Anda di halaman 1dari 21

TINDAK PIDANA MEMPERNIAGAKAN SATWA LIAR YANG

DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN


1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI
DAN EKOSISTEMNYA

(Studi Kasus Terhadap Memperniagakan Burung Rangkong Di


Provinsi Aceh)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh:
DESY RAHMADHANI
Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prodi Ilmu Hukum
Nim: 180106026

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
2021/ 1442 H
TINDAK PIDANA MEMPERNIAGAKAN SATWA LIAR YANG
DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN
1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI
DAN EKOSISTEMNYA
(Studi Kasus Terhadap Memperniagakan Burung Rangkog Di Provinsi
Aceh)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh :
DESY RAHMADHANI
NIM: 180106026
Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum
Program Studi Sarjana Ilmu Hukum

Disetujui untuk diseminarkan Oleh:


Penasasehat Akademik Ketua Laboraturium

Dr. Ali Abubakar, M.Ag. Edi Darmawijaya, S.Ag., M.Ag.


NIP : 197101011996031003 NIP: 197001312997011023
Tanggal: Tanggal:
OUTLINE
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Penjelasan Istilah
F. Metode Penelitian
G. Statistika Pembahasan
BAB II : LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Tindak Pidana
B. Pengertian Konservasi
C. Pengertian Memperniagakan Satwa Liar yang dilindungi
BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Faktor- faktor terjadinya tindak pidana memperniagakan satwa liar


yang dilindungi jenis Burung Rangkong
B. Upaya yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Adalam
menggulangi tindak pidana memperniagakan satwa Burung
Rangkong
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
TINDAK PIDANA MEMPERNIAGAKAN SATWA LIAR YANG
DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN
1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI
DAN EKOSISTEMNYA
(Studi Kasus Terhadap Memperniagakan Burung Rangkong Di
Provinsi Aceh)

PENDAHULUAN
BAB I
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya
alam, hak hayati dan non hayati. Indonesia dianugrahi Tuhan Yang Maha
Esa kekayaan berupa kekayaan alam yang cukup melimpah. Sumber daya
alam hayati dan ekosistem Indonesia yang memiliki kedudukan dan
peranan yang sangat penting dalam kehidupan merupakan anugerah Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga harus lestari, serasi.dan seimbang untuk
kemaslahatan bangsa Indonesia pada khususnya dan kemanusiaan pada
umumnya, sekarang dan di masa yang akan datang. Salah satunya hasil
kekayaan alam yang diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat, dan peningkatan pendekatan asli daerah
adalah pembangunan dan pengembangan perkebunan lebih lanjut lagi.
Perkebunan merupakan penopang bahan baku unggulan dalam
mendukung pembangunan perekonomian Indonesia, baik dari segi
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan maupun
membuka lapangan kerja yang luas.1

1
Supriadi, Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia, PT Sinar
Grafika, Jakarta, halaman 544
Indonesia merupakan Negara yang memiliki tingkat keanekaragaman
kekayaan alam dan hayati serta tingkat keunikan yang sangat tinggi
sehingga menjadi salah satu negara Mega Biodiversity. Predikat Mega
Biodiversity dinilai baik karena Indonesia dinilai dari segi
keanekaragaman genetik, jenis, maupun dalam ekosistemnya sangat
membanggakan, disamping adanya tanggungjawab yang begitu besar
untuk mempertahankan keseimbangan antara fungsi (ekologis) dan
kelestarian manfaar (ekonomis) keanekaragaman hayati.
Kepunahan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi Indonesia.
Kepunahan ini sendiri juga bersumber dari aktivitas manusia yang terus
menerus berburu 4.444 satwa liar dari alam dan mengakibatkan
berkurangnya 4.444 satwa yang dilindungi dan dapat berujung pada
kepunahan satwa tersebut. Kepunahan spesies yang terancam punah ini
dapat dicegah jika kita semua memperhatikan alam yang di dalamnya
terdapat 4.444 populasi hewan dan ekosistem yang dikandungnya, serta
menghindarkan diri kita dari kerusakan lingkungan akibat alam atau ulah
manusia.
Satwa liar merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam ekologi dan
pengelolahan hutan tropis seperti di Indonesia. Namun sayangnya,
sebagian besar industri kehutanan masih menggunakan paradigma untuk
memproduksi kayu.2
Konservasi satwa liar merupakan upaya perlindungan sumber data
alam bagi generasi masa kini dan generasi masa yang akan mendatang.
Pengarustamaan isunya tidak terlepas dari perlindungan ekonomis dan
sistem penyangga kehidupan, perlindungan spesies, dan perlindungan
terhadap ekosistem. Konservasi satwa liar di tingkat jenis menjadi salah

