Oleh:
ANDI BUNGA SARI ANNISA
NIM: 60300120012
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGUI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaringan hewan merupakan kumpulan dari beberapa sel yang mempunyai
bentu dan fungsi yang sama pada tubuh hewan. Ilmuan telah mempelajari tentang
struktur organisasi kedihupan yang dimulai dari sel, jaringan, organ, system organ
dan kemudian terbentuk suatu organisme. Susunan tubuh manusia telah diciptakan
oleh Allah SWT dengan sedemikian rupa dengan indah dan seimbang.
Sebagaimana yang difirnamkan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Infithaar/82: 6-8
yang berbunyi:
َ َ َ َ َ َ ّٰ َ َ َ َ َ َ ْ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ ُّ َ
َ َّ
يْٰٰٓايها ال ِانسان ما غرك ِبر ِبك الك ِري ِمِۙ ال ِذي خلقك فسوىك فعدلكِۙ ِف ْ ْٓي
َ َ َّ َ َ َ َّ َ ْ ُ َ
ٰاي صور ٍة ما شاۤء ركبك
ِ
Terjemahnya:
(6)Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Mahamulia, (7)yang telah menciptakanmu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang?
(8)Dalam bentuk apa saja yang dikehendaki, Dia menyusun (tubuh)-mu
(Kementrian Agama, 2012).
Menurut tafsir Quthb, ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT telah
mencela manusia dengan celaan yang luhur dan mengingatkannya dengan
peringatan yang indah, namun manusia cuek saja dengan kekurangannya, bersikap
buruk terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Padahal, Dia menyempurnakan
kejadiannya, dan membentuk susunan tubuhnya dengan seimbang (Quthb, 2001).
Ayat tersebut telah menjelaskan bahwa tubuh telah diciptakan dengan baik
dan seimbang yang terdiri dari komponen yang sangat kompleks. Komponen
tersebut berupa jutaan sel yang membentuk jaringan, organ dan juga system organ.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka struktur
1
2
dan matrik. . Jaringan hewan dibedakan menjadi empat jaringan utama yaitu
jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otor dan jaringan syaraf.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilaksanakan praktikum dengan
unit jaringan hewan seperti jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan syaraf serta
jaringan otot yang terdapat pada hewan termasuk pada manusia sendiri, dengan
melakukan pengamatan secara langsung.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum unit ini yaitu untuk mengamati
dan mengetahui jenis-jenis jaringan epitel dan kelenjar, serta mengamati dan
mengetahui struktur histologi dari jaringan otot.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Ayat Relevan
Susunan sel-sel, hubungan antara mereka sendiri, hubungan antara mereka
dengan mariks ekstraseluler, dan sifat matriks harus dipahami agar
mengembangkan pengetahuan mengenai bagaimana itu jaringan melakukan
fungsinya dengan khas sehingga dapat membentuk suatu organ. Kajian keislaman
pada materi struktur dan fungsi jaringan hewan dapat dilihat dalam firman Allah
dalam QS. Fushshilat/41: 20 yang bunyinya sebagai berikut:
َْح ّٰتى ا َذا َما َجا ُۤء ْو َها َشه َد َع َل ْيه ْم َس ْم ُع ُه ْم َو َا ْب َص ُار ُه ْم َو ُج ُل ْو ُد ُه ْم ب َما َك ُانوا
ِ ِ ِ ِ ْٓ
َ ُ ْ
َيع َمل ْون
Terjemahnya:
Ketika mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit
mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan.
3
4
Jaringan epitel penutup terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu jaringan epitel
pipih selapis, jaringan epitel pipih berlapis, jaringan epitel kubus selapis, jaringan
epitel kubus berlapis, jaringan epitel silindris selapis, jaringan epitel silindris
berlapis, jaringan epitel silindris berlapis semu dan jaringan epitel transisional.
Jaringan epitel kelenjar merupakan jaringan epitalium yang terdapat di kelenjar-
kelenjar. Epitel ini tersusun atas sel-sel yang dapat menghasilkan secret berupa
cairan seperti enzim, air liur dan keringat (Anggraeni, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Lokasi
Praktikum ini dilakukan pada hari senin tanggal 18 April 2022, pukul
13.00-15.30 secara luring di Laboratorium Zoologi.
B. Instrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Mikroskop,
kamera/HP, alat tulis, pensil warna, lembar laporan sementara dan penuntun.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu preparat awetan
otot jantung, preparat awetan otot polos, preparat awetan otot polos, preperat
awetan pankreas, preparate awetan kelenjar adrenal, preparat awetan kulit
mammalia, preparat awetan usus halus dan preparat awetan jaringan epitel
squamosa.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum yang dilakukan yaitu alat dan bahan
disiapkan terlebih dahulu. Kemudian preparat awetan diambil dan diamati satu per
satu dibawah mikroskop bagian bagian dari jaringan yang diamati dimulai dari
perbesaran terkecil terlebih dahulu ke perbesaran terbesar. Hasil yang diamati
didokumentasikan kemudian Digambar pada lembar laporan sementara.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Bahan : Preparat awetan jaringan otot jantung
Perbesaran : 40 x 0,65
7
8
Gambar 6.a. Usus halus Gambar 6.b. Usus halus Gambar 6.c. Usus halus
(Wijayanthi dkk, 2017). (Dokumentasi pribadi, (Dokumentasi pribadi,
2022). 2022).
