Anda di halaman 1dari 36

BAB II

PENEGAKAN HUKUM OLEH PPNS BALAI PENGAMANAN DAN

PENEGAKAN HUKUM WILAYAH KALIMANTAN SEKSI III

PONTIANAK TERHADAP PELAKU PERDAGANGAN SISIK

TRENGGILING (MANIS JAVANICA) MENURUT UNDANG – UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 1990 DI KALIMANTAN BARAT

A Kalimantan Barat dan Satwa – satwa yang dilindungi Undang – undang.

1. Kalimantan Barat

Kalimantan Barat adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang

terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Pontianak. Provinsi

Kalimantan Barat memiliki luas wilayah ± 146.807 km² (7,53% luas

Indonesia), dari luas keseluruhan Provinsi Kalimantan Barat tersebut

terbagi dalam 14 kabupaten kota yaitu Kotamadya Pontianak, Kotamadya

Singkawang, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten

Sambas, Kabupaten Landak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau,

Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu,

Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara serta Kabupaten Kubu

Raya. Provinsi Kalimantan Barat memiliki hutan yang cukup luas dimanan

luas hutan Kalimantan Barat ± 8.494.355 Ha, dimana sebagian hutan

Kalimantan Barat telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit,

baik yang dikelola oleh perorangan atau masyarakat setempat maupun

oleh perusahaan perusahaan yang ada di Kalimantan Barat.

24
25

Provinsi merupakan sebuah wilayah administratif pemerintahan

yang posisinya berada setingkat dibawah wilayah Negara. Kalimantan

Barat (Kalbar) merupakan salah satu dari tiga provinsi di pulau

Kalimantan yang berbatasan darat dengan negara Malaysia. Selain

Kalimantan Barat, provinsi - provinsi lainnya di pulau Kalimantan yang

berbatasan darat dengan Malaysia adalah Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara. Khusus untuk Kalimantan Barat, terdapat 5 kabupaten

yang berbatasan darat dengan Malaysia, tepatnya dengan negara bagian

Sarawak. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah kabupaten Sambas,

Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Garis batas antara

Kalbar dengan negara bagian Serawak cukup panjang, yaitu sekitar 966

km26. Dengan kondisi cukup panjangnya garis batas Kalbar dengan Negara

bagian serawak tersebut mengakibatkan sulitnya pemerintah melalui

aparat keamanan melakukan pengawasan yang mengakibatkan semakin

banyaknya kegiatan yang berbaur illegal termasuk perdagangan sisik

trenggiling ( Manis Javanisa ).

2. Satwa – satwa yang dilindungi

Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,

berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

berkaitan erat dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu :

26
.http://blogberinfo.blogspot.com/2016/12/5-provinsi-di-indonesia-yang-berbatasan-darat-
dengan-negara-tetangga.html diakses pada tanggal 12 Nopember 2018 pukul 09.20 wib.
26

 Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem

penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan

kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan);

 Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe -

tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu

pengetahuan, dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan

kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi

kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);

 Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati

sehingga terjamin kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan

dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi

secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan

timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber

daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari).

Berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999

tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar diketahui setidaknya

hingga tahun 1999 terdapat beberapa spesies hewan atau Satwa yang

dilindungi yaitu :

- 70 spesies mamalia (hewan menyusui);

- 70 spesies aves (burung);

- 31 spesies reptilia (hewan melata);

- 1 spesies anthozoa (hewan tidak bertulang belakang)

- 14 spesies bivalvia (hewan bercangkang).


27

Mulai punahnya beragam spesies satwa di atas disebabkan oleh

tingginya ancaman yang menyebabkan kepunahan dari spesies satwa

tersebut. Misalnya hutan dikonversi menjadi pemukiman, lahan pertanian,

perkebunan serta terjadi eksploitasi sumber daya alam di hutan secara

berlebihan serta perburuan terhadap satwa liar yang ada di hutan. Kondisi

ini diperparah dengan tingginya perburuan dan perdagangan liar terhadap

satwa – satwa terutama satwa liar yang dilindungi terkhususnya satwa liar

jenis Trenggiling (manis Javanica), yang terjadi di berbagai daerah di

Indonesia terkhususnya di Kalimantan Barat. Semua ini disebabkan

rendahnya tingkat pengawasan dan penegakan hukum terhadap berbagai

eksploitasi ilegal satwa liar dan tingkat perburuan liar sangat tinggi.

Tingginya tingkat perburuan dan perdagangan liar ini karena tingginya

permintaan pasar terhadap jenis-jenis satwa liar, ditambah penawaran

harga yang tinggi untuk jenis-jenis satwa tertentu yang sangat langka.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya disebutkan

bahwa yang disebut Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat,

dan/atau di air, dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar,

baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.

Satwa liar yang dilindungi dilarang untuk dipelihara, dimiliki,

diburu maupun diperdagangkan, namun masyarakat tidak dapat

membedakan satwa yang dilindungi dan yang tidak dilindungi. Perilaku

manusia ini yang dapat mengancam kepunahan dari satwa langka yang

mana ambisi manusia ingin memiliki tetapi tidak memperdulikan


28

populasinya di habitat asalnya. Kepunahan satwa langka ini dapat dicegah

dengan ditetapkan perlindungan hukum terhadap satwa langka yang

dilindungi. Satwa langka tidak boleh dibunuh, dimiliki, ditangkap, diburu

serta diperdagangkan, hal ini untuk menjaga kelestarian satwa tersebut dari

kepunahan. Pencegahan ini bertujuan agar satwa-satwa langka yang

hampir punah, hanya menjadi cerita bagi anak cucu kita nantinya karena

keserakahan manusia dalam mengambil keuntungan dari yang

diperolehnya.

Menurut Tarsoen Waryono, pelanggaran-pelanggaran dalam

bidang perlindungan satwa liar terbesar dilakukan dengan penangkapan

dan pemasaran satwa liar secara ilegal yang dapat dikelompokkan menjadi

3 (tiga), yaitu :

1) Kelompok pemanfaat di daerah hulu

Kelompok ini adalah para penagkap dialam bisanya merupakan

masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sebagai habitat satwa liar.

Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan terhadap

bujukan untuk menangkap satwa liar karena keterbatasan pengetahuan

dan perbedaan sosial ekonomi dengan masyarat di luar hutan.

Walaupun banyak suku di Indonesia yang memiliki kearifan dalam

menjaga keseimbangan ekosistem hutan, tetapi ketidakberdayaan

terhadap akses informasi, sosial dan ekonomi menyebabkan lunturnya

budaya yang menjaga keseimbangan ekosistem hutan;


29

2) Kelompok Perantara

Kelompok ini bergerak sangat dinamis ke segala penjuru tanah

air untuk melakukan negosiasi dan memesan berbagai satwa liar yang

dilindungi. Kebanyakan kelompok ini terdiri dari orang-orang yang

telah mengetahui bahwa pemanfaatan satwa liar telah diatur oleh

pemerintah dan mereka berspekulasi untuk memperoleh keuntungan

besar dan cepat tanpa memperhitungkan prinsip-prinsip kelestarian;

3) Kelompok Pemanfaatan Hilir

Kelompok ini antara lain pedagang di perkotaaan maupun

orang-orang yang secara sembunyi-sembunyi menjual jenis satwa liar

yang dilindungi baik untuk kalangaan domestik maupun luar negeri. 27

Berdasarkan uraian diatas, maka perdagangan satwa liar yang

dilindungi oleh undang-undang merupakan salah satu bentuk tindak pidana

yang mengancam populasi keanekaragaman hayati yaitu tindak pidana

kehutanan terhadap satwa liar yang dilindungi, atau yang lebih sering

terjadi adalah perdagangan hewan. Perdagangan spesies langka beserta

bagian-bagian tubuh dan produk olahannya tampaknya telah menjadi

bisnis yang menguntungkan. Sejumlah besar spesies langka secara rutin

telah ditangkap dari alam dan diperjualbelikan secara bebas. Terjadi

berbagai kasus mengenai tindak pidana kehutanan terhadap satwa liar

yang dilindungi khususnya mengenai perdagangan satwa yang disebabkan

oleh beberapa faktor, yakni faktor ekonomi, mentalitas dari manusia itu

27
27. Tarsoen Waryono, Aspek Pengendalian Perdagangan Ilegal Satwa Liar yang Dilindungi di
Propinsi DKI Jakarta, Seminar Nasional Strategi dan Aplikasi Pemberdayaan Kebijakan
Perlindungan Satwa Liar di Indonesia, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
Jakarta, 2001, hlm. 2 – 3.
30

sendiri, dan penegakan hukum yang masih lemah. Penerapan sanksi

pidana terhadap pelaku kejahatan konservasi dalam bentuk vonis

pengadilan diyakini belum memberikan efek jera (deterrent factor)

mengingat hingga kini baik secara kualitas maupun kuantitas kejahatan

tersebut masih berlangsung. Dalam perspektif yuridis, isu lingkungan

khususnya konservasi satwa dilindungi (endangered species), yang

merupakan bidang keanekaragaman hayati (biological diversity), belum

mendapat perhatian besar dan prioritas dari para akademisi dan praktisi

hukum, atau setidak-tidaknya sejajar dengan isu-isu dalam hukum

konvensional. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan mengenai benda

yang menjadi obyek perlindungan hukum.

Menurut Petugas Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK) wilayah Kalimantan seksi

III Pontianak, di Provinsi Kalimantan Barat sendiri, terdapat beberapa

jenis hewan yang dilindungi diantaranya:

- Orangutan (Pongo pygmaeus);

- Kukang Kalimantan (Nycticebus menagensis);

- Beruang Madu (Helarctos malayanus);

- Buaya muara (Crocodylus porosus);

- Biawak bertelinga (lanthanatus borneensis);

- Owa/Gibon ( Hylobatidae sp);

- Kucing hutan (Felis bengalensis);

- Kucing Kuwuk (Prionailurus bengalensis);

- Kucing Dampak;
31

- Macan Dahan;

- Tarsius;

- Lutung Silver;

- Kelasi;

- Pesut;

- Dungong;

- Lumba lumba hidung botol

- Burung Cekaka

- Bekantan ( Nasalis larvatus );

- Kancil (Tragulus spp);

- Bajing Tanah (Lariscus insignis);

- Burung Enggang (Buceros);

- Burung Madu (Famili Nectariniidae);

- Burung Jalak Putih (Sturnus melanopterus);

- Rusa (Cervidae);

- Landak (Rodentia);

- Kijang (Muntiacus);

- Penyu Hijau (Chelonia mydas);

- Penyu sisik (Eretmochelys imbricate);

- Elang Wallace (Nisaetus nanus);

- Elang (Spizaetus sp);

- Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus);

- Trenggiling (Manis Javanica ).


32

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kalimantan Barat

merupakan pusat penyelamatan satwa yang bertujuan melestarikan

berbagai jenis satwa liar khususnya yang ada di Provinsi Kalimantan Barat

melalui upaya penyediaan tempat penampungan, perawatan, pemeliharaan,

dan penyelamatan berbagai jenis satwa liar hasil penertiban (sitaan,

rampasan, temuan) maupun penyerahan masyarakat28. Sementara

penegakan hukum terhadap Tindak Pidana dibidang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekositemnya dilakukan oleh Balai Pengamanan

dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK)

berdasarkan pasal 6 huruf c peraturan menteri kehutanan nomor :

P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang organisasi dan tata kerja balai

pengamanan dan penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan

bekerjasama dengan Penyidik Polri melalui korwas PPNS.

