Anda di halaman 1dari 13

DAMPAK PERDAGANGAN SATWA SECARA ILEGAL

SERTA PEMBURUAN SATWA LANGKA DI INDONESIA


DAN SUMBER HUKUMNYA

Fauziah Aini Fitriani

University of Muhammadiyah Malang

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,


Universitas Muhammadiyah Malang
Email: fauziahainif12@gmail.com

NIM : 201810360311259

Abstraksi

Dalam permasalahan mengenai satwa langka yang di dagangkan secara ilegal


serta pemburuan satwa langka di Indonesia semakin marak kejadiannya.
Indonesia berupaya memperbaiki dengan cara bekerja sama dengan pemerintah
serta melibatkan organisasi organisasi yang bekerja dibidang hewani atau
makhluk hidup. Penyebab utama dari punahnya maupun berkurangnya satwa
liar yang ada di Indonesia ini selain dari aspek kondisi habitatnya, tetapi juga
perdagangan secara ilegal terhadap satwa dan pemburuan yang terjadi secara
terus menerus mengakibatkan kurangnya populasi satwa langka yang asli dari
Indonesia. sedangkan perdagangan serta pemburuan secara ilegal telah dilihat
perkembangannya dan telah menjadi isu internasional yang dibahas oleh
kalangan internasional.

Keywords: Indonesia, satwa liar, perdagangan ilegal, pemburuan terhadap satwa


langka.
A. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan


keanekaragaman hayatinya. Sebagian besar satwa liar bertempat
di hutan sebagai rumah dan tempat berlindung bagi mereka.
Perdagangan ilegal yang melibatkan satwa langka yang dilarang
oleh hukum. Di Indonesia sendiri manusia lah yang telah
melakukan perusakan lingkungan hidup satwa dengan cara
merusak habitat alami, perburuan atau menangkap, dan
perdagangan ilegal semakin menyudutkan satwa liar dan
langka. Perburuan dan perdagangan satwa hingga saat ini
menjadi isu global yang harus diperhatikan.

Semakin marak perdagangan ilegal terhadap satwa liar


disebabkan oleh tingginya permintaan dalam pangsa pasar yang
diantaranya sebagai bahan produk yang menggunakan bahan
kulit hewan atau bulu hewan dan sebagai hewan peliharaan,
dan lain lain. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (16) Undang -
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, “Perusakan lingkungan hidup
adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan hayati
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup”.1

Setiap tahun, keberadaan satwa – satwa yang terancam


punah semakin menurun jumlah populasinya dan sulit
ditemukan habitat aslinya. Dalam kondisi ini, jika terus berlanjut
akan menyebabkan kepunahan dan kelangkaan satwa yang
dilindungi akan hilang dan hanya menjadi cerita bagi anak cucu
kita kelak serta dapat mengganggu ekosistem alami yang
nantinya berdampak negatif bagi kehidupan manusia.

1
PDF Uundang undang
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/32TAHUN2009UU.HTM
Dampak perdagangan satwa liar di Indonesia sampai
saat ini masih terus diperhatikan oleh organisasi nasional
maupun internasional dan juga pemerintah Indonesia demi
menjaga keragaman hayati yang ada di Indonesia karena
memilikilebih dari 300.000 jenis satwa liar yang sebanding
dengan 17% (data 2015).

Seiring berjalannya waktu pada tahun 2018 WWF


menfokuskan kerjanya di pusat – pusat penting
keanekaragaman hayati tinggi, yang dikenal sebagai Global 200
Ekoregion, 19 diantaranya ada di Indonesia. Program konservasi
kami, mempertinggi bentang alam utama dan bentang laut,
mencakup 28 situs di 17 provinsi di negara yang luas ini. Pada
tahun 2018 luasan hutan yang pada awal tahun 1950-an
dilaporkan sekitar 84% berupa hutan (sekitar 162juta ha) dan
sekarang hanya tersisa 120 Juta hektar. Perlindungan satwa liar
di Indonesia telah dicantumkan dalam Undang – Undang
Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, Perdagangan satwa dilindungi
adalam tindakan kriminal yang dapat diancam hukuman
penjara 5 tahun dan denda 100 Juta Rupiah.2

Upaya pemerintah dalam melindungi satwa langka di


Indonesia yang telah tercantum dalam Undang Undang dimana
peraturan tersebut berisi semua jenis satwa langka yang
dilindungi oleh negara dan upaya pelestarian dengan konservasi
satwa langka. Bagi pelaku yang menangkap, melukai,
membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut,
dan memperniagakan satwa yang dilindungi baik hidup
maupun mati akan dikenakan sanksi seperti yang tercantum
dalam Undang Undang Nomor 5 tahun 1990 diatas.

