Anda di halaman 1dari 17

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERLINDUNGAN SATWA LANGKA DI INDONESIA DARI


PERSPEKTIF CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE
IN ENDANGERED SPECIES OF FLORA AND FAUNA (CITES)

Yoshua Aristides*,Agus Purnomo, Fx. Adji Samekto


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : tidessiregar@yahoo.com

Abstrak

Banyaknya dan tidak terkendalinya masalah-masalah perdagangan bebas satwa langka,


sebuah organisasi yang memberikan perlindungan terhadap satwa yang diberi nama International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) tidak tinggal diam. Dari
gagasan ini maka ditandatanganilah CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora), yaitu sebuah perjanjian Internasional yang terkait dengan
perlindungan dan perdagangan Internasional spesies satwa dan tumbuhan liar yang terancam
punah. Perdagangan satwa langka secara ilegal mengancam keanekaragaman hayati yang dimiliki
Indonesia. CITES secara tidak langsung menjadi pertimbangan untuk membuat aturan nasional.
Maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, serta melalui BKSDA sebagai pelaksana tugas dalam tugasmelakukan konservasi
dan menanggulangi perdagangan satwa langka ilegal.

Kata kuncisatwa langka, CITES

Abstract

The number of endangered species trade is increasing by year. An international


organization which concerns on environment protection, InternationalUnion for Conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN) made an international treaty to protect endangered flora and
fauna, Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
(CITES). Illegal endangered animal trade threatens Indonesia’s biodiversity. Indirectly, CITES
was used as consideration to make Law of the Republic of Indonesia Number 5 of 1990
concerning Natural Resources and Its Ecosystem. Then, trough Natural Resources Conservation
Bureau as executive to do conservation and overcomes endangered animal trade.

Keyword: endangered animals, CITES

I. PENDAHULUAN terdapat berbagai macam hewan atau


satwa.Dari berbagai macam satwa
Indonesia merupakan salah tersebut terdapat diantaranya adalah
satu Negara yang memiliki satwa endemik Indonesia. Satwa
keanekaragaman hayati yang tinggi. endemik adalah jenis hewan yang
Keanekaragaman hayati ini tersebar menjadi unik dan memiliki ciri-ciri
di seluruh wilayah Indonesia. yang khas yang disebabkan karena
Indonesia berada di wilayah tropis penyesuaian diri terhadap habitatnya.
juga menjadi salah satu alasan Oleh karena itu, perlu adanya suatu
Indonesia menjadi bangsa yang kaya pengaturan dan perlindungan
akan sumber daya alam hayati. Dari terhadap keanekaragaman itu. Maka
berbagai sumber daya alam hayati dibentuklah Undang-Undang Nomor
yang beraneka ragam tersebut

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya Perdagangan satwa memiliki potensi


Alam Hayati dan Ekosistemnya. 1 keuntungan yang sangat besar
Sumber daya alam hewani dan terlebih satwa langka, semakin
ekosistem nya merupakan salah satu langka hewan itu maka semakin
bagian yang terpenting dari sumber mahal harganya. Sehubungan dengan
daya alam yang mempunyai fungsi banyaknya dan tidak terkendalinya
dan manfaat sebagai unsur masalah-masalah kegiatan jual beli
pembentuk lingkungan hidup, yang satwa langka, sebuah organisasi yang
kehadirannya tidak dapat diganti. memberikan perlindungan terhadap
Namun kegiatan perburuan terhadap satwa yang diberi nama International
satwa tertentu menyebabkan satwa Union for Conservation of Nature
tersebut langka bahkan terancam and Natural Resources (IUCN) tidak
punah. Perburuan satwa sebenarnya tinggal diam.
sudah dimulai sejak manusia ada di IUCN Red List adalah daftar
muka bumi. Perburuan binatang pada yang membahas status konservasi
jaman itu bertujuan untuk berbagai jenis makhluk hidup seperti
dikonsumsi. Pada jaman sekarang satwa dikeluarkan oleh IUCN. Daftar
ini, perburuan satwa tidak ini dikeluarkan pertama kali pada
sepenuhnya untuk dikonsumsi tahun 1948 dan merupakan panduan
namun untuk diambil bagian paling berpengaruh mengenai status
tubuhnya untuk kerajinan, obat- keanekaragaman hayati. Tujuan
obatan dan untuk kosmetik. IUCN adalah untuk memperingatkan
Perdagangan satwa memiliki potensi betapa pentingnnya masalah
keuntungan yang sangat besar konservasi kepada publik dan
terlebih satwa langka, semakin pembuat kebijakan untuk
langka hewan itu maka semakin memperbaiki status kelangkaan suatu
mahal harganya. Tidak hanya spesies. Adapun satwa
kegiatan perburuan saja tetapi juga diklasifikasikan ke dalam Sembilan
kebakaran hutan, pembalakan liar kelompok dan diatur berdasarkan
dan, pembangunan pemukiman kriteria seperti jumlah populasi,
mengancam jumlah populasi satwa penyebaran dan resiko dari
2
tertentu. kepunahan, sebagai berikut.
Perburuan satwa sebenarnya 1. Punah (Extinct ;EX)
sudah dimulai sejak manusia ada di 2. Punah di alam liar
muka bumi. Perburuan binatang pada (Extinct in the wild ;EW)
jaman itu bertujuan untuk 3. Kritis (Critically
dikonsumsi. Pada jaman sekarang Endangered; CR)
ini, perburuan satwa tidak 4. Genting (Endangered
sepenuhnya untuk dikonsumsi ;EN)
namun untuk diambil bagian 5. Rentan (Vulnarable;
tubuhnya untuk kerajinan, obat- VU)
obatan dan untuk kosmetik.

