Penyusun:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan Tugas laporan Mata Kuliah Ekowisata “SATWA INDONESIA YANG
DILINDUNGI” dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada dosen yang senantiasa
membimbing sehingga tugas ini dapat disusun sedemikian rupa.
Kami menyadari betul bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu kami sangat menantikan kritik serta saran yang membangun supaya kami dapat
lebih baik lagi dalam menyusun makalah di kemudian hari.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi pembaca.
Penyusun
1
PENDAHULUAN
Perlindungan terhadap satwa merupakan satu wujud upaya konservasi satwa. Perlunya tindakan
konservasi alam dilakukan agar keberlangsungan hidup satwa terus berlanjut sehingga tidak akan
terjadi kepunahan. Berdasarkan data IUCN (International Union for Conservation of Nature),
Sebanyak 872 jenis spesies makhluk hidup di dunia dinyatakan telah punah, sementara, lebih dari
27,000 spesies terancam punah dengan persentase 40% kelompok amfibi, 25% mamalia, 34%
konifera, 14% unggas, 31% hiu, 33% terumbu karang dan 27% krustasea.
IUCN mengelompokkan daftar spesies satwa ke dalam tujuh kategori daftar merah, yakni:
2
3. Vulnerable (VU)
Satwa yang digolongkan ke dalam status Vulnerable (VU) atau rentan, yaitu spesies yang
sangat rentan mengalami kepunahan dialam liar pada masa mendatang. Di Indonesia
terdapat 550 spesies hewan yang termasuk kategori Vulnerable (VU).
Contoh satwa yang masuk dalam kategori Vulnerable (VU):
Kuskus Beruang (Auilorps ursinus)
Luntur Gunung (Apalharpactes reindwardtii)
Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus)
Merak Hijau (Pavo muticus)
Ikan Batak (Neolissochillus thienemanni)
4. Endangered (EN)
Satwa yang digolongkan ke dalam status Endangered (EN) atau terancam, menunjukkan
risiko kepunahan dialam liar yang sangat tinggi pada masa mendatang. Populasi satwa yang
tergolong dalam Endangered (EN) sangat kecil. Kemungkinan punahnya satwa golongan
ini sekitar lebih dari 50% dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. Satwa endemik Indonesia
yang masuk ke dalam status Endangered (EN) terdapat sebanyak 195 spesies.
Contoh satwa yang masuk dalam kategori Endangered (EN):
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
Surili (Presbytis comata)
Anoa dataran rendah (Bubalus depresicornis)
Banteng (Bos javanicus)
Ikan Naga (Scleropages formosus)
5. Critically Endangered (CR)
Satwa yang digolongkan ke dalam status Critically Endangered (CR) atau kritis atau sangat
terancam punah, menunjukkan risiko kepunahan dialam pada waktu dekat. Populasi satwa
yang tergolong dalam Critically Endangered (CR) sangat kecil dan di habitat alaminya
semakin sulit ditemukan. Satwa-satwa tersebut memiliki ancaman kepunahan sangat besar
dari internal maupun eksternal. Di Indonesia terdapat 75 spesies hewan yang termasuk
kategori Critically Endangered (CR).
Contoh satwa yang masuk dalam kategori Critically Endangered (CR):
Orangutan Sumatra (Pongo abelii)
3
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
Kura-kura Bintang (Chitra chitra)
Buaya Siam (Crocodylus siamensis)
6. Extinct in The Wild (EW)
Status konservasi yang diberikan kepada species yang hanya diketahui keberadaannya di
tempat penangkaran atau luar habitat. Organisme yang masuk golongan ini sudah sama
sekali tidak terdapat di alam namun beberapa individu terdapat di penangkaran. Organisme
yang masuk golongan ini telah dianggap punah secara ekologis karena sudah tidak dapat
ditemukan di habitat aslinya, dan hanya dapat ditemukan di penangkaran. Setelah upaya
penagkaran menghasilkan individu yang dapat dilepaskan di alam maka kategorinya dapat
diturunkan
Contoh Satwa tergolong dalam Extinct in the Wild
Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis)
Komodo Dragon (Varanus Komodoensis)
Labi-labi tempurung hitam (Nillssonia Nigricans)
7. Extinct (EX)
Status konservasi EX diberikan kepada spesies yang terbukti sudah punah sehingga tidak
tersisa satu individu pun yang dapat bertahan hidup. Dalam daftar merah IUCN tercatat
723 satwa dan 86 tumbuhan berstatus punah.
Contoh satwa yang masuk dalam kategori EX:
Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica)
Harimau Bali (Panthera Tigris Balica)
Tikus Gua Flores (Argusinus Bipunctatus)
Tikus Hidung Panjang Flores (Paulamys Naso)
8. Data Deficient (DD)
Spesies ini sebenarnya sudah diobservasi, tetapi belum menyeluruh, sehingga
informasi yang terkumpul belum memadai untuk membuat perkiraan akan risiko
kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Dalam IUCN Red List tercatat
5.813 hewan dan 735 tumbuhan yang berstatus Data Deficient (DD / Informasi Kurang).
Contoh satwa yang masuk dalam kategori DD:
4
Punggok Papua (Todirhamphus nigrocyaneus)
Kupu-kupu (Euphydryas maturna)
Emoia mivarti (Lygosoma mivarti)
Ikan bulan-bulan (Megalops cyprinoides,)
9. Not Evaluated (NE)
Sebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria
daftar merah IUCN. Spesies hewan NE terdaftar sebanyak 6,702. Contoh satwa yang
masuk dalam kategori ini ialah . Punggok Togian (Ninox burhani)
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
merupakan konvensi multilateral yang berperan dalam melindungi tumbuhan dan satwa yang
terancam. CITES mengatur pengaturan mengenai perdagangan flora maupun fauna dengan
membagi kelompok apendiks:
1. Apendiks I
Apendiks I berisi spesies-spesies yang sudah terancam punah. Ilegal untuk melakukan
perdagangan satwa yang masuk dalam kelompok ini. Sekalipun dilakukan perdagangan,
butuh izin ekspor dan impor, dan masing-masing Negara harus menjamin bahwa ekspor
spesies tidak akan berpengaruh buruk bagi populasi satwa liar.
Satwa yang termasuk ke dalam Apendiks 1:
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas)
Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus)
Singa Asia ( Panthera leo leo)
Ikan naga (Scleropages formosus)
Buaya sinyulong (Tomistoma schlegelii)
2. Apendiks II
Spesies yang tidak terancam punah namun dapat terancam punah jika regulasi perdagangan
tidak diatur dengan ketat masuk ke dalam kelompok Apendiks II. Spesies Apendiks II
diperdagangkan secara internasional dengan persetujuan izin ekspor atau sertifikat re-
5
ekspor oleh badan pengelolaan Negara eksportir. Kegiatan ekspor ini tidak boleh sampai
berdampak buruk pada populasi spesies di alam liar.
Satwa yang termasuk ke dalam Apendiks II:
Elang Bondol (Haliastur indus)
Labi-labi (Amyda cartilagenea)
Kima Raksasa (Tridacna gigas)
Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
3. Apendiks III
Spesies yang dimasukkan ke dalam Apendiks III adalah spesies yang dimasukkan ke
dalam daftar setelah salah satu negara anggota meminta bantuan para pihak CITES dalam
mengatur perdagangan suatu spesies. Spesies tidak terancam punah dan semua negara
anggota CITES hanya boleh melakukan perdagangan dengan izin ekspor yang sesuai dan
Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin (COO). Belum ditemukan
databahwa ada satwa Indonesia yang masuk ke dalam Apendiks III.
6
PERDAGANGAN HEWAN DILINDUNGI
Appendiks II
7
Termasuk spesies dilindungi menurut PERMEN No.
P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018.
Apendiks II
Daerah persebaran: Maluku, Kepulauan Sunda kecil, Irian, Australian, Papua Nugini dan
Kepulauan Solomon
Appendiks II
8
B. Perdagangan Secara Daring
Menurut observasi penulis berdasarkan hewan-hewan yang masuk ke dalam
kategori red list IUCN, terdapat beberapa hewan berstatus dilindungi yang masih
diperjualbelikan di sosial media. Pada observasi ini, penulis menemukan transaksi jual beli
hewan tersebut di media sosial Facebook. Di sini para penjual berkumpul dalam suatu
forum yang di dalamnya terdapat ratusan bahkan ribuan orang. Ada pula berbagai syarat
yang harus dilakukan apabila seseorang ingin masuk ke dalam forum atau group tersebut.
Syarat-syarat tersebut antara lain adalah harus mencantumkan nomor telepon, dan tidak
boleh mengunggah suatu hal yang tidak ada kaitannya dengan perhewanan.
Beberapa iklan jual beli hewan yang penulis temukan di laman Facebook antara lain:
9
2. Kakatua Tanimbar
Burung Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiana)
adalah salah satu spesies burung Kakatua asli
dari hutan kepulauan Laut Banda, Indonesia.
Spesies ini merupakan spesies yang terkecil
dari seluruh Cacatuinae. Spesies ini termasuk
ke dalam data IUCN Red List kategori Near
Threatened (Hampir Terancam). Spesies ini
termasuk ke dalam spesies dilindungi menurut
PERMEN No.
P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018.
10
*
11
REFERENSI
https://www.iucnredlist.org/
https://cites.org
12