PENDAHULUAN
dan ekosistemnya. Pada kenyataannnya kira–kira 10% dari semua makhluk yang
hidup dan menghuni bumi ini terdapat di Indonesia. Salah satu yang menjadikan
Indonesia secara geografis terletak pada perbatasan lempeng Asia Purba dan
disebabkan karena wilayah yang luas dan ekosistem yang beragam. Karena hal
tersebut, wilayah Indonesia memiliki berbagai jenis satwa khas atau endemik yang
yang dilindungi.
hayati dan tingkat endemisme yang sangat tinggi. Ilustrasi akan kayanya potensi
satwa merupakan salah satu bentuk pemanfaatan satwa liar yang diperbolehkan
1
faktanya menunjukan bahwa perdagangan satwa liar dapat dijumpai di
tentang satwa liar yang terancam punah. Saat ini jumlah satwa liar yang
terancam punah adalah 189 fauna, 29 jenis burung, 11 jenis reptil, 3 jenis amfibia,
punahnya satwa liar tersebut adalah berkurang atau rusaknya habitat mereka
ancaman serius bagi kelestarian satwa liar di Indonesia. Lebih dari 95% satwa
yang dijual di pasar adalah hasil tangkapan dari alam, bukan hasil penangkaran.
secara bebas di Indonesia. Sebanyak 40% satwa liar yang diperdagangkan mati
memadai, kandang sempit dan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
satwa.
perdagangan satwa yang dilindungi tanpa memperhatikan aturan yang telah ada.
maupun dalam bentuk hewan yang sudah diawetkan. Perdagangan satwa secara
2
perdagangan satwa dilindungi juga dilakukan oleh oknum tertentu untuk
mengenai sanksi pidana bagi para pelaku perdagangan satwa yang dilindungi.
dalam pasal 21 ayat 1 dan ayat 2, yaitu melakukan kegiatan terhadap tumbuhan
dan satwa yang dilindungi, serta pasal 33 ayat 3 yaitu, melakukan kegiatan yang
tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional,
taman hutan raya, dan taman wisata alam, dipidana dengan pidana penjara
paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus
juta rupiah).
Hasil Survey ProFauna pada tahun 2001 menunjukan bahwa 64,5% toko
Selain empedu, bagian tubuh beruang lainya yang sering dijual adalah cakar,
taring, dan telapak tangannya untuk sup (Profauna, 2001). (Tempo, 2019)
Barat, dari tangan pelaku, petugas menyita empat paruh Burung Rangkong serta
dua senapan angin. Maraknya perdagangan satwa liar disebabkan oleh faktor
lemahnya penegakan hukum tentang konservasi sumber daya alam hayati dan juga
masih lemahnya kesadaran masyarakat akan satwa. Pengetahuan yang kurang dan
3
nilai ekonomis yang tinggi terhadap satwa dilindungi tersebut juga menjadi
penyebab masih maraknya perdagangan liar hingga saat ini. Perbuatan tersebut
sangat merugikan bagi negara dan telah melanggar ketentuan yang telah
kejahatan, yang telah melanggar ketentuan yang ada pada Undang–Undang No. 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Fenomena perdagangan satwa liar bukan hanya sebatas berita diatas, penulis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi terhadap perdagangan satwa secara liar,
4
1.3 Tujuan Penelitian
Sumatera Barat.
5
1.5 Kerangka Berfikir
Hutan
Sumberdaya Hutan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan
sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan (Undang-undang
No 41 tahun 1999). Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional yang
memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial,
dapat berfungsi secara optimal (Zain, 1998 dalam Karyadi et al, 2018).
lapangan (tanah) dengan apa yang diatasnya. Antara suatu lapangan (tanah).
yang utuh. Hutan yang dimaksud adalah dilihat dari sudut de facto yaitu
suatu lapangan (tanah) baik yang bertumbuhan pohon atau tidak sebagai hutan
tetap. Dalam ketentuan ini dimungkinkan suatu lapangan yang tidak bertumbuhan
7
Hutan mempunyai fungsi yang terbagi menjadi 3, hutan lindungi adalah
ekosistem, penetapan kawasan hutan menjadi hutan lindung didasari oleh fungsi
hutan sebagai penyedia cadangan air bersih, penahan erosi, habitat flora dan
fauna. Hutan produksi adalah suatu area hutan yang sengaja dipertahankan
sebagai kawasan dan berfungsi untuk menghasilkan atau memproduksi hasil hutan
merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
Hasil hutan yaitu benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang
Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam, adalah unsur-unsur hayati di alam yang
terdiri atas sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani
dari sumber daya alam hayati yang dapat dipergunakan untuk sebesar-besarnya
8
Keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi bergantung pada
masyarakat akan mau bekerja sama dengan pengelola dalam rangka pelestarian.
memperoleh pekerjaan dan pelayanan sosial dalam batas-batas yang masih dapat
Iswandono, 2007).