1http://bksdadiy.dephut.go.id/data/2016 2https://www.fws.gov/international/pdf

/0/2/peraturan-perundang- /education-lesson-plan-critically-
undangan.html diakses pada tanggal 19 endangered diakses pada tanggal 19 April
April 2016 pukul 22.08 WIB 2016 pukul 23.48.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

6. Hampir terancam berlanjut terlebih lagi jika hewan


(Near Threatened; NT) tersebut bukan diambil dari
7. Beresiko rendah penangkaran. Banya pemikiran
(Least Concern; LC) apabila seseorang mempunyai satwa
8. Informasi kurang langka jenis tertentu akan membuat
(Data Deficient; DD) derajat atau pandangan orang lain
9. Tidak dievaluasi (Not terhadap orang tersebut akan naik
evaluated; NE) dari orang sekitarnya. Kepemilikan
Salah satu penyebab terbesar satwa ini merupakan salah satu
meningkatnya perdagangan satwa faktor pengrusakan ekosistem yang
adalah besarnya permintaan daging dilakukan oleh manusia.
satwa oleh pasar dunia. Perdagangan Rusaknya ekosistem tanpa
daging satwa sering dijumpai adalah disadari juga dapat merusak
perdagangan rusa, daging jenis-jenis keseimbangan alam. Dapat diambil
tertentu, daging jenis primata, telur contohnya adalah ikan hiu yang
dan batok penyu dan sirip ikan hiu. terus-terusan diburu untuk diambil
Sirip ikan hiu dan batok penyu telah siripnya. Ikan hiu berperan sebagai
mendapat taraf komoditi ekspor legal predator paling tinggi tingkatannya
dan ilegal. dalam rantai makanan di laut. Hiu
Suatu produk dapat menjadi menjalankan peran menjaga
komoditi ekspor apabila harga pasar keseimbangan laut dengan menjaga
lebih mahal dari biaya memanen atau populasi laut tetap terjaga. Mereka
memburunya. Harga tersebut dapat memangsa ikan-ikan karnivora
lebih tinggi apabila dari satwa berukuran besar yang ada
tersebut dapat dijual, ramuan obat- dibawahnya dalam rantai makanan,
obatan, kosmetik, satwa peliharaan seperti ikan tuna dan kerapu.
kebun binatang dan satwa peliharaan Menurunnya populasi ikan hiu dalam
pribadi. Di Asia Tenggara dan Asia ekosistem dapat mengakibatkan
timur, harga jual itu menjadi lebih naiknya populasi ikan karnivora
tinggi karena adanya kebutuhan tersebut, dan akan menurunkan
daging dan lainnya pada satwa populasi ikan herbivora sehingga
tersebut karena masyarakat China meledaknya populasi makroalga
bagian selatan lebih dari 100 juta yang mengakibatkan karang tidak
orang telah mampu untuk membeli dapat berkompetisi sehingga
makanan yang eksotik. Vietnam, menurunkan kesehatan ekosistem
negara ini melakukan bisnis ilegal ini terumbu karang. Sumber daya hayati
mencapai 66,5 juta dollar pertahun dalam laut dan keanekaragaman
untuk diekspor ke China. 3Kemudian, ekosistem dalam laut akan hilang.
adanya kepemilikan satwa untuk Sayangnya, 100 juta ekor hiu diburu
peliharaan pribadi langka akan dan dibunuh oleh manusia dan
berimbas semakin sedikitnya jumlah kebanyakan hanya untuk diambil
spesies. Hal ini membuat siripnya. Praktek pengambilan sirip
perdagangan satwa langka itu hiu ini dipotong pada saat masih
hidup di atas kapal tangkap dan
3JatnaSuriatna, Melestarikan Alam setelah diambil siripnya tubuh hiu
Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor tersebut dibuang kedalam laut dalam
Indonesia,2008), Hlm 115

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

keadaan hidup. Hiu itu akan Keputusan Presiden (Keppres) No.43


tenggelam di dasar laut karena tidak Tahun 1978 tentang pengesahan
dapat berenang dan akan mati secara Convention International Trade of
perlahan. Sirip-sirip tersebut dijual Endangered Spesies of Wild Fauna
sekitar 2-4 juta rupiah perkilogram and Flora (CITES). Indonesia
dan biasanya berakhir di dalam terdaftar sebagai negara ke 48
semangkuk sup.4 Masyarakat dunia peserta CITES.
memahami bahwa ikan hiu adalah Uraian di atas menujukan
predator tingkat paling atas namun bahwa pentingnya dilakukan upaya-
apabila kasus seperti ini siapa yang upaya dalam melindungi satwa
pantas disebut predator? langka dari kegiatan jual beli ilegal
Banyaknya masalah kegiatan karena memberikan dampak bagi
jual beli satwa langka ini, negara- manusia, dan juga rusaknya
negara IUCN menganjurkan ekosistem dalam keberlangsungan
pembatasan perdagangan satwa hidup yang berdampak pula bagi
langka. Dari gagasan ini maka kerusakan lingkungan. Akan tetapi
ditandatanganilah Convention on dalam Pasal 3 Peraturan Meteri
International Trade in Endangered Kehutanan Nomor: 02/Menhut-
Species of Wild Fauna and Flora II/2007 Tentang organisasi dan Tata
(CITES), yaitu sebuah perjanjian Kerja Unit Pelaksana Teknis Sumber
Internasional yang berbicara Daya Alam adalah Tugas Pokok dan
mengenai perlindungan dan Fungsi Balai Konservasi Sumber
perdagangan Internasional spesies Daya Alam (BKSDA) yang
satwa dan tumbuhan liar yang menyebutkan tentang penyidikan,
terancam punah. 5 Berdasarkan perlindungan dan pengamanan hutan,
CITES ditetapkan kuota suatu negara hasil hutan dan tumbuhan dan satwa
yang dapat memperdagangkan satwa liar didalam dan diluar kawasan
langka. Penetapan kuota ini disertai konservasi, tetapi dalam prakteknya
dengan syarat-syarat, misalnya harus BKSDA belum menjalankan Tugas
merupakan hasil penangkaran. 6 Pokok dan Fungsinya semaksimal
CITES yang ditandatangani 3 maret mungkin karena masih banyak
1973 juga dikenal dengan Konvensi terjadi gangguan satwa terhadap
Washington. Pada tahun 1978, manusia, perdagangan satwa dan
Indonesia sebagai negara mega juga karena hambatan-hambatan
biodiversity meratifikasi Convention yang dialami oleh BKSDA sendiri
on International Trade of dalam menjalankan tugas dan
Endangered Species of Wild Fauna fungsinya. Kegiatan melindungi
and Flora (CITES) melalui satwa langka juga merupakan
kegiatan untuk melindungi
lingkungan hidup yang merupakan
4m.greenpeace.org/seasia/id/blog/hiu-
bagian penting di kehidupan
dan-laut-yang-sehat/blog/50241
HiudanLaut yang Sehat.Diaksespada 2
manusia.
mei 2016 pukul 23.57
5Heru Susanto, Arwana, (Jakarta: PT.Niaga

Swadaya, 2004), hlm. 2.


