Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel sebagai unit terkecil menjadi salah satu komponen penting dalam
pembentukan organisme. Sel-sel berkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah
jaringan. Jaringan yang terbentuk kemudian bergabung dengan jaringan lain dan
membentuk suatu organ. Kumpulan dari organ-organ yang terbentuk, menyusun
sebuah sistem organ lalu membentuk suatu individu atau organisme. Allah SWT
sendiri telah menerangkan hal proses pembentukan organisme tersebut dalam QS.
Al-Infithaar/82:7-8 yang berbunyi :

٨ ‫ ِفْٓي َاِّي ُصْو َرٍة َّم ا َش ۤا َء َر َّك َبَۗك‬٧ ‫اَّلِذ ْي َخ َلَقَك َفَس ّٰو ىَك َفَع َد َلَۙك‬
Terjemahnya:
yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang
dikehendaki, Dia menyusun (tubuh)-mu (Kementerian Agama RI, 2019).
Dalam ayat tersebut Allah SWT kembali mengingatkan kita atas segala
kemurahan-Nya dengan menjadikan tubuh manusia itu seimbang dan berdiri tegak
dengan gagahnya. Allah juga menciptakan semua anggota tubuh tersebut bekerja
dengan teratur dan harmonis. Dalam menjaga keseimbangan itu, Allah bahkan
menganugerahkan sistem saraf pada manusia demi mengatur keseimbangan dan
kesetimbangan tubuh, serta kemampuan kita untuk berorientasi pada ruang tiga
dimensi (Tafsir Kementerian Agama, 2019). Sedangkan menurut Muhammad
Quraish Shihab, makna dari ayat tersebut adalah Allah menghadirkan kita dari
ketiadaan ke alam wujud, menciptakan organ-organ tubuh yang dapat kita
manfaatkan dan menjadikan kita seimbang dan serasi (memiliki bentuk yang pas).
Dalam tubuh, jaringan tidak terdapat dalam satu-satuan yang tersendiri,
tetapi saling bersambung antara yang satu dengan yang lain dalam perbandingan
yang berbeda-beda, menyusun suatu organ dan sistema tubuh. Jaringan
penyambung ditandai dengan banyaknya bahan intersel yang dihasilkan oleh sel-
selnya. Misalnya saja jaringan otot yang terdiri atas sel-sel panjang yang
memiliki fungsi

1
2

khusus yaitu kontraksi dan jaringan saraf yang terdiri atas sel-sel dengan proses
panjang yang menonjol dari bahan sel serta mempunyai fungsi khusus yaitu
menerima, membangkitkan juga menghantarkan impuls saraf. Berdasarkan latar
belakang yang telah dijabarkan, maka praktikum ini dilakukan untuk mengamati
dan mengetahui jenis-jenis jaringan epitel dan kelenjar serta histologi jaringan
otot.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengamati dan mengetahui jenis-jenis jaringan epitel dan kelenjar.
2. Untuk mengamati dan mengetahui struktur histologi jaringan otot.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Ayat yang Relevan


Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya dan juga
mengatur segala kejadiannya dengan sempurna. Mulai dari sel sperma dari
seorang pria yang masuk ke dalam rahim seorang wanita, kemudian berkembang
menjadi zigot, embrio, lalu terbentuknya organ jantung dan organ-organ tubuh
lainnya, hingga menjadi satu individu. Perkembangbiakan tersebut telah Allah
jelaskan dalam QS. Al-Baqarah/23:14 sebagai berikut :
١٤ ‫َو ِاَذ ا َلُقوا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َقاُلْٓو ا ٰا َم َّناۚ َوِاَذ ا َخ َلْو ا ِاٰل ى َشٰي ِط ْيِنِهْم ۙ َقاُلْٓو ا ِاَّنا َم َع ُك ْم ۙ ِاَّنَم ا َنْح ُن ُم ْسَتْهِز ُءْو َن‬
Terjemahnya:
Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah).
Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu,
segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang. Lalu, tulang-belulang Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami jadikan makhluk yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta (Kementerian Agama RI, 2019).
Menurut tafsir Kementerian Agama RI (2019), dijelaskan bahwa setelah sel
telur ibu dibuahi, maka ia akan menempel ke dinding rahim dan memperoleh
makanan dari ibunya. Kemudian dalam waktu dua hingga tiga minggu, sel telur
akan berubah bentuk dari ‘lintah’ atau ‘alaqah’ menjadi ‘mudgah’ atau ‘daging’.
Lalu dari bentuk itu, kemudian akan berkembang menjadi organ-organ dalam
(jantung, usus, ginjal, dan lain-lain) dan organ-organ luar (kaki, tangan, wajah,
dan lain-lain).

