Anda di halaman 1dari 7

LEGAL OPINION

MEMELIHARA SATWA LIAR YANG DILINDUNGI TANPA IZIN

Disusun Oleh :

1. Rio Bayu Utomo_312020044


2. Nikolaus Valentino_312020242
3. Claudia Clara S. K_312022153
4. Ghani_312021020
5. Doni Catur Prakoso_312020116

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

NOVEMBER 2023
RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang dianugerahi oleh Tuhan dengan pemberian kekayaan
alam yang melimpah. Dengan adanya kekayaan alam yang melimpah, tentunya wajib
dilestarikan, dilindungi, dijaga, dan dipelihara secara optimal bagi kesejahteraan hidup
masyarakat dan mutu kehidupan bangsa Indonesia pada umumnya agar keseimbangan ekosistem
terjaga dengan baik. Permasalahan satwa liar salah satu keanekaragaman hayati yang terancam
oleh manusia, satwa liar tersebut diambil secara bebas dengan tujuan untuk diperdagangkan atau
dipelihara untuk memenuhi kesenangan dan hobinya. Pemeliharaan satwa liar yang dilindungi
dan yang tidak dilindungin tanpa izin banyak terjadi di Indonesia, seperti pada kasus Putusan
Nomor 868/Pid.Sus/LH/2021/PN Dps. Terdakwaa dalam kasus tersebut terbukti memelihara
satwa langka tanpa izin yang dilindungi berupa seekor burung jalak bali dan seekor burung elang
bondol.

Untuk melindungi satwa liar, Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar. Aturan
tersebut menjelaskan bahwa pemeliharaan satwa dan tumbuhan liar untuk keperluan kesenangan
bisa dilakukan terhadap jenis (satwa dan tumbuhan) yang tidak dilindungi. Kemudian, kegiatan
pengembangbiakan satwa liar (baik dilindungi maupun tidak dilindungi) diatur dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar.

Pemerintah mempunyai peran penting untuk melestarikan satwa liar. Pemerintah dapat
bekerja sama dengan masyarakat untuk membuat undang-undang yang dirancang untuk
melindungi hewan dari eksploitasi. Perdagangan ilegal satwa liar terjadi dengan berbagai macam
faktor. Penyebab terjadinya perdagangan ilegal satwa liar seperti faktor ekonomi, lingkungan,
satwa sebagai hiburan, bahan narkoba dan konversi hutan menjadi perkebunan sawit.
Perdagangan ilegal satwa liar memiliki kendala serta hambatan dalam penegakannya oleh
pemerintah. Kesenjangan dan tantangan utama penegakan hukum dalam perdagangan ilegal
satwa liar meliputi cakupan hukum, deteksi dan pelaporan, penangkapan dan penahanan
pelaku,pendaftaran kasus dan tuntutan yang diberikan kepada pelaku serts implementasi dan
penegakan undang-undang nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis tumbuhan dan Satwa.
RUMUSAN FAKTA HUKUM

Indonesia merupakan negara yang dianugerahi oleh Tuhan dengan pemberian kekayaan
alam yang melimpah. Dengan adanya kekayaan alam yang melimpah, tentunya wajib
dilestarikan, dilindungi, dijaga, dan dipelihara secara optimal bagi kesejahteraan hidup
masyarakat dan mutu kehidupan bangsa Indonesia pada umumnya agar keseimbangan ekosistem
terjaga dengan baik. Sumber daya alam dan ekosistemnya pada dasarnya saling mempengaruhi
satu sama lain, sehingga bila terjadi perusakan dan kepunahan akan berpengaruh terhadap
rusaknya ekosistem tersebut. Untuk memastikan agar sumber daya alam dapat terjaga dan dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya maka diperlukan upaya perlindungan.

Namun dengan adanya kebutuhan pokok dan sifat kerakusan yang meningkat, kelestarian
sumber daya alam yang ada semakin terancam tak terkecuali satwa liar. Permasalahan satwa liar
salah satu keanekaragaman hayati yang terancam oleh manusia, satwa liar tersebut diambil
secara bebas dengan tujuan untuk diperdagangkan atau dipelihara untuk memenuhi kesenangan
dan hobinya. Satwa liar ini diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, dalam peraturan tersebut
dikemukakan mengenai larangan yang bersangkutan dengan satwa yang dilindungi yaitu :
memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang
dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya
dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

Pemeliharaan satwa liar yang dilindungi dan yang tidak dilindungin tanpa izin banyak
terjadi di Indonesia, seperti pada kasus Putusan Nomor 868/Pid.Sus/LH/2021/PN Dps.
Terdakwaa dalam kasus tersebut terbukti memelihara satwa langka tanpa izin yang dilindungi
berupa seekor burung jalak bali dan seekor burung elang bondol.