1. Pengertian Satwa
Satwa adalah segala macam jenis sumber daya alam hewani yang berasal
dari hewan yang hidup di darat, air dan udara. Pengertian yang sama juga di
jelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia yang menyatakan satwa merupakan
Sumber Daya Alam dan Hayati dan Ekosistemnya menjelaskan, "Satwa adalah
semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat maupun di air”.
2. Jenis Satwa
Jenis satwa dapat kita lihat dalam Pasal 20 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990
Satwa yang populasinya jarang ditemui atau satwa yang berada dalam bahaya
kepunahan.
9
b. Satwa yang tidak dilindungi
Adalah satwa atau hewan yang jumlah populasinya masih banyak dan
mudah untuk ditemukan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang
memiliki peran yang penting dalam perdagangan satwa dan menjadi salah satu
didapatkan Tim Cegah Satwa Punah dari Pro Fauna Indonesia sekitar 300.000
jenis satwa liar atau sekitar 17% dari jenis satwa yang ada di dunia berada di
dengan 515 jenis dan menjadi habitat dari 1539 jenis unggas, serta sekitar 45%
bumi, banjir dan lainnya. Adanya proses seleksi alam, perubahan iklim bumi
berlebihan, dan introduksi satwa asing. Kepunahan pada masa sekarang lebih
Kebakaran hutan telah membunuh sebagian satwa liar yang tinggal di hutan
10
tersebut. Satwa-satwa yang tidak mempunyai kemampuan berpindah dengan baik
akan mati secara perlahan-lahan karen tidak mampu beradaptasi (Rosek, 2015).
peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup, sehingga perlu dikelola dan
Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya, baik pada saat ini
tidak hanya pada diri sendiri saja, tetapi juga kepada semua bentuk kehidupan.
Sementara itu Paul Taylor menyatakan bahwa, manusia adalah salah satu anggota
dari satu komunitas, sama seperti makhluk lain. Manusia bukan anggota
dan kekurangan. Oleh karena itu, derajatnya sama dengan makhluk lain. Manusia
pada dirinya sendiri tidak lebih unggul dari pada makhluk hidup yang lain
akal dan fikiran, seharusnya menjaga lingkungan hidup serta sumber daya alam
dilindungi dan yang tidak dilindungi (Leden, 1991). Penurunan populasi satwa
menyebabkan hutan yang terus kepunahan dieksploitasi dari spesies secara satwa
11
berlebihan tersebut. serta Bukan hutan hanya dibakar seleksiguna dijadikan
satwa langka tersebut. Kondisi semakin parah dengan terjadinya perburuan dan
spesies satwa langka, terlebih lagi penawaran harga jual yang tinggi untuk jenis-
berkurangnya spesies satwa langka sehingga masyarakat sendiri secara tidak sadar
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hayati (satwa) yang
ekosistem. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah hubungan timbal balik
antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nonhayati yang saling
(Ahmad, 2014).
dilindungi dan yang tidak dilindungi (Leden , 1991). Penurunan populisasi satwa
12
langka di Indonesia terus terjadi dikarenakan banyaknya ancaman yang
menyebabkan kepunahan dari spesies satwa tersebut. Bukan hanya seleksi alam,
hutan yang terus dieksploitasi secara berlebihan serta hutan yang dibakar guna
satwa langka tersebut. Kondisi semakin parah dengan terjadinya perburuan dan
spesies satwa langka, terlebih lagi penawaran harga jual yang tinggi untuk jenis-
jenis satwa yang sangat langka. Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum
spesies satwa langka sehingga masyarakat sendiri secara tidak sadar turut serta
2.6. CITES
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). (Supriatna Jatna,
internasional. CITES terbentuk pada tahun 1973 dan mulai berlaku sejak 1975,
dibuat karena maraknya kegiatan perdagangan satwa liar yang melintasi atau
paling tidak melibatkan dua negara. (Cifebrima Suyastri, 2015) adanya CITES,
13
negara-negara anggota diharapkan melaksanakan ketentuan-ketentuan didalamnya
secara konsisten sesuai dengan azas hukum Internasional, pacta sunt servanda.