Dari ayat dan tafsir tersebut, dapat kita simpulkan bahwasanya Allah telah
menjelaskan bagaimana proses pembentukan manusia. Dalam terjemahannya,
terdapat kalimat “segumpal daging” yang mana dapat diartikan sebagai organ
jantung, salah satu organ yang menjadi pembahasan signifikan pada praktikum
ini. Selain jantung, terdapat juga kalimat “tulang-belulang itu Kami bungkus
dengan daging”. Daging yang dimaksud merupakan otot-otot yang menyelimuti
atau menempel pada rangka yang dikenal dengan sebutan otot lurik atau otot
rangka.

3
4

B. Tinjauan Umum tentang Jaringan Epitel


Dalam buku Biologi, khususnya pada bab Jaringan Hewan, Maiyah
(2019) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan jaringan epitel yaitu
jaringan yang membatasi antar dua lingkungan yang berada dalam tubuh
hewan atau manusia, dan melekat pada jaringan ikat. Secara umum,
jaringan epitel memiliki fungsi dalam proteksi, absorpsi, sekresi, reseptor,
dan pertukaran zat. Maiyah (2019) juga mengungkapkan bahwa jaringan
epitel memiliki ciri-ciri khusus yaitu sel-selnya tersusun rapat, tidak
mengandung pembuluh darah namun mengandung saraf, dan memiliki
kemampuan dalam meregenerasi pada tingkat yang cukup tinggi.
Berdasarkan bentuknya, jaringan epitel terbagi menjadi jaringan epitel
pipih selapis, pipih berlapis, kubus selapis, kubus berlapis, silindris,
selapis, dan silindris berlapis.

C. Tinjauan Umum tentang Jaringan Otot


Jaringan otot merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel otot
yang berfungsi sebagai alat gerak aktif bagi tubuh. Jaringan otot terdiri
atas serat-serat otot yang disebut dengan miofibril. Otot umumnya dapat
secara aktif melakukan kontraksi (memendek) dan relaksasi (memanjang)
yang bergerak karena adanya bantuan dari protein aktin (filamen halus),
protein miosin (filamen kasar), ATP, dan Ca 2+ yang terkandung pada otot.
Jenis-jenis otot terbagi menjadi tiga, yaitu otot polos, otot lurik, dan otot
jantung (Maiyah, 2019). Otot polos biasanya terdapat di organ-organ
pencernaan dan bekerja diluar kesadaran manusia, otot lurik biasanya
menempel pada rangka (tulang) dan bekerja atas kesadaran manusia,
sedangkan otot jantung biasanya terdapat pada jantung yang bekerja diluar
kesadaran manusia juga seperti otot polos.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi


Adapun waktu dan lokasi pelaksanaan praktikum ini yaitu tepat pada
tanggal 5 April 2023, pukul 13.30 WITA, di Laboratorium Zoologi, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Instrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop
binokuler, kaca preparat, kamera Hp, dan alat tulis-menulis.

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu preparat awetan
kelenjar adrenal (kelenjar suprarenalis), usus halus (intestine/duodenum), ginjal
(renal atau nefrologis), kulit mamalia (human brown skin/mammae skin), otot
lurik (striated muscle), otot jantung (cardiac muscle) dan otot polos (non striated
muscle).