6Yudo Sudarto , Budi Daya Ikan Hias Siluk,

(Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 9.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

II. METODE III. HASIL DAN


Metode pendekatan yang PEMBAHASAN
digunakan dalam penelitian ini
adalah socio legal yang A. Pengaturan Perlindungan
mempengaruhi metode pengumpulan Satwa Langka Berdasarkan
data, karena penelitian ini melakukan CITES
kajian dari beberapa faktor diluar
faktor hukum, seperti faktor sosial Hukum Lingkungan
dan faktor ekonomi yang dirancang Internasional adalah keseluruhan
sebagai fenomena masyarakat dalam kaedah, asas-asas, lembaga-lembaga
menjalankan hukum. Data yang dan proses-proses yang mewujudkan
digunakan adalah data sekunder dan kaedah tersebutdalam kenyataan.
data primer yang diperoleh melalui Hukum atau keseluruhan kaedah dan
wawancara dengan narasumber dari asas yang dimaksud adalah
BKSDA dan pengamatan observasi keseluruhan kaedah dan asas yang
yang penulis lakukan dalam terkandung didalam
kapasitas sebagai mahasiswa pecinta perjanjianperjanjianinternasional
alam Universitas Diponegoro maupun hukum kebiasaan
(WAPEALA Undip).Data yang internasional, yang berobjek
diperoleh untuk menunjang lingkungan hidup, yang oleh
penelitian ini dianalisis secara masyarakat internasional, yaitu
induktif. Pola analisis induktif masyarakat negara-negara, termasuk
dimulai dari menguraikan fakta-fakta subjek-subjek hukum internasional
yang ada di lapangan kemudian bukan negara, diwujudkandalam
dihubungkan dengan peraturan kehidupan bermasyarakat melalui
terkait.Data yang dikumpulkan serta lembaga-lembaga dan proses
digunakan sebagai bahan penelitian kemasyarakatan internasional. 7
adalah data-data sekunder yang Pada prinsipnya bahwa
mendeskripsikan keadaan di tindakan pengaturan hukum
lapangan tentang penjualan satwa lingkungan internasional sesuai
liar dan dilindungi. Data sekunder untuk hal-hal berikut: 8
yang digunakan dalam penulisan a. Persoalan-persoalan
hukum ini berupa bahan-bahan pencemaran dan kontaminasi
hukum, seperti perjanjian-perjanjian samudera- samudera dan atmosfer,
internasional dan peraturan karena hal ini mungkin merupakan
perundang-undangan terkait. Bahan objek dari pemanfaatan umum,
hukum utama yang dipakai dalam sebagian lagi karena
penelitian ini adalah Convention on ketidakmungkinan dalam hal-hal
International Trade in Endangered tertentu melokalisir pengaruh-
Species of Wild Fauna and Flora
(CITES). 7Ida Bagus Wyasa Putra, 2003, Hukum
Lingkungan Internasional Persepektif
Bisnis Internasional, PT Refika Aditama,
h. 1.
85 J.G. Starke, 1989, Pengantar Hukum

Internasional edisi 2, Sinar Grafika,


Jakarta, h. 538

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pengaruh dari zat-zat pencemaran Nations Conference on Human


dan kontaminasi. Environment), 5 sampai 16 Juni
b. Spesies-spesies yang 1972, di Stockholm, Swedia dihadiri
dilindungi dan suaka-suaka alam, 113 negara, 21 organ resmi PBB, 16
dengan alasan bahwa hal ini organisasi antara pemerintah dan 258
merupakan warisan bersama umat organisasi non pemerintah termasuk
manusia. Perjanjian-perjanjian lembaga swadaya masyarakat. 9
internasional mungkin perlu untuk Konferensi tersebut
mengawasi ekspor, impor, dan jual- menghasilkan:
beli spesies-spesies yang terancam 1. Deklarasi tentang
punah. Lingkungan Hidup (United Nation
c. Penipisan sumber- Deklaration on Human
sumber daya laut, mengingat Environment), terdiri dari
ketergantungan manusia terhadap Mukadimah (Preamble) dan 26 asas
laut sebagai sumber protein. (Stockholm Declaration); dan
d. Pemantauan 2. Rencana Aksi
perubahan-perubahan dalam Lingkungan Hidup Manusia (Action
atmosfer bumi, iklim, dan kondisi- Plan), terdiri dari 109 rekomendasi.
kondisi musim. Menurut Declaration of The
e. Pemantauan standar- United Nations Conference on the
standar internasional terhadap baku Human Enviroment ada 26 prinsip
mutu lingkungan. tentang perbuatan internasional dan
f. Pengawasan timbal balik dan nasional di bidang lingkungan. Di
pengendalian atas operasi-operasi antara prinsip-prinsip itu terdapat
industri tertentu di semua negara, tiga prinsip hukum internasional
dimana operasi-operasi tersebut lingkungan, yakni: 10
dapat membahayakan lingkungan, 1. Negara mempunyai
untuk menghilangkan rangsangan- hak kedaulatan untuk
rangsangan guna memperoleh mengeksploitasi sumber-sumber
keuntungan kompetitifdengan sendiri sesuai dengan kebijakan
mengabaikan akibat-akibat dari lingkungannya.
proses-proses yang membahayakan 2. Negara
lingkungan. Prosedur-prosedur untuk bertanggungjawab untuk menjamin
tindakan internasional dalam kasus bahwa kegiatan- kegiatan dalam
ini telah diberikan oleh konvensi- wilayah yuridiksi atau pengawasan
konvensi buruh internasional, yang tidak menyebabkan kerugian bagi
mana salah satu tujuannya untuk lingkungan negara lain atau
menjamin bahwa kompetisi ekonomi lingkungan wilayah di luar batas
antar negara-negara tidak yuridiksi nasionalnya.
menghalangi realisasi standar- 3. Negara berkewajiban
standar yang layak bagi kondisi- untuk bekerja sama mengembangkan
kondisi kerja.
Kesadaran internasional yang 9Daud Silalahi, 1992, Hukum Lingkungan,
kian meluas mendorong PBB PT Alumni, Bandung, h. 18.
menyelenggarakan konferensi 10Sugeng Istanto, 1991, Hukum