1. Trenggiling (Manis Javanica) satwa yang dilindungi Undang - undang

Salah satu satwa liar di Indonesia yang dilindungi Undang -

undang adalah Trenggiling (Manis Javanica ). Trenggiling merupakan

satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri LHK No. P.92 tahun 2018

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Nomor P.20 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa

yang Dilindungi. Trenggiling juga tercatat sebagai hewan berstatus kritis

dalam daftar merah spesies terancam IUCN (International Union for

Conservation of Nature) terutama akibat ancaman dari kegiatan

perdagangan dan diduga mengalami penurunan populasi yang parah di


28
. http://pontianak.tribunnews.com/2018/01/02/sepanjang-2017-bksda-kalbar-selamatkan-
439-satwa-liar-terbanyak-jenis-penyu-sisik, diakses pada Tanggal 19 September 2018, jam
10.15 wib.
33

Indonesia. Trenggiling dengan nama ilmiahnya Manis Javanica adalah

hewan pemakan serangga baik rayap maupun semut, hewan ini merupakan

salah satu hewan yang juga menyusui (Mamalia), termasuk dalam Ordo

Pholidota (bersisik banyak). Trenggiling (Manis Javanica) ini merupakan

hewan yang hanya hidup di daerah tropis banyak dijumpai di seluruh Asia

dan Afrika. Ukuran tubuh mamalia ini bervariasi, Panjang tubuh

Trenggiling bisa mencapai 65 cm, dengan panjang ekor mencapai 56 cm.

Berat tubuh Trenggiling bisa mencapai 10 kg, dan Trenggiling jantan

cenderung lebih besar dari Trenggiling betina, satwa trenggiling (manis

javanica) tersebut merupakan hewan yang tidak mempunyai gigi seperti

mamalia pada umumnya, dan 20 % (dua puluh persen) dari berat tubuhnya

adalah sisik yang dijadikan sebagai perisai bagi trenggiling saat dirinya

terancam oleh mahluk lain.

Satwa liar jenis Trenggiling (manis javanica) yang banyak hidup di

Asia Tenggara tersebut diincar oleh banyak orang untuk diambil sisiknya

karena menjadi barang yang memiliki harga jual yang cukup tinggi

terutama diluar negeri, diluar negeri sisik trenggiling (manis javanica)

harganya bisa mencapai puluhan juta per kilonya karena Sisik Trenggiling

(Manis Javanica ) tersebut memiliki kandungan zat aktif Tramadol yang

bisa menghasilkan bahan pembuatan narkoba jenis sabu - sabu dan dapat

juga dimanfaatkan untuk obat analgesic yang digunakan untuk mengatasi

nyeri hebat, baik akut ataupun kronis dan nyeri pasca operasi serta Sisik
34

Trenggiling (Manis Javanica ) tersebut juga bisa dijadikan kosmetik dan

lain sebagainya29.

Beberapa diantara fungsi kulit trenggiling tersebut adalah sebagai

berikut30:

1. Sisik trenggiling mengandung zat yang terdapat dalam salah satu

jenis obat berdosis tinggi, termasuk. Zat tersebut bernama Tramadol

HCI dan berfungsi sebagai partikel pengikat kandungan zat dalam

psikotropika jenis sabu. Sisik trenggiling juga mengandung matriks

etil selulosa dalam kadar tinggi sehinga bisa dimanfaatkan untuk

berbagai macam kebutuhan. Jenis matriks yang sering dipakai dalam

pembuatan tablet lepas lambat ini tidaklah larut di air dan dapat

menghalangi terjadinya penetrasi cairan ke dalam matrik sehingga

difusi obat akan melambat. Selain bisa digunakan untuk tujuan

negatif, yakni penyalahgunaan narkotika, zat ini juga merupakan

salah satu komponen obat analgestik yang berfungsi meredakan

nyeri, utamanya nyeri akut termasuk gangguan nyeri setelah

menjalani operasi. Selain itu, zat ini juga berfungsi untuk mengatasi

problem ejakulasi dini dan untuk vitalitas pria secara umum;

2. Manfaat Sisik trenggiling bisa digunakan untuk bahan kosmetik;

3. Kandungan dalam sisik trenggiling dapat dipakai untuk proses

pembuatan jeans;

29
. https://www.boombastis.com/manfaat-sisik-trenggiling/167190, diakses pada tanggal 19
September 2018 jam 22.30 wib.
30
https://manfaat.co.id/manfaat-kulit-trenggiling diakses pada tanggal 19 September 2018 jam
22.45 wib.
35

4. Sisik trenggiling bisa menjadi bahan aksesoris mahal nan langka,

seperti yang terjadi di Afrika. Bentuknya yang unik dan cantik tentu

menambah nilai kelangkaan dan nilai jual aksesoris yang

menggunakan sisik trenggilng sebagai bahan dasar atau penghiasnya.

Aksesoris semacam ini cukup mudah ditemukan di Afrika;

5. Sisik trenggiling bisa mengobati kanker. Meski anggapan ini belum

terbukti secara ilmiah dan diduga hanya sengaja diciptakan agar

permintaan terhadap komoditas ini semakin tinggi, banyak yang

mempercayai bahwa sisik trenggiling benar-benar memiliki manfaat

ini;

6. Sisik trenggiling dapat menjadi bahan obat-obatan tradisional yang

dikenal luas efektif menyembuhkan berbagai penyakit dengan cara

yang aman tanpa efek samping.

Perdagangan sisik Trenggiling (Manis Javanica) di Kalimantan

Barat terus saja terjadi, terbukti pada bulan Mei tahun 2018 yang lalu

Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Bekantan Balai Gakkum

KLHK wilayah Kalimantan Seksi III Pontianak yang diback up Korwas

PPNS Ditreskrimsus Polda Kalbar, berhasil mengamankan dua orang

warga dalam operasi tangkap tangan yang akan memperdagangkan Sisik

Trenggiling (Manis javanica) sebanyak 9,45 kg, di Jln. Raya Sintang –

Nanga Pinoh Km 2 Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi

Kalimantan Barat.
36

Perdagangan sisik trenggiling banyak dicari untuk pembuatan obat-

obatan tradisional Tiongkok. Sejak tahun 2002, permintaan trenggiling

tidak sebatas sisik saja, tetapi juga daging dan organ dalam trenggiling

untuk dikonsumsi sebagai hidangan mewah. Tingginya permintaan pasar

untuk sisik dan daging trenggiling menjadikan mamalia ini sebagai satwa

yang paling banyak diperdagangkan di dunia terkhususnya di Kalimantan

Barat saat ini karena sisik trenggiling tersebut memiliki harga ekonomis

yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan penyusutan drastis populasi

trenggiling di habitatnya. Populasi trenggiling di Indonesia terkhususnya

di Kalimantan Barat kemungkinan besar akan mengalami penurunan jika

penanggulangannya tidak segera dilaksanakan oleh pemerintah.