C. Prosedur Kerja
Pertama-tama alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Kemudian,
mikroskop binokuler dinyalakan dan salah satu preparat awetan diambil lalu
diletakkan dibawah mikroskop untuk selanjutnya diamati. Hal serupa juga
dilakukan pada preparat awetan lainnya yang akan diamati. Setelah itu, gambar
mikroskopis dari preparat awetan yang terlihat di mikroskop di dokumentasi.

5
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Bahan : preparat awetan kelenjar adrenal
Perbesaran : 4x0.10µm

Gambar 4.1. Hasil pengamatan preparat awetan kelenjar adrenal (Rumlaklak,


2018).
Keterangan : 1. Zona glomerulosa
2. Zona fasikulata
3. Zona retikularis
4. Medula
2. Bahan : preparat awetan ginjal
Perbesaran : 10x0.25µm

Gambar 4.2. Hasil pengamatan preparat awetan ginjal (Siahaan dkk, 2016).
Keterangan : 1. Inti sel
2. Sel epitel silindris selapis
3. Sel epitel pipih selapis
3. Bahan : preparat awetan usus halus (intestine/duodenum)
Perbesaran : 10x0.25µm

6
Gambar 4.3. Hasil pengamatan preparat awetan usus halus (Eristiawan dkk,
2021).

7
8

Keterangan : 1. Lapisan mukosa


2. Sel epitel silindris selapis
4. Bahan :preparat awetan kulit mamalia (mammae skin)
Perbesaran : 10x0.25µm

Gambar 4.4. Hasil pengamatan preparat awetan kulit mamalia (Kalangi, 2013).
Keterangan : 1. Stratum korneum
2. Stratum granulosum
3. Stratum basal
5. Bahan : preparat awetan otot polos (non striated muscle)
Perbesaran : 10x0.25µm

Gambar 4.5. Hasil pengamatan preparat awetan otot polos (Hasan dkk, 2015).
Keterangan : 1. Inti sel
2. Serabut otot
6. Bahan : preparat awetan otot lurik atau rangka (striated muscle)
Perbesaran : 10x0.25µm

Gambar 4.6. Hasil pengamatan preparat awetan otot lurik (Primadiani dkk,
2016).
Keterangan : 1. Inti sel
2. Serabut otot
7. Bahan : preparat awetan otot jantung (cardiac muscle)
Perbesaran : 4x0.10µm
9

Gambar 4.7. Hasil pengamatan preparat awetan otot jantung (Ubruangge dkk,
2015).
Keterangan : 1. Serabut otot

B. Pembahasan
1. Jaringan Epitel
Secara umum, jaringan epitel tersusun atas sel-sel rapat yang menututpi
seluruh tubuh, dinding berongga, saluran dan membentuk kelenjar. Jaringan ini
memiliki peran dalam melindungi, mensekresi, menyerap nutrisi, dan
mengekskresi (Nisa, 2021).
a) Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal merupakan suatu organ yang memiliki fungsi dalam
memproduksi berbagai jenis hormon (Rumlaklak dkk, 2018). Kelenjar ini terdiri
atas 2 bagian yaitu korteks dan medula (Kastomo, 2019). Pada Gambar 4.1,
terlihat 2 bagian yang terdapat di dalam kelenjar adrenal dimana pada bagian
korteks terdapat 3 lapisan yaitu zona glomerulosa (lapisan terluar), zona fasikulata
(lapisan tengah), dan zona retikularis (lapisan terdalam). Di bawah zona
retikularis, terdapat medula. Hal ini sejalan dengan pengamatan yang dilakukan
oleh Rumlaklak dkk (2018) yang menyebutkan bahwa korteks adrenal memiliki 3
lapisan yang meliputi zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.
Sedangkan medula letaknya berada di bawah zona retikularis. Kelenjar adrenal
diketahui memiliki bentuk segitiga dan terletak di atas ginjal.