tentang lingkungan hidup (United Internasional, Universitas Atma Jaya


Yogyakarta, Yogjayakarta, h.46

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

lebih lanjut hukum internasional dibentuk pada tanggal 3 Maret 1973,


yang mengatur pertanggungjawaban pada pertemuan para wakil 80 negara
dan kompensasi bagi korban polusi di Washington, D.C. dan mulai
dan kerugian lingkungan lain yang diberlakukan pada tanggal 1 Juli
disebabkan oleh kegiatan sejenis 1975, yang berkantor di Jenewa,
pada wilayah di luar yuridiksi Swiss dengan menyediakan
nasionalnya. dokumen- dokumen asli dalam
Sehingga dapat diartikan bahasa Inggris, Perancis, dan
bahwa Deklarasi Stockholm 1972 Spanyol.
merupakan pilar perkembangan CITES adalahperjanjian
Hukum Lingkungan Internasional internasional yang mengatur
Modern, artinya semenjak saat itu perdagangan spesies tertentu dari
hukum lingkungan berubah sifatnya flora dan fauna liar, yakni spesies
dari use-oriented yang termasuk kategori terancam
menjadienvironment-oriented. punah, begitu pula bagian-bagian
Hukum Lingkungan yang bersifat dari spesiesnya.Konvensi ini didasari
use-oriented maksudnya produk adanya kenyataan banyak terjadi
hukum yang selalu mermberikan hak perburuan terhadap spesies yang
kepada masyarakat internasional terancam punah, yang kemudian
untuk mengeksploitasi lingkungan ditindaklanjuti dengan maraknya
dan sumber daya alam tanpa perdagangan ilegal yang sifatnya
membebani kewajiban untuk mengeksploitasi flora maupun fauna.
menjaga, melindungi, dan Dalam Konvensi Wina 1969
11
melestarikannya. Produk hukum dijelaskan bahwa:
yang bersifat environment-oriented The adoption of the text of a
adalah produk hukum yang tidak saja treaty at an international conference
memberi hak kepada manusia untuk takes place by the vote of two thirds
memakai tetapi juga membebani of the States present and voting,
manusia dengan suatu kewajiban unless by the same majority they
untuk menjaga, melindungi dan shall decide to apply a different
melestarikannya. rule.12
Convention on International Sesuai dengan hal tersebut
Trade in Endangered Species of Wild ketentuan pengadopsian naskah
Fauna and Flora (CITES) atau perjanjian CITES13dilakukan melalui
Konvensi Perdagangan Internasional konferensi internasional dengan
Tumbuhan dan Satwa Langka persetujuan dari dua per tiga negara-
Spesies Terancam Punah adalah negara yang hadir dan memberikan
perjanjian internasional antar negara suaranya, berbagai usulan
yang disusun berdasarkan resolusi amandemen yang dari semua peserta
sidang anggota World Conservation disampaikan ke sekretariat sekurang-
Union (IUCN) tahun 1963. CITES kurangnya 90 hari sebelum rapat,
merupakan produk hukum yang amandemen memiliki kekuatan bagi
bersifat environment-oriented yang
12Article9 point 2 Konvensi Wina 1969
11Sukanda Husin, 2009, Penegakan 13ArticleXVII Convention on International
Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Trade in Endangered of Spesies Wild Fauna
Grafika, Jakarta, h. 20. and Flora (CITES)

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

anggota ketika telah disetujui selama dunia.Perdagangan satwa langka


60 hari setelah dua per tiga peserta tanpa izin ini juga memegang posisi
setuju mengamandemen instrumen yang signifikan terhadap keberadaan
ini.Dalam Convention on sebuah spesies. Pada dasarnya segala
International Trade in Endangered kegiatan yang dilakukan oleh
of Wild Fauna and Flora (CITES), manusia membawa pengaruh
instrumen perjanjian internasional terhadap lingkungan tidak selalu
tersebut terdapat padaArticle XX dapat diprediksi. 15
Ratification, Exception, Approval Perdagangan saat ini tidak
dan Article XXI Accesion. Bahwa hanya berkutat dalam lokal, regional,
negara peserta diberikan kebebasan namun telah mengglobal melewati
memlilih cara apa yang akan lintas batas negara.Perubahan
dilakukan untuk mengesahkan tersebutlah yang merupakan
CITES ini. Article XXI menjelaskan timbulnya perdagangan yang
bahwa konvensi memberikan jangka melibatkan partisipasi atau
waktu yang tidak terbatas untuk keikutsertaannegara-negara di dunia
negara yang melakukan pengesahan untuk saling berkompetisi serta
dengan cara aksesi. terlibat di kegiatan perdagangan
Indonesia menandatangani internasional.16
CITES di Washington pada bulan Hal inilah yang membuat
Maret 1973.14Indonesia mengaksesi terjadi interaksi antar negara karena
Convention on International Trade adanya keinginan untuk memenuhi
in Endangered Species of Wild kebutuhannya dengan cara
Fauna and Flora (CITES), melalui melengkapi kekurangan tersebut
Keputusan Presiden No. 43 Tahun melalui perdagangan. Pemenuhan
1978.Ini merupakan transformasi kebutuhan tersebut yang
hukum internasional ke hukum menyebabkan timbulnya
nasional. Dengan diaksesinya CITES perdagangan internasional.
maka konvensi tersebut mengikat Sesuai dengan Pasal 1 ayat (5)
bagi Indonesia, serta mewajibkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990
Indonesia untuk melindungi spesies tentang Konservasi Sumber Daya
langka dari perdagangan Alam Hayati dan Ekosistemnya
internasional. Selain itu setiap pihak mengatakan,
dalam konvensi harus menunjuk satu “Satwa adalah semua jenis
atau lebih otoritas pengelola yang sumber daya alam hewani yang
bertanggung jawab dalam mengelola hidup didarat, dan atau udara, dan
sistem perizinan dan menunjuk satu atau air.”
atau lebih otoritas ilmiah yang
menilai dampak perdagangan
15Muhamad Iqbal, 2014, “Tinjauan Yuridis
terhadap kelestarian spesies tersebut.
Perdagangan satwa langka Terhadap Kepemilikan dan Penjualan
Satwa Langka Tanpa Izin di Indonesia”,
menyebabkan menurunnya tingkat Jurnal Fakuktas Hukum Universitas
keanekaragaman hayati di Mulawarman Kalimantan Timur, h. 8.
16Tumpal Rumpea, 2000, Kamus Lengkap
14Lampiran 1 Keputusan Presiden Perdagangan Internasional Cetakan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun Pertama, PT Gramedia Pustaka Utama,
1978 Jakarta, h. 211.

