A. Judul penelitian :
Hayati tetap lestari dan terlindungi ekosistemnya.1 Konservasi sumber daya alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan alam
1
Departemen Kehutanan, Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Gajah Sumatera dan
Kalimantan, Jakarta, 2007, hlm. 2.
2
karena hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama.2 Sumber daya alam
hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam
nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan
negara yang sangat kaya dengan keanekaragaman sumber daya Hayati dan
wilayah yang luas dan ekosistemnya dengan begitu wilayah Indonesia memiliki
berbagai satwa khas atau endemik yang hanya terdapat di Indonesia saja. Pada
kenyataanya saja kira-kira 10% dari semua makhluk yang hidup dan menghuni
lemahnya penegakan hukum tentang konvervasi sumber daya alam hayati juga
satwa karena nilai ekonomisnya maupun karena tindakan lain seperti membunuh
satwa untuk menjaga kebun agar terlindungi dari satwa liar. Perbuatan tersebut
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat (1)
3
Saifullah, Hukum Lingkungan Paradigma Kebijakan Kriminal di Bidang Konservasi
Keanekaragaman Hayati, UIN Malang Press, Malang, 2007, hlm. 35.
3
terhadap pelaku penganiayaan ringan terhadap hewan. Yaitu dalam pasal 302
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan
ringan terhadap hewan:
1. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan
sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatanya;
2. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan segaja tidak memberi
makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan, yang selueuhnya atau
sebagian menjadi kepunyaanya dan ada dibawah pengawasannya, atau
kepada hewan yang wajib dipeliharanya.
3. Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat atau
menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan
pidana paling lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak tiga
ratus rupiah, karena penganiayaan hewan
pengertian yang spesifik dari pada hewan artinya tidak semua satwa atau hewan
terhadap satwa liar tersebut termuat dalam Pasal 1 butir 7 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya yaitu:
‘’Ikan dan ternak tidak termasuk dalam pengertian satwa liar tetapi termasuk
dalam satwa’’
4
Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 302 Ayat (1)
4
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, sudah secara jelas dan tegas diatur
mengenai sanksi pidana bagi para pelaku yang diangap megancam kelestarian
No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
yang sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat 1 dan ayat 2, yaitu melakukan
kegiatan terhadap tumbuhan dan satwa yang dilindungi, serta Pasal 33 ayat 3
yaitu, melakukan kegiatan yang tidak sesuai fungsi zona lain dari taman Nasional,
taman hutan raya, dan taman wisata alam, dipidana dengan pidana penjara paling
lama lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).5
Habitat dan kepunahan beberapa jenis satwa liar yang dilindungi selama
ini banyak yang telah dirusak ataupun sengaja dirusak oleh berbagai ulah
langkah nyata untuk melindungi satwa liar tersebut harus segera dilakukan, sebab
tidak tertutup kemungkinan spesies-spesies yang telah punah atau hampir punah
tersebut memiliki peran penting bagi menjaga keutuhan ekosistem hutan nasional.
Kondisi serupa tidak jauh berbeda dengan keadaan satwa liar yang berada di
satwa liar di kawasan tersebut membuat habitat satwa liar disana semakin
5
Muhammad Taufik Makaro, Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Indeks, Jakarta, 2011,
hlm. 35.
5
maximus sumatratus).
dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu gajah Asia dan gajah Afrika. Gajah
sumatera merupakan satwa langka yang dilindungi oleh hukum negara Indonesia.
Oleh karena itu menangkap gajah secara ilegal dihabitat aslinya, memelihara
sampai Provinsi Aceh, mulai dari hutan basah berlembah dan hutan payau didekat
hidup gajah sumatera makin terancam karena tingginya tekanan dan gangguan
aslinya.8
habitat gajah Sumatera. Tetapi dalam kondisi hutan yang berdekatan dengan
manusia selalu menimbulkan konflik diantara kedua belak pihak sehingga gajah
terancam punahnya satwa liar atau satwa langka di kabupaten Aceh Timur yang
7
Abdullah, Karakteristik Habitat Gajah Sumatera Pada Habitat Terganggu di Ekosistem
Hutan Selawah, Jurnal Edubio Tropika, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013, hlm. 57
8
R. F Altevogt dan Kurt, Pemilihan Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus
sumatratus),Universitas Syiah Kuala, 1990, hlm.1
6
disebut sebagai hewan lindung. Kondisi ini diperburuk dengan masih lemahnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian satwa liar atau satwa langka
dan habitatnya.
