anura (salienta), dan ordo gymnophiona (cecillia). Ordo caudata adalah
amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor, tubuhnya berbentuk seperti kadal.
Kedua, ordo anura (salienta), adalah amphibia yang pandai melompat dan pada hewan
dewasa tidak memiliki ekor. Ketiga, ordo gymnophiana (cecillia), adalah amphibia
dengan banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan dan antara mata dan hidung ada
tentakel yang dapat ditonjolkan keluar (Djuhanda, 1982).
Ordo Caudata tidak terdapat di Indonesia dan hanya ditemukan didaerah
temperata. Daerah terdekat yang dihuni oleh anggota ordo ini adalah Vietnam Utara,
Laos, dan Thailand Utara. Ordo caudata mempunyai empat tungkai, mempunyai mata
yang jelas dan mulut yang jelas, contohnya salamander (Mistar, 2003). Ordo Anura
memiliki struktur tubuh seperti berjongkok di mana ada empat kaki untuk melompat,
bentuk tubuh pendek, leher yang tidak jelas, tanpa ekor, mata melotot dan memiliki
mulut yang lebar. Tungkai belakang selalu lebih panjang dibanding tungkai depan.
Kulitnya bervariasi dari yang halus hingga kasar bahkan tonjolan-tonjolan tajam kadang
ditemukan seperti pada famili Bufonidae. Ukuran katak di Indonesia bervariasi mulai
dari yang terkecil yakni 10 mm hingga yang terbesar mencapai 280 mm (Iskandar,
1998).
Ordo Gymnophiona (sesilia) merupakan satu-satunya ordo dari amfibi yang tidak
mempunyai tungkai. Sesilia sangat mirip dengan cacing tapi mempunyai mulut dan mata
yang jelas, biasanya terdapat garis kuning pada sisi bagian tubuhnya. Mata direduksi dan
umumnya ditutupi oleh kulit berpigmen atau tulang kepala. Ordo Gymnophiona sulit
ditemukan karena kebiasaan hidup mereka di dalam liang-liang tanah (fossorial) dan
hanya keluar dari tanah ketika hujan lebat terjadi. (Mistar, 2003).
Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Ciri umum kelas ini yang
membedakan dengan kelas vertebrata yang lain adalah seluruh tubuhnya ditutupi oleh
kulit kering atau sisik (Yasin, 1984). Reptilia adalah kelompok hewan vertebrata yang
hidupnya merayap atau melata. Reptilia juga tergolong ke dalam hewan yang berdarah
dingin yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Tubuh reptilia ditutupi
oleh sisik-sisik dari bahan tanduk yang kering atau tanpa kelenjar. Umumnya reptilia
mempunyai dua pasang kaki, masing-masing mempunyai lima jari yang bercakar, tetapi
pada jenis-jenis tertentu kakinya mereduksi atau sama sekali tidak ada. Jantungnya
mempunyai empat ruang yaitu dua serambi dan dua ventrikel. Habitat daripada reptilia
ada yang hidup didarat, air tawar, air laut, didaerah tropis dan daerah temperate
(Djuhanda, 1982).
Reptilia dibagi menjadi 3 ordo yaitu ordo Testudinata, dimana ciri khas dari ordo
ini adalah tubuh terlindung di antara karapaks (perisai dorsal) dan plastron (perisai
ventral, kepala dengan leher, ekor dan kaki semua menonjol keluar diantara karapaks
dan plastron, dua lubang hidung dekat ujung anterior kepala, tidak ada telinga luar,
membran timpani tertutup dengan selapis kulit dan lubang cloaca ventral pada dasar
ekor. Contoh dari ordo ini adalah kura-kura berlukis (Chyrsemys picta) dan penyu
(Caretta sp) (Radiopoetra, 1997).
Ordo yang kedua adalah ordo Squamata. Karakteristik dari ordo ini adalah
memiliki sisik yang tebuat dari zat tanduk dan sisik mengalami pergantian secara
periodik, sisik-sisiknya kecil dan fleksibel dan tidak memiliki rusuk abdominal. Contoh
ordo ini tokek (Hemidacty turcicus), bunglon (Draco sp). Ordo yang ketiga adalah ordo
Crocodila, dimana ciri khusus dari ordo ini adalah tubuh menjadi kepala, leher, badan
dan ekor. Kaki dengan jari yang bercakar kuat, mulutnya panjang, dua lubang pada
moncong, mata besar lateral dan mempunyai kelopak mata atas dan bawah, membran
niktitans tembus cahaya, lubang telinga tertutup oleh lipatan kulit, anus merupakan celah
longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang. Contoh ordo ini adalah Crocodylus sp,
Alligator sp ( Djuhanda, 1983).
