Anda di halaman 1dari 12

KEANEKARAGAMAN JENIS SATWA LIAR YANG

DIPERDAGANGKAN DI SULAWESI UTARA*)

PUTRI SIANIPAR/16031107011**)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki hutan tropis yang terluas di dunia, kekayaan sumberdaya


hutan, serta keanekaragaman hayati yang beragam, dapat dimanfaatkan secara
langsung maupun tidak langsung Forest Watch Indonesia (2001).

Pulau Sulawesi merupakan salah satu Subkawasan Wallacea yang memiliki


peran penting dalam mempertahankan keragaman hayati. Sebagai bagian dari
Kawasan Wallacea, Sulawesi memiliki kekayaan hayati yang tinggi dan beberapa
di antaranya bersifat endemik. Beberapa contoh satwa endemik Sulawesi ialah
monyet Sulawesi (Genus Macaca), babirusa (Babyrousa babyrussa), anoa dataran
tinggi (Bubalus quarlesi), anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), musang
Sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii), kuskus beruang (Ailurops ursinus),
kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis), tangkasi (Tarsius spectrum), tangkasi
Sangir (Tarsius sangiriensis), burung maleo (Macrocephalon maleo), dan burung
rangkong (Rhyticeros cassidix) (Kinnaird, 1997; Lee et al., 2001).

*Makalah ini dibawakan dalam Forum Seminar 1 Jurusan Pertanian Fakultas Pertanian UNSRAT pada
tanggal Oktober 2019
**Mahasiswa Budidaya Pertanian Program Studi Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian UNSRAT, dengan
Pembimbing Wawan Nurmawan, S.Hut, MSi

1
Ukuran pulau yang besar dan lamanya isolasi menyebabkan evolusi dari
banyak jenis yang unik dari 127 jenis mamalia Sulawesi, 79 (62%) di antaranya
merupakan jenis endemik. Sulawesi merupakan salah satu dari Daerah Burung
Endemik yang paling penting di Indonesia: dari 235 jenis burung darat, 84 jenis
(36%) diantaranya adalah endemik; dan dar 104 jenis reptilian, 29 (28%)
diantaranya adalah endemik Sulawesi Sumarto (2010).

Walaupun demikian kenyataan menunjukkan bahwa tingkat


keterancaman keanekaragaman hayati di Sulawesi termasuk tinggi. Faktor
penyebab utama adalah perusakan habitat dan perburuan untuk konsumsi. Faktor
terakhir ini merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap merosotnya
populasi satwa liar di Sulawesi Utara (BKSDA, 2002; Lee et al. 2001).

Menyediakan daging satwa liar dalam berbagai pesta adat oleh sebagian
masyarakat Sulawesi Utara sudah menjadi budaya, untuk memenuhi kebutuhan
akan daging satwa liar ini, sebelum pelaksanaan pesta adat masyarakat melakukan
perburuan atau cukup membeli di pasar-pasar tradisional Saroyo (2011).

Salah satu yang menjadi tempat penjualan dan pembelian satwa liar
adalah pasar tradisional. Pasar juga menjadi tempat pertama masyarakat membeli
satwa liar, bahkan di Sulawesi utara ada beberapa pasar yang menjadi tempat
perdagangan satwa liar.Sahiu (2016).

Menurut survey Sahiu (2016), Masyarakat kota Tomohon kebanyakan


berdarah minahasa, oleh sebab itu bagian dari satwa masih banyak dimanfaatkan.
Pasar beriman tomohon adalah menjadi tujuan utama warga masyarakat dalam
berbelanja dapur sekaligus daging.

Sementara itu di Kota Bitung menurut Saroyo (2011) mengalami dua


permasalahan mengenai keanekaragaman hayati yang dimiliki kota ini yaitu :
perburuan untuk dikonsumsi dan perusakan habitat. Permasalahan pertama
dianggap sebagai penyebab utama penurunan populasi satwa liar, terutama monyet
hitam sulawesi dan musnahnya secara lokal babirusa.

Berdasarkan uraian diatas data mengenai perdagangan satwa liar di Sulawesi


Utara masih tersebar dibeberapa sumber penelitian atau jurnal. Tulisan ini untuk

2
mengumpulkan data tersebut sehingga terkumpul data mengenai jenis satwa liar
yang dieperdagangkan di Sulawesi Utara.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan untuk mengetahui jenis satwa liar yang di


perdagangkan di Sulawesi Utara

1.3 Manfaat Penulisan

Tulisan ini bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi dan


gambaran tentang kondisi satwa liar yang diperdagangkan di Sulawesi Utara

3
BAB II

PERDAGANGAN SATWA LIAR

2.1 Pengertian Satwa Liar

Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam


yang luar biasa. Salah satunya adalah sumber daya alam hewani baik didarat, di air,
ataupun di udara yang disebut juga dengan satwa.

Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau di air atau di
udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun
dipelihara oleh manusia (Departemen Kehutanan , Undang-undang No.5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya).

Menurut Alikodra (1990) satwa liar dapat diartikan binatang yang hidup liar
di alam bebas tanpa campur tangan manusia. Dalam ekosistem alam, satwa liar
memiliki peranan yang sangat banyak dan penting, salah satunya adalah untuk
melestarikan hutan.

Beberapa ahli berpendapat, Satwa disebut sumber daya alam karena seperti
tumbuhan yaitu merupakan mahluk hidup yang tidak hanya dapat dimanfaatkan
oleh manusia akan tetapi juga berperan besar dalam siklus kehidupan di alam.
Misalnya proses penyerbukan bunga pada tumbuhan yang dibantu oleh serangga
atau penghancuran sisa-sisa makanan atau sampah organic oleh mikroorganisme di
tanah. Coba kita bayangkan saja apa yang akan terjadi jika mikroorganisme di tanah
musnah sehingga tidak ada yang mengolah sampah organik, bias-bisa bumi
dipenuhi oleh sampah.

Ada beberapa jenis satwa yang sudah sangat kita kenal dan dapat hidup
berdampingin dengan manusia, contohnya kucing dan anjing. Satwa-satwa ini
sudah dianggap sahabat manusiadan amat jarang menyakiti manusia dan amat
jarang menyakiti manusia sehingga banyak dipelihara oleh manusia jika mereka
mersa terancam.

4
Walaupun satwa merupakan sumber daya alam yang boleh dan dapat
dimanfaatkan oleh mansuia akan tetapi tetap harus menjaga kelestariannya. Ada
saja orang-orang serakah yang melakukan perburuan dengan tidak
bertanggungjawab terhadap satwa liar sehingga membuat populasi mereka
terancam dam menjadi satwa langka yang perlu dilindungi. Contoh satwa langka
adalah burung cendarawasih dan Harimau Sumatera.

Karena pada dasarnya satwa adalah sumber daya alam maka satwa-satwa
liar ini ada yang diperbolehkan untuk diburu yang disebut dengan istilah satwa baru.
Yang termasuk kedalam satwa buru adalah semua satwa liar yang tidak termasuk
kategori satwa yang dilindungi yang meliputi burung, satwa kecil, dan satwa besar.
Contoh satwa buru seperti kijang, rusa, babi hutan, kuskus, yaki,anoa,
maleo,tarsius.

2.2 Perdagangan Satwa Liar

Meski Indonesia dikenal memiliki keragaman hayati paling banyak di


dunia, namun kenyataannya banyak pihak yang memanfaatkannya untuk hal
negatif. Kondisi itu membuat populasi satwa liar di Tanah Air terus menyusut
dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam pantauan WWF (2016) Indonesia sedikitnya terdapat 68 kasus


penegakan hukum kejahatan terhadap satwa seperti penyelundupan, penyitaan, dan
perdagangan satwa yag di lindungi. Saat ini, bisnis perdagangan satwa liar menjadi
bisnis paling menarik di dunia dan menempati kelompok lima besar perdagangan
dunia. Salah satu buktinya, omzet perdagangan satwa liar di dunia dalam setahun
bisa mencapai USD10 milliar atau ekuivalen Rp136 trilliun.

Karena terus meningkat aktivitas perdagangan satwa illegal diharapkan


pemerintah Indonesia untuk segera merevisi Undang-Undang No.5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem dikarenakan saat ini
ada satwa yang dinyatakan hampir punah belum dilindungi Undang-Undang.
Undang-Undang tersebut juga dinilai sudah kadaluarsa dalam mengakomodir

5
perlindungan satwa liar di Indonesia. Akibatnya, satwa liar seperti orang utan dan
rangkong yang sudah terancam punah Arnold (2016).

Direktur Konservasi WWF (2016) Indonesia mengatakan, masyarakat juga


harus bergerak aktif, jika ada yang mencurigakan atau tahu ada satwa liar yang
diperjualbelikan. Betapa pentingnya kesadaran masyarakat bahkan semua orang
dalam menghentikan menjual-belikan satwa liar. Saat ini, transaksi perdagangan
satwa liar sudah tidak hanya dilakukan lewat cara konvensional seperti bertemu
langsung, tapi juga sudah melalui internet. Itu sangat berbahaya karena internet
sudah menangkau seluruh pelosok di dunia.