2
Pdf dari website resmi kemlu indonesia https://pih.kemlu.go.id/files/UU
%20RI%20NO%2005%20TAHUN%201990.pdf diakses pada 27/12/2019
B. Metode

Pada penelitian ini, saya menggunakan jenis penelitian


deskriptif yakni mengumpulkan data berdasarkan pertanyaan
dari subyek penelitian dengan lengkap dan akurat yang
bertujuan untuk menjelaskan sebuah fenomena sosial yang
menjadi objek dari penelitian.

C. Temuan

Kerusakan yang akan saya bahas merupakan hasil dari


kejahatan terhadap satwa liar, terdiri dari kerusakan ekosistem,
kepunahan, kerugian ekonomi, dan ancaman penyakit terhadap
satwa.

1.Kerusakan Ekosistem

Kejahatan satwa liar yang semakin marak juga dapat


mengancam kerusakan terhadap ekosistem di kawasan hutan
lindung. Pelaku terkadang menebang tumbuhan liar yang ada di
kawasan zona inti dari taman nasional secara sembarangan,
serta memburu satwa dilindungi secara tidak benar. Selain
menebang tmbuhan liar yang ada disekitar, mereka membakar
lahan disekitar yang memnyebabkan satwa liar yang berada
disana tidak dapat menyelamatkan diri mereka karena
keserakahan dari manusia. Terkadang pula satwa yang diburu
merupakan satwa yang merupakan pemangsa utama atau lebih
dikenal dengan top predator.3

2.Kepunahan

3
Fathi Hanif, 2015. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia vol 2 issue 2.
Selebihnya dari paparan top ptedator diatas dapat
dijelaskan bahwa terputusnya rantai kehidupan dari satwa yang
ada di kawasan hutan lindung. Hilangnya peran top predator
dapat membuat populasi satwa yang berada di bawahnya
mengalami over population dan tidak terkontrolnya proses
makan memakan dan dapat menyebabkan kepunahan. Seperti
yang kita ketahui pada abad ini kita telah kehilangan beberapa
satwa khas Indonesia, yakni Harimau Jawa dan Harimau Bali.
Sedangkan saat ini beberapa satwa banyak mengalami status
terancam punah; Harimau Sumatera, Badak Sumatera, Gajah
Sumatera, dan Badak Jawa.

3.Kerugian Ekonomi

Menurut laporan Kementrian Kehutanan Indonesia, pada


tahun 2010 ekspor satwa liar terbesar merupakan ekspor ikan
arwana yang sebesar Rp. 1,989 milyar. Pendapatan ekspor satwa
liar tersebut tidak hanya ikan, tetapi juga mamalia, amfibi, koral,
dan buaya(kulitnya). Dari hal tersebut, kita hanya membahas di
bagian Indonesia saja bahwa omset mencapai Rp. 9 Triliyun per
tahunnya. Di dunia dapat saya jelaskan bahwa penghasilan
perdagangan satwa liar secara ilegal melebihi omset ilegal
terbesar yakni bisnis narkoba, yakni mencapai US$ 10 hingga 20
miliar pertahun.

4.Ancaman Penyakit terhadap satwa.

Penyebaran penyakit satwa liar kpada satwa lain


disebabkan oleh perdagangan secara gelap/ilegal di pasar satwa
di kota kota besar. Selain itu juga berpotensi menularkan
penyakit kepada manusia yang menyalurkan melalui virus yang
ada pada satwa.

