Anda di halaman 1dari 3

Abstrak

Orang utan merupakan salah satu fauna yang dilindungi di Indonesia. Keberadaannya
semakin berkurang dari waktu ke waktu. Bukan tanpa sebab, keberadaan orang utan yang
makin menurun disebabkan oleh banyak faktor, kebakaran hutan yang menyebabkan hewan
tersebut ikut mati, penjualan dan pembunuhan hewan secara ilegal, hilangnya habitat asli dan
sumber makanan hewan tersebut karena pembukaan lahan hutan dan penebangan liar, dan
masih banyak lagi. Permasalahan merupakan hal yang sering kita dengar dan lihat diberita.
Sangat menyedihkan mengetahui populasi salah satu hewan yang dilindungi semakin
menurun. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk tetap menjaga dan meningkatkan
populasi orang utan di Indonesia, sebelum hewan tersebut dinyatakan punah.

PENDAHULUAN

Seperti yang kita ketahui, di Indonesia sangat rawan terjadi penurunan angka populasi satwa
khususnya satwa yang dilindungi. Meskipun sudah tidak asing lagi, setiap pemberitaan
mengenai penurunan populasi satwa yang dilindungi sangat menyedihkan. Banyak dari kita
pasti sering mendengar atau melihat berita tersebut. Namun, apa itu satwa yang dilindungi?
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya, satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat,
dan atau di air, dan atau di udara. Satwa yang dilindungi merupakan satwa baik di darat, di air
maupun di udara, yang populasinya sangat kecil dan mempunyai tingkat perkembangan yang
relatif lambat. Sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan yang berisi agar satwa tersebut
dilindung, dijaga dan dikembangbiakkan agar populasinya dapat bertambah. Salah satu
hewan yang dilindungi di Indonesia adalah orang utan.

Menurut Konferensi Internasional Orangutan yang dimulai dengan baik dengan mengundang
individu dari negara habitat orangutan, banyak negara yang diikutsertakan salah satunya
negara Indonesia yang paling terlibat langsung dalam isu-isu konservasi yang berkaitan
dengan orangutan atau juga yang disebut "kera yang terabaikan". Salah satu alasan
menyebutkan bahwa orangutan sebagai kera terlantar adalah karena jumlahnya jauh lebih
sedikit publikasi ilmiah tentang spesies ini daripada yang ada di kera lain, gorila dan
simpanse. Apalagi, publikasi tentang konservasi orangutan masih sangat sedikit. Dari total
719 kutipan bibliografi yang tersedia tentang konservasi kera besar, orangutan hanya
memiliki 178, sedangkan gorila dan simpanse termasuk bonobo, masing-masing memiliki
278 dan 263.
Orang utan yang mempunyai nama ilmiah Pongo merupakan salah satu jenis kera besar yang
tinggal di daerah tropis seperti Indonesia khususnya di daerah Sumatra dan Kalimantan. Di
masa lalu, mereka mencakup area yang jauh lebih besar seperti fosil orangutan telah
ditemukan dalam penggalian zaman batu dari Cina selatan hingga Kalimantan dan Jawa. Di
saat ini, populasi alami hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera dan Kalimantan dengan
perkiraan populasi masing-masing 6.600 dan 54.000. Lebih dari satu dekade lalu, orangutan
di dua Pulau-pulau tersebut diakui sebagai spesies yang berbeda, yaitu Pongo pygmaeus di
Kalimantan dan Pongo abelii di Sumatera. Orangutan Kalimantan dibagi lagi menjadi tiga
sub-spesies; Pongo pygmaeus pygmaeus (di Kalimantan Barat), Pongo hal. morio
(Kalimantan Utara) dan Pongo. hal. wurmbii (Selatan Kalimantan). Orangutan menjadi
semakin langka selama beberapa dekade terakhir dan sekarang terbatas pada daerah habitat
yang cocok di pulau Sumatera dan Kalimantan.

Dilansir dari Kompas.com populasi Orang utan di Indonesia terancam kritis. Status tersebut
dikeluarkan oleh Sertifikat Internasional untuk Pelestarian Alam (IUCN). Status terancam
punah menurut IUCN merupakan kondisi dimana satwa tersebut mendekati angka kepunahan
yang sangat tinggi di alam liar. Karena iklim tropis di Indonesia dan kawasan hutan yang
luas, dan populasi manusia yang tinggi, Indonesia merupakan hotspot global untuk
munculnya penyakit zoonosis dari hewan, terutama satwa liar. Dengan 60% penyakit
zoonosis berasal dari satwa liar, Tinjauan terbaru tentang kesehatan orangutan dan populasi
kera lainnya menunjukkan hilangnya habitat dan fragmentasi memberikan tekanan yang tidak
semestinya karena Populasi Orang utan yang terancam kritis bahkan mendekati angka
kepunahan disebabkan oleh berbagai pernasalahan, seperti akses ke makanan berkurang,
peluang kawin berkurang, dan kerentanan terhadap penyakit meningkat. Hal ini diperparah
dengan meningkatnya kepadatan populasi di habitat yang tersisa yang dapat memicu konflik
antar orangutan, meningkatkan kematian, perkawinan sedarah, dan memfasilitasi wabah
penyakit. Penyakit juga dapat menimbulkan risiko pada tingkat populasi individu di mana
populasinya kecil dan terisolasi yang menyebabkan hilangnya keragaman genetik dan
diperparah dengan di mana ada kepadatan atau gangguan reguler dari aktivitas yang
diperantarai manusia pada perilaku orangutan (misalnya, pariwisata, reintroduksi/translokasi
orangutan), ruang lingkup tempat tinggal atau habibat alaminya yang semakin mengecil
karena pembukaan lahan hutan untuk pemukiman warga, untuk daerah industri dan
kebakaran hutan yang menghanguskan tempat tinggalnya. mungkin ada peningkatan paparan
agen penyakit potensial. Selain itu terdapat oknum yang secara ilegal menjual belikan dan
membunuh satwa tersebut dan masih banyak lagi permasalahan yang menyebabkan
menurunnya populasi satwa yang dilindungi.

Anda mungkin juga menyukai