III.
PROSEDUR KERJA
supraorbital, bentuk kelenjer paratoid, gigi fomer, tutupan selaput renang, processus
odontoid, bentuk kaki ujung jari, ada atau tidak lipatan dorsal lateral fold dan warna
kulit. Setelah dilakukan pengukuran, kunci determinasi pun dapat dibuat berdasarkan
deskripsi atau ciri khas yang kita lihat pada pengamatan praktikum.
3.3.2 Kelas reptilia
Objek diletakkan pada gabus hitam dengan posisi kepala di sebelah kiri. Kemudian
diambil fotonya menggunakan handphone Asus dengan penggaris 30 cm sebagai alat
pembanding ukuran. Lalu dilakukan pengukuran dan perhitungan karakter morfometrik
yaitu Total length (TL), Snout-to-vent length (SVL), Tail length (TAIL), Fore foot
length (FFL), Hind food length (HFL), Head length (HL), Head width (HW), Snout
length (SL), Eye diameter (ED), Tympanum diameter (TD), Wing span (WS), Limb
front-foot length (LFL), Upper front-foot length (UFL), Limb hind-foot length (LHL),
Upper hindt-foot length (UHL), Boddy length (BL), Total supra labial scale (TSLS),
Total infra labial scale (TILS), jumlah sisik lingkar badan (MSR), jumlah sisik ventral
(VEN), jumlah sisi ekor (SC), jumlah sisik supra labial (SSL), jumlah sisik labial (IL),
panjang moncong (SNL), color bentuk pupil, bentuk sisik, anal plate, bentuk sisik ekor,
bentuk kepala, bentuk rostral, bentuk tubuh, sisik loreal, lorealpit, benuk sisik anal,
habitat dan bentuk morfologi lain yang dimiliki.
IV.
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Fejervarya
Spesies
: Fejervarya cancrivora
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Amphibi
Ordo
: Anura
Familia
: Bufonidae
Genus
: Dutaphrynus
Species
: Dutaphrynus melanotictus
Gambar 2. Dutaphrynus
melanotictus
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Rhacophoridae
Genus
: Polypedates
Spesies
: Polypedates leucomystax
coklat keabu-abuan, satu warna atau dengan bintik hitam atau dengan garis yang jelas
memanjang dari kepala sampai ujung tubuh. Habitat dari katak ini biasanya hidup di
antara tetumbuhan atau sekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder.
4.1.4 Hylarana picturata
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Hylarana
Spesies
: Hylarana picturata
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Hylarana
Spesies
: Hylarana erythraea
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Hylarana
Spesies
: Hylarana parvacolla
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famil
: Ranidae
Genus
: Hylarana
Spesies
: Hylarana nicobariensis
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Bufonidae
Genus
: Phrynoidis
Spesies
: Phrynoidis asper
biasanya memiiki kulit dagu kehitaman. Umumnya hewan ini dijumpai sepanjang
sungai, sekitar air terjun, hutan, dataran rendah sampai pegunungan, pada katinggian
1.440 mdpl.
4.1.10 Ichthyophis glutinosus
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Gymnophiona
Famili
: Ichthyopiidae
Genus
: Ichthyopis
Spesies
: Ichthyophis glutinosus
Hylarana picturata
4.2 Kelas Reptilia (Non Serpentes)
4.2.1 Hemidactylus frenatus (Cicak rumah)
Kingdom
Animalia
Filum
Chordata
Kelas
Reptilia
Ordo
Squamata
Family
Geckonidae
Genus
Hemidactus
Spesies
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Chelonia
Famili
: Trionycidae
Genus
: Dogania
Spesies
(Geoffroy, 1809)
Dari pengamataan yang dilakukan dapat diukur Total length (TL) 160 mm, Snout to Vent
Length (SVL) 140 mm, Fore foot length (FFL) 15 mm, Hind foot leight (HFL) 20 mm,
Head Length (HL) 15 mm, Head Widght (HW) 20 mm, Snout Length (SL) 10 mm, Eye
Diameter (ED) 5 mm, Limb Front foot Lenght (LFL) 6 mm, Limb Hind foot Lenght
(HFL) 5 mm, Body lenght (BL) 12 mm, bewarna coklat dengan carapax yang lunak, dan
kepala yang hampir sama panjang dengan panjang tubuh.