ISU HUKUM

1. Apakah memelihara satwa liar harus memiliki izin?

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memelihara satwa liar wajib
memenuhi berbagai macam persyaratan yaitu melengkapi surat-surat perizinan khusus mengenai
penangkaran satwa liar di Indonesia. dan yang terpenting calon pemilik satwa liar wajib
mendapatkan izin khusus dari penangkaran satwa melengkapi surat-surat perizinan khusus
mengenai penangkaran satwa liar di Indonesia.

Tentu saja izin dalam memelihara satwa liar tidak dibuat tanpa alasan, Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penjelasan, memelihara satwa liar yang
dilindungi tanpa izin bisa membahayakan keselamatan dan kesehatan pemiliknya. Satwa liar
pada dasarnya tetap memiliki sifat buas terhadap manusia dalam situasi tertentu meski telah
dirawat dan hidup dalam jangka waktu yang lama dengan manusia Satwa liar juga bisa menjadi
media penyebaran penyakit yang berbahaya bagi manusia. Selain itu manusia juga bisa
menularkan penyakit yang berbahaya bagi satwa tersebut.

Dalam hal memelihara satwa liar, sangat diperlukan untuk memiliki izin. Supaya tidak
terjadi penyimpangan hukum dan terjadi kendala, maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh
calon pemelihara satwa liar setidaknya adalah melengkapi surat-surat izin khusus penangkaran
satwa liar. Dari Putusan Pengadilan yang diambil yaitu Putusan Nomor 868/Pid. Sus/2021/Pn
Dps, dapat dilihat dari rumusan kasus yang menyatakan terdakwa bernama I Wayan Sukasna
terbukti secara sah melakukan tindak pidana pemeliharaan satwa liar yaitu memelihara dua jenis
ekor burung yang dilindungi yaitu burung jalak bali dan burung elang gondol. Jika dilihat dari
latar belakangnya, terdakwa memperoleh kedua satwa liar itu di waktu yang berbeda, seperti
burung elang gondol didapat sekitar 5 tahun yang lalu sedangkan burung jalak bali didapatnya
dengan cara membeli di pasar burung Satria seharga Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) pada
15 tahun yang lalu. Setelah seorang saksi bernama Sang Ketut Lasia mendapat informasi bahwa
ada seorang yang memelihara jenis satwa liar yang dilindungi, bersama dengan tim BKSDA Bali
dan Ditreskrimsus Polda Bali segera melakukan pengecekan di rumah terdakwa dan dari hasil
pengecekannya, terdakwa terbukti tidak memiliki atau menunjukkan kelengkapan surat izin bagi
satwa yang dilindungi, sehingga terdakwa langsung dibawa ke kantor polisi untuk dimintai
pertanggung jawaban dari tindakannya tersebut. Terdakwa dalam kasus tersebut tidak dapat
memnunjukkan surat izin yang seharusnya dimiliki, karena terdakwa terbukti secara sah
memelihara satwa liar yang dilindungi.

Untuk melindungi satwa liar, Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar. Aturan
tersebut menjelaskan bahwa pemeliharaan satwa dan tumbuhan liar untuk keperluan kesenangan
bisa dilakukan terhadap jenis (satwa dan tumbuhan) yang tidak dilindungi. Kemudian, kegiatan
pengembangbiakan satwa liar (baik dilindungi maupun tidak dilindungi) diatur dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar.

Pada intinya, izin dalam memelihara satwa liar baik yang dilindungi maupun tidak
dilindungi tetap wajib mendapatkan izin dari Pemerintah, karena memelihara satwa liar bukan
hal yang mudah bagi manusia, satwa yang hidup secara liar di hutan tentu saat dipelihara oleh
manusia tentu satwa tersebut terganggu siklus hidupnya, tidak dipungkiri juga banyak satwa liar
yang meninggal setelah dipelihara secara ilegal oleh manusia. Kemudian memelihara satwa liar
secara tidak konsisten dalam menjaga kebersihannya juga bisa mengakibatkan penyakit bagi
manusia maupun bagi satwa liar tersebut. Dalam hal pemberian makanan untuk satwa liar juga
bukan hal yang mudah, memelihara macan contohnya butuh 8 kg daging segar per hari agar
kesehatannya terlindungi dan dapat hidup lama, tentu manusia yang memeliharanya juga harus
kuat secara financial agar jangan sampai satwa tersebut terlantar kemudian meninggal.