2
Prof. Djuwantoko, Asas-asas pengelolaan satwa liar di indonesia, Gajah Mada
University Press, hal. 1
satu isu besar yang menjadi perhatian berbagai pihak saat ini, dan akan
terus menerus menguat di masa mendatang. Atas tuntutan itu, pemerintah
pada tahun 2015 telah menetapkan 25 jenis spesies priotitas, yang dalam
lima tahun(2015-2019) ditingkatkan populasi sebesar 10% dari populasi
alam. 3
Penetapan kawasan konservasi oleh pemerintah, dalam praktik
penyelenggaraannya, belum semuanya memenuhi fungsi sebagai kawasan
perlindungan satwa liar mengigat banyak problematika menyangkut hak-
hak yang dikehendaki oleh masyarakat, ataupun praktik terjadnya illegal
logging, perambahan, pemburuan, perdagangan satwa dan kebakaran
hutan. Hal inilah yg sebagai ancaman utama bagi kelestarian jenis satwa
liar.4
Berdasarkan UUD No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Alam Hayati
dan Ekosistem bahwasannya para pelaku yang menjual belikan satwa yang
dilindungi akan dijatuhi hukuman, “barangsiapa karena kelalaian
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 21 ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal 33 ayat 3 dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 tahun dan denda paling banyak 50.000.000
rupiah”.5
Burung rangkong memiliki ukuran tubuh yang besar dengan panjang
tubuh kurang lebih 381-1600 mm. Burung rangkong memiliki paruh yang
sangat besar dan kokoh tetapi memiliki berat yang ringan dan disebut
dengan Hornbill yang memiliki warna merah atau kuning, melengkung

3
ibid
4
Prof. Djuwantoko, Asas-asas pengelolaan satwa liar di indonesia, Gajah Mada
University Press, hal. 4
5
Anomim, Undang-undang No. 5 tahun 1990 pada Pasal 21 ayat 1 dan ayat 2 serta
Pasal 33 ayat 3
dan beberapa seperti cula.6 Rangkong telah diburu dan diperdagangkan
sejak abad ke-14. Targetnya saat itu adalah China (sampai sekarang)
sebagai bahan perhiasan para bangsawan Dinasti Ming.
Rangkong ditemukan tersebar di wilayah pulau Sumatera, salah
satunya di kawasan ekosistem Leuser. Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)
adalah bentang alam antara Danau Laut Tawar di Provinsi Aceh dan
Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Meliputi 11 kabupaten yaitu
4.444 Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh
Barat, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Deli Serdang, Langkat, Tanah Karo
dan Dairi. Luas totalnya lebih dari 4.444 atau kurang dari 2,5 juta hektar
(Ha). Daerah ini terletak pada posisi geografis 2.2504.950 Lintang Utara
dan 96.35098.550 Bujur Timur dengan curah hujan rata-rata 2544
mm/tahun dan suhu rata-rata harian 26°C pada siang hari dan 21°C di di
malam hari. Kawasan Ekosistem Leuser terdiri dari Taman Nasional
Gunung Leuser, Suaka Margasatwa, Cagar Alam.
Habitat asli satwa jenis Burung Rangkong dan sejenisnya hampir
menyebar diseluruh Indonesia terutama daerah Aceh, biasanya satwa liar
ditangkap dan diburu yaitu diambil bagian kelapanya, dan bagian
badannya untuk dimakan, paruhnya untuk perhiasan yang diekspor keluar
negeri. Jika ingin memelihara dan melestarikan satwa Burung rangkong
harus ada sertifikatnya dan izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA). Tercatat ada 7 kasus memperniagakan satwa jenis Burung
rangkong di Aceh dan tersebar di beberapa kabupaten di Aceh dalam
kurung waktu tahun 2014 sampai dengan 2021. Salah satunya PN
Kutacane (Putusan PN KUTACANE Nomor 42/Pid.B/LH/2019/PN Ktn.

