hidup seperti satwa dikeluarkan oleh IUCN. Daftar ini dikeluarkan pertama kali pada tahun 1948
dan merupakan panduan paling berpengaruh mengenai status keanekaragaman hayati. Tujuan
IUCN adalah untuk memperingatkan betapa pentingnnya masalah konservasi kepada publik dan
pembuat kebijakan untuk memperbaiki status kelangkaan suatu spesies. Adapun satwa
diklasifikasikan ke dalam Sembilan kelompok dan diatur berdasarkan kriteria seperti jumlah
populasi, penyebaran dan resiko dari kepunahan, sebagai berikut:
1. Punah (Extinct ;EX)
2. Punah di alam liar (Extinct in the wild ;EW)
3. Kritis (Critically Endangered; CR)
4. Genting (Endangered ;EN)
5. Rentan (Vulnarable; VU)
6. Hampir terancam (Near Threatened; NT)
7. Beresiko rendah (Least Concern; LC)
8. Informasi kurang (Data Deficient; DD)
9. Tidak dievaluasi (Not evaluated; NE)
Arwana merah termasuk kedalam hewan terancam punah, karena ditangkap dan dijual
sedangkan perkembang biakanya sangat rendah. Ikan asal sungai kapuas, kalimantan barat ini
memiliki tubuh berwarna merah dan disukai oleh para kolektor arwana, bahkan terdapat ikan
arwana merah yang terjual sampai 500 juta. karena sangat langkannya ikan ini, pemilik arwana
harus mempunyai ijin khusus bahwa ikan arwannya berasal dari penangkaran, ditambah ikan
arwananya harus dilengkapi dengan microchip.
2. Elang Flores
Elang Flores tersebar di pulau Flores, Komodo, Sumbawa, Lombok, Santona, Paloe, Komodo,
dan Rinca. Apa yang membuat sedih adalah pupulasi elang ini di alam liar adalah tidak sampai
ribuah melainkan sekitar tidak sampai 250 ekor. Karena sangat sedikit populasi elang Flores
membuatnya masuk ke dalam daftar merah (IUCN Redlist)
sebagai Critically Endangered (Kritis).
3. Beruk Mentawai
Beruk mentawai atau orang pulau Mentawai lebih suka menyebutnya dengan sebutan bokoi.
Sebagai beruk yang hanya ada di pulau mentawai membuat beruk ini masuk ke dalam daftar
merah (IUCN Redlist) sebagai Critically Endangered (Kritis). Keadaan ini disebabkan oleh
berkurangnya hutan untuk dibuka sebagai pemukiman dan lahan perkebunan.
Merupakan burung cendrawasih berukurang sedang dan dievaluasi beresiko rendah di dalam
IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix II. Yang sangat menonjol dari burung
ini adalah dua pasang bulu putih yang keluar menekuk dari sayapnya dan dapat ditegakan dan
diturunkan sesuai kemauan burung. Burung jantan lebih berwarna daripada burung betina, dan
sifat burung jantan adalah poligami. Anda dapat menemukan burung ini di Maluku, karena
burung bidadari Halmahera adalah hewan endemik kepulauan Maluku.
5. Cendrawasih Botak
Burung pejantan dewasa cendrawasih botak sangatlah indah, memiliki bulu berwarna hitam dan
merah, dengan tengkuk berwarna kuning, mulut hijau terang, kaki berwarna biru, dan dua ekor
bulur melingkar berwarna ungu. Cendrawasih botak hanya dapat anda temui di hutan dataran
rendah pulau Waigeo dan Batanta, Kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Hilangnya
habitat hutan yang terus menerus dan populasi burung ini sangat terbatas, membuat burung ini
dievaluasikan sebagai berisiko hampir terancam di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam
CITES Appendix II.
Sekilas anoa mirip dengan kerbau bukan? Namun yang membedakan adalah tanduknya, lurus
kebelakang. Binatang endemik Indonesia, dan hanya dapat kamu temui di Sulawesi. Hewan ini
sangat langka, diperkirakan hanya tinggal 5000 ekor yang hidup di alam liar. Anoa semakin
langka bukan hanya karena tempatnya yang telah diambil oleh manusia, namun juga karena
hewan ini diburu untuk diambil kulit, tanduk dan dagingnya. Sayangnya dalam beberapa tahun,
Anoa darat tidak pernah terlihat di Sulawesi Tengah.
8. Komodo
Yang membedakan antara gajah Sumatera dengan gajah iIdia adalah postur tubuh gajah
Sumatera lebih kecil daripada gajah India. diperkirakan pada tahun 2000 populasi gajah
Sumatera hanya tinggal 2000 sampai 2700 ekor. Diperkirakan 30% populasi gajah Sumatera
mati karena diracun oleh manusia, dan sisanya karena dibunuh, untuk diambil gading atau lainya.