Dalam upaya penegakan hukum dan perdagangan satwa liar secara

illegal khususnya Sisik Trenggiling (Manis javanica), maka Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BPPHLHK ( Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan ) wilayah

Kalimantan seksi III Pontianak melalui Tim Satuan Polhut Reaksi Cepat

(SPORC) Brigade Bekantan Balai Gakkum KLHK wilayah Kalimantan

Seksi III Pontianak bekerja sama dengan berbagai pihak antara lain pihak

Polri dalam hal ini oleh Direktorat Kriminal Khusus Polda Kalimantan

Barat dan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), baik

dalam penyediaan fasilitas penampungan, operasi fungsional, intelijen

peredaran satwa ilegal, investigasi jaringan perdagangan satwa yang

dilindungi serta penegakan hukum terhadap pelaku perdagangan satwa liar

yang dilindungi secara ilegal.


37

Namun lemahnya koordinasi antar instansi penegak hukum dapat

menimbulkan tumpang tindih kewenangan dan kebijakan masing-masing,

sehingga sangat rawan menimbulkan konflik kepentingan. Koordinasi

secara berkala antar instansi mengenai Tindak Pidana Kehutanan secara

umum sangat diperlukan guna meningkatkan kerja sama dan

pengoptimalan tugas dan wewenangnya masing-masing. Dengan demikian

proses penegakan hukum harus berjalan efisien dan sinergis antar instansi

yang berkaitan. Aparat penegak hukum berdasarkan kewenangan yang

dimiliki harus bekerja secara optimal guna pemberatasan tindak pidana

kehutanan terhadap satwa liar yang dilindungi. Peran Penyidik Polri

maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sangat

penting guna mencegah terjadinya tindak pidana perdagangan satwa yang

dilindungi oleh undang - undang.

B BPPHLHK dan KORWAS PPNS

1. BPPHLHK

BPPHLHK (Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan) merupakan unit pelaksana teknis

dibidang pengamanan dan penegakan hukum lingkungan hidup dan

kehutanan yang dibentuk berdasarkan peraturan Menteri lingkungan

hidup dan kehutanan republik Indonesia nomor :

P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016, tanggal 29 Januari 2016 tentang

organisasi dan tata kerja balai pengamanan dan penegakan hukum

lingkungan hidup dan kehutanan. Balai Pengamanan dan Penegakan


38

Hukum wilayah Kalimantan berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada direktur jenderal penegakan hukum lingkungan hidup dan

kehutanan, seksi I berkedudukan di Palangkaraya, sementara seksi II

berkedudukan di Samarinda dan seksi III berkedudukan di Pontianak,

Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan yang mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan

penurunan gangguan, ancaman dan pelanggaran hukum lingkungan hidup

dan kehutanan serta menyelenggarakan fungsi 31:

 Inventarisasi dan identifikasi potensi gangguan, ancaman dan

pelanggaran hukum lingkungan hidup dan kehutanan;

 Sosialisasi tentang adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan

gangguan dan ancaman terhadap lingkungan hidup dan kehutanan;

 Penyusunan rencana program penurunan gangguan ancaman dan

pelanggaran hukum pada wilayah yang berpotensi mengalami

gangguan dan ancaman kerusakan lingkungan;

 Koordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya;

 Penyidikan terhadap pelanggaran hukum lingkungan hidup dan

kehutanan;

 Pemantauan dan pelaporan pelanggaran terhadap ijin lingkungan hidup

dan kehutanan;

 Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penegakan hukum;

 Pelaksanaan urusan tata usaha dalam rumah tangga balai.

31
. Pasal 3 peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan republik Indonesia nomor :
P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016
39

2. KORWAS PPNS

KORWAS PPNS (Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan

Penyidikan bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil) merupakan salah satu

bagian/sub dari Direktorat Kriminal Khusus yang dalam pelaksanaan

teknisnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur

Kriminal Khusus dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada dibawah

kendali Wadir Krimsus. Korwas PPNS yang dibentuk berdasarkan

peraturan kapolri (Perkap) nomor : 20 Tahun 2010, tanggal 31 Agustus

2010 tentang koordinasi, pengawasan dan pembinaan penyidikan bagi

penyidik pegawai negeri sipil yang bertugas untuk melakukan koordinasi,

pengawasan dan pembinaan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik

pegawai negeri sipil (PPNS)32.

C. Penegakan Hukum

1. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakkan hukum adalah kata Indonesia, law enforcement dalam

bahasa Belanda yaitu merupakan usaha untuk menegakan norma - norma

hukum dan sekaligus nilai - nilai yang ada dibelakang norma tersebut.

Penegakkan hukum dapat juga dilihat sebagai proses yang melibatkan

manusia didalamnya. Penegakkan hukum itu bukan suatu proses logis

semata, melainkan sarat dengan ketelibatan manusia didalamnya. Hal

tersebut berarti bahwa penegakkan hukum tidak bisa dilihat sebagai proses

logisioner, melainkan suatu yang kompleks33.

32
Hasil wawancara peneliti denga Kompol K.E. Tambunan KasiKorwas PPNS Ditkrimsus Polda
Kalbar
33
. Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP
Baru, Kencana: Jakarta, 2011, hlm 192.
40

Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya

merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang

tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur

penilaian pribadi. Penegakan hukum sebagai bagian dari legal system,

tidak dapat dipisahkan dengan substansi hukum (legal substance) dan

budaya hukum (legal culture) dan budaya hukum (legal culture)

Melalui upaya penegakan hukum diharapkan agar segala bentuk

peraturan yang ada di Indonesia ditaati oleh semua pihak terutama bagi

masyarakat, dan kepada pelanggarnya diberikan pengertian, pemberian

informasi, peringatan sebelum diberikan/pengenaan sanksi/penindakan

hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku serta memberikan informasi

tentang dampak yang dirugikan terhadap masyarakat.