6
Aida Fithri, Reza Priyandika, Masykur, Dan Feri Suryawan1 Inventarisasi Jenis
Burung Rangkong (Bucerotidae) Di Hutan Krueng Tripa, Kawasan Ekosistem Leuser (Kel),
Kabupaten Gayo Lues ,Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 86-89
Tanggal 20 Mei 2019) Barang bukti 16 (enam belas) Buah paruh
Rangkong Gading)
Pemerintah mengeluarkan undang-undang yang melarang perburuan
hewan dilindungi yang terancam punah. Ini merupakan penguatan dari
larangan berburu satwa langka yang dilindungi undang-undang. Dari
permasalahan di atas, serta berbagai bentuk kegiatan ilegal, terutama bagi
penjahat yang menjual satwa liar atau dilindungi oleh pemerintah. Maka
penulis tertarik bagaimana penegakan hukum terhadap para pelaku
penjualan satwa liar. Maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
penegakan hukum terhadap pelaku penjualan satwa liar tersebut. Maka hal
ini menjadi objek penelitian ini yang berjudul. “TINDAK PIDANA
MEMPERNIAGAKAN SATWA LIAR YANG DILINDUNGI MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI
SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA (Studi Kasus
Terhadap Memperniagakan Burung Rangkong Di Provinsi Aceh)”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apa faktor- faktor terjadinya tindak pidana memperniagakan
satwa liar yang dilindungi jenis Burung Rangkong?
2. Upaya apa yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya
Alam dalam menggulangi tindak pidana memperniagakan
satwa jenis Burung Rangkong?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas dan masalah penelitian tersebut,
maka tujuan dilakukan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui faktor terjadinya tindak pidana
memperniagakan satwa liar yang dilindungi jenis burung
rangkong.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Balai Konservasi
Sumber Daya Alam dalam menggulangi tindak pidana
memperniagakan satwa jenis Burung Rangkong.

D. Kajian Pustaka
Berikut ini ada beberapa penelitian skripsi dan jurnal terdahulu
yang memiliki kesamaan dan keterkaitannya dengan judul yang
memiliki kesamaan dan keterkaitannya dengan judul penelitian
penulis. Adapun penelitian terdahulu yang memiliki kaitannya
dengan penelitian penulis yakni:
Pertama, Skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Terhadap
Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi Di
Yogyakarta” Hasil karya Sulistyo Budi Prabowo Mahasiswa
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negari Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2018. Dalam Skripsi ini menjelaskan
bagaimana pelaksanaan hukum terhadap tindak pidana
perdagangan satwa yang dilindungi di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Apakah penegakan hukum terhadap tindak pidana
perdagangan satwa dilindungi Daerah Istimewa Yogyakarta telah
sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-
undangan.7

7
Sulistyo Budi Prabowo “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi Di Yogyakarta”Skripsi, Medan: Fakultas Syari’ah
dan Hukum Universitas Islam Negari Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2018
Kedua, skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Terhadap
Pelaku Penjualan Satwa Liar Menurut Undang-Undang No.5
Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya Dan Menurut Pandangan Hukum Islam” Hasil
karya Rizki Haryadi Mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2019. Dalam Skripsi
ini menjelaskan bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku
penjualan satwa liar menurut Undang-undang No.5 Tahun 1990
tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekositemnya dan
bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku penjualan satwa liar
menurut hukum Islam.8
Ketiga, skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Terhadap
Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya” Hasil
karya Anita Sekar Mustikaningtyas Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2019. Dalam Skripsi ini
menjelaskan Peran Lembaga konservasi dalam penegakan hukum
terhadap tindak pidana perdangan satwa liat yang dilindungi.9
Keempat, Skripsi yang berjudul “Penanggulangan
Pembunuhan Satwa Langka Yang Dilindungi Oleh BKSDA Aceh
Di Sara Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya Dalam

