PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel sebagai unit terkecil menjadi salah satu komponen penting dalam
pembentukan organisme. Sel-sel berkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah
jaringan. Jaringan yang terbentuk kemudian bergabung dengan jaringan lain dan
membentuk suatu organ. Kumpulan dari organ-organ yang terbentuk, menyusun
sebuah sistem organ lalu membentuk suatu individu atau organisme. Allah SWT
sendiri telah menerangkan hal proses pembentukan organisme tersebut dalam QS.
Al-Infithaar/82:7-8 yang berbunyi :
٨ ِفْٓي َاِّي ُصْو َرٍة َّم ا َش ۤا َء َر َّك َبَۗك٧ اَّلِذ ْي َخ َلَقَك َفَس ّٰو ىَك َفَع َد َلَۙك
Terjemahnya:
yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang
dikehendaki, Dia menyusun (tubuh)-mu (Kementerian Agama RI, 2019).
Dalam ayat tersebut Allah SWT kembali mengingatkan kita atas segala
kemurahan-Nya dengan menjadikan tubuh manusia itu seimbang dan berdiri tegak
dengan gagahnya. Allah juga menciptakan semua anggota tubuh tersebut bekerja
dengan teratur dan harmonis. Dalam menjaga keseimbangan itu, Allah bahkan
menganugerahkan sistem saraf pada manusia demi mengatur keseimbangan dan
kesetimbangan tubuh, serta kemampuan kita untuk berorientasi pada ruang tiga
dimensi (Tafsir Kementerian Agama, 2019). Sedangkan menurut Muhammad
Quraish Shihab, makna dari ayat tersebut adalah Allah menghadirkan kita dari
ketiadaan ke alam wujud, menciptakan organ-organ tubuh yang dapat kita
manfaatkan dan menjadikan kita seimbang dan serasi (memiliki bentuk yang pas).
Dalam tubuh, jaringan tidak terdapat dalam satu-satuan yang tersendiri,
tetapi saling bersambung antara yang satu dengan yang lain dalam perbandingan
yang berbeda-beda, menyusun suatu organ dan sistema tubuh. Jaringan
penyambung ditandai dengan banyaknya bahan intersel yang dihasilkan oleh sel-
selnya. Misalnya saja jaringan otot yang terdiri atas sel-sel panjang yang
memiliki fungsi
1
2
khusus yaitu kontraksi dan jaringan saraf yang terdiri atas sel-sel dengan proses
panjang yang menonjol dari bahan sel serta mempunyai fungsi khusus yaitu
menerima, membangkitkan juga menghantarkan impuls saraf. Berdasarkan latar
belakang yang telah dijabarkan, maka praktikum ini dilakukan untuk mengamati
dan mengetahui jenis-jenis jaringan epitel dan kelenjar serta histologi jaringan
otot.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengamati dan mengetahui jenis-jenis jaringan epitel dan kelenjar.
2. Untuk mengamati dan mengetahui struktur histologi jaringan otot.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dari ayat dan tafsir tersebut, dapat kita simpulkan bahwasanya Allah telah
menjelaskan bagaimana proses pembentukan manusia. Dalam terjemahannya,
terdapat kalimat “segumpal daging” yang mana dapat diartikan sebagai organ
jantung, salah satu organ yang menjadi pembahasan signifikan pada praktikum
ini. Selain jantung, terdapat juga kalimat “tulang-belulang itu Kami bungkus
dengan daging”. Daging yang dimaksud merupakan otot-otot yang menyelimuti
atau menempel pada rangka yang dikenal dengan sebutan otot lurik atau otot
rangka.
3
4
B. Instrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop
binokuler, kaca preparat, kamera Hp, dan alat tulis-menulis.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu preparat awetan
kelenjar adrenal (kelenjar suprarenalis), usus halus (intestine/duodenum), ginjal
(renal atau nefrologis), kulit mamalia (human brown skin/mammae skin), otot
lurik (striated muscle), otot jantung (cardiac muscle) dan otot polos (non striated
muscle).