Menurut Muladi (1995:1-2), bahwa makna integrated criminal

justice adalah sinkronisasi atau keserempakan dan keselarasan, yang dapat

dibedakan menjadi :

 Sinkronisasi struktural (structural syncronization); adalah

keserampakan dan keselarasan dalam kerangka hubungan antar-

lembaga penegak hukum;

 Sinkronisasi substansial (substantial syncronization); adalah

keserampakan dan keselarasan yang bersifat vertikal dan horisontal

dalam kaitannya dengan hukum positif (Perundang-Undangan);

 Sinkronisasi kultural (cultural syncronization); adalah keserampakan

dan keselarasan dalam menghayati pandangan-pandangan, sikap-sikap


41

dan falsafah yang secara menyeluruh mendasari jalannya sistem

peradilan pidana34.

Menurut Muladi dan Barda Nawawi Arif menegakkan hukum

pidana harus melalui beberapa tahap yang dilihat sebagai usaha atau

proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu tertentu

yang merupakan suatu jalinan mata rantai aktifitas yang tidak termasuk

bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan.

Tahap - tahap tersebut adalah :

a) Tahap Formulasi

Tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembuat

Undang-Undang yang melakukan kegiatan memilih yang sesuai

dengan keadaan dan situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian

merumuskannya dalam bentuk peraturan Perundang-Undangan yang

paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap

ini disebut dengan tahap kebijakan legislative;

b) Tahap Aplikasi

Tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana)

oleh aparat penegak hukum, mulai dari kepolisian sampai ke

pengadilan. Dengan demikian aparat penegak hukum bertugas

menegakkan serta menerapkan peraturan-peraturan Perundang-

Undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat Undang-Undang,

dalam melaksanakan tugas ini aparat penegak hukum harus berpegang

teguh pada nilai-nilai keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut

sebagai tahap yudikatif;


34
. http://antoni-mitralaw.blogspot.co.id/ diakses tanggal 05 Oktober 2018, Pukul 12.12 WIB.
42

c) Tahap Eksekusi

Tahap penegakan pelaksanaan hukum serta secara konkret oleh

aparat-aparat pelaksana pidana. Pada tahap ini aparat-aparat pelaksana

pidana bertugas menegakkan peraturan Perundang-Undangan yang

telah dibuat oleh pembuat Undang-Undang melalui penerapan pidana

yang telah diterapkan dalam putusan pengadilan. Dengan demikian

proses pelaksanaan pemidanaan yang telah ditetapkan dalam

pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu dalam pelaksanaan

tugasnya harus berpedoman pada peraturan Perundang-Undangan

pidana yang telah dibuat oleh pembuat Undang-Undang.

2. Faktor – faktor Penegakan Hukum

Penegakkan hukum di Indonesia memiliki faktor guna menunjang

berjalannya tujuan dari penegakan hukum tersebut. Penegakan hukum

bukanlah semata-mata berarti hanya pada pelaksanaan perundang-

undangan saja atau berupa keputusan-keputusan hakim. Masalah pokok

yang melanda penegakan hukum yakni terdapat pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor

tersebut mempunyai arti yang netral sehingga dapat menyebabkan dampak

positif maupun dampak negatif. dilihat dari segi faktor penegakan hukum

itu menjadikan agar suatu kaidah hukum benar-benar berfungsi. Menurut

Soerjono Soekanto faktor-faktornya adalah :

 Faktor hukumnya atau peraturan itu sendiri


43

Dapat dilihat dari adannya peraturan undang-undang, yang dibuat

oleh pemerintah dengan mengharapkan dampak positif yang akan

didapatkan dari penegakan hukum. Dijalankan berdasarkan peraturan

undang-undang tersebut, sehingga mencapai tujuan yang efektif.

Didalam undang-undang itu sendiri masih terdapat permasalahan-

permasalahan yang dapat menghambat penegakan hukum, yakni :

- Tidak diikuti asas-asas berlakunya undang-undang;

- Belum adanya peraturan-pelaksanaan yang sangat dibutuhkan

untuk menerapkan undang-undang;

- Ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang-undang yang

mengakibatkan kesimpangsiuran didalam penafsiran serta

penerapannya.

 Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk dan

menerapkan hukum

Istilah penegakan hukum mencakup mereka yang secara langsung

maupun tidak langsung berkecimpung dibidang penegakan hukum,

seperti : dibidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan

dan permasyarakatan. Penegak hukum merupakan golongan panutan

dalam masyarakat, yang sudah seharusnya mempunyai kemampuan-

kemampuan tertentu guna menampung aspirasi masyarakat. Penegak

hukum harus peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya

dengan dilandasi suatu kesadaran bahwa persoalan tersebut ada

hubungannya dengan penegakan hukum itu sendiri;

 Faktor Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum


44

Kepastian penanganan suatu perkara senantiasa tergantung pada

masukan sumber daya yang diberikan didalam program-program

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana. Didalam pencegahan

dan penanganan tindak pidana perdagangan sisik trenggiling (manis

javanica) secara illegal yang terjadi di Kalimantan Barat, maka

diperlukan adanya sarana dan fasilitas yang memadai, karena tidak

mungkin penegakan hukum akan berjalan dengan lancar tanpa adanya

sarana atau fasilitas tertentu yang ikut mendukung dalam

pelaksanaanya;

 Faktor Masyarakat, yaitu faktor lingkungan dimana hukum tersebut

berlaku dan diterapkan

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat itu sendiri. Secara langsung

masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Hal ini dapat

dilihat dari pendapat masyarakat mengenai hukum. Maka muncul

kecendrungan yang besar pada masyarakat untuk mengartikan hukum

sebagai petugas, dalam hal ini adalah penegak hukumnya sendiri. Ada

pula dalam golongan masyarakat tertentu yang mengartikan hukum

sebagai tata hukum atau hukum positif tertulis.