8
Rizki Haryadi “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Penjualan Satwa Liar
Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Dan Ekosistemnya Dan Menurut Pandangan Hukum Islam”. Skripsi, Jambi: Fakultas
Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi. 2019
9
Anita Sekar Mustikaningtyas “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya” Yogyakarta:
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2019
Pandangan Hukum Islam” Hasil karya Junaidi Mahasiswa
Fakulatas Syari’ah dan Hukum Univeritas Islam Negeri Ar-Raniry,
Banda Aceh, 2018. Dalam skripsi ini menjalaskan Bagaimana
upaya-upaya penanggulangan pembunuhan satwa yang dilindungi
oleh BKSDA Aceh dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
penganggulangan pembunuhan satwa yang dilindungi oleh
BKSDA Aceh.10
Dari beberapa karya ilmiah yang telah dikemukankan oleh
peneliti diatas, maka diperoleh kenyataan bahwa belum ada yang
melakukan penelitian tentang judul yang sama dengan peneliti yaitu
mengenai “Peran Dinas Sosial Dalam Melindungi Anak Di Bawah
Umur Yang Di Eksploitasi Secara Ekonomi” (Ditinjau dari Undang-
Undang No 34 Tahun 2014 perubahan atas Undang-undang No 23
Tahun 2002 tentang perlindungan Anak)”. Penelitian ini
menitikberatkan mengenai bagaimana peran Dinas sosial Kota Banda
Aceh dalam memberi perlindungan terhadap anak yang di eksploitasi
secara ekonomi dan apa faktor yang menyebabkan anak tersebut
dieksploitasi secara ekonomi, kemudian dalam menjalankan tugas dan
fungsinya apakah Dinas Sosial sudah sesuai dengan Undang-Undang
Perlindungan Anak dan Peraturan Gubernur Nomor 111 Tahun 2016,
dan penelitian ini dilakukan di tahun yang berbeda

E. Penjelasan Istilah

10
Junaidi “Penanggulangan Pembunuhan Satwa Langka Yang Dilindungi Oleh
BKSDA Aceh Di Sara Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya Dalam Pandangan
Hukum Islam” Skripsi: Banda Aceh, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Ar-raniry Banda Aceh, 2018.
Untuk menghindari kemungkinan adanya penafsiran yang salah
tentang istilah yang digunakan dalam penelitian diatas maka
penulis perlu untuk memberikan penegasan terlebih dahulu pada
istilsh-istilah yang terdapat pada judul dan pembatasan
masalahnya sebagai berikut:
1. Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang
diatur oleh aturan hukum yang di ancam dengan sanksi pidana.
Kata tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam
hukum pidana Belanda, yaitu strafbaar feit, kadang-kadang
juga menggunakan istilah delict, yang berasal dari bahasa latin
delictum. Hukum pidana negara-negara Angxlo-Saxon
menggunakan istilah offense atau criminal act untuk maksud
yang sama.11
2. Memperniagakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata memperniagakan adalah memperdagangkan. Arti
lainnya dari memperniagakan adalah memperjualbelikan.12
3. Konservasi yaitu perlindungan sumber daya alam dan ekosistem
di permukaan yang bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Menurut Biyers
sebagaimana yang dikutip oleh Maizer Said Mahdi konservasi
merupakan hal positif, menumbuhkan pemeliharaan pengelolaan,
pemanfaatan, pemulihan, dan peningkatan dalam lingkungan yang

11
Nurul Irfan Muhammad. “Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh
Jinayah”, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), 31.
12
KBBI (Kamu Besar Bahasa Indonesia), https://lektur.id/arti-memperniagakan/ di askes
pada tanggal 8 september 2021 pukul 16.58
alami.13 Jadi yang saya maksud konservasi disini adalah suatu
perlindungan terhadap alam dan makluk hidup dan lainnya. atau
suatu yang mendapatkan perlindungan, maka dengan sendiri akan
menjaga kelestariannya.
4. Satwa liar yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya pengertian satwa tercantum di dalam pasal 1 butir 5
yaitu “satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani, baik
yang hidup di darat maupun di air”. Pada pasal satu butir 7
disebutkan juga bahwa pengertian satwa liar adalah “semua
binatang yang hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau di udara
yang masih mempunyai sifat- sifat liar, baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara manusia”14. Dalam penjelasan pasal 1
butir 7 memuat batasan mengenai defenisi satwa liar, bahwa “ikan
dan ternak tidak termasuk dalam pengertian satwa liar, tetapi
termasuk dalam pengertian satwa”
5. Burung Rangkong merupakan hewan vertebrata dari kelas aves
dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu dan merupakan hewan
vertebrata dengan kemampuan terbang bebas di alam15. Alat gerak
ekstremitas anterior burung berupa sayap, dengan sayap tersebut
burung lebih cepat pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Burung yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu burung rangkong
(Buceros rhinoceros) yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya
Pocut Meurah Intan.