Selain pada aspek yang menghambat adanya kerusakan


yang dilakukan oleh pekaku dari kejahatan terhadap satwa liar,
saya mengambil salah satu temuan yang terjadi pada satwa
langka yang ada di Indonesia :

Harimau

Harimau adalah makhluk liar dan merupakan salah satu


hewan paling kuat. Karena ukurannya yang besar dan
penampilannya yang ganas, ia dikenal sebagai raja hutan. Jenis
singa yang paling umum bahwa spesies panther, Leo, dan
seperti singa Afrika. Indonesia terkenal dengan harimaunya
yakni Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sondaica). Populasi
harimau sumatera menurun sejak tahun 1970 an hingga
sekarang di tahun 2019 mencapai kurang dari 400 individu yang
tersebar di Indonesia.4

D. Diskusi

Dalam perjanjian CITES (Convention on International


Trade in Endangreed Species of wild Fauna and Flora) telah
dijelaskan bahwa perdagangan terhadap satwa yang dilindungi
semakin besar dan berkembang dari tahun ke tahunnya
sehingga menjadi hal yang menarik di dalam dunia
internasional. Perdagangan liar yang terjadi aitu mengambil
bagian tubuh dari hewan tersebut seperti kulit, gading, gigi, dan
organ - organ tubuh lainnya guna kebutuhan manusia.
Perdagangan yang terjadi di tingkatan lokal, nasional, dan

4
page WWF Indonesia ; https://www.wwf.id/spesies/harimau-sumatera
diakses pada 23 des dan 25 des 2019.
bahkan internasional ini menyebabkan banyaknya partisipan
yang ikut serta dalam penyelundupan hewan langka yang
dilindungi sehingga oknum yang dijerat hukuman banyak.
Melalui jalur lintas darat, laut, dan udara, di Indonesia sendiri
memiliki banyak kasus yang membuat pemerintah dan orang
orang hukum ikut terlibat menyelesaikan masalah yang terjadi.

Perlindungan terhadap satwa langka yang dilindungi


tidak hanya berasal dari sifat kemanusiaan dari manusia, tetapi
peran dari pemerintah juga sangat dibutuhkan. Maka dari itu
pada tahun 1990 telah ada Undang Undang no.5 tentang
konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. Dari hal
tersebut telah berisi tentang mahluk hidup dan eksositem yang
ada di darat, di air, maupun di udara. Cagar alam, habitat, serta
kawasan yang didalamnya juga telah dilindungi. Dan bagi yang
melanggar isi dari undang undang tersebut akan dikenakan
sanksi maksimal penjara 10 tahun dan dikenakan denda sebesar
Rp.200.000.000 tergantung dari pelanggaran yang dilakukan dan
pertimbangan dari pasal yang dikenakan di dalam UU tersebut. 5

Perkembangan mengenai perdagangan satwa yang ada di


Indonesia telah ditegaskan oleh WWF bahwa populasi satwa
yang dilindungi mengalami penurunan drastis sejak lama. Lebih
dari itu, di bagian Asia Tenggara mereka telah dinobatkan
sebagai negara bagian yang mengalami penurunan sangat
drastis mengenai satwa langka mereka. Jadi tidak hanya
Indonesia saja yang mengalami penurunan populasi, meskipun
Indonesia bukan satu satunya kita tidak boleh bangga karena
banyak yang mengalami permasalahan tersebut.

Dukungan terhadap perlindungan satwa liar yang


dilindungi telah dilakukan oleh pemerintah dan juga organisasi

5
Pdf dari website resmi kemlu indonesia https://pih.kemlu.go.id/files/UU
%20RI%20NO%2005%20TAHUN%201990.pdf diakses pada 27/12/2019
non- pemerintah yakni WWF. Perlindungan yang dilakukan
melalui pemantauan, pengawasan, melakukan edukasi terhadap
masyarakat, dan pembatasan terhadap kawasan hutan lindung
sehingga tidak sembarang orang dapat masuk dan memburu
satwa yang telah dilindungi. Hingga saat ini di tahun 2019
masih banyak kasus yang terjadi terkait penyelundupan hewan
dan hal tersebut mengalami banyak komentar negatif atas
kelalaian oleh aparat hukum.

