Anda di halaman 1dari 19

Oseana, Volume XLI, Nomor 4 Tahun 2016 : 72 - 90 ISSN 0216-1877

BIOLOGI DAN KONSERVASI SPESIES BERUAYA


(TINJAUAN KHUSUS HIU PAUS : Rhincodon typus)

Oleh

Frensly D Hukom1)

ABSTRACT

BIOLOGY AND CONSERVATION OF MIGRATORY SPECIES (Special


Reviews on Whale Sharks, Rhincodon typus). Whale Shark (Rhincodon typus) is one
of the marine fishes that commonly make transnational migration. Whale sharks that
were tagged in Australia were known to do a migration pattern crossing the state of
East Timor and the Indonesia especially to the Flores Sea. According to red list IUCN,
a world conservation organisation, the whale shark is categorized as Vulnerable and
put in Appendix II CITES. While in CMS (Conservation of Migratory Species), this
species is classified in Appendix I (Reserved). Several countries in the world such as
Australia, Honduras, India, Malaysa, the Philippines, Mexico, Taiwan, the Maldives,
southern Africa and Indonesia have determined the conservation status of these fish
as fully protected. This paper describes some aspects of eco biology, utilization and
management of these fish in several countries as well as the review on the conservation
and management of whale sharks in Indonesia.

PENDAHULUAN kehamilan yang lama serta masa hidupnya


relatif panjang (Herndon et al., 2010).
Elasmobranch atau ikan
bertulang rawan merupakan kelompok Indonesia tercatat sebagai negara
ikan yang terdiri dari hiu/cucut dan pari. yang memanfaatkan sumber daya ikan
Kelompok ini memiliki keanekaragaman bertulang rawan (hiu dan pari) terbesar di
jenis yang tinggi, serta dapat ditemukan dunia. Total produksi perikanan tangkap
di berbagai kondisi lingkungan, mulai hiu dan pari (Elasmobranch) di Indonesia
dari perairan tawar hingga palung laut dan dalam tiga dekade terakhir menunjukkan
dari laut beriklim dingin sampai daerah tren kenaikan yang cukup signifikan.
tropis (Compagno, 2001). Kelompok Bahkan Indonesia dikenal dengan
Elasmobrach ini dicirikan oleh beberapa tangkapan hiu dan pari terbesar di dunia
karakteristik yakni pertumbuhannya dengan kisaran tangkapan diatas 100 ton
lambat, fekunditasnya rendah, periode setiap tahunnya (Sadili et al., 2015a)
1)
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.