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Kategori klarifikasi satwa keputusan-keputusan sidang negara-


langka adalah sebagai berikut: 17 negara anggota, mengkoordinir
a. Nyaris Punah, tingkat pelaporan dari negara-negara
kritis atau habitatnya telah menjadi anggota, menerbitkan laporan
sempit sehingga jumlahnya dalam periodik dan lain-lain, yang
keadaan kritis. didistribusikan dalam tiga bahasa
b. Mengarah yaitu Inggris, Perancis, dan Spanyol.
Kepunahan, yakni populasinya Harus diakui bahwa walaupun
merosot akibat eksploitasi yang sudah diratifikasi dalam waktu yang
berlebihan dan kerusakan habitatnya. cukup lama, tetapi peraturan CITES
c. Jarang Populasinya, belum dapat diimplementasikan
berkurang akibat faktor alam ataupun secara optimal untuk mendukung
manusia. perdagangan tumbuhan dan satwa
Melalui perdagangan, baik yang berkesinambungan. Peraturan
perdagangan komersial maupun non- CITES mulai dari keharusan
komersial, lingkungan hidup dapat memiliki peraturan di tingkat
tetap terselamatkan dan nasional, penentuan kuota,
menghasilkan keuntungan secara mekanisme kontrol pengambilan
finansial. Namun pembatasan- tumbuhan dan satwa di alam hingga
pembatasan melalui peraturan yang pengawasan lalu lintas
ada harus sesuai dan dijalankan perdagangannya masih belum
dengan prinsip good governance terlaksana dengan baik. Indonesia
yang baik dengan diawasi oleh pihak pernah memperoleh ancaman total
luar. Kontribusi perdagangan spesies trade bandari sekretariat CITES
langka di beberapa negara tidak karena dianggap tidak cukup
dapat dikatakan sedikit, misalnya memiliki peraturan nasional yang
dapat menyediakan kesempatan kerja memadai yang dapat dipergunakan
dan meningkatkan pendapatan lokal. untuk mendukung implementasi
Faktanya di sisi lain terdapat indikasi CITES. Disisi lain, ternyata
terhadap penurunan populasi pemahaman dari seluruh pemangku
berbagai spesies langka akibat pihak (stake holders) tentang CITES
perdagangan internasional. serta manfaatnya masih belum
Konvensi ini mempunyai suatu sempurna sehingga seringkali
sekretariat yang ditunjuk berdasarkan menimbulkan salah pengertian yang
mandat yang diberikan oleh tentu saja tidak kondusif untuk
Konferensi Negara Anggota kepala mendukung implementasi CITES.
Direktur Eksekutif UNEP, Namun harus diakui bahwa
yangdilaksanakan setiap dua implementasi CITES di Indonesia
setengah tahun. Sekretariat CITES memperlihatkan peningkatan yang
memiliki fungsi kesekretariatan, signifikan, khususnya dalam hal
mengadakan koordinasi terhadap peningkatan pelibatan pemangku
pengkajian teknis dan ilmiah, pihak, termasuk Lembaga Swadaya
mengkaji penerapan konvensi serta Masyarakat (LSM) dalam isu
mengenai CITES. Bahkan pihak
17Laden Marpaung, 1995, Tindak Pidana LSM telah memperoleh pengakuan
Terhadap Hasil Hutan dan Satwa, yang memadai dari Otoritas Ilmiah
Erlangga Press, Surabaya, h. 49

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(Scientific Authority) maupun implementasi nasional termasuk


Otoritas Pengelola (Management tindakan-tindakan legislatif dan
Authority) untuk berperan serta ekonomi, sistem informasi, rencana
dalam pelaksanaan CITES sesuai manajemen, dan unit pelaksana
dengan kapasitas dan fungsi yang hukumnya. Kedua, memastikan
dimiliki. Dalam dua pelaksanaan tindakan-tindakan nasional telah
CoP CITES terakhir, pihak terpenuhi sesuai dengan yang ada di
pemerintah secara terbuka dalam wilayah yuridiksi dan kendali.
mendiskusikan posisi dengan Ketiga, memenuhi kewajiban-
seluruhpemangku pihak, untuk kewajiban sekretariat CITES seperti,
memperoleh masukan yang memadai melaporkan volumeperdagangan dan
untuk dijadikan dasar bagi tindakan-tindakan (measure) yang
penentukan posisi pemerintah dapat berpengaruh terhadap
Indonesia. Harus diakui bahwa kewajiban internasionalnya.
terdapat peluang yang besar untuk 2. Pemenuhan
dapat mengimplementasikan CITES Kewajiban (compliance)
di Indonesia secara optimal, Tahap ini memiliki dua
misalnya semakin banyaknya pihak dimensi, pada tingkat internasional
yang peduli dan turut serta dalam berkaitan dengan apa yang telah
pelaksanaan CITES, tetapi beberapa dilakukan negara anggota untuk
masalah masih harus segera dapat memenuhi kewajibannya dengan
diselesaikan, sehingga pemanfaatan obligasi yang ada di konvensi, dan
tumbuhan dan satwa liar dapat pada tingkat nasional mengacu
dilakukan secara berkelanjutan kepada langkah-langkah yang
melalui mekanisme CITES. diambil oleh individu atau entitas
Sebagai institusi lingkungan legal seperti korporasi dan agen-agen
hidup, untuk melihat apakah aturan- pemerintah untuk memenuhi
aturan tertulisnya telah kewajiban undang-undang
diimplementasikan secara efektif domestiknya.
atau tidak, menurut Juan Carlos 3. Pelaksanaan hukum
Vaquue, CITES tersebut harus (enforcement)
melakukan tiga tahap yaitu: 18 Dalam CITES, pelaksanaan
1. Implementasi hukum adalah tindakan-tindakan
(implementation) yang diambil oleh negara anggota
Suatu negara untuk menghentikan atau
mengimplementasikan kewajiban- menghambat perdagangan legal ini
kewajiban CITES melalaui tiga fase termasuk inspeksi untuk menentukan
yang berbeda. Pertama, dengan status dari pemenuhan kewajiban
mengadopsi tindakan-tindakan undang-undang dan mendeteksi legal
yang diperlukan untuk memenuhi
18Pdf:
kewajiban dan menjatuhkan sanksi
Mengukur Efektivitas CITES Dalam
Menangani Perdagangan Satwa Liar
bagi yang melanggar aturan konvensi
Dengan Menggunakan Identifikasi atau aturan nasional.
Legalisasi Artikel CITES, hlm.798,
https://www.google.com/#q=efektifitas+ B. Perlindungan yang
CITES+di+Indonesia, diakses pada 21 Dilakukan oleh Pemerintah
Agustus 2016, pukul 21.18 wib