Pada setiap tindak pidana atau usaha dalam rangka penegakan

hukum, tidak semuanya diterima masyarakat sebagai sikap tindak yang

baik, ada kalanya ketaatan terhadap hukum yang dilakukan dengan

hanya mengetengahkan sanksi-sanksi negatif yang berwujud hukuman

atau penjatuhan pidana apabila dilanggar. Hal itu hanya menimbulkan


45

ketakutan masyarakat terhadap para penegak hukum semata atau

petugasnya saja.

Faktor-faktor yang memungkinkan mendekatnya penegak hukum

pada pola isolasi adalah :35

- Pengalaman dari warga masyarakat yang pernah berhubungan

dengan penegak hukum dan merasakan adanya suatu intervensi

terhadap kepentingan-kepentingan pribadinya yang dianggap

sebagai gangguan terhadap ketentraman (pribadi);

- Peristiwa-peristiwa yang terjadi yang melibatkan penegak

hukum dalam tindakan kekerasan dan paksaan yang

menimbulkan rasa takut;

- Pada masyarakat yang mempunyai taraf stigmatisasi yang

relatif tinggi atau cap yang negatif pada warga masyarakat

yang pernah berhubungan dengan penegak hukum;

- Adanya haluan tertentu dari atasan penegak hukum agar

membatasi hubungan dengan warga masyarakat, oleh karena

ada golongan tertentu yang diduga akan dapat memberikan

pengaruh buruk kepada penegak hukum.

 Faktor Kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kebudayaan atau sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-

nilai yang mendasari hukum yang berlaku bagi pelaksana hukum

maupun pencari keadilan. Nilai-nilai yang merupakan konsepsi-

35
Soerjono Soekanto.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta: Rajawali
Press.2010. hlm. 70
46

konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik seharusnya diikuti

dan apa yang dianggap buruk seharusnya dihindari.

Mengenai faktor kebudayaan terdapat pasangan nilai-nilai yang

berpengaruh dalam hukum, yakni :

- Nilai ketertiban dan nilai ketentraman;

- Nilai jasmaniah dan nilai rohaniah (keakhlakan);

- Nilai konservatisme dan nilai inovatisme.

Kelima faktor-faktor tersebut diatas mempunyai pengaruh terhadap

penegakan hukum, baik pengaruh positif maupun pengaruh yang bersifat

negatif. Dalam hal ini factor penegak hukum bersifat sentral. Hal ini

disebabkan karena undang-undang yang disusun oleh penegak hukum,

penerapannya dilaksanakan oleh penegak hukum itu sendiri dan penegak

hukum dianggap sebagai golongan panutan hukum oleh masyarakat luas.

Hukum yang baik adalah hukum yang mendatangkan keadilan dan

bermanfaat bagi masyarakat. Penetapan tentang perilaku yang melanggar

hukum senantiasa dilengkapi dengan pembentukan organ-organ

penegakannya. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya:36

1) Harapan masyarakat yakni apakah penegakan tersebut sesuai atau

tidak dengan nilai-nilai masyarakat;

2) Adanya motivasi warga masyarakat untuk melaporkan terjadinya

perbuatan melanggar hukum kepada organ-organ penegak hukum

tersebut;

36
M Husen. Harun . Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.1990.
hlm. 41
47

3) Kemampuan dan kewibawaan dari pada organisasi penegak

hukum.

D. Hukum dan Tindak Pidana

1. Pengertian Hukum dan Hukum Pidana

Indonesia merupakan negara hukum yang artinya segalanya

dilaksanakan berdasarkan UUD yang telah ada bukan hanya kekuasaan

belaka. Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera

pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga)

menyatakan bahwa : “ Negara Indonesia adalah Negara Hukum “.

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum

hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem

yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa

kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu

Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia

Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar

masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau

Syari’at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan

dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang

diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya

yang ada di wilayah Nusantara.Hukum perdata Indonesia

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan

larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat


48

dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi

terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang

dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum

perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari

hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan

negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata

negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata

usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur

hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya

kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan,

harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata

lainnya37.

Memberikan deskripsi tentang pengertian hukum pidana tidaklah

mudah. Sebab, suatu pengertian yang diberikan para ahli tentang

pengertian hukum pidana akan berkaitan dengan cara pandang, batasan

dan ruang lingkup dari pengertian tersebut. Meljatno mengartikan hukum

pidana sebagai bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu

negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :38

a) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,

yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi pidana tertentu

bagi siapa saja yang melanggarnya. Ini termasuk kedalam pengertian

pidana materiil;
37
.https://hidrojaka.wordpress.com/2012/12/05/definisi-hukum/ diakses pada tanggal 13
Nopember 2018 jam 10.30 wib
38
. Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Renika Cipta: Jakarta, 2008, hlm. 1
49

b) Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah

melakukan larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan. Poin ini juga termasuk kedalam

pengertian pidana materiil;

c) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila orang yang diduga telah melanggar ketentuan

tersebut. Yang dimaksud dalam poin ini adalah mengenai pidana

formil.

2. Pengertian Tindak Pidana dan unsur – unsur Tindak Pidanan

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar

feit”perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan dengan

mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang

siapa yang melanggar larangan tersebut. Kitab Undang-undang Hukum

Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud

dengan strafbaar feit itu sendiri. Tindak pidana biasanya disamakan

dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum.

Delik tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai

berikut : “Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena

merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana”.39

Pengertian tindak pidana adalah tindakan yang tidak hanya

dirumuskan oleh KUHP40. Istilah tindak pidana sebagai terjamahan dari

strafbaarfeit menunjukkan pengertian gerak-gerik tingkah laku seseorang.

39
Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2 , Jakarta, Balai Pustaka,
1989. Hal. 219
40
S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Cet. 3, Jakarta Storia
Grafika, 2002, Hal 204
50

Hal-hal tersebut terdapat juga seseorang untuk tidak berbuat, akan tetapi

dengan tidak berbuatnya dia, dia telah melakukan tindak pidana. Mengenai

kewajiban untuk berbuat tetapi tidak berbuat, yang di dalam undang-

undang menentukan pada Pasal 164 KUHP, ketentuan dalam pasal ini

mengharuskan seseorang untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib

apabila akan timbul kejahatan, ternyata dia tidak melaporkan, maka ia

dapat dikenai sanksi.