72
Produksi dari 15 jenis ikan cucut Hiu paus di beberapa wilayah
yang dicatat sejak tahun 1950-2006 di Asia seperti di Filipina, Taiwan dan
pada beberapa negara terus mengalami India diburu oleh nelayan setempat,
penurunan dari tahun ke tahun, akibatnya meskipun telah dilindungi. Populasi hiu
International Union for Conservation paus di beberapa daerah terancam baik
of Nature (IUCN) telah mengeluarkan oleh aktivitas penangkapannya (dengan
status dari 13 jenis ikan hiu yakni enam menggunakan harpun), atau secara tak
jenis kondisinya menurun, lima jenis sengaja tersangkut dalam jaring ikan
(Fowler dalam Sadili et al., 2015b).
statusnya tidak jelas sedangkan dua jenis
Nelayan di berbagai tempat (India,
lainnya berstatus stabil (Camhi et al.,
Pakistan, Maladewa, Taiwan, dan Filipina)
2009). Selanjutnya pada CoP CITES 2013
menangkap dan memperdagangkan ikan
yang lalu, lima spesies hiu masuk dalam
ini untuk dagingnya, minyak hati, serta
daftar Apendiks II CITES dan empat siripnya yang berharga mahal (Chen et
spesies diantaranya terdapat di Indonesia al., 2002; Vincent et al., 2014; Joshi et al.,
yakni: tiga spesies hiu martil (Sphyna 2005; Pine et al., 2005,). Menurut Nontji
lewini, S. mokaran dan S. zygaena) dan (1987); Kurniawan (2012) dan Syahrawi
hiu koboy (Carcharinus longimanus). (2012) menyatakan bahwa di Indonesia,
Dengan masuknya beberapa spesies hiu hampir setiap tahun diberitakan adanya
kedalam daftar Appendiks II CITES hiu paus yang terdampar di pantai atau
maka perdagangan international jenis- terjerat jaring nelayan. Catatan ini
jenis tersebut harus mengikuti ketentuan dimulai pada tahun 1980, ketika seekor
CITES diantaranya adalah keberlanjutan, hiu paus terdampar di pantai Ancol,
keterlacakan dan legalitas. Pada tahun kemudian pada Agustus 2012 terdapat
2000, hiu paus masuk dalam Daftar dua ekor hiu tersesat dan mati di pantai
Merah untuk Species Terancam oleh selatan Yogyakarta. Kejadian terbanyak
IUCN dengan status rentan (vulnerable) ditemukan di sekitar Selat Madura.
yang artinya populasinya diperkirakan Yusma et al. (2015) dalam penelitiannya
sudah mengalami penurunan sebanyak di perairan Taliyasan, Kabupaten Berau-
Kaltim berhasil mengidentifikasi 10 ekor
20-50% dalam kurun waktu 10 tahun
individu hiu paus yang terdiri dari 9
atau tiga generasi. Kemudian pada tahun
ekor jantan dan satu ekor betina, dengan
2002, hiu paus akhirnya dimasukkan
ukuran berkisar dari 2-7 meter. Hiu paus
dalam Apendiks II Convention on
biasa muncul ketika bagan beroperasi
International Trade in Endangered di Talisayan yaitu ketika musim Selatan
Species of Wild Fauna and Flora (CITES) (Juni-Oktober atau Mei-Desember).
yang artinya perdagangan internasional Noviyanti et al. (2015) melaporkan
untuk komoditas ini harus melalui aturan pula hasil penelitiannya di Probolinggo,
yang menjamin pemanfaatannya tidak menunjukan bahwa hiu paus senantiasa
akan mengancam kelestariannya di alam muncul di perairan tersebut hampir setiap
(Sadili et al., 2015b). tahun antara bulan Desember – Maret.

73
Pengetahuan mengenai jenis hiu Madidihang, Yellowfin tuna (Thunnus
dan pari yang ada di Indonesia sangat albacores), (6) Tuna Sirip hitam, Blackfin
dibutuhkan seiring dengan tingkat tuna (Thunnus atlanticus), (7) Tongkol,
pemanfaatan yang sangat tinggi terhadap Litle tuna (Euthynnus alleteratus dan
populasi jenis ini, serta untuk memperoleh E. affinis), (8) Tuna sirip biru selatan,
data yang akurat dalam penentuan Southern bluefin tuna (Thunnus
kebijakan terhadap pengelolaan sumber maccoyii), (9) Tongkol Lisong, Frigate
daya tersebut. Tulisan ini merangkum mackerels (Auxis thazard dan A.rochei),
beberapa hasil penelitian hiu paus yang (10) Bawal, Pomfrets (Family Bramidae),
ada di dunia serta merupakan review (11) Marlin, Marlins:  Ikan Todak
terhadap upaya konservasi ikan ini di (Tetrapturus ngustirostris); Setuhuk
Indonesia. loreng (Tetrapturus audax); Setuhuk
hitam (  Makaira indica);  Setuhuk biru
(Makaira nigricans), (12) Layaran,
PENGERTIAN MIGRATORY Sailfishes:  Istiophorus platypterus
SPECIES. dan  Istiophorus albicans, (13)
Ikan Pedang , Swordfish:  Xiphias
Definisi migratory species gladius, (14) Ikan Saury Atlantik,
menurut Konvensi Bonn adalah Sauries:  Scomberesox saurus,  (15)
perpindahan hewan dari satu tempat ke Lumba-lumba, Dolphin:  Coryphaena
tempat yang lain melewati batas-batas hippurus dan Coryphaena equiselis,
satu negara (CMS, 1979). Jenis ruaya (16) Hiu Pelagis:  Cetorhinus maximus;
ikan lintas negara (Highly migratory Family Alopiidae;  Hiu paus (Rhincodon
fish species) terdiri dari spesies-spesies typus) dan (17) Paus: Cetaceans.
ikan yang terdapat pada Lampiran 1
UNCLOS 1982 yang merupakan definