net/publication/322202776
CITATIONS READS
0 171
3 authors:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
population microhyla in telaga warna, puncak west java indonesia View project
All content following this page was uploaded by Hardiyanti Hardiyanti on 02 January 2018.
ABSTRACT
Populasi kura-kura (ordo Testudinata) di Pulau Jawa terancam penurunan akibat penangkapan berlebihan untuk
perdagangan. Perdagangan kura-kura makin marak akibat tingginya minat pembeli, dan harga jual, sehingga
ancaman kepunahan kura-kura maupun kerugian negara akibat penangkapan liar makin meningkat. Penelitian
ini bertujuan mengidentifikasi spesies kura-kura yang diperdagangkan di Jakarta dan Bogor, khususnya spesies
yang tercantum dalam Red List IUCN, dan Appendix CITES. Penelitian menggunakan metode survey dan
wawancara, pada 11 toko penjual satwa di Jakarta, dan Bogor. Hasil penelitian mendapati 31 spesies kura-kura,
terdiri atas 8 spesies lokal (26%), dan 23 spesies pendatang (74%). Ditemukan lima spesies kura-kura berstatus
kritis (critically endangered), tiga spesies berstatus genting (endangered), dan 11 spesies berstatus rentan
(vulnerable) menurut Red List IUCN. Penelitian ini juga mendapati beberapa spesies dalam Appendix II
CITES yang kuotanya diatur ketat, namun dijual secara bebas, yaitu Chelodina mccordi (kura-kura leher ular),
Cuora amboinensis (kura-kura Ambon), Siebenrockiella crassicollis (kura-kura pipi putih), Manouria emys
(kura-kura emys), Carettochelys insculpta (labi-labi moncong babi), dan Cyclemys dentata (kura-kura daun).
Spesies lokal paling banyak diminati adalah C. amboinensis, S. crassicollis, dan C. mccordi, sedangkan spesies
pendatang paling banyak dijual yaitu kura-kura Brazil Trachemy scripta elegans.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan, dianalisis
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif,
(Siregar, 2014). Untuk melengkapi analisis,
digunakan data sekunder dari berbagai sumber Gambar 1. Kura-kura yang banyak dijual di Jakarta dan Bogor.
yang terkait. a) Trachemys scripta elegans; b) C. amboinensis
(Sumber:http://www.arkive.org,
http://www.reptilesmagazine.com)
2
Tabel 1. Spesies kura-kura yang diperdagangkan di lokasi penelitian
Spesies Chelodina mccordi (kura-kura leher kecil, rawa-rawa, dan beberapa aliran sungai.
ular) dari family Chelidae, cukup banyak dijumpai Spesies ini sangat diminati untuk diperdagangkan
pada penelitian ini. Family Chelidae merupakan sehingga terjadi penangkapan yang berlebihan,
anggota sub ordo Pleurodira, yang memiliki ciri sampai titik ambang kepunahannya di alam. Sejak
khas yaitu hanya mampu membelokkan kepala dan tahun 2001 tidak terdapat lagi perdagangan resmi
lehernya ke samping, apabila bersembunyi. Kura- C. mccordi yang diijinkan, namun sampai dengan
kura sub ordo Pleurodira lebih primitif sekarang belum tersedia informasi perkiraan
dibandingkan sub ordo Cryptodira, yang mampu populasi spesies ini di alam (Shepherd &
memasukkan kepala ke dalam tempurungnya untuk Ibarrondo, 2005).
melindungi diri. Kura-kura dari family Testudinidae dijumpai
Spesies C. mccordi adalah kura-kura endemik paling banyak dalam penelitian ini, tercatat terdapat
di habitat lahan basah P. Roti, NTT. Pulau ini 10 spesies. Sebagian besar kura-kura yang
memiliki iklim tropis kering, dan habitat lahan teridentifikasi dari family ini merupakan spesies
basah yang terbatas, sehingga distribusi spesies ini pendatang, hanya satu spesies lokal yaitu Manouria
juga terbatas pada area pesawahan, danau-danau emys. Ditemukan pula satu spesies kura-kura dari
3
family ini yang habitat asalnya terisolasi di ini berasal dari Pasar Empang, sebanyak 14 ekor T.
kepulauan Seycheles Afrika (Nationalgeographic, scripta elegans berukuran kecil.