13
Maizer Said Mahdi, “Konservasi Ekosistem Dan Keanekaragaman Hayati Hutan
Berbasis Masyarakat,” Kaunia 4, no. 2 (2008): 15–70
14
P.A.F. Lamintang dan Franciscus Theojunior Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di
Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2014), hlm 192.
15
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h.218.
F. Metode penelitian
Adanya prinsip dalam melakukan penulisan suatu karya ilmiah,
data yang objektif dan lengkap disini sangat diperlukan Metode
Penelitan adalah cara melakukan sesuatu dengan melakukan pikiran
secara sesakma untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari,
mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan.16
Adapun metode yang penulis gunakan disini ialah metode yuridis
empiris.
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris,
yang dimana penelitian hukum nantinya bertujuan untuk menemukan
fakta hukum (yang merupakan data skunder) dengan data primer
yang diperoleh di lapangan yaitu hasil penelitian langsung BKSDA
Aceh. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan terhadap
sistem hukum.
2. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan jenis
penelitian yuridis empiris, yaitu mengkaji mengenai ketentuan
hukum yang berlaku, dan melihat kenyataan di masyarakat. Disini
yang harus diteliti adalah data primer yang berada dilapangan17.
Penelitian empiris ini nantinya akan digunakan pada penelitian ini
untuk menemukan kebenaran dari pada tugas dan wewenang
BKSDA Aceh dalam melakukan tindak pidana memperniagakan
satwa liar yang dilindungi menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun

16
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian” (2003; PT. Bumi Aksara,
Jakarta), Hlm. 1
17
Suratman, Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Penerbitan Alfabeta, Bandung: 2015,
hlm. 88.
1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
(studi kasus terhadap memperniagakan burung rangkong di provinsi
Aceh).
3. Sumber Data
Dalam penelitian Yuridis ini sumber data dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Data Primer
Diperoleh langsung melalui data resmi dan hasil wawancara
dengan informan dan penjelasan dari pihak yang mempunyai
kapasitas dari pihak yang sesuai untuk dijadikan narasumber.18
Data yang ditemukan oleh penulis secara langsung dengan cara
melakukan wawancara dilapangan atau dilokasi yang menjadi
objek penelitian yaitu di Balai Konservasi Sumber Daya alam
Provinsi Aceh mengenai hal yang bersangkutan seperti
perundang-undangan yang berkaitan dengan penulisan skripsi
ini, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dalam bentuk dokumentasi berupa
referensi-referensi buku yang berhubungan dengan penegakan
hukum terhadap pelaku satwa liar menurut Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya.
c. Data Tersier

18
Hikmat M. Mahi, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi Dan Sastra,
Graha Ilmu, Yogyakarta: 2014, hlm. 47-48.
Data yang ditemukan melalui ensiklopedia serta kamus-kamus
yang nantinya menjadi pelengkap antara data primer dan
sekunder didalam penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Metode wawancara ialah metode pengumpulan data yang
menggunakan cara tanya jawab sambil langsung bertatap muka
dengan objek penelitian untuk memperoleh keterangan yang
diinginkan.19 Disini yang penulis gunakan ialah wawancara
dengan menggunakan daftar pertanyaan. Adapun teknik
wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
cara berkomunikasi langsung serta berdialog dengan
narasumber dari Balai Konservasi Sumber daya Alam Provinsi
Aceh untuk mendapatkan keterangan penjelasan, pendapat, dan
bukti tentang adanya suatu masalah. Kemudian nantinya hasil
dari wawancara ini bertujuan untuk menemukan data yang
akurat serta jelas tentang informasi yang menjadi fokus
penelitian.
b. Observasi
Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan seorang peneliti melalui pengamatan langsung
terhadap objek penelitian untuk diamati.20 Observasi dilakukan
dengan mengumpulkan data langsung dari objek yang akan
dilakukan penelitian dan tidak hanya terbatasi pada pengamatan saja