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

terhadap Jual Beli Satwa lintas peredaran satwa yang menjadi


Langka di Indonesia objek komoditas perdagangan, sesuai
dengan penetapan jatah penangkapan
Kekayaan alam yang dimiliki dan pengambilan di alam, dilakukan
Indonesia, tersebar di seluruh pulau- dengan cara menerbitkan Surat
pulau di Indonesia. Berbagai jenis Angkut Satwa, baik di dalam negeri
satwa menjadi satwa endemik, yaitu maupun di luar negeri. Secara tegas
satwa yang ada di habitat wilayah diatur dalam Keputusan Menteri
Indonesia merupakan ciri khas dari Kehutanan No.447/Kpt-II/2003.
pulau tersebut. Di Indonesia sendiri Banyaknya satwa langka yang
satwa-satwa tersebut kian hari kian dipelihara, diperdagangkan yang
memprihatinkan, sudah jarang sering ditemui di pasar hewan
ditemukan dan sangat langka di merupakan satwa yang tergolong
habitatnya sendiri. Satwa-satwa ini yang dilindungi atau yang termasuk
sudah jarang ditemukan di habitat hampir punah. Pada hakekatnya
aslinya karena populasinya yang konservasi merupakan berbagai
semakin sedikit. usaha perlindungan, pemeliharaan
Melihat hal tersebut maka dan pemanfaatan secara lestari
pemerintah menerbitkan peraturan sumber daya alam hayati dan
perundang-undangan. Untuk ekosistemnya.
melindungi satwa langka ini dari Selain Undang-Undang No. 5
kepunahaan.Hal ini ditandai dengan Tahun 1990 tentang Konservasi
diterbitkannya Undang-Undang No. Sumber Daya Alam Hayati dan
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Ekosistemnya, banyak peraturan
Sumber Daya Alam Hayati dan perundang-undangan lainnya yang
Ekosistemnya. Dimana undang- menjadi landasan perlindungan
undang ini menentukan pula kategori sumber daya alam pada umumnya
atau kawasan suaka alam dengan ciri dan perlindungan satwa langka pada
khas tertentu, baik di darat maupun khususnya. Pasal 33 UUD NRI 1945
di perairan yang mempunyai fungsi menjadi dasar peraturan tertinggi
pokok sebagai kawasan pengamanan mengenai perlindungan sumber daya
keanekaragaman satwa langka serta alam.
ekosistemnya. Adanya Undang- Undang-Undang No. 5 Tahun
Undang No.5 Tahun 1990 membatasi 1990 tentang Konservasi Sumber
dan menetapkan mana yang disebut Daya Alam Hayati dan
satwa langka yang boleh diperlihara Ekosistemnya menjadi lex generali
dan tidak boleh dipelihara oleh perlindungan sumber daya alam.
manusia. Undang-undang tersebut menjadi
Selain itu dengan dasar dibentuknya peraturan-
mengkonservasi satwa liar peraturan lainnya, seperti:
pemerintah menekankan pada 1. Peraturan Pemerintah No.7
tindakan kerjasama dengan industri, Tahun 1999 tentang
pemerintah, organisasi atau lintas Pengawetan Jenis Tumbuhan
sektor swasta untuk mengendalikan dan Satwa
bahaya dari ancaman punah dan 2. Peraturan Pemerintah No. 8
perdagangan gelap. Pengawasan lalu Tahun 1999 tentang

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan ekosistemnya, pengelolaan


dan Satwa Liar kawasan cagar alam, suaka
3. Keputusan Presiden No. 43 margasatwa, taman wisata alam dan
tahun 1978 tentang Pengesahan taman buru serta koordinasi teknis
CITES pengelolaan taman hutan raya dan
Undang-Undang No. 5 Tahun hutan lindung serta konservasi
1990 juga menjadi bahan tumbuhan dan satwa liar di luar
pertimbangan dibentuknya Badan kawasan konservasi di Propinsi
Konservasi Sumber Daya Alam berdasarkan peraturan perundang-
(BKSDA) melalui Peraturan Menteri undangan yang berlaku. 21 Dalam
Kehutanan No. P.02/Menhut-II/2007. melaksanakan tugas, BKSDA
Balai Konservasi Sumber Daya menyelenggarakan fungsi sebagai
Alam (BKSDA) di setiap daerah berikut: 22
diberikan tanggung jawab oleh 1. Penataan blok, penyusunan
Direktur Jenderal Perlindungan rencana kegiatan, pemantauan dan
Hutan dan Konservasi Alam sebagai evaluasi pengelolaan kawasan cagar
pelaksana19 untuk melakukan alam, suaka margasatwa, taman
penyidikan dibidang Konservasi wisata alam dan taman buru, serta
Sumber Daya Alam Hayati. konservasi tumbuhan dan satwa liar
Balai Konservasi Sumber Daya di dalam dan di luar kawasan
Alam (BKSDA) merupakan Unit konservasi
Pelaksana Teknis (UPT) yang berada 2. Pengelolaan kawasan cagar
di bawah Direktorat Jenderal alam, suaka margasatwa, taman
Konservasi Sumber Daya Alam dan wisata alam dan taman buru serta
Ekosistem bertanggung jawab konservasi tumbuhan dan satwa liar
langsung dibawah Kementerian di dalam dan di luar kawasan.
Lingkungan Hidup dan Kehutanan 3. Koordinasi teknis
Republik Indonesia.Direktorat pengelolaan taman hutan raya dan
Jenderal Konservasi Sumber Alam hutan lindung.
dan Ekosistem mempunyai tugas 4. Penyidikan, perlindungan dan
dalam menyelenggarakan perumusan pengamanan hutan, hasil hutan dan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang tumbuhan dan satwa liar di dalam
pengelolaan konservasi sumber daya dan di luar kawasan konservasi.
alam dan ekosistemnya.20 5. Pengendalian kebakaran
BKSDA sebagai Unit hutan.
Pelaksana Teknis Konservasi
Sumber Daya Alam mempunyai
tugas pokok yaitumenyelenggarakan
konservasi sumber daya alam hayati 21Pasal 2 Peraturan Menteri Nomor
P.8/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
19Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan Pelaksana Teknis Konservasi Sumber
No. P.02/Menhut-II/2007 tentang Daya Alam
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana 22Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor

Teknis Konservasi Sumber Daya Alam P.8/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016


20 Pasal 12 PP Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
tentang Kementerian Lingkungan Hidup Pelaksana Teknis Konservasi Sumber
dan Kehutanan Daya Alam