C. Prosedur Kerja
Pertama-tama alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Kemudian,
mikroskop binokuler dinyalakan dan salah satu preparat awetan diambil lalu
diletakkan dibawah mikroskop untuk selanjutnya diamati. Hal serupa juga
dilakukan pada preparat awetan lainnya yang akan diamati. Setelah itu, gambar
mikroskopis dari preparat awetan yang terlihat di mikroskop di dokumentasi.
5
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Bahan : preparat awetan kelenjar adrenal
Perbesaran : 4x0.10µm
Gambar 4.2. Hasil pengamatan preparat awetan ginjal (Siahaan dkk, 2016).
Keterangan : 1. Inti sel
2. Sel epitel silindris selapis
3. Sel epitel pipih selapis
3. Bahan : preparat awetan usus halus (intestine/duodenum)
Perbesaran : 10x0.25µm
6
Gambar 4.3. Hasil pengamatan preparat awetan usus halus (Eristiawan dkk,
2021).
7
8
Gambar 4.4. Hasil pengamatan preparat awetan kulit mamalia (Kalangi, 2013).
Keterangan : 1. Stratum korneum
2. Stratum granulosum
3. Stratum basal
5. Bahan : preparat awetan otot polos (non striated muscle)
Perbesaran : 10x0.25µm
Gambar 4.5. Hasil pengamatan preparat awetan otot polos (Hasan dkk, 2015).
Keterangan : 1. Inti sel
2. Serabut otot
6. Bahan : preparat awetan otot lurik atau rangka (striated muscle)
Perbesaran : 10x0.25µm
Gambar 4.6. Hasil pengamatan preparat awetan otot lurik (Primadiani dkk,
2016).
Keterangan : 1. Inti sel
2. Serabut otot
7. Bahan : preparat awetan otot jantung (cardiac muscle)
Perbesaran : 4x0.10µm
9
Gambar 4.7. Hasil pengamatan preparat awetan otot jantung (Ubruangge dkk,
2015).
Keterangan : 1. Serabut otot
B. Pembahasan
1. Jaringan Epitel
Secara umum, jaringan epitel tersusun atas sel-sel rapat yang menututpi
seluruh tubuh, dinding berongga, saluran dan membentuk kelenjar. Jaringan ini
memiliki peran dalam melindungi, mensekresi, menyerap nutrisi, dan
mengekskresi (Nisa, 2021).
a) Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal merupakan suatu organ yang memiliki fungsi dalam
memproduksi berbagai jenis hormon (Rumlaklak dkk, 2018). Kelenjar ini terdiri
atas 2 bagian yaitu korteks dan medula (Kastomo, 2019). Pada Gambar 4.1,
terlihat 2 bagian yang terdapat di dalam kelenjar adrenal dimana pada bagian
korteks terdapat 3 lapisan yaitu zona glomerulosa (lapisan terluar), zona fasikulata
(lapisan tengah), dan zona retikularis (lapisan terdalam). Di bawah zona
retikularis, terdapat medula. Hal ini sejalan dengan pengamatan yang dilakukan
oleh Rumlaklak dkk (2018) yang menyebutkan bahwa korteks adrenal memiliki 3
lapisan yang meliputi zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.
Sedangkan medula letaknya berada di bawah zona retikularis. Kelenjar adrenal
diketahui memiliki bentuk segitiga dan terletak di atas ginjal.
b) Ginjal
Ginjal merupakan organ pencernaan yang memiliki peranan dalam proses
sekresi. Selain itu, ginjal juga diketahui memiliki fungsi lain yaitu berperan dalam
proses absorpsi. Pada Gambar 4.2, terlihat adanya sel-sel epitel yang menyusun
ginjal, yaitu sel epitel silindris selapis dan sel epitel pipih selapis. Namun hal
tersebut tidak sejalan dengan pengamatan yang dilakukan oleh Siahaan (2016)
10
yang menunjukkan bahwa sel epitel yang menyusun ginjal adalah sel epitel kubus
selapis.