segenap satwa sebagai flora dan fauna untuk memiliki hak hidup yang bisa
masyarakat di kawasan hutan Kabupaten Aceh Timur akan memicu konflik antara
Saputra dari satuan reserse kriminal Polres Aceh Timur menyatakan bahwa pada
tahun 2014 terjadi pembunuhan terhadap gajah sumatra betina (Elephas maximus
tersebut dibunuh oleh empat orang pelaku yang berkerja di PT. Bumi Flora.
Aceh Timur yang dilihat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dimana dalam hal ini
9
Abdullah, dkk., Karakteristik Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
di Kawasan Ekosistem Seulawah Kabupaten Aceh Besar, Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi,
Universitas Syiah Kuala, Vol IV, No. 1, Juni 2012, hlm. 4.
10
Yesika Liuw, Perlindungan Hukum Terhadap Hewan Lindung Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990, Jurnal Lex Crimen, Vol. IV, No. 3, Mei 2015, hlm. 26.
7
tersebut.
penganiayaan tersebut serta kita sebagai masyarakat, dalam hal ini ikut serta
melindungi dan menjaga lingkungan kita baik itu tumbuhan maupun satwa, agar
buruk bagi kita sebagai manusia yang sama-sama hidup di bumi ini.
Kabupaten Aceh Timur dengan begitu perlu adanya kajian secara ilmiah dalam
sebuah karya ilmiah untuk penyelesaian tugas akhir perkuliahan ilmu hukum pada
D. Rumusan Masalah
Aceh Timur?
hukum terhadap satwa liar. Adapun daerah penelitian yang dipilih adalah
Adapun manfaat yang diharapkan penyusun dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
G. Kajian Pustaka
1. Pengertian Pidana
Istilah pidana sering diartikan sama dengan istilah hukuman yang berasal
dari kata straf, istilah ini merupakan istilah umum dan konvensional, yang dapat
mempunyai arti luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan
9
bidang hukum yang cukup luas, meskipun berbagai literatur kedua istilah tersebut
dapat dibedakan.11 Hukuman adalah suatu pengertian umum, sebagai suatu sanksi
Pidana itu sendiri merupakan suatu pengertian khusus yang berkaitan dengan
hukum pidana.12
pidana juga digunakan untuk menyerukan tata tertib, pidana pada hakikatnya
mempunyai dua tujuan utama yakni memengaruhi tingkah laku dan untuk
memberikan penderitaan kepada pelanggar atau membuat jera, tapi disisi lain juga
sebagaimana layaknya.
11
Hamzah Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta,
1993, hlm. 1.
12
Ibid, hlm. 2.
13
Dwidja Priyanto, Sistem Plaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2006, hlm. 7.
14
Niniek supriani, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar
Grafika, Jakarta, 1993, hlm. 12.
10
pidana yang diancamkan, hal ini ditemukan dalam KUHP sebagai induk dari
2. Pengertian Pemidanaan
seseorang yang telah melakukan suatu tindak pidana, wujud dari penderitaan yang
dapat dijatuhkan oleh Negara, cara menjatuhkan dan bagaimana cara menjalankan
tanpa ada akibat yang pasti terhadap akibatnya tersebut. Pemidanaan terhadap
bermanfaat.17
Istilah delik atau het straafbaarfeit dalam ilmu hukum mempunyai banyak
atau tafsiran tersebut ada yang berbentuk delik sebagai perbuatan yang dapat atau
15
Ibid. hlm. 20.
16
Ibid. hlm. 2.
17
Adami Chawazi, Pelajaran Hukum Pidana I, Rajawali Press, Jakarta, 2002, hlm. 156.
18
Sianturi SR, Azaz-Azaz Hukum Pidana, Storia Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 60.