Disitulah peran penting pemberian izin dalam pemeliharaan satwa liar baik yang
dilindungi maupun tidak dilindungi. Yaitu untuk menjamin keberlangsungan hidup satwa
tersebut dalam kondisi yang sehat serta berada dalam lingkungan yang bersih serta aman, serta
melindungi pemelihara satwa tersebut dari penyakit yang mungkin ditularkan oleh satwa liar.

2. Mengapa konservasi Satwa Liar Penting?

Konservasi satwa liar menawarkan banyak manfaat bagi manusia dan spesies hewan.
Dengan melestarikan habitat, hewan dapat hidup di lingkungan alaminya, tetap liar dan
berkembang. Hal ini memastikan bahwa spesies-spesies yang memainkan peran penting dalam
ekosistem dapat terus melakukan hal tersebut. Melestarikan habitat ini juga membantu
melindungi keanekaragaman hayati di planet ini dan bahkan dapat mengingatkan jumlah oksigen
di udara dan menyaring polutan udara.

Dampak aktivitas manusia seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, dampak kita
terhadap lingkungan dan satwa liar menjadi semakin signifikan. Pengembangan lahan untuk
perumahan dan industri, polusi udara dan air, serta pemanenan sumber daya alam yang
berlebihan telah berdampak buruk pada banyak spesies satwa liar. Perusakan atau modifikasi
habitat seperti hutan, lahan basah, dan padang rumput merupakan salah satu dampak paling
merusak dari aktivitas manusia. Hal ini telah menyebabkan perpindahan secara luas, dimana
spesies tidak dapat bertahan hidup di lingkungan barunya atau kehilangan akses terhadap sumber
daya penting. Selain itu, aktivitas manusia seperti perburuan, perburuan liar, dan penebangan liar
dapat menyebabkan penderitaan dan bahaya besar bagi banyak spesies. Hal ini terutama berlaku
untuk hewan yang sangat dicari oleh pemburu atau pemburu gelap atau dirusak dengan cara lain
oleh manusia seperti melalui bahan kimia atau perubahan habitat. Semua kegiatan ini telah
memberikan kontribusi besar terhadap penurunan populasi banyak spesies di seluruh dunia.

Pemerintah mempunyai peran penting untuk melestarikan satwa liar. Pemerintah dapat
bekerja sama dengan masyarakat untuk membuat undang-undang yang dirancang untuk
melindungi hewan dari eksploitasi. Undang-undang ini dapat mencakup pembatasan perburuan
dan penebangan, perlindungan habitat dari pembangunan, pendanaan tambahan untuk program
konservasi, penetapan kawasan konservasi, dan penerapan hukuman yang lebih ketat untuk
perburuan atau perdagangan hewan ilegal. Selain itu, pemerintah dapat bekerja sama dengan
organisasi internasional untuk memastikan upaya konservasi terkoordinasi secara global.

Perdagangan ilegal satwa liar terjadi dengan berbagai macam faktor. Penyebab terjadinya
perdagangan ilegal satwa liar seperti faktor ekonomi, lingkungan, satwa sebagai hiburan, bahan
narkoba dan konversi hutan menjadi perkebunan sawit. Perdagangan ilegal satwa liar memiliki
kendala serta hambatan dalam penegakannya oleh pemerintah. Kesenjangan dan tantangan
utama penegakan hukum dalam perdagangan ilegal satwa liar meliputi cakupan hukum, deteksi
dan pelaporan, penangkapan dan penahanan pelaku,pendaftaran kasus dan tuntutan yang
diberikan kepada pelaku serts implementasi dan penegakan undang-undang nomor 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan jenis tumbuhan dan Satwa.

KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman fauna. Namun dibalik
keanekaragaman fauna, Indonesia mengalami ancaman kepunahan fauna. Salah satu faktor yang
melatarbelakangi peristiwa tersebut yakni memelihara satwa liar tanpa izin. Hal tersebut diatur
dalam Pasal 40 ayat (2) Jo. Pasal 21 ayat (2) huruf UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Adanya pengaturan tersebut dapat meminimalisir
kepunahan satwa liar. Izin dalam memelihara satwa liar baik yang dilindungi maupun tidak
dilindungi tetap wajib mendapatkan izin dari pemerintah, untuk menjamin keberlangsungan
hidup satwa tersebut dalam kondisi yang sehat serta berada dalam lingkungan yang bersih serta
aman, serta melindungi pemelihara satwa tersebut dari penyakit yang mungkin ditularkan oleh
satwa liar.

Anda mungkin juga menyukai