Hal tersebut juga tidak sejalan dengan pernyataan Maiyah (2019) yang
menerangkan bahwa di dalam ginjal, terdapat sel epitel kubus selapis dan sel
epitel transisional. Maiyah (2019) juga menyebutkan bahwa kedua sel epitel
tersebut memiliki peranan masing-masing di dalam ginjal. Epitel kubus selapis
memiliki peranan dalam absorpsi, sekresi dan melindungi ginjal dari gesekan.
Sedangkan epitel transisional memiliki peran dalam memberikan ruang
penyimpanan karen sifatnya yang elastis. Tidak sejalannya hasil pengamatan
tersebut di duga dapat terjadi akibat usia preparat awetan yang terbilang sudah
terlalu lama, sehingga menyebabkan struktur sel nya tidak lagi sama seperti
struktur yang sebenarnya.
tersebut, di duga terdapat sel-sel epitel yang menyususnnya. Hal ini sejalan
dengan pengamatan yang dilakukan oleh Kalangi (2013) yang menunjukkan
adanya sel-sel epitel yang berkumpul di bawah kulit. Sel epitel tersebut
merupakan sel epitel pipih berlapis yang mengandung keratin. Fungsi dari sel
epitel tersebut adalah untuk melindungi jaringan lain yang ada dibawahnya.
2. Jaringan Otot
Jaringan otot menyusun sekitar 40%-50% dari berat badan total. Secara
umum, jaringan otot memiliki fungsi dalam pergerakan tubuh, stabilisasi posisi
tubuh, mengatur volume organ dan termogenesis (diperkirakan 85% panas tubuh
dihasilkan oleh kontraksi otot). Jaringan otot memiliki sifat-sifat yaitu
eksitabilitas/iritabilitas, dapat berkontraksi, dapat meregang tanpa merusak
jaringannya pada batas tertentu dan elastis (Wangko, 2014).
(2021) dan Primadiani dkk (2016) yang menunjukkan bahwa otot rangka atau otot
lurik memiliki struktur yang terdiri atas banyak sekali serabut otot dan masing-
masing memiliki banyak inti sel yang berada di tepi. Panjang serabut otot lurik
bervariasi, mulai antara 1-40µm hingga 10-100µm. Serabut otot rangka
membentuk fasikulus yang masing-masing diselubungi oleh jaringan ikat yang
dikenal sebagai perimisium (Khasanah dkk, 2021). Otot rangka berfungsi dalam
mengendalikan gerakan dan mengatur suhu tubuh.
A. Kesimpulan
Jaringan epitel memiliki peranan yang sangat penting dalam melindungi
jaringan serta organ dalam tubuh dari lingkungan luar. Jaringan epitel terbagi
menjadi 2 kelompok yakni jaringan epitel penutup dan epitel kelenjar. Kelenjar
adrenal tersusun atas 2 bagian kortek dan medula, yang dimana pada bagian
korteks terdapat 3 macam zona yaitu zona glomerulosa (lapisan terluar), zona
fasikulata (lapisan tengah) dan zona retikularis (lapisan terdalam yang di
bawahnya terdapat medula). Pada ginjal, diketahui terdapat 2 jenis sel epitel yang
pada umumnya tidak terdapat pada ginjal, yaitu sel epitel silindris selapis dan
epitel pipih selapis. Umumnya, yang ditemukan pada ginjal adalah sel epitel
kubus selapis dan epitel transisional.
Pada usus halus, ditemukan sel epitel silindris selapis di lapisan mukosanya.
Kulit tersusun atas lapisan epidermis dan dermis, dimana pada lapisan epidermis
yang terlihat, terdapat 3 lapisan yang menyusun lapisan epidermis yaitu stratum
korneum, stratum granulosum dan stratum basal. Telah diketahui bahwasanya
pada lapisan-lapisan tersebut di temukan adanya sel-sel epitel yang berkumpul
dan dikenal dengan sel epitel pipih berlapis.