Dogania subplana memiliki cangkang yang lunak dan memiliki cakar dan tulang
rawan. Kepala hewan ini dapat keluar masuk dari cangkangnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Iskandar (2000) yang menyatakan Dogania subplana memiliki cangkang yang
lunak dengan panjang tubuh 220 mm. Gigi hewan ini menyatu dan memiliki hidung
yang menyerupai belalai. Selain itu, Hewan yang di kenal dengan labi labi ini
memiliki cakar dan memiliki tulang rawan. Dogania subplana ini hidup di air yang
berlumpur dan berarus tenang. Lehernya
mempunyai ruang dan garis longitudinal dan bagian bawahnya berwarna orange.
Kepalanya relatif besar dan hidung berbentuk tubular, sehingga penampilannya yang
menawan. Warna punggungnya abu-abu kehitaman, kecoklatan atau kemerahan dengan
pola atau bintik-bintik halus.
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Agamidae
Genus
: Gonochepalus
Species
Sumber
: Zipcodezoo.2015
Status
: Least concern
betina mempunyai garis gelap dari belakang mata sampai timpanum bertemu dengan
warna terang, bagian bawah kecoklatan atau kekuningan, tenggorokan kadang-kadang
dengan garis gelap.
4.2.4 kura-kura
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Sub Ordo
: Serpentes
Famili
: Colubridae
Genus
: Dendrelapis
Spesies
(Jurgen, 1988)
Berdasarkan pengamatan, ciri yang teramati dari Dendrelapis pictus adalah memiliki
panjang standar (SVL) 520 mm, panjang ekor (Tal) 330 mm, (TL) 400 mm, diameter
mata (ED) 4 mm, lebar kepala (HW) 15 mm, (D-ln ) 5 mm, (D-SpDc) 5 mm, Jumlah
sisik lingkar badan (MSR) 10, Jumlah sisik ventral (VEN) 169, jumlah sisik ekor (SC)
141, Jumlah Sisik Supra Labial (SSL) 9, Jumlah Sisik Infralabial (IL)10. Bentuk Pupil
rounded, Bentuk Sisik smooth, sisik ekor double plate, bentuk kepala medium
(rounded), bentuk rostal tumpul, bentuk tubuh silindris, sisik loreal ada, dan loreal pith
tidak ada.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, Dendrelaphis pictus memiliki tubuh
yang panjang dan kurus dan memiliki warna kecoklatan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Djuhanda (1982) yang menyatakan bahwa Dendrelaphis pictus merupakan ular yang
kurus ramping, panjang hingga sekitar 800 sampai 1500. Ekornya panjang, mencapai
sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan. Dendrelaphis pictus mempunyai warna tubuh
coklat di bagian punggung. Pada masing-masing sisi tubuh bagian bawah terdapat pita
tipis kuning terang keputihan, dipisahkan dari sisik ventral (perut) yang sewarna oleh
sebuah garis hitam tipis memanjang hingga ke ekor. Kepala kecoklatan perunggu di
sebelah atas, dan kuning terang di bibir dan dagu, diantarai oleh coret hitam mulai dari
pipi yang melintasi mata dan melebar di pelipis belakang, kemudian terpecah menjadi
noktah-noktah besar dan mengabur di leher bagian belakang. Sisik-sisik ventral putih
kekuningan atau kehijauan.
4.3.2 Aheitulla parsina
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Subordo
: Serpentes
Family
: Colubridae
Genus
: Ahaetulla
Spesies
(Uetz, 2012)
Berdasarkan pengamatan, ciri yang teramati dari Ahaetulla parsina memiliki panjang
standar (SVL) 800 mm, panjang ekor (Tal) 420 mm, (TL) 126 mm, diameter mata (ED)
5 mm, lebar kepala (HW) 18 mm, (D-ln ) 5 mm, (D-SpDc) 10 mm, Jumlah sisik lingkar
badan (MSR) 15, Jumlah sisik ventral (VEN) 200, jumlah sisik ekor (SC) 188, Jumlah
Sisik Supra Labial (SSL) 45, Jumlah Sisik Infralabial (IL) 9. Bentuk pupil horizontal,
bentuk sisik smooth, Anal plate devide, sisik ekor paired, bentuk kepala medium, bentuk
rostal runcing, bentuk tubuh silindrisr, sisik loreal tidak ada, dan loreal pith tidak ada.