Keterangan
1. Pembatas
2. Inti sel
10
B. Pembahasan
Otot jantung memiliki tiga bagian yaitu diskus interkalar atau cakram,
serabut otot dan inti sel (Muhiddin, 2016). Jaringan otot jantung memiliki ukuran
kecil dibandingkan sel-sel jaringan otot rangka, memiliki percabangan dengan satu
atau dua inti yang terletak di bagian tengah sel. Diskus interkalar pada jaringan otot
jantung memiliki bentuk yang menyerupai pita yang berwarna gelap yang menjadi
penghubung antara sel otot yang satu dengan sel otot yang lainnya. Jaringan otot
jantung merupakan lapisan paling tebal yang terdapat pada dinding jantung
(miokardium) (Palennari dkk, 2016).
Jaringan otot lurik sering kali juga disebut dengan otot rangka. Otot rangka
terdapat dua bagian yaitu serabut otot dan inti sel, lalu pernyataan dari Sunny
Wangko (2014) menjelaskan bahwa pada otot rangka dapat dilihat memiliki
beratus-ratus atau beribu-ribu serat panjang yang berbentuk silindris yang biasa
disebut serat otot. Pada serat otot letaknya sejajar satu dengan yang lainnya. Serat
otot rangka ini berasal dari difusi dari sel-sel kecil pada masa embrio, ditemukan
juga setiap embrio ditemukan banyak ini. Otot lurik ini menempel pada rangka
tubuh yang digunakan untuk pergerakan tubuh. Otot ini memiliki tampilan yang
berlurik antara gelap atau aktin dan terang atau myosin yang berselang seling. Otot
jenis ini banyak ditemukan di dalam tubuh yang hamper mendominasi seluruh
tubuh (Palennri dkk, 2016).
Jaringan otot polos yang terdapat dua bagian yaitu inti sel dan juga serabut
otot. Satuan otot polos pada umumnya di sebut sel, dikarenakan memenuhi kriteria
dari sel. Memiliki bentuk seperti kincir dengan ujungnya runcing atau bercabang.
Memiliki ukuran yang bervariasi, berbentuk lonjong dengan ujung yang tumpul.
Secara mikroskopik inti otot polos biasa agak sulit untuk dibedakandengan
fibroblast, namun jika diperhatikan keduanya jelas berbeda. Inti dari otot polos
ujung yang tumpul dan berwarna pucat, namun pada fibrolast intinya agak runcing
dan mengambil warna lebih kuat (Hetty & Sagung, 2017).
Pada jaringan epitel squamosa terdapat jaringan epitel pipih selapis. Epitel
selapis pipih ini terdiri dari satu lapis saja dan sel-sel yang memiliki bentuk yang
pipih. Pada jaringan ini dapat ditemukan pada pembuluh limfe, endotel, kapsula
12
glomerulus, alveoli, peritonium, pleura, perikardium. Pada jaringan epitel pipih ini
memiliki fungsi sebagai difusi dan filtrasi (Hetty, 2017).
Pada kulit mamalia terdapat jaringan epitel berlapis banyak. Pada epitel
pipih berlapis ini memiliki fungsi sebagai proteksi, namun pada epitel ini tidak
semunya berbentuk pipih karena yang berbentuk pipih hanyalah pada sel sebelah
bagian atas, sel pada bagian lapisan terbawa dapat berbentuk silindris (Hetty, 2017).
Pada kulit mamalia terdiri dari beberapa lapisan. Stratum korneum yaitu lapisan
epidermis yang letaknya paling luar yang tersusun atas sel-sel kulit mati. Straturm
lusidum merupakan lapisan epidermis bening dan trasparan. Stratum granulosum
merupakan lapisan yang mengandung keratohyalin yang fungsinya untuk
pembentukan keratin. Yang terakhir ada stratum spinosum yang merupakan lapisan
sel-sel tanduk yang memiliki tonjolan u tuk penghubung intraseluler (Koesoemah
dan Dwiastuti, 2017).
Pada usus halus terdapat jaringan epitel silindris selapis. Epitel silindris ini
terdiri dari satu lapis sel dan selnya berbentuk silindris atau torak, terdapat pada
lokasi di dalam tubuh seperti lambung, usus, kelenjar pencernaan, kantong empedu,
saltran uterus, uterus, dan rongga hidung. Dan berfungsi sebagai sekresi dan
absorpsi (Sagung, 2017).