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

6. Promosi, informasi Konservasi Sumber Daya Alam Jawa


konservasi sumber daya alam hayati Tengah. Kedua Seksi Konservasi
dan ekosistemnya. Wilayah bertugas melakukan
7. Pengembangan bina cinta pengelolaankawasan dalam rangka
alam serta penyuluhan konservasi Konservasi Sumber Daya
sumber daya alam hayati dan berdasarkan peraturan
ekosistemnya. perundangundangan.
8. Kerjasama pengembangan Balai Konservasi Sumber
konservasi sumber daya alam hayati DayaAlam mempunyai peranan
dan ekosistemnya serta penting yangstrategis dalam upaya
pengembangan kemitraan. penyelamatan dan perlindungan
9. Pemberdayaan masyarakat satwa langka dari pemanfaatanyang
sekitar kawasan konservasi. tidak semestinya oleh manusia
10. Pengembangan dan maupun kerusakan alam. Balai
pemanfaatan jasa lingkungan dan KSDA telah melakukan berbagai
pariwisata upaya dalam menanggulangi
11. Pelaksanaan urusan tata kegiatan jual beli satwa ilegal, mulai
usaha dan rumah tangga. dari sosialisasi, penempatan polisi
Perdagangan satwa liar secara hutan, patrol, hingga penindakan
ilegal menjadi ancaman serius bagi apabila menemukan kegiatan
kelestarian satwa liar di Indonesia. perdagangan satwa langka ilegal.
Satwa liar yang diperdagangkan Pelaksanaan tugas BKSDA dalam
secara ilegal berdasarkan berbagai menanggulangi maraknya
fakta yang ditemukan di lapangan perdagangan satwa terdapat beberapa
kebanyakan adalah hasil tangkapan kendala, namun telah dilakukan
dari alam, bukan dari berbagai tindakan untuk kendala
penangkaran.Jenis-jenis satwa liar tersebut.
yang dilindungi dan terancam punah Terbatasnya Sumber Daya
juga masih diperdagangkan secara Manusia menyebabkan kesulitan
bebas di pasar-pasar hewan seluruh dalam pengelolaan kawasan
Indonesia.23 konservasi, sehingga akan
Pengelolaan sumber daya alam menyebabkan tugas pokok dan
yang di lingkungan Jawa Tengah fungsinya tidak berjalan dengan baik.
dilaksanakan oleh Balai Konservasi Hal tersebut berdampak pada
Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa lambannya penanganan tindak
Tengah. BKSDA Jawa tengah pencurian satwa langka di alam.
terbagi menjadi Sub Bagian Tata Pengadaan rapat kerja yang lebih
Usaha Semarang dan Seksi intensif di masing-masing sektor
Konservasi Wilayah (SKW) yaitu wilayah sebagai salah satu upaya
Seksi Konservasi Wilayah I yang dilakukan untuk mencakupi
Surakarta Balai Konservasi Sumber penyelesaian tugas yang tidak
Daya Alam Jawa Tengah dan Seksi sedikit. Pada beberapa kawasan
Konservasi II Pemalang Balai fungsi pegawai BKSDA
dimaksimalkan sebagai pegawai
struktural merangkap juga sebagai
23John Maturbongs,2004, Surga Para pegawai fungsional. Idealnya dengan
Koruptor, Kompas, Jakarta.

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

jumlah personel yang terbatas maka melalui media internet yang


masing masing jabatan harus memanfaatkan jejaring sosial seperti
diemban tiap orang, sehingga tidak facebook. Satwa yang
ada rangka jabatan yang berakibat diperdagangkan ialah satu ekor
tugas dan fungsi berjalan kurang Elang Ular, satu ekor Owa Jawa, satu
maksimal, maka diperlukan ekor Lutung dan satu ekor Kukang
penambahan pegawai. yang dengan sengaja dicuri dan
Terbatasnya sistem koordinasi diperjualbelikan secara ilegal. Pelaku
dan kerjasama antara sektor dapat bernama Imam Agus Nawawi
menyebabkan upaya perlindungan berasal dari Pekalongan. Pelaku
satwa langka menjadi tidak berjalan dikenai Pasal 21 ayat (2) huruf a jo
sesuai harapan sehingga akan Pasal 40 ayat (2) UU No. 5 Tahun
menghambat upaya konservasi itu 1990. Proses yang dilakukan saat ini
sendiri. Usaha yang dilakukan terkait kasus perdagangan satwa
BKSDA ialah terus menerus dilindungi melalui facebook tersebut
melakukankoordinasi dan kerjasama berada dalam proses persidangan dan
dengan berbagai pihak seperti pihak akan dilanjutkan penyidikan oleh
Kepolisian dan Dinas Peternakan. Polisi Resort Pekalongan. Hingga
Upaya mobilisasi antara personel saat ini satwa yang menjadi barang
juga lebih sering ditingkatkan, baik bukti telah dititipkan di Lembaga
ke sesama instansi ataupun ke Konservasi Asri Pekalongan.
masyarakat. Pendapat penulis mengenai
Kurang tenaga ahli kasus tersebut, keberadaan jejaring
dibidangnya tentu akan menghambat sosial yang melakukan perdagangan
pelaksanaan tugas yang dibebankan ilegal dapat membahayakan
oleh suatu instansi. Hal ini menjadi kelestarian satwa langka. Undang-
pekerjaan rumah BKSDA untuk Undang Nomor 5 Tahun 1990
melakukan pelatihan konservasi bagi Tentang Konservasi Sumber Daya
pegawai BKSDA ataupun berasal Alam Hayati dan Ekosistemnya,
dari BKSDA itu sendiri. Pelatihan perdagangan hewan yang dilindungi
tersebut bertujuan untuk lebih tersebut bertentangan dengan
mengenalkan hutan yang termasuk di Peraturan Pemerintah Nomor 7
dalamnya adalah tumbuhan dan Tahun 1999 Tentang Pengawetan
satwa liar sehingga diharapkan dapat Jenis Satwa dan Tumbuhan.
meningkatkan kemampuan Sumber Perdagangan hewan yang dilindungi
Daya Manusia para personel yang dilakukan melalui media
BKSDA dalam melakukan internet seharusnya dapat dikenakan
perlindungan dan pengamanan pula hukuman menurut Undang-
ekosistem hutan serta Undang Nomor 11 Tahun 2008
mensosialisasikan kepada TentangInformasi dan Transaksi
masyarakat. Elektronik.
Berdasarkan hasil penelitian Beberapa permasalahan lain
dan pengambilan data dari BKSDA yang memprihatinkan adalah ketika
Jawa Tengah, pada tanggal 15 maret ditemukannya burung kakatua dalam
2016 menemukan pelanggaran botol plastik bekas air mineral yang
penjualan satwa yang dilindungi diselundupkan melalui Pelabuhan

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tanjung Perak Surabaya. Terdapat penandatanganan, persetujuan untuk