b) Ginjal
Ginjal merupakan organ pencernaan yang memiliki peranan dalam proses
sekresi. Selain itu, ginjal juga diketahui memiliki fungsi lain yaitu berperan dalam
proses absorpsi. Pada Gambar 4.2, terlihat adanya sel-sel epitel yang menyusun
ginjal, yaitu sel epitel silindris selapis dan sel epitel pipih selapis. Namun hal
tersebut tidak sejalan dengan pengamatan yang dilakukan oleh Siahaan (2016)
10

yang menunjukkan bahwa sel epitel yang menyusun ginjal adalah sel epitel kubus
selapis.
Hal tersebut juga tidak sejalan dengan pernyataan Maiyah (2019) yang
menerangkan bahwa di dalam ginjal, terdapat sel epitel kubus selapis dan sel
epitel transisional. Maiyah (2019) juga menyebutkan bahwa kedua sel epitel
tersebut memiliki peranan masing-masing di dalam ginjal. Epitel kubus selapis
memiliki peranan dalam absorpsi, sekresi dan melindungi ginjal dari gesekan.
Sedangkan epitel transisional memiliki peran dalam memberikan ruang
penyimpanan karen sifatnya yang elastis. Tidak sejalannya hasil pengamatan
tersebut di duga dapat terjadi akibat usia preparat awetan yang terbilang sudah
terlalu lama, sehingga menyebabkan struktur sel nya tidak lagi sama seperti
struktur yang sebenarnya.

c) Usus Halus (Intestine/Duodenum)


Usus halus merupakan salah satu organ pencernaan yang memiliki fungsi
dalam menyerap nutrisi makanan. Pada Gambar 4.3, terlihat adanya sel epitel
silindris selapis yang terletak di lapisan mukosa. Diketahui bahwa sel epitel
silindris selapis yang terdapat pada usus memiliki peran dalam membantu
penyerapan nutrisi makanan. Hal ini sejalan dengan pengamatan yang dilakukan
oleh Eristiawan dkk (2021) yang menunjukkan bahwa adanya sel epitel silindris
selapis yang terdapat pada usus sapi Bali. Selain itu, Maiyah (2019) menjelaskan
bahwa sel epitel silindris selapis memiliki peranan penting dalam proses
penyerapan nutrisi dan senyawa kimia lain yang terkandung di dalam makanan
yang di konsumsi.

d) Kulit Mamalia (Mammae Skin)


Kulit merupakan suatu organ yang memiliki peranan penting dalam
melindungi atau memproteksi jaringan atau organ yang ada di dalam tubuh dari
lingkungan luar. Di dalam kulit terdapat lapisan epidermis yang dimana pada
lapisan tersebut diketahui terdapat sel epitel yang menyusunnya. Pada Gambar
4.4, dengan perbesaran 10x0,25, terlihat lapisan-lapisan dari epidermis yaitu
stratum korneum, stratum granulosum, dan stratum basal. Pada lapisan-lapisan
11

tersebut, di duga terdapat sel-sel epitel yang menyususnnya. Hal ini sejalan
dengan pengamatan yang dilakukan oleh Kalangi (2013) yang menunjukkan
adanya sel-sel epitel yang berkumpul di bawah kulit. Sel epitel tersebut
merupakan sel epitel pipih berlapis yang mengandung keratin. Fungsi dari sel
epitel tersebut adalah untuk melindungi jaringan lain yang ada dibawahnya.

2. Jaringan Otot
Jaringan otot menyusun sekitar 40%-50% dari berat badan total. Secara
umum, jaringan otot memiliki fungsi dalam pergerakan tubuh, stabilisasi posisi
tubuh, mengatur volume organ dan termogenesis (diperkirakan 85% panas tubuh
dihasilkan oleh kontraksi otot). Jaringan otot memiliki sifat-sifat yaitu
eksitabilitas/iritabilitas, dapat berkontraksi, dapat meregang tanpa merusak
jaringannya pada batas tertentu dan elastis (Wangko, 2014).

a) Otot Polos (Non Striated Muscle)