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Phytonidae
Genus
: Phyton
Species
Sumber
: Zipcodezoo, 2015
Berdasarkan pengamatan, ciri yang teramati dari Phyton curtus memiliki panjang
standar (SVL) 111,5 cm, panjang ekor (Tal) 9,5 cm, (TL) 121 cm, diameter mata (ED)
0,5 cm, lebar kepala (HW) 1 cm, (D-ln ) 1 cm, (D-SpDc) 1 cm, Jumlah sisik lingkar
badan (MSR) 54 buah, Jumlah sisik ventral (VEN) 163 buah, jumlah sisik ekor (SC) 26
buah, Jumlah Sisik Supra Labial (SSL) 8 buah, Jumlah Sisik Infralabial (IL) 18 buah.
Bentuk pupil vertikal, bentuk sisik berpasangan, bentuk kepala medium, bentuk rostal
rounded, bentuk tubuh snout, sisik loreal tidak ada, loreal pith tidak ada dan bentuk sisik
anal ganda.
Phyton curtus
memiliki corak kehitaman pada tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pope (1956)
yang menyatakan Phyton curtus memiliki warna menarik dengan ciri-ciri tubuh bagian
dorsal berwarna coklat gelap dengan corak kehitaman, tubuh bagian ventral berwarna
coklat kekuningan pada kepala terdapat corak seperti mata tombak (segitiga) berwarna
coklat gelap, Terdapat garis hitam dari belakang hidung melewati mata sampai kepala
bagian belakang, memiliki mata bulat besar, pupil mata elips vertical.
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Viperidae
Genus
: Tripidolamus
Spesies
Sumber
: Jurgen, 1988
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Fejervarya cancrivora memiliki warna coklat cerah dengan bintil-bintil hitam di
punggungnya tetapi tidak kasar thympanum berwarna hijau kecoklatan dan
memiliki gigi former.
2. Dutaphrynus melanotictus memiliki tubuh yang terdiri dari banyak tubercle,
warna thympanum kuning, warna webbing coklat muda dan kelenjar paratoid
membulat.
3. Polypedates leucomystax memiliki warna coklat kemerahan dengan bintil-bintil
yang halus dan mempunyai gigi fermer.
4. Hylarana picturata memiliki warna hitam pekat, memiliki gigi fermer, warna
thympanum hitam, warna webbing hitam bercak keorenan dan dorsolateral fold
berwarna orange.
5. Hylarana erythraea memiliki warna yang identik dengan kuning baik webbing
maupun dorsolateral fold, namun thympanum berwarna hijau dengan lingkaran
merah.
6. Hylarana parvacolla memiliki gigi fermer, memiliki disk, warna thympanum
coklat, warna webbing coklat muda dan dorsolateral fold berwarna hijau.
7. Hylarana nicobariensis memiliki warna hitam kecoklatan, memiliki gigi fermer,
warna thympanum hitam, warna webbing hitam dan dorsolateral fold berwarna
hitam kecoklatan.
8. Phrynoidis asper memiliki warna yang tubuh yang gelap atau hitam, warna
thympanum kuning sedangkan webbing berwarna coklat kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, D.T. and D.Y. Setyanto. 1996. The Amphibins and Reptiles of Anai. IPB. Bogor.
Iskandar, D.T. and W. R. Erdelen. 2006. Conservation of Amphibins and Reptiles in
Indonesia: Issues and Problems. Amphibin and Reptile Conservation.
IUCN, Conservation International, and NatureServe. (2006). Global Amphibin
Assessment: Polypedates otilophus. www.globalamphibins.org. Accessed on
13 May 2008.
IUCN, Conservation International, and NatureServe. (2015). Global Amphibin
Assessment: Hylarana rufipes. www.globalamphibins.org. Accessed on 20
Maret 2015.
Kusrini, M. D., L. F. Skerratt, S. Garland, L. Berger, and W. Endarwin. 2008.
Chytridiomycosis in frogs of Mount Gede Pangrango, Indonesia. Diseases of
Aquatic Organisms.
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibi Kawasan Ekosistem Leuser. PILI-NGO
Movement. Jakarta.
Munshi, J. S. D., H. M. Duta. 1996. Fish Morphology: Horizon of New Research.
Valley ,West Sumatera. Annual Report of FBRT Project no.2. Science
Publishers, Inc. New York.
Pope, CH. 1956. The Reptile World. Routledge and Kegal Paul Ltd : London
Radiopoetra.1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Yasin, M.1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles.
Academic Press. London.