Seperti diketahui istilah strafbaarfeit telah diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia yang menimbulkan berbagai arti, umpamanya saja dapat

dikatakan sebagai perbuatan yang dapat atau boleh dihukum, peristiwa

pidana, perbuatan pidana, tindak pidana.

Para sarjana Indonesia mengistilahkan strafbarfeit itu dalam arti yang

berbeda, diantaranya Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana,

yaitu : “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana

disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa

larangan tersebut41.

Sementara perumusan strafbarfeit menurut Van Hamel dalam buku

Satochid Kartanegara adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam

Undang-undang, bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan

dilakukan dengan kesalahan42.

Istilah tindak pidana ini timbul dan berkembang dari pihak Kementrian

Kehakiman yang sering dipakai dalam perundang-undangan meskipun

41
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta, Pradnya Paramita,
2004 Hal 54
42
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Pertama, Jakarta, Balai Lektur Mahasiswa, 1955,
Hal. 4
51

lebih pendek dari pada perbuatan, akan tetapi tindak pidana menunjukkan

kata yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menunjukkan hal yang

konkrit43.

Pengertian perbuatan ternyata yang dimaksudkan bukan hanya

berbentuk positif, artinya melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu yang

dilarang, dan berbentuk negatif, artinya tidak berbuat sesuatu yang

diharuskan. Perbuatan yang dapat dikenakan pidana dibagi menjadi dua

yakni sebagai berikut: 44

a) Perbuatan yang dilarang oleh Undang-undang;

b) Orang yang melanggar larangan itu.

Unsur - unsur tindak pidana terdiri dari unsur Objektif dan unsur

Subjektif dimana :45

a) Unsur Objektif

Unsur Objektif yaitu unsur yang terdapat diluar si pelaku. Unsur-unsur

yang ada hubungannya dengan keadaan di mana tindakan-tindakan si

pelaku itu harus dilakukan terdiri dari :

1) Sifat melanggar Hukum;

2) Kualitas dari si pelaku;

3) Kausalitas yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab

dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

43
Wiryono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, PT.Refika
Aditama. 2003, Hal.79
44
Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang, Yayasan Sudarto, 1990 Hal. 38
45
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta, Rajawali Pers, 2010 Hal 48-49
52

b) Unsur Subjektif

Unsur Subjektif yaitu unsure yang terdapat atau melekat pada diri

sipelaku, atau yang di hubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk

di dalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur

ini terdiri dari :

1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa);

2) Maksud pada suatu percobaan, seperti di tentukan dalam Pasal 53

ayat 1 KUHP;

3) Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan,

pencurian, penipuan, pemerasan, dan sebagainya;

4) Merencanakan terlebih dahulu seperti tercantum dalam pasal 340

KUHP, yaitu pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu;

5) Perasaan takut seperti terdapat di dalam Pasal 308 KUHP.

Pembahasan unsur tindak pidana ini terdapat dua masalah yang

menyebabkan perbedaan pendapat dikalangan sarjana hukum pidana.

Salah satu pihak lain berpendapat bahwa masalah ini merupakan unsur

tindak pidana, di pihak lain berpendapat bukanlah merupakan unsur tindak

pidana, masalah tersebut adalah :

1) Syarat tambahan suatu perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana,

contoh Pasal 123,164, dan Pasal 531 KUHP;

2) Syarat dapat dituntutnya seseorang yang telah melakukan tindak

pidana, contoh Pasal 310, 315, dan 284 KUHP.


53

3. Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar dan Undang – undangnya.

Satwa dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan hewan,

binatang atau fauna. Berdasrkan Undang-Undang No 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, satwa

adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat dan/atau

air dan/atau udara. Sedangkan satwa liar adalah semua binatang yang

hidup di darat dan/atau air dan/atau udara yang masih mempunyai sifat-

sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia46.

Dalam kehidupan sehari hari kita mengenal istilah satwa liar yang

dilindungi dan satwa liar yang tidak dilindungi, dimana menurut Pasal 20

ayat 2 UU no 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati Dan Ekosistemnya yang dimaksud dengan Satwa Liar yang

dilindungi adalah satwa yang populasinya jarang atau satwa yang berada

dalam bahaya kepunahan.

Perdagagan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses,

kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan

kesepakatan bersama bukan pemaksaan. Seperti yang diatur dalam Pasal

21 ayat (2) huruf d UU Nomor 5 Tahun 1990 yakni setiap orang dilarang

memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-

bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari

bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di

Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. Satwa yang

dilindungi dalam penelitian ini adalah satwa liar jenis Trenggiling (manis

javanica) yang sisiknya banyak diperdagangkan secara illegal. Sementara


46
. Undang-undang nomor 5 tahun 1990 ayat 1 ke 7
54

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan

Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, terkhususnya dalam pasal 18 ayat (1)

berbunyi : Tumbuhan dan satwa liar yang dapat diperdagangkan adalah

jenis satwa liar yang tidak dilindungi, sehingga dapat disimpulakan bahwa

perdagangan sisik trenggiling merupakan perbuatan melawan hukum.

E. Pengertian Prioritas dalam Penegakan Hukum dan Optimalisasi dalam

pelaksanaan tugas.

1. Pengertian Prioritas dalam Penegakan Hukum

Pengertian prioritas adalah kata yang berasal dari bahasa Perancis

priorite yang diambil dari kata prioritas. Prioritas memiliki kata dasar prior

yang berarti primer atau dasar atau yang utama. Dalam kehidupan sehari-

hari, banyaknya kesibukan yang kita miliki menuntut kita untuk menyusun

prioritas kegiatan. Kegiatan menyusun prioritas ini dianggap sangatlah

penting bagi sebagian besar masyarakat, karena akan membuat kita lebih

terencana dalam menjalankan kegiatan-kegiatan kita tanpa adanya saling

tumpang tindih. Merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia, pengertian

prioritas adalah sesuatu yang didahulukan dan diutamakan dari pada hal

yang lain.