Diantara revisi UU yang harus dilakukan, adalah berkaitan dengan sanksi


pidana untuk pelaku perdagangan satwa liar secara illegal. Tidak ada nominal
maksimal untuk denda pelaku karena sudah tidak seuai dengan kondisi sekarang
ini. Karena rupiah tidak cukup untuk proses konservasi. Mengingat saat ini jumlah
spesies yang dilindungi karena terancam punah bertambah banyak, sehingga
penyelamatan dan perlindungan perlu lebih serius dilakukan. (Revisi UU
konservasi)

Menyediakan daging satwa liar dalam berbagai pesta adat oleh sebagian
masyarakat Sulawesi Utara sudah menjadi budaya, bahkan beberapa komunitas
mengharuskan tersedianya Jenis satwa liar tertentu, misalnya daging penyu pada
upacara pernikahan di sebagian masyarakat Pulau lembeh. Untuk memenuhi
kebutuhan akan daging satwa liar ini, sebelum pelaksanaan pesta adat masyarakat
melakukan perburuan atau cukup membeli di pasar-pasar tradisional Saroyo
(2011).

Di beberapa pasar tradisional, beberapa jenis satwa liar yang


diperdagangkan untuk kepentingan konsumsi yang paling umum adalah kelelawar
atau paniki (Pteropus ) dan tikus ekor putih (Paruromys dominator), sedangkan
jenis-jenis lainnya seperti ular piton (Python reticulatus), babi hutan (Sus), dan
penyu hijau (Chelonia mydas) hanya jika terdapat tangkapan. Jenis-jenis lainnya
menjadi komoditas yang sangat langka, misalnya yaki pantat merah (Macaca nigra),
yaki pantat hitam (Macaca nigrescens), kuskus (Ailurops ursinus), babirusa
(Babyrousa babyrussa), anoa (Bubalus depressicornis) karena semakin sulitnya

6
berburu satwasatwa tersebut. Sementara untuk jenis-jenis lainnya, biasanya
dikonsumsi jika secara tidak sengaja mendapatkannya pada saat berburu satwa
target lainnya, seperti yang secara tidak sengaja masuk perangkap, tertembak, atau
terjala. Saroyo (2011).

Budaya mengonsumsi satwa liar di satu sisi dapat dipandang sebagai


pemenuhan akan protein hewani, tetapi di sisi lain harus memperhatikan aspek
pelestariannya terutama untuk jenis-jenis yang di lindungi dan terancam punah,
sehingga upaya penangkaran untuk jenis yang potensial harus segera dilakukan
Saroyo (2011).

Dari hasil penelitian Saroyo (2011) dan Sahiu (2016) terdapat 38 jenis satwa
liar yang termasuk dalam 22 famili diantaranya : Chercopithecidae,
Phalalangeridae, Suidae, bovidae, Chervidae, Viverridae, Pteropodidae, Muridae,
Bucerotidae, Megapodiidae, Ralidae, Psittaculidae, columbidae, Megapodiidae,
Phasianidae, Turnicidae, Anatidae, Phytonnidae, Varanidae, Cheloniidae,
Cheloniidae, Dermochelyidae. Kategori yang termasuk dalam jenis dilindungi
terdiri Appendix I (Babi rusa, Anoa Dataran Rendah, Anoa Dataran Tinggi) dan
Appendix II (Yaki Pantat Merah, Yaki Pantat Putih, Kuskus, Kuskus Kerdil, Julang
Sulawesi).

Selengkapnya jenis satwa liar yang diperdagangkan di Sulawesi Utara dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel.1. Satwa Liar yang Diperdagangkan di Sulawesi Utara

NO Jenis Nama Lokal Nama Status Kategori Appendix


Inggris Perlindungan dalam dalam CIES
Redlist
IUCN
Mamalia:
1. Macaca nigra Yaki Pantat Sulawesi Dilindungi Critically Appendix II
merah Crested Endangered
Black
Macacaques
2 Macaca nigrescens Yaki Pantat Dilindungi Endangered Appendix II
Putih

7
3. Ailurops ursinus Kuskus/ Sulawesi Dilindungi Data Appendix II
Bear-Cuscus Deficient
Kuse
Beruang
4. Strigocuscus Kuskus Small Cuscus Dilindungi Data Appendix II
celebensis Kerdil Deficient