2013), yaitu Geochelone gigantea. Kura-kura
family Testudinidae memiliki ciri khas, yaitu tidak
memiliki selaput renang pada jari kakinya. Hal ini
menandakan bahwa semua anggota family
Testudinidae bersifat terestrial (Kurniati, 2007).
Suasana perdagangan kura-kura di Jakarta, dan
Bogor sangat berbeda, dalam hal ragam jenis,
maupun jumlah kura-kuranya (Tabel 2). Hasil
pengumpulan data di Bogor (Gambar 2), hanya
mendapati satu jenis, yaitu T. scripta elegans.
Umumnya pedagang satwa reptil di Bogor tidak
menjadikan kura-kura sebagai komoditas utama,
karena peminatnya sangat sedikit. Jumlah individu Gambar 2. Perdagangan Kura-kura di Bogor
kura-kura terbanyak yang ditemui pada pengamatan (Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016)
Tabel 2. Jumlah Jenis dan Individu Kura-kura yang Dijual di Lokasi Penelitian
Wilayah Lokasi Kura-kura Lokal Kura-kura Pendatang
Jumlah Jenis Jumlah Jumlah Jenis Jumlah
Individu Individu
Pasar Bogor - - 1 11
Jalan Binamarga - - 1 2
Bogor Ciawi - - 1 7
Ciluar - - 1 1
Pasar Empang - - 1 14
Jumlah individu 35
Pasar Minggu - - 1 17
Jalan Barito 2 38 1 51
Pasar Bali Mester 1 10 1 90
Jakarta Gunung Sahari 6 26 16 134
Pasar Glodok 2 100 1 4
Jalan Kartini 1 2 7 69
Mangga Dua Square 6 71 14 57
Jumlah individu 247 422
Di Pasar Minggu Jakarta, hanya ditemukan merupakan pasar burung terbesar ke dua setelah
satu toko yang menjual kura-kura, yaitu kura-kura pasar burung jalan Pramuka, dan di pasar ini
T. scripta elegans sejumlah 17 individu. Di lokasi ditemukan juga penjualan monyet ekor panjang,
Jalan Barito, Jakarta (Gambar 3), hanya ditemukan tupai, ular, dan ikan hias.
empat toko yang menjual kura-kura, dari jenis C.
amboinensis, C. mccordi, dan T. scripta elegans.
Di lokasi pasar Jatinegara Jakarta, hanya Cukup banyak anggota masyarakat kelas atas
ditemukan kura-kura T. scripta elegans, dan C. di Jakarta yang memelihara kura-kura langka,
amboinensis. Pasar Jatinegara (Gambar 4) antara lain Astrochelys radiata (kura-kura radiata),
4
Chelonoidis carbonaria (kura-kura kaki merah), G.agassizii, M. temminckii, C. sulcata, M. terrapin,
Geochelone pardalis, dan Centrochelys sulcata dan A. pallidipectoris (IUCN, 2016).
(Shepherd & Nijman, 2007; Media Indonesia, Hasil pendataan yang diperoleh pada
2010). Temuan ini menunjukkan daya beli tinggi penelitian ini menjumpai penjualan secara bebas 25
masyarakat kelas atas Jakarta, yang berimplikasi spesies kura-kura yang tercantum dalam Appendix
pada meningkatnya keterancaman terhadap spesies I, II, dan III CITES. Spesies yang masuk dalam
kura-kura yang dilindungi, akibat penangkapan Appendix CITES memiliki konsekuensi, yaitu
berlebihan dari alam. perdagangannya diatur dan dilaksanakan sesuai
Penelitian yang dilakukan Sinaga (2008) kesepakatan internasional, oleh negara-negara yang
mendapati 48 spesies kura-kura diperdagangkan di meratifikasi CITES.
Jakarta. Pada penelitian ini, 30 dari 48 spesies Djumpai empat spesies kura-kura yang
tersebut tidak lagi dijumpai diperjualbelikan di tercantum Appendix I CITES, 17 spesies tercantum
seluruh tempat pengambilan data. Beberapa spesies dalam Appendix II CITES, dan empat spesies lain
kura-kura yang tidak lagi dijumpai tersebut, antara masuk dalam Appendix III CITES (Tabel 2).