Otot polos merupakan otot yang umumnya terletak pada sistem pencernaan.
Otot polos diketahui memiliki peranan dalam membantu pencernaan. Pada
Gambar 4.5, terlihat struktur anatomi otot yang terdiri atas inti sel dan serabut
otot. hal ini sejalan dengan pengamatan yang dilakukan oleh Khasanah (2021)
yang menyatakan bahwa otot polos terdiri atas banyak serabut otot dan
mempunyai 1 inti sel yang terletak di tengahnya. Hasan dkk (2015) menambahkan
bahwasanya selain inti sel, terdapat juga dinding sel otot. Otot polos memiliki
peran dalam membantu sistem pencernaan, detoksifiksi dan menjaga
keseimbangan elektrolit. Otot ini bergerak diluar kesadaran manusia.

b) Otot Lurik (Striated Muscle)


Otot lurik atau otot rangka merupakan otot terdapat di rangka tubuh atau
tulang-belulang. Otot ini memiliki peranan penting dalam sistem gerak tubuh pada
hewan dan manusia. Pada Gambar 4.6, terlihat adanya serabut otot dan inti sel
yang sama seperti pada otot polos karena bagian-bagian tersebut merupakan
bagian-bagian umum yang dimiliki oleh otot secara keseluruhan. Hanya saja yang
membedakan adalah jumlah dan panjang serabut ototnya serta letak dari inti sel
otot tersebut. Hal ini sejalan dengan pengamatan yang dilakukan oleh Khasanah
12

(2021) dan Primadiani dkk (2016) yang menunjukkan bahwa otot rangka atau otot
lurik memiliki struktur yang terdiri atas banyak sekali serabut otot dan masing-
masing memiliki banyak inti sel yang berada di tepi. Panjang serabut otot lurik
bervariasi, mulai antara 1-40µm hingga 10-100µm. Serabut otot rangka
membentuk fasikulus yang masing-masing diselubungi oleh jaringan ikat yang
dikenal sebagai perimisium (Khasanah dkk, 2021). Otot rangka berfungsi dalam
mengendalikan gerakan dan mengatur suhu tubuh.

c) Otot Jantung (Cardiac Muscle)


Otot jantung merupakan otot yang hanya terdapat pada organ jantung.
Struktur otot jantung yang terlihat pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa yang
tampak dengan jelas di mikroskop dengan perbesaran 4x0,10 hanya serabut otot
yang memiliki bentuk seperti anyaman dan bercabang-cabang. Hal ini sejalan
dengan pengamatan yang dilakukan oleh Khasanah (2021) dan Ubruangge dkk
(2016) yang menyatakan bahwa otot jantung terdiri atas serabut otot yang
bercabang-cabang dan berbentuk seperti anyaman. Khasanah (2021) juga
menjelaskan bahwa inti sel pada otot jantung terletak di tengah-tengah. Otot
jantung berkontraksi secara otomatis (tanpa disadari manusia) dan berirama.
Fungsi dari otot jantung yaitu menjaga agar jantung tetap dapat berkontraksi
memompa darah ke seluruh tubuh.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jaringan epitel memiliki peranan yang sangat penting dalam melindungi
jaringan serta organ dalam tubuh dari lingkungan luar. Jaringan epitel terbagi
menjadi 2 kelompok yakni jaringan epitel penutup dan epitel kelenjar. Kelenjar
adrenal tersusun atas 2 bagian kortek dan medula, yang dimana pada bagian
korteks terdapat 3 macam zona yaitu zona glomerulosa (lapisan terluar), zona
fasikulata (lapisan tengah) dan zona retikularis (lapisan terdalam yang di
bawahnya terdapat medula). Pada ginjal, diketahui terdapat 2 jenis sel epitel yang
pada umumnya tidak terdapat pada ginjal, yaitu sel epitel silindris selapis dan
epitel pipih selapis. Umumnya, yang ditemukan pada ginjal adalah sel epitel
kubus selapis dan epitel transisional.
Pada usus halus, ditemukan sel epitel silindris selapis di lapisan mukosanya.
Kulit tersusun atas lapisan epidermis dan dermis, dimana pada lapisan epidermis
yang terlihat, terdapat 3 lapisan yang menyusun lapisan epidermis yaitu stratum
korneum, stratum granulosum dan stratum basal. Telah diketahui bahwasanya
pada lapisan-lapisan tersebut di temukan adanya sel-sel epitel yang berkumpul
dan dikenal dengan sel epitel pipih berlapis.
Jaringan otot memiliki peranan penting dalam sistem gerak tubuh hewan
dan manusia. Sekitar 40%-50% berat badan manusia tersusun atas otot. Struktur
histologi otot pada umumnya terdiri atas serabut otot dan inti sel. Pada otot polos,
terdapat banyak serabut otot dan memiliki 1 inti sel yang berada di tengah. Otot
tersebut biasanya ditemukan pada organ-organ pencernaan dan bergerak aktif
diluar kesadaran manusia. Otot lurik atau rangka memiliki serabut otot yang
sangat banyak dengan panjang antara 1-40µm hingga 10-100µm serta memiliki
banyak inti sel yang terletak di pinggiran sel otot. otot jantung memiliki serabut
otot yang bercabang dan membentuk anyaman. Inti sel pada otot jantung terletak
di tengah, sama seperti otot polos.