11
yang ada serta untuk menunjukan tindakan hukum apa saja yang terkandung
didalamnya.19
Tindak pidana atau delik menurut wujud dan sifatnya adalah perbuatan
dianggap baik dan adil. Perbuatan yang anti sosial dapat juga dikatakan sebagai
suatu tindak pidana. Beberapa pendapat lainnya yang dikemukakan oleh para
sarjana mengenai istilah straafbaar feit anatara lain Moeljatno yang memakai
dan beliau mendefinisikanya sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
a. Perbuatan
b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)
c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar)
Menurut R.Tresna straafbaar feit atau perbuatan pidana adalah suatu
memenuhi syarat telah terjadinya suatu perbuatan atau peristiwa pidana tersebut
adalah:20
19
Ibid. hlm. 204.
20
Chazawi Adami, Pelajaran Hukum Pidana I, Rajawali Press, Jakarta, 2002, Hlm. 73.
12
kepatuhan hukum atau ketaatan hukum oleh masyarakat yang merupakatan objek
tersebut. Masalah kepatuhan hukum atau ketaatan hukum merupakan suatu unsur
dari persoalan yang lebih luas yaitu kesadaran hukum. Sikap hukum diartikan
terhadap hukum sebagai suatu yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum
itu ditaati. Suatu sikap hukum akan melibatkan pilihan masyarakat terhadap
hukum yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam dirinya, sehingga
dengan selarasnya bentuk kepatuhan hukum dalam suatu sikap hukum yang
dilain pihak21. Akan tetapi pada kenyataanya perlindungan hukum tidak hanya
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik secara langsung atau tidak
adanya suatu ketertiban sosial yang hanya dapat terwujud dengan terselengaranya
Korelasi antara penerapan hukum (criminal policy) dengan kebijakan sosial dan
penerapan sanksi-sanksi hukum yang adil melalui suatu proses penegakan hukum
21
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53.
22
Nandang Kusnadi, Analisis Penerapan Teori Perlindungan Hukum Dalam Sengketa
Tata Usaha Negara, Jurnal Lex Cerimen, Vol. IV, Nomor 3, Mei 2015, hlm. 4.
23
Siswanto Sunarso, Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia, Citra Aditya, Bandung,
2005, hlm. 30.
14
pengertian yang berkaitan dengan asas dan metode, fungsi dan kebijakan/politik
a. Dalam arti sempit yaitu keseluruan asas dan metode yang menjadi dasar
dari reaksi terhadap pelanggaran hukum berupa pidana.
b. Dalam arti luas ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum,
termasuk didalamnya cara dari pengadilan dan polisi.
c. Dalam arti yang paling luas yaitu keseluruhan kebijakan yang dilakukan
melalui perundang-undangan dan badan resmi yang bertujuan untuk
menegakan norma-norma sentral dari masyarakat.
Hukum pidana itu sendiri memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai yaitu
perundang-undangan pidana yang baik. Dengan kata lain merupakan suatu bentuk
politik hukum pidana. Sudarto juga mengemukakan bahwa politik hukum pidana
adalah suatu cara bagaimana mengusahakan atau membuat dan merumuskan suatu
perundang-undangan pidana yang baik, dengan kata lain merupakan suatu bentuk
diistilahkan dengan berbagai kata yaitu hewan, binatang maupun fauna ataupun
makhluk hidup lainnya selain manusia yang dapat bergerak dan berkembang biak.
24
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya, Bandung,
1996, hlm. 1.
25
Ibid. hlm. 6.
15
tentang Konservasi Daya Alam dan Ekosistemnya seperti yang tercantum dalam
pasal 1 butir 5 yaitu: ‘’Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani, baik
Pengertian satwa liar antara lain dirangkum dalam pasal 1 butir 7 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya
sebagai berikut: ‘’Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau
di air/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas
termuat dalam penjelasan pasal 1 butir 7 yaitu sebagai berikut: ‘’ Ikan dan ternak
tidak termasuk dalam pengertian satwa liar tetapi termasuk dalam pengertian
satwa’’ .
H. Metode Penelitian
26
Undang-Undang 1990 Tahun 1990 tentang Konservasi Daya Alam dan Ekosistemnya.
27
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Hutan, Erlangga, Jakarta, 1995, hlm. 49.