24 ekor burung yang ditemukan terikat pada perjanjian dinyatakan
dengan kondisi dimasukkan ke salah satunya dengan aksesi atau
dalam botol plastik, 12 ekor pengesahan perjanjian internasional.
diantaranya telah mati.Kondisinya Meskipun sudah adanya instrumen
sangat memprihatinkan, stres dan hukum internasional yang mengatur
lemas. Kemudian, fauna malang itu perlindungan terhadap sumber daya
langsung dibawa ke Balai alam hayati khususnya satwa langka,
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa namun instrumen hukum nasional
Timur untuk selanjutnya diperiksa juga penting kemanfaatannya.
oleh petugas medis24. Hukum nasional memiliki sifat yang
Penulis telah melakukan lebih dekat bahkan bersentuhan
observasi di lapangan ketika secara langsung dengan
mendatangi Taman Nasional Ujung permasalahan yang terjadi di
Kulon (TNUK) di Provinsi Banten. yurisdiksi suatu hukum nasional,
Badak Jawa atau yang lebih dikenal dalam hal ini Indonesia. Sifat yang
dengan badak bercula satu terancam lebih dekat tersebut, akan
punah karena kian menyusut memudahkan dalam law enforcement
populasinya. Salah satu pegawai dan pemberian tindakan apabila
TNUK mengatakan bahwa populasi terjadi pelanggaran. Terlebih lagi
Badak Jawa diperkirakan tinggal 60 Negara Indonesia adalah negara yang
ekor. Faktor yang membuat berdasarkan hukum sehingga untuk
berkurang populasi Badak Jawa terwujudnya upaya penyelamatan
antara lain perburuan yang dilakukan dan perlindungan terhadap satwa
oleh warga sekitar karena nilai jual yang dilindungi, perlu suatu
yang tinggi. Perburuan binatang di penegakan hukum secara tegas
TNUK tidak hanya Badak Jawa saja, dengan membentuk suatu tim
tetapi Harimau Jawa dan Macan terpadu yang terdiri dari suatu
Tutul juga diburu untuk dijual instansi yang terkait.
kulitnya. Pihak TNUK belum Oleh karena itu, perlu adanya
mendata populasi harimau tersebut, suatu pengaturan dan perlindungan
namun jumlahnya cukup sedikit. terhadap keanekaragaman itu. Maka
Penyebab maraknya perburuan di dibentuklah Undang-Undang Nomor
TNUK ialah terbatasnya personel 5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya
polisi hutan yang mengakibatkan Alam Hayati dan Ekosistemnya.
banyak pemburu masuk ke Kawasan Undang-Undang No.5 Tahun 1990
TNUK yang luasnya ribuan hektar. menjadikan CITES sebagai bahan
pertimbangan dalam pasal-pasal di
IV. KESIMPULAN dalamnya, secara tidak langsung.
Indonesia menandatangani Kemudian Undang-Undang Nomor 5
CITES di Washington pada bulan Tahun 1990 tersebut menjadi bahan
Maret 1973. Setelah pertimbangan dibentuknya Balai
Konservasi Sumber Daya Alam.
24www.bbc.com/indonesia/majalah/2015 BKSDA sebagai Unit
/05/150506_trensosial_kakatua_penyelu Pelaksana Teknis Konservasi
ndupan diakses pada 3 mei 2016pukul Sumber Daya Alam mempunyai
00.14

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tugas pokok yaitu menyelenggarakan Curlier ,Maria danSteinar Andresen.


konservasi sumber daya alam hayati 2002.” International Trade in
dan ekosistemnya, pengelolaan Endangered Species : The
kawasan cagar alam, suaka Cites Regime,” dalam Edward
margasatwa, taman wisata alam dan Miles et.al, Enviromental
taman buru serta koordinasi teknis Regime Effectiveness,
pengelolaan taman hutan raya dan Confronting Theory Eddence,.
hutan lindung serta konservasi London : Mit Press.
tumbuhan dan satwa liar di luar Gautama, Sudargo. 1997. Hukum
kawasan konservasi di provinsi Dagang Internasional Edisi
berdasarkan peraturan perundang- Kedua Cetakan Pertama.
undangan yang berlaku. Bandung. Penerbit Alumni.
BKSDA telah melakukan Holdgate, Martin. 1999 ”The Green
berbagai upaya dalam Web. Union for World
menanggulangi kegiatan jual beli Conservation”, London:
satwa ilegal, antara lain sosialisasi Garthsoan.
tentang larangan perdagangan Husin, Sukanda. 2009. Penegakan
tumbuhan dan satwa liar (TSL) yang Hukum Lingkungan Indonesia.
dilindungi, penempatan polisi hutan Jakarta. Sinar Grafika.
di tempat mobilisasi masyarakat Husin,Sukanda. 2006. Pengaturan
(terutama di pelabuhan dan bandar Perlindungan Kenekaragaman
udara), koordinasi dengan berbagai Hayati dalam Lingkungan
pihak yang terkait (seperti TNI, Internasional edisi XV, Jurnal
Polri, dan Bea Cukai), hingga Hukum Universitas Andalas,
penegakkan hukum apabila Sumatera Barat.
ditemukan pelanggaran berupa Peraturan Menteri Kehutanan No.
perdagangan TSL yang dilindungi. P.02/Menhut-II/2007 tentang
Menurut pendapat penulis, Organisasidan Tata Kerja Unit
sejauh ini peranan negara melalui Pelaksana Teknis Konservasi
BKSDA dalam memberi tindakan Sumber Daya Alam
terhadap perdagangan satwa langka Peraturan Menteri Kehutanan No.
telah mengalami perkembangan yang P.19/Menhut-II/2005 tentang
baik. Penulis melihat dari kasus yang Penangkaran Tumbuhan dan
diproses oleh BKSDA hingga Satwa Liar
jatuhnya putusan terhadap pelaku. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun
2015 tentang Kementerian
Lingkungan Hidup dan
V. DAFTAR PUSTAKA Kehutanan
Cameron D, Peter. 2008. Climate Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
Change: A Guide to Carbon 1999 tentang Pengawetan Jenis
Law and Practice. London: Tumbuhan dan Satwa
Globe Business Publishing Ltd. Silalahi, Daud. 1992. Hukum
Convention on International Trade in Lingkungan. Bandung. PT
Endangered Species of Wild Alumni.
Fauna and Flora (CITES) Soehartono, Tonny dan Ani
1973. Mardiastuti. 2003Pelaksanaan

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Konvensi CITES di Indonesia. Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan


Jakarta: Japan International Alam Indonesia, Jakarta:
Cooperation Agency. Yayasan Obor Indonesia.
Starke, J.G. 1989. Pengantar Hukum Susanto, Heru.2004. Arwana,
Internasional Edisi Kedua, Jakarta: PT. Niaga Swadaya,
Jakarta: SinarGrafika. 2004.
Sudarto ,Yudo. 2005. Budi Daya
Ikan Hias Siluk, Yogyakarta:
Kanisius.

17

Anda mungkin juga menyukai