lain Pelomedusa subrufa, Platemys platycephala, Empat spesies kura-kura dalam Appendix I CITES
Phrynops geoffroanus, Lissemys punctata. yaitu A. radiata, G. carbonaria, P. geometricus,
dan G. hamiltonii. Appendix I CITES berisi daftar
Perlindungan Kura-Kura spesies yang dilarang untuk diperjualbelikan,
kecuali untuk keperluan penelitian dengan ijin
Hasil inventarisasi pada penelitian ini
khusus. Spesies kura-kura lokal yang masuk dalam
mendapati banyak spesies kura-kura dilindungi
Appendix II CITES dan ditemukan pada penelitian
yang tercantum dalam Red List IUCN, namun
ini, yaitu C. mccordi, C. amboinensis, C. dentata,
ternyata diperdagangkan secara terbuka, terutama
M. emys, S. crassicollis, dan C. insculpta.
di Jakarta. Tercatat lima spesies kura-kura berstatus
Appendix II CITES berisi daftar spesies tumbuhan
kritis (critically endangered), tiga spesies berstatus
dan satwa yang boleh diperdagangkan secara
genting (endangered), dan 11 spesies berstatus
global, namun dengan pengaturan ketat.
rentan (vulnerable) diperjualbelikan secara bebas di
Ditemukannya cukup banyak spesies kura-
Jakarta (Tabel 2).
kura Appendix I dan II CITES pada penelitian ini,
Sebanyak tiga spesies dari lima spesies kura-
menunjukkan lemahnya pengawasan perdagangan
kura berstatus kritis, yaitu A. radiata, C. mccordi,
satwa liar di Indonesia, khususnya di ibu kota
dan P. geometricus, ditemukan dijual dalam jumlah
Jakarta. Pemerintah RI selain menjalankan
cukup banyak pada penelitian ini. Temuan tersebut
ketentuan yang merujuk pada IUCN dan CITES,
dijumpai pada toko satwa di Jl. Gunung Sahari,
juga telah menerbitkan beberapa peraturan untuk
Jakarta, serta event Pameran Flora dan Fauna di
perlindungan satwa liar yang berlaku nasional.
Mangga Dua Square, Jakarta. Temuan ini cukup
Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah No. 7
memprihatinkan mengingat status spesies-spesies
Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
tersebut berada dalam kategori kritis, atau sangat
dan Satwa. Dalam PP ini disebutkan bahwa spesies
terancam puanh di alam. Hal ini menunjukkan
C. insculpta (labi-labi moncong babi) tidak boleh
lemahnya pengawasan pemerintah, maupun
dimanfaatkan, kecuali untuk tujuan penelitian dan
penegakan peraturan/hukum perlindungan satwa
penangkaran, dengan ijin terbatas. Mengacu pada
liar di Indonesia.
ketentuan ini, perdagangan C. insculpta seharusnya
Informasi tentang status konservasi spesies
hanya dapat dilakukan jika berasal dari hasil
kura-kura dalam Red List IUCN yang dirujuk,
penangkaran (Media Indonesia, 2010), bukan
beberapa di antaranya telah berusia 20 tahun, dan
pengambilan langsung dari alam, namun kenyataan
belum mengalami pembaruan (updating) data. Hal
di lapangan berbeda dari ketentuan tersebut.
ini tentu menjadi perhatian, terkait dengan
kepastian kondisi terakhir populasi spesies tersebut
di alam, maupun upaya perlindungannya secara
berkelanjutan. Beberapa spesies kura-kura dengan
sumber rujukan yang belum mengalami pembaruan
tersebut, antara lain adalah G. gigantea,
5
Tabel 2. Status kura-kura yang dijumpai, berdasarkan Red List IUCN dan CITES
Status pada Red List Acuan pada
No. Spesies
IUCN & tahun acuan* CITES **
1. Astrochelys radiata CR, 2008 Appendix I
2. Psammobates geometricus CR, 2015 Appendix I
3. Chelodina mccordi CR, 2000 Appendix II
4. Cuora yunnanensis CR, 2010 Appendix II
5. Geochelone radiata CR, 2008 Appendix II
6. Manouria emys EN, 2000 Appendix II
7. Ocadia sinensis EN, 2000 Appendix III
8. Graptemys gibbonsii EN, 2013 Appendix III
9. Geoclemys hamiltonii VU, 2000 Appendix I