Internasional, yaitu para pihak dalam perjanjian memiliki kepastian hukum dan
oleh karenanya dilindungi secara hukum, sehingga jika terjadi sengketa dalam
pelaksanaan perjanjian, maka hakim dan keputusannya dapat memaksa agar pihak
yang melanggar itu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai perjanjian.( Legal
akses.com, 2017) Asas ini menjadi dasar hukum Internasional karena termasuk
kedalam Konvensi Wina (Vienna Convention on the law of Treaties) pada tanggal
23 Mei 1969 yang terdapat pada Pasal 26 yang mengatakan bahwa "every treaty
in force is binding upon the parties to it and must be performed by them in good
faith" yang artinya setiap perjanjian mengikat para pihak dan harus dilaksanakan
2008) Indonesia sendiri menunjuk dua lembaga sebagai pihak yang memiliki
14
Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai otoritas ilmiah yang menilai dampak
institusi pemerintah yang memiliki salah satu tugas menjaga perbatasan dan
satwa liar yang terancam punah. DJBC juga selalu berkoordinasi dengan instansi
terkait CITES, atas beberapa komoditas CITES yang keluar masuk daerah pabean
Indonesia memerlukan izin atau sertifikat ekspor, izin dan sertifikat re-ekspor
serta izin atau sertifikat impor. Perdagangan satwa yang dilindungi memiliki
namun harus tetap melalui penangkaran dan harus mendapat ijin dari Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Dalam penangkaran satwa yang dapat
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Berada di Beberapa Kota dan Kabupaten, yaitu di Kota Padang, Kota
Alat yang digunakan pada saat penelitian ini terdiri dari GPS (Global
digunakan untuk mengambil titik koordinat, tally sheet, alat tulis, alat perekam,
dan kamera untuk dokumentasi penelitan. Bahan dalam penelitian kali ini adalah
16
3.3 Metode Pengumpulan Data
sedang dibahas. Metode ini dilakukan oleh penulis dengan cara membaca
buku dan literatur yang terkait dengan Keberadaan Satwa Dilindungi dan
17
3.4 Jenis Data yang Dikumpulkan
2. Data sekunder yaitu data yang sifatnya mendukung data primer yang
penelitian ini.
rumus:
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Redi. 2014. Hukum Sumber Daya Alam dalam Sektor Kehutanan. Sinar
Grafika. Jakarta.
Analisis pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku jual beli satwa langka
secarailegal.http://digilib.unib.ac.id/21942/3/SKRIPSI%20TANPA%20BA
B%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada hari kamis tanggal 25 Maret
2022 pukul 17.07
Karyadi, H. Pratiwi, D.I. Danis, E.H. Suyanto, D.P. & Hendrayadi. 2018. Taman
Nasional Kerinci Seblat, 1-39
19
Legal akses.com. pacta sunt servanda. http://www.legalakses.com/pacta-sunt-
servanda/. Diakses pada hari rabu tanggal 26 Maret 2022 pukul 20.00 WIB
Profauna. (2016, April 06) profauna.net. Retrieved Maret 28, 2018, from
https://www.profauna.net/id/content/nilai-perdagangan-satwa-liar-
triliunan-rupiah-profauna-desak-penegakan-hukum-yang-
lebih#.W1xaAdlzbcf
Rijal. 2012. Perdagangan Satwa Liar yang Dilindungi di Pasar Satwa dan
Tanaman Hias Yogyakarta (Pasty). Skripsi. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rosek Nursahid. 2007. Mengapa Satwa Liar Punah, profauna Indonesia dengan
bantuan dana WSPA. Skripsi Prayoga Univesrsitas Islam Bandung.
Malang.
20
Sujamto. 1989. Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia. PT. Sinar Grafika.
Jakarta .
Tempo.co https://nasional.tempo.co/read/670150/pemburu-paruh-burung-
rangkong-ditangkap-di-sumbar%20diakses%20jam%2022.01 Diakses
pada hari jum'at tanggal 25 maret 2022 pukul 22.01 WIB.
21