Pada kelenjar adrenalin terdapat zona glomerulosa, zona fasikulata, zona
retikularis dan medulla. Zona glomerulosa adalah daerah berbentuk cincin
konsentris yang terletak tepat di bawah kapsul adrenal, bentuknya mirip dengan
glomerulus pada ginjal, sehingga daerah ini disebut sebagai zona glomerulosa.
Zona fasikulata merupakan daerah terbesar di korteks, sel ini mengandung banyak
sekali droplet lemak pada sitoplasmanya. Zona retikularis adalah daerah korteks
yang berbatasan dengan medulla. Sel-selnya sering mengandung granula pigmen
lipofuchsin dalam jumlah besar. Beberapa sel yang berada dekat dengan medulla
adrenal tampak gelap, dengan sitoplasma padat elektron dan inti piknotik, yang
menandakan pada zona ini mengandung sel parenkim yang berdegenerasi
(Wonodirekso, 2003).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun hasil dari yang telah dipraktikumkan yaitu jaringan otot merupakan
sebuah jaringan yang kolektif dalam tubuh yang memiliki tugas utama untuk
berkontraksi. Ada tiga macam sel otot dalam tubuh, yaitu otot jantung, otot lurik
dan otot polos. Jaringan epitel berasal dari dua kata yaitu epi yang artinya tipis dan
tellium yang artinya lapisan kulit. Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi
bagian tubuh bagian dalam maupun bagian tubuh bagian luar. Jaringan epitel
terbagi menjadi dua yaitu jaringan epitel penutup dan jaringan epitel kelenjar.
Jaringan epitel penutup terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu jaringan epitel pipih
selapis, jaringan epitel pipih berlapis, jaringan epitel kubus selapis, jaringan epitel
kubus berlapis, jaringan epitel silindris selapis, jaringan epitel silindris berlapis,
jaringan epitel silindris berlapis semu dan jaringan epitel transisional.
B. Saran
Adapun saran saya pada saat pelaksanaan praktikum sebaiknya memahami
terlebih dahulu materi dan membaca penuntun terkait unit yang dipraktikumkan
agar praktikum berjalan dengan lebih terarah.
13
14
KEPUSTAKAAN
Hetty Aggrawati Koesoemah dan Sagung Agung Putri Dwiastuti. Histologi dan
Anatomi Fiologi Manusia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia kesehatan Badan Pengembangan
Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 2017.
Kalangi, S. J. R. “Histologi Kulit”. Jurnal Biomedik (JBM). Vol. 5, No. 3 (2013):
h. 12-20.
Koesoemah, H. A. dan Dwiastuti, S. A. P. Histologi dan Anatomi Fisiologi
Manusia. Jakaerta: Kementrian Kesehatan RI, 2017.
Muhiddin Palennari, dkk. Biologi Dasar. ISSBN: 978-602-328- 205-0. Alauddin
University press 2016.
Mustadi, I. “Klasifikasi Sinyal EMG Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan dan Discrete
Wavelet Transform”. Teknoin. Vol. 23, No. 3 (2017): h. 223-240.
Nisfa, L. “Gambaran Histologi Pankreas dan Penurunan Kadar Gula Darah Setelah
Pemberian Nano Herbal Daun Biwa (Eriobotrya japonica L) pada Tikus
(Rattus norvegicus) Diabetes”. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Palennari, M.. Lodang, H., Faisal dan Muis, A. Biologi Dasar. Makassar: Alauddin
University Press (2016).
Putri, R. A., Masyitha, D., Zainuddin, Fitriani, Gani, F. a, & Balqis, U. "Studi
Histologis Usus Besar Sapi Aceh". Jurnal JIMVET, Vol. 3, No. 2 (2019)hal:
62–70.
Rumlaklal, Y. Y., dkk, “Perubahan Patologi Seluler Kelenjar Adrenal Tikus
Hipertensi dengan Terapi Sel Punca Mesenkimal Sumsum Tulang”. Jurnal
Veteriner. Vol. 19, No. 29 (2016): hal. 215-221.
Sunny wangko. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran dan struktur Halus Unit
Kontraktil. Jurnal Biomedik. Vol. 6 No. 3 hal. 27- 31 (2014).
Ubruangge, T. Wangko, S. dan Kalangi, S. J. R. “Gambaran Histologik Otot
Jantung pada Hewan Coba Postmortem”. Jurnal e-Biomedik. Vol. 4, No. 2
(2016): h. 1-6.
Umar, Zulkarnaim. Buku Daras Struktur Hewan. Makassar: UIN Alauddin Press,
2011.
Wijayanthi, K. K. D., Berata, K., Samsuri, dan Sudira, I. W. “Histopatologi Usus
Halus Tikus Putih Jantan yang Diberikan Deksametason dan Vitamin E”.
Buletin Veteriner Udayana. Vol. 9, No. 1 (2017): h. 47-53.
15