Jaringan otot memiliki peranan penting dalam sistem gerak tubuh hewan
dan manusia. Sekitar 40%-50% berat badan manusia tersusun atas otot. Struktur
histologi otot pada umumnya terdiri atas serabut otot dan inti sel. Pada otot polos,
terdapat banyak serabut otot dan memiliki 1 inti sel yang berada di tengah. Otot
tersebut biasanya ditemukan pada organ-organ pencernaan dan bergerak aktif
diluar kesadaran manusia. Otot lurik atau rangka memiliki serabut otot yang
sangat banyak dengan panjang antara 1-40µm hingga 10-100µm serta memiliki
banyak inti sel yang terletak di pinggiran sel otot. otot jantung memiliki serabut
otot yang bercabang dan membentuk anyaman. Inti sel pada otot jantung terletak
di tengah, sama seperti otot polos.
13
14
B. Saran
Dalam pembuatan laporan praktikum Fisiologi dan Perkembangan Hewan
Unit 1 ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak keurangan, terutama
dalam menyampaikan informasi yang tertulis dalam pembahasan laporan. Penulis
mengakui bahwa dalam penulisan laporan ini, penulis masih perlu banyak belajar,
mulai dari format penulisan laporan serta referensi-referensi yang didapatkan
sebagai sumber penguatan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca agar kedepannya penulis dapat membuat laporan dengan
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Eddy, L., dkk. “Histologi Jaringan Mantel Tiram (Saibo) Pada Beberapa Jenis
Bivalvia Sebagai Alternatif Implantasi Mutiara”. Jurnal Pendidikan
Matematika dan IPA. 10 No. 1 (2019) : h. 128-138.
Hasan, F. A., dkk. “Perbandingan Autolisis Organ Jantung dan Ginjal Sapi Bali
Pada Beberapa Periode Waktu Pasca Penyembelihan”. Indonesia Medicus
Veterinus. 4 No. 4 (2015) : h. 305-313.
Kastomo, D. R. “Keganasan Kelenjar Adrenal”. Indonesian Journal of Cancer. 3
No. 3 (2019) : h. 123-126.
Maha, I. T., dkk. “Morfologi Kelenjar Anal Luwak (Paradoxurus
hermaphroditus)”. Jurnal Kajian Veteriner. 6 No. 1 (2018) : h. 1-11.
Maiyah, Ana Triana. 2019. Biologi : Jaringan Hewan. Lampung : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Primadiani, I. V. “Struktur Histologi Otot Femur Kelinci (Lepus sp.) Setelah
Perlakuan Implantasi Material Stainless Steel Aisi 3161 Selama 2,5 Bulan”.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 24 No. 1 (2016) : h. 27-33.
Wangko, S. “Jaringan Otot Rangka : Sistem Membran dan Struktur Halus Unit
Kontraktil”. Jurnal Biomedik. 6 No. 3 (2014) : h. 27-32.
Rumlaklak, Y. Y. “Perubahan Patologi Seluler Kelenjar Adrenal Tikus Hipertensi
dengan Terapi Sel Punca Masenkimal Sumsum Tulang”. Jurnal Veteriner.
19 No. 2 (2018) : h. 215-221.
Siahaan, G. S., dkk. “Gambaran Histopatologik Ginjal Tikus Wistar (Rattus
norvegicus) yang Di Induksi Gentamisin dan Diberikan Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L. Poir)”. Jurnal e-Biomedik. 4 No. 1 (2016) : h. 1-7.
Suwiti, N. K. “Studi Histologi dan Morfometri Daging Sapi Bali dan Wagyu”.
Jurnal Veteriner. 16 No. 3 (2015) : h. 432-438.
Ubruangge, T., dkk. “Gambaran Histologik Otot Jantung Pada Hewan Coba
Postmortem”. Jurnal e-Biomedik. 4 No. 2 (2016) : h. 1-6.
15