19
Suteki, Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori Dan Praktik),
Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2018, hlm. 226.
20
Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, Vol.5, No.9, Januari-Juni 2009,
hlm.7.
melainkan juga pencatatan guna memperoleh data yang jelas
serta konkrit.
2. Analisa Data

Analisa data yang dipergunakan oleh penulis adalah data


primer dan skunder dengan analisis secara kualitatif. Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka pendekatan ini dimulai dari hal-hal
yang umum hingga khusus

G. Sistematika Pembahasan
Penulisan ini dibuat dalam bentuk karya ilmiah dengan
sistematika penjelasan sehingga mudah dalam penulisan proposal
ini, penulis menjabar penulisan karya ilmiah ini dalam 4 bab yang
terdiri dari :
BAB SATU, pada bab ini berisi Pendahuluan, meliputi Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian
Pustaka, Penjelasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika
Pembahasan.
BAB DUA, berisikan mengenai gambaran umum tentang
satwa liar, dimana menjelaskan pengertian tindak pidana dan salwa
liar yang dilindungi

BAB TIGA, disini membahas tentang hasil penelitian dan


paparan yang ingin di bahas tentang Tindak Pidana
Memperniagakan Satwa Liar Yang Dilindungi Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Studi Kasus Terhadap
Memperniagakan Burung Rangkong Di Provinsi Aceh)
BAB EMPAT, yang merupakan Penutup yang berisikan
Kesimpulan dan saran dari sebuah penelitian, dan jawaban dari
masalah dari pembahasan yang di bahas pada skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Djuwanto, 2021, Asas-asas Pengelolaan Satwa Liar Di Indonesia,
Yogyakarta :Gajah Mada University Press.
Mahi Hikmat M, 2014, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
Dan Sastra, 2009 , Yogyakarta: Graha Ilmu
Muhammad, Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam
Perspektif Fiqih Jinayah, Cet. 1, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama.
Narbuko,Cholid dan Abu Achmadi, 2003,“Metodologi Penelitian” (Jakarta:
PT. Bumi Aksara)
P.A.F. Lamintang, 1984, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia: Bandung. PT.
Sinar Baru.
Suratman, Philips Dillah, 2015, Metode Penelitian Hukum, Bandung:
Penerbitan Alfabeta
Supriadi, 2010. Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia,
Jakarta: Sinar Grafika,
Suteki, Galang Taufani, 2018 Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori
Dan Praktik), Jakarta: Rajagrafindo Persada.

B. JURNAL DAN SKRIPSI


Anita Sekar Mustikaningtyas, 2019 “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya”
Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Fithri, Aida, Reza Priyandika, Masykur, Dan Feri Suryawan, 2018,
Inventarisasi Jenis Burung Rangkong (Bucerotidae) Di Hutan Krueng
Tripa, Kawasan Ekosistem Leuser (Kel), Kabupaten Gayo Lues ,Jurnal
Bioleuser Vol. 2, No. 3
Junaidi, 2018. “Penanggulangan Pembunuhan Satwa Langka Yang
Dilindungi Oleh BKSDA Aceh Di Sara Kecamatan Sampoinet
Kabupaten Aceh Jaya Dalam Pandangan Hukum Islam” Skripsi:
Banda Aceh, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Ar-raniry Banda Aceh.
Pupu Saeful Rahmat, 2009 “Penelitian Kualitatif”, Equilibrium, Vol.5, No.9
Rizki Haryadi, 2019 “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Penjualan Satwa
Liar Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya Dan Menurut
Pandangan Hukum Islam”. Skripsi, Jambi: Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin.
Said Nahdi Maizer. 2008, Konservasi Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Hutan Berbasis Masyarakat. Jurnal Kaunia, Vol, 4,No. 2.
Sulistyo Budi Prabowo, 2018 “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi Di Yogyakarta”Skripsi,
Medan: Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negari Sunan
Kalijaga

C. UNDANG-UNDANG
Undang-undang No. 5 tahun 1990 pada Pasal 21 ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal
33 ayat 3 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya
D. WEBSITE
KBBI (Kamu Besar Bahasa Indonesia), https://lektur.id/arti
memperniagakan/ di askes pada tanggal 8 september 2021 pukul
16.58

Anda mungkin juga menyukai