13
14

B. Saran
Dalam pembuatan laporan praktikum Fisiologi dan Perkembangan Hewan
Unit 1 ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak keurangan, terutama
dalam menyampaikan informasi yang tertulis dalam pembahasan laporan. Penulis
mengakui bahwa dalam penulisan laporan ini, penulis masih perlu banyak belajar,
mulai dari format penulisan laporan serta referensi-referensi yang didapatkan
sebagai sumber penguatan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca agar kedepannya penulis dapat membuat laporan dengan
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Eddy, L., dkk. “Histologi Jaringan Mantel Tiram (Saibo) Pada Beberapa Jenis
Bivalvia Sebagai Alternatif Implantasi Mutiara”. Jurnal Pendidikan
Matematika dan IPA. 10 No. 1 (2019) : h. 128-138.
Hasan, F. A., dkk. “Perbandingan Autolisis Organ Jantung dan Ginjal Sapi Bali
Pada Beberapa Periode Waktu Pasca Penyembelihan”. Indonesia Medicus
Veterinus. 4 No. 4 (2015) : h. 305-313.
Kastomo, D. R. “Keganasan Kelenjar Adrenal”. Indonesian Journal of Cancer. 3
No. 3 (2019) : h. 123-126.
Maha, I. T., dkk. “Morfologi Kelenjar Anal Luwak (Paradoxurus
hermaphroditus)”. Jurnal Kajian Veteriner. 6 No. 1 (2018) : h. 1-11.
Maiyah, Ana Triana. 2019. Biologi : Jaringan Hewan. Lampung : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Primadiani, I. V. “Struktur Histologi Otot Femur Kelinci (Lepus sp.) Setelah
Perlakuan Implantasi Material Stainless Steel Aisi 3161 Selama 2,5 Bulan”.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 24 No. 1 (2016) : h. 27-33.
Wangko, S. “Jaringan Otot Rangka : Sistem Membran dan Struktur Halus Unit
Kontraktil”. Jurnal Biomedik. 6 No. 3 (2014) : h. 27-32.
Rumlaklak, Y. Y. “Perubahan Patologi Seluler Kelenjar Adrenal Tikus Hipertensi
dengan Terapi Sel Punca Masenkimal Sumsum Tulang”. Jurnal Veteriner.
19 No. 2 (2018) : h. 215-221.
Siahaan, G. S., dkk. “Gambaran Histopatologik Ginjal Tikus Wistar (Rattus
norvegicus) yang Di Induksi Gentamisin dan Diberikan Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L. Poir)”. Jurnal e-Biomedik. 4 No. 1 (2016) : h. 1-7.
Suwiti, N. K. “Studi Histologi dan Morfometri Daging Sapi Bali dan Wagyu”.
Jurnal Veteriner. 16 No. 3 (2015) : h. 432-438.
Ubruangge, T., dkk. “Gambaran Histologik Otot Jantung Pada Hewan Coba
Postmortem”. Jurnal e-Biomedik. 4 No. 2 (2016) : h. 1-6.

15

Anda mungkin juga menyukai