16
disiplin ilmu dan ilmu hukum sebagai salah satu tridarma perguruan tinggi.
ilmiah, yang objektif, metodik, dan sistematis.28 Sebuah tulisan baru dapat
1. Jenis Penelitian
tipologi dibagi menjadi dua jenis.30 Metode kualitatif adalah suatu cara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh
reponden secara tertulis atau lisan dan juga prilakunya yang nyata, diteliti dan
1. Pendekatan Penelitian
28
Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,
Mandar Maju , Bandung, 1995, hlm. 8.
29
Slamet Soenoso, Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Gramedia, Jakarta, 1986, hlm. 8.
30
Jamaludin, Buku Panduan Akademik, Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh,
Lhokseumawe, 2015, hlm. 106.
31
Soejono Soekanto, Penghantar Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1986, hlm.
250.
32
Sejono Soekanto, Pengantar Ilmu Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, hlm. 97.
17
2. Sifat Penelitian
3. Lokasi Penelitian.
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.
Populasi dapat berupa himpunan orang, benda, kejadian, kasus-kasus, waktu, atau
tempat dengan sifat dan ciri yang sama.34 Sampel yaitu populasi yang dianggap
akan diteliti yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan populasi, sampel yang
d. Responden
33
Ronny Hanitijo, Metode Penelitian dan Jumatri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm.
97-98.
34
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm
118.
18
e. Informan
3) WALHI Aceh
4) BKSDA Aceh
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data utama yang digunakan dalam penulisan ini. Data
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penulisan kedua setelah data primer, data ini
didapatkan secara tidak langsung, artinya data ini didapatkan tidak melalui
wawancara dan observasi. Data sekunder ini didapatkan melalui media perantara
peraturan perundang-undangan.
c. Analisi Data
Bahan analisis diperoleh baik secara tertulis maupun lisan dari wawancara
dengan responden dan informasi lainya, kemudian dipelajari dan diteliti sebagai
7. Sistematika Penulisan
maka dibuatlah sistematika penulisan. Adapun penelitian ini terdiri 5 Bab, yang
Bab III merupakan metode penelitian, antara lain jenis, pendekatan, sifat,
lokasi, populasi dan sampel penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
Aceh Timur.
saran untuk perlindungan hukum terhadap satwa liar di Kabupaten Aceh Timur.
21
8. Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
------------------------, 1986, Penghantar Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Adami, Chawazi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana I, Rajawali Press, Jakarta.
Hadikusuma, Hilman, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu
Hukum, Mandar Maju , Bandung.
Hamzah, Andi, 1993, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Hanitijo, Ronny,1994, Metode Penelitian dan Jumatri, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Jamaludin, Buku Panduan Akademik, Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh,
Lhokseumawe, 2015, hlm. 106.
Makaro, Muhammad Taufik, 2011, Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Indeks,
Jakarta.
22
Marpaung, Leden, Tindak Pidana Terhadap Hutan, Erlangga, Jakarta, 1995, hlm.
49.
Nawawi, Barda, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya,
Bandung.
Nursahid, Rosek, (Tanpa Tahun), Perdangangan Satwa Liar itu Kejam dan
Kriminal, Profauna, Jakarta.
Priyanto, Dwidja, 2006, Sistem Plaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika
Aditama, Bandung.
Raharjo, Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Saifullah, 2007, Hukum Lingkungan Paradigma Kebijakan Kriminal di Bidang
Konservasi Keanekaragaman Hayati, UIN Malang Press, Malang.
Soekanto, Soejono, 1984, Pengantar Ilmu Hukum, UI Press, Jakarta.
Soenoso, Slamet, 1986, Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Gramedia, Jakarta.
SR, Sianturi, 2002, Azaz-Azaz Hukum Pidana, Storia Grafika, Jakarta.
Suhartono, Tony, 2003, Pelaksanaan Konvensi, CITES, Jakarta.
Sunarso, Siswanto, 2005, Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia, Citra Aditya,
Bandung.
Supriani, Niniek, 1993, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan
Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta.
D. Akses Internet
Berita Satu.com, Walhi Gajah di Aceh Terancam Punah,
http//m.beritasatu.com/nusantara/208621-wahli-gajah-di-aceh-terancam-
punah.html, Akses Tanggal 18 Oktober 2016.