Selanjutnya, pengertian prioritas menurut Merriam Webster adalah

sesuatu yang dirasa lebih penting daripada yang lain yang harus dikerjakan

atau diselesaikan terlebih dahulu. Selain itu, Merriam Webster juga

mengungkapkan definisi prioritas sebagai sesuatu yang dipedulikan oleh

seseorang dan dianggap penting. Bila membicarakan tentang prioritas,

tentu kita sering mendengarkan tentang skala prioritas. Skala prioritas


55

diartikan sebagai tingkatan atau urutan kondisi untuk menentukan dan

membandingkan seberapa besar atau seberapa penting suatu hal harus

dilakukan. Secara umum skala prioritas dibedakan menjadi enam kategori,

yaitu emergency (darurat), urgent (mendesak), high priority, medium

priority, low priority, dan no priority47.

Relevansi teori prioritas dengan pemecahan masalah, aparat dalam

hal ini Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Bekantan Balai

Gakkum KLHK wilayah Kalimantan Seksi III Pontianak yang diback up

oleh Korwas PPNS Dit Reskrimsus Polda Kalbar menjadikan perdagangan

sisik trenggiling (manis javanica) yang tergolong dalam TSL ( Tumbuhan

dan Satwa Liar ) sebagai salah satu prioritas dalam penegakan hukum

dalam penanganan kasus yang ditangani oleh Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di

Kalimantan Barat.

2. Pengertian Optimalisasi dalam pelaksanaan tugas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah

berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling

menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi,

pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan

paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah

suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai

sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya

sempurna, fungsional, atau lebih efektif48.


47
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-prioritas/ diakses pada tanggal 14
Nopember 2018 jam 09.45 wib
48
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka), 1994, hlm. 800
56

Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak

selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan

pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak selalu

biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan

adalah meminimumkan biaya49.

Menurut Krisna Amelia Yuniar Ada tiga elemen permasalahan

optimalisasi yang harus diidentifikasi, yaitu tujuan, alternative keputusan,

dan sumberdaya yang dibatasi.

1. Tujuan

Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk

maksimisasi digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan

dengan keuntungan, penerimaan, dan sejenisnya. Bentuk minimisasi

akan dipilih jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan biaya,

waktu, jarak, dan sejenisnya. Penentuan tujuan harus memperhatikan

apa yang diminimumkan atau maksimumkan.

2. Alternatif Keputusan

Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang

tersedia tentunya alternatif yang menggunakan sumberdaya

terbatas yang dimiliki pengambil keputusan. Alternatif keputusan

merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan.

3. Sumberdaya yang Dibatasi

49
Hotniar Siringoringo, Pemograman Linear: Seri Teknik Riset Operasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005), hal. 4
57

Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan sumberdaya

ini terbatas. Keterlibatan ini yang mengakibatkan dibutuhkanya

proses optimalisasi.

Manfaat Optimalisasi:

1. Mengidentifiksi tujuan;

2. Mengatasi kendala;

3. Pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan;

4. Pengambilan keputusan yang lebih cepat

Menurut Winardi (1999 : 363) Optimaslisai adalah ukuran yang

menyebabkan tercapainya tujuan. Optimalisasi adalah usaha

memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keinginan yang

diinginkan atau dikehendaki. Dari uraian tersebut diketahui bahwa

optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam pewujudannya secara

efektif dan efisien.

Dalam hal penelitian yang dilakukan oleh peneliti, Satuan Polhut

Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Bekantan Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup wilayah Kalimantan

Seksi III Pontianak yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan tindak

pidana kehutanan sesuai dengan pasal 6 huruf c peraturan menteri

kehutanan nomor : P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang organisasi

dan tata kerja balai pengamanan dan penegakan hukum lingkungan hidup

dan kehutanan kurang melaksanakan tugasnya secara optimal, terbukti

dengan masih adanya pelaku perdagangan sisik trenggiling (manis


58

javanica) yang berhasil melarikan diri pada saat akan dilakukan

penangkapan di rumah pelaku.

F Hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku perdagangan satwa

liar terutama sisik trenggiling (manis javanica) di Kalimantan Barat.

Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat

(merintangi, menahan, menghalangi). Sedangkan pengertian dari hambatan

adalah sesuatu yang dapat menghalangi kemajuan atau pencapaian suatu hal.

Pada penelitian ini faktor penghambat proses penegakan hukum didefinisikan

sebagai hal, keadaan yang dapat merintangi, menahan dan menghalangi proses

pelaksanaan penegakan hukum.

Kurang maksimanya pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku

perdagangan satwa liar terutama sisik trenggiling (manis javanica) di

Kalimantan Barat yang dilindungi menurut undang – undang nomor 5 tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya dikarenakan

kurangnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan setiap adanya

perdagangan satwa liar terutama sisik trenggiling sehingga kurangnya

informasi yang diperoleh petugas serta kurang maksimalnya peran serta

petugas dalam mensosialisasikan atau melakukan penyuluhan terhadap warga

masyarakat tentang resiko yang akan timbul atau terjadi akibat dari perburuan

dan perdagangan satwa liar terutama sisik trenggiling secara illegal serta

adanya skala prioritas dalam penegakan hukum terbukti dengan BPPHLHK

(Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan) Wilayah Kalimantan seksi III Pontianak lebih banyak menangani


59

kasus pemberantasan perusakan hutan, mengingat hutan merupakan habitatnya

satwa satwa liar, akan tetapi bukan berarti Balai Pengamanan dan Penegakan

Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membiarkan begitu

saja setiap ada informasi tentang adanya tindak pidana perdagangan satwa liar

yang dilindungi terutama perdagangan sisik trenggiling, petugas Balai

Pengamanan dan Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan wilayah Kalimantan seksi III Pontianak tetap menangani setiap

kasus perdagangan Satwa liar yang dilindungi oleh undang – undang

Anda mungkin juga menyukai