5. Babyrousa Babirusa Babirusa Dilindungi Endangared Appendix I


babyrussa
6. Sus celebensis Babi Hutan Sulawesi
Wild Boar
7. Anoa Anoa Lowland Dilindungi Endangared Appendix I
deperessicomis Dataran Anoa
Rendah
8. Anoa quaerlesi Anoa Mountain Dilindungi Endangered Appendix I
Dataran Anoa
Tinggi
9. Cervus timorensis Rusa Timor Dilindungi
Deer
10. Macrogalidia Musang Sulawesi Dilindungi Vulnerable
mussehenbrockii Sulawesi Palm Civet
11. Viverra Tangalunga Musang Malay
Biasa Civet
12. Pterocarpus Kalong Kecil Island Flying
Hypomelanus Fox
13. Pteropus griseus Kalong Abu- Grey Flying
abu Fox
14. Pteropus pumilus Kalong Golden- Vulnarable
Kepala Emas mantled
Flying Fox
15. Pteropus alecto Kalong Black Flying
Hitam Fox

16. Acerodon Kalong Sulawesi Near


celebensis Sulawesi Flying Fox Treataned
17. Rousettus Codot Roset Common
amplexicaudatus Kelabu Rousette
18. Rousettus Codot Roset Sulawesi
celebensis Sulawesi Rousette

8
19. Routsettus bidens Codot Jentinck’s
Jentinck Rousette
20. Paruromys Tikus Biasa Sulawesi
dominator Sulawesi Giant Rat
21. Rattus sp. Tikus Rat
Burung:
22. Rhyticeros cassidix Julang Knobbed Dilindungi Appendix II
Sulawesi Hombil
23. Penelopides Kangkareng Sulawesi Dilindungi
exharratus Hombil
24. Megapodius Gosong Philippine Dilindungi
cumingii Fillipina Scubfowl

25. Aramidopsis plateni Mandar Snoring Rail Dilindungi


Dengkur
26. Gallirallus Mandar-padi Slaty-
torquatus Sintar Breasted Rail

27. Gallirallus Mandar-padi Barred Rail


torquatus Zebra
28. Lori culus exilis Serindit Red-Billed Dilindungi Appendix II
Paruh-merah Hanging-
parrot
29. Ducula aenea Pergam Green
Hijau imperial
Pigeon
30. Macrocephalon Maleo Maleo Dilindungi Appendix I
maleo Senkawor
31. Gallus gallus Ayam Hutan Red Junggle-
Merah Fowl
32. Tumix suscitator Gemak Barred
Loreng Button-quail
33. Dendrocyna Belibis Wandering
arcuata Kembang whisting-
duck
Reptil:
34. Phyton reticulatus Ular Piton Phyton
35. Varanus Salvator Biawak Monitor
Lizard

9
36. Chelonia mydas Penyu Hijau Green turtle Dilindungi Appendix I
37. Eretmochelys Penyu Sisik Hawskbill Dilindungi Appendix II
imbricata
38. Demochelys Penyu Olive Ridley Dilindungi Appendix I
coriacea Belimbing Turtle
Sumber : (Saroyo, 2011; Sahiu, 2016)

10
BAB III

PENUTUP

Terdapat 38 jenis satwa liar yang termasuk dalam 22 famili yang


diperdagangkan di Sulawesi Utara diantaranya : Chercopithecidae,
Phalalangeridae, Suidae, bovidae, Chervidae, Viverridae, Pteropodidae, Muridae,
Bucerotidae, Megapodiidae, Ralidae, Psittaculidae, columbidae, Megapodiidae,
Phasianidae, Turnicidae, Anatidae, Phytonnidae, Varanidae, Cheloniidae,
Cheloniidae, Dermochelyidae. Kategori yang termasuk dalam jenis dilindungi
terdiri Appendix I (Babi rusa, Anoa Dataran Rendah, Anoa Dataran Tinggi) dan
Appendix II (Yaki Pantat Merah, Yaki Pantat Putih, Kuskus, Kuskus Kerdil, Julang
Sulawesi).

11
DAFTAR PUSTAKA

BKSDA [Balai Konservasi Sumber Daya Alam].2018.Kawasan Konservasi di Sulawesi


Utara. Departemen Kehutanan, Manado.(9 mei 2018)

KLHK [Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan].2018. Bongkar Jaringan


Perdagangan Satwa Dilindungi di Sulawesi Utara. Mongobay.co.id.(6 July 2018)

Laksmi D.2014. Kajian Perdagangan Satwa Liar Jenis Mamalia Kecil di wilayah DKI
Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Lee RJ, Riley J, Merrill R. 2001. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi di Sulawesi
bagian Utara. Wildlife Conservation Societies (WCS), Natural Resources, dan
Departemen Kehutanan, Jakarta

Sahiu,R.2016.Jenis Satwa Liar dan Pemanfaatannya di Pasar Beriman Kota Tomohon


[Jurnal]. Manado: Universitas Sam Ratulangi

Saroyo.2011. Konsumsi mamalia, burung, dan reptile liar pada masyarakat Sulawesi Utara
dan aspek Konservasinya. FMIPA Manado: Universitas Sam Ratulangi

12

Anda mungkin juga menyukai