10. Cuora amboinensis VU, 2000 Appendix II
11. Geochelone gigantea VU, 1996 Appendix II
12. Gopherus agassizii VU, 1996 Appendix II
13. Macrochelys temminckii VU, 1996 Appendix III
14 Centrochelys sulcata VU, 1996 Appendix II
15. Siebenrockiella crassicollis VU, 2000 Appendix II
16 Pelodiscus sinensis VU, 2000 Appendix II
17. Acanthochelys pallidipectoris VU, 1996 -
18. Podocnemis unifilis VU, 2000 Appendix II
19. Carettochelys insculpta VU, 2000 Appendix II
20. Malaclemys terrapin NT, 1996 Appendix II
21. Cyclemys dentata NT, 2000 Appendix II
22. Geochelone pardalis LC, 2015 Appendix II
23. Elseya novaeguineae LC, 2000 -
24. Emydura subglobosa LC, 2000 -
25. Geochelone carbonaria - Appendix I
26. Chelydra serpentina LC, 2012 -
27. Chelonoidis carbonaria - -
28. Chelus fimbriata - Appendix II
29. Graptemys pseudogegraphica kohnii - Appendix III
30. Trachemys scripta elegans - -
31. Rhinoclemmys pulcherrima manni - -
Ket: CR = critically endangered; EN = endangered; VU = vulnerable; NT = near threatened; LC = least concern
(Sumber : *IUCN, 2016; **CITES, 2016)
SIMPULAN Bandung. 1,13, 21, 24, 51, 69, 73, 95, 102, 133,
Pengawasan terhadap perdagangan spesies 144.
satwa liar yang dilindungi di Indonesia masih IUCN. 2016. About Red List IUCN. .
lemah, terbukti dengan ditemukannya penjualan http://www.iucnredlist.org/about/introduction
secara bebas 19 spesies kura-kura yang tercntum Diakses pada 20 Januri 2016 pukul 20.00 WIB.
dalam Red List IUCN, maupun 18 spesies dalam Kurniati, H. 2007. Baning Hutan Manouria emys
Appendix I dan II CITES yang perdagangannya emys Satwa Liar Penghuni Hutan yang Perlu
diatur berdasarkan kesepakatan global. Dilindungi. Jurnal Fauna Indonesia 7(1): 9.
Media Indonesia. 2010. Seraut Kepunahan di
DAFTAR PUSTAKA Pesta Satwa. Jakarta. 8.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Perdagangan National Geographic. 2013. Aldabra, Dimana
Luar Negeri. Ekspor. Agustus 2015. Indonesia. Jumlah Kura-kura Lebih Banyak dari
4. Manusia.http://www.nationalgeographic.co. id.
CITES. 2016. Index of CITES Species. Diakses pada 1 June 2016 pukul 20.00 WIB
http://www.checklist.cites.org Diakses pada 21 Rahardjo, M. F. 2011. Spesies Akuatik Asing
Mei 2016. Pukul 09:00 WIB. Invasif. Prosiding Forum Nasional Pemacuan
Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura dan buaya Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011.
Indonesia dan Papua Nugini. PAL Media Citra. Masyarakat Iktiologi Indonesia. 1.
6
Rhodin, A.G.J., A.D. Walde, B.D. Horne, P.P. van
Dijk, T. Blanck, R. Hudson. 2011. Turtles in
Trouble: The World’s 25 Most Endangered
Tortoises and Freshwater Turtles. Wildlife
Conservation Society and San Diego Global
Zoo. 9.
Shepherd, C. R., B. Ibarrondo. 2005. Perdagangan
Kura-kura Berleher Ular Pulau Roti Chelodina
mccordi, Indonesia. Traffic. Malaysia. 22.
Shepherd, C. R., V. Nijman. 2007. Tinjauan
Terhadap Peraturan Perdagangan Kura-Kura
Air Tawar Sebagai Satwa Peliharaan di Jakarta,
Indonesia. Traffic. Malaysia. 1.
Sinaga, H.N.A. 2008. Perdagangan Jenis Kura-
kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta.
Thesis. Program Studi Konservasi
Keanekaragaman Hayati. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2, 14.
Siregar, S. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Kencana Prenadamedia Group.
Jakarta. 126.
TRAFFIC. 2007. Tinjauan terhadap Peraturan
Perdagangan Kura-kura Air Tawar Sebagai
Satwa Peliharaan di Jakarta, Indonesia.
Petaling Jaya. Malaysia. II, 2.
Warta Bea Cukai. 2015. Jaga Alam, Lindungi
Flora dan Fauna Indonesia. Volume 47. Nomor
7. 6, 7, 11.