Konflik antara manusia dengan satwa liar terjadi karena


adanya interaksi yang mempunyai dampak negatif bagi mereka,
secara langsung maupun tidak langsung dalam situasi yang
terjadi pihak yang berkonflik dapat merugikan semua pihak.
Konflik yang terjadi antara manusia dengan satwa liar terjadi
karena kurangnya kepedulian masyarakat terhadap satwa liar,
itu dapat menimbulakn sikap yang negatif hingga dapat
membahayakan diri sendiri bahkan dapat menimbulkan korban
jiwa, baik dari manusia dan satwa liar tersebut.

Di indonesia selalu mengalami adanya konflik dengan


para satwa liar, di bulan maret 2019 berita tentang penembakan
orangutan yang terjadi di Aceh sangat memprihatinkan.
Orangutan bernama hope itu ditembak 74 peluru oleh 2 pelaku
yang usianya diketahui bahkan belum dewasa, mereka berusia
16 dan 17 tahun. Konflik tersebut dapat dikatakan konflik karena
salah satu pihak yang bersangkutan menyakiti lawannya. Tetapi
dalam hal ini, hope yang menjadi korban dari manusia tersebut
mendapat kecaman dari aktivis aktivis di Indonesia, serta dalam
hal ini menjadikan isu internasional dan dicantumkan dalam
New York Times. Hope kemungkinan berada di daerah dekat
pemukiman warga sehingga dia dianggap membahayakan tetapi
kronologi dari ditembaknya hope saya masih belum
mengetahuinya. Sekilas hal tersebut menarik banyaknya
organisasi non pemerintah yang membela atas keadilan
terhadap hope agar pelaku dihukum seberat beratnya. Hope saat
ini pula dalam kondisi yang tindak memungkinkan untuk
kembali ke alam bebas karena trauma terhadap manusia dan
keadaan hope saat ini telah buta.6

Beberapa solusi ini dapat membantu mencegah serta menalangi


adanya konflik antara manusia dengan satwa liar .

a. Manajemen sumber daya alam yang berdasar masyarakat

Masyarakat setempat merupakan kunci karena mereka yang


mungkin bangun di pagi hari dengan harimau atau beruang di
halaman belakang mereka. Tetapi mereka juga adalah orang-
orang yang dapat memperoleh manfaat terbesar dari ini. Jika
orang diberdayakan untuk mengelola hubungan mereka dengan
hewan liar, tetangga "yang tidak diinginkan" ini dapat menjadi
sekutu dalam menghasilkan pendapatan dan mempromosikan
kualitas hidup yang lebih baik untuk semua.

b. Asuransi

Kompensasi atau asuransi untuk kerusakan yang disebabkan


oleh hewan adalah solusi lain yang diterima secara luas. Selain
itu juga kita dapat mempelajari jika hal tersebut dapat terjadi
lagi. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan. Di Namibia
misalnya, ada sistem asuransi kepada masyarakat untuk
kerusakan yang dilakukan pada ternak. Pemerintah Nepal
membayar kompensasi di area sekitar taman nasional.

6
Berita orangutan https://sumut.idntimes.com/news/sumut/santi-
dewi/kronologi-orang-utan-hope-ditembak-dua-remaja-aceh-hingga-buta-
regional-sumut/full diakses pada 27/12/2019
c. Pembayaran untuk Layanan Lingkungan

Pembayaran untuk Jasa Lingkungan (PES) adalah sebuah


konsep yang baru-baru ini mendapatkan popularitas di
komunitas pembangunan dan konservasi internasional. Yang
paling populer dari ini adalah imbalan finansial untuk
penyerapan karbon, tetapi juga dilihat sebagai solusi potensial
untuk konflik manusia-satwa liar.

d. Produk ramah satwa liar

Konsumen adalah negara yang jauh juga memiliki peran.


Selalu mencari produk yang ramah lingkungan dan diakui oleh
organisasi yang serius.

e. Solusi berbasis lapangan

Ada sejumlah solusi berbasis lapangan praktis yang dapat


membatasi kerusakan yang dilakukan baik untuk manusia dan
properti manusia, dan untuk satwa liar, dengan mencegah satwa
liar memasuki ladang atau desa. Namun, solusi tersebut hanya
dapat diterapkan berdasarkan kasus per kasus. Apa yang orang
lihat sebagai solusi di satu tempat, mereka mungkin menolak di
tempat lain. Dan apa yang berhasil di satu tempat, mungkin
memiliki efek sebaliknya di tempat lain.

f. Upaya bersatu

Agar benar-benar efektif, pencegahan konflik manusia-satwa


liar harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat: organisasi
internasional, pemerintah, LSM, komunitas, konsumen dan
individu. Solusi mungkin, tetapi seringkali mereka juga perlu
memiliki dukungan keuangan untuk dukungan dan
pengembangannya.
g. Perencanaan penggunaan lahan

Memastikan bahwa manusia dan hewan memiliki ruang yang


mereka butuhkan adalah mungkin. Melindungi area-area utama
untuk kehidupan liar, menciptakan zona penyangga dan
berinvestasi dalam penggunaan lahan alternatif adalah beberapa
solusi.7

E. Kesimpulan

Kita sebagai manusia yang memiliki sifat kemanusiaan


harusnya tidak memburu satwa yang telah dilindungi. Dari
pemburuan satwa langka, kita dapat melihat bahwa kurangnya
impati masyarakat terhadap satwa dan mereka hanyalah
emmikirkan keutungan yang didapat dari memburu satwa
langka untuk diprjualbelikan secara ilegal. Banyaknya tingkat
pemburuan di Indonesia bukan hanya karena kelalaian dari
pemerintah maupun pengawas dari konservasi sumber daya
alam yang ada di Indonesia.

bahwa perdagangan terhadap satwa yang dilindungi semakin


besar dan berkembang dari tahun ke tahunnya sehingga menjadi
hal yang menarik di dalam dunia internasional.

Perdagangan liar yang terjadi aitu mengambil bagian


tubuh dari hewan tersebut seperti kulit, gading, gigi, dan organ -
organ tubuh lainnya guna kebutuhan manusia. Perdagangan
yang terjadi di tingkatan lokal, nasional, dan bahkan
internasional ini menyebabkan banyaknya partisipan yang ikut
serta dalam penyelundupan hewan langka yang dilindungi
sehingga oknum yang dijerat hukuman banyak. Melalui jalur
7
Website resmi WWF Global
https://wwf.panda.org/our_work/wildlife/human_wildlife_conflict/ diakses
pada 27/12/2019
lintas darat, laut, dan udara, di Indonesia sendiri memiliki
banyak kasus yang membuat pemerintah dan orang orang
hukum ikut terlibat menyelesaikan masalah yang terjadi.

Di Indonesia pula telah ada Undang Undang no.5


Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, bagi
yang melanggar isi dari undang undang tersebut akan
dikenakan sanksi maksimal penjara 10 tahun dan dikenakan
denda sebesar Rp.200.000.000 tergantung dari pelanggaran yang
dilakukan dan pertimbangan dari pasal yang dikenakan di
dalam UU tersebut.8

Daftar Pustaka

8
Pdf dari website resmi kemlu indonesia https://pih.kemlu.go.id/files/UU
%20RI%20NO%2005%20TAHUN%201990.pdf diakses pada 27/12/2019
PDF Uundang undang
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/32TAHUN200
9UU.HTM

Pdf dari website resmi kemlu indonesia


https://pih.kemlu.go.id/files/UU%20RI%20NO
%2005%20TAHUN%201990.pdf diakses pada 27/12/2019

Fathi Hanif, 2015. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia vol 2


issue 2.

page WWF Indonesia ; https://www.wwf.id/spesies/harimau-


sumatera diakses pada 23 des dan 25 des 2019.

Pdf dari website resmi kemlu indonesia


https://pih.kemlu.go.id/files/UU%20RI%20NO
%2005%20TAHUN%201990.pdf diakses pada 27/12/2019

Berita orangutan
https://sumut.idntimes.com/news/sumut/santi-
dewi/kronologi-orang-utan-hope-ditembak-dua-remaja-aceh-
hingga-buta-regional-sumut/full diakses pada 27/12/2019

Website resmi WWF Global


https://wwf.panda.org/our_work/wildlife/human_wildlife_co
nflict/ diakses pada 27/12/2019

Pdf dari website resmi kemlu indonesia


https://pih.kemlu.go.id/files/UU%20RI%20NO
%2005%20TAHUN%201990.pdf diakses pada 27/12/2019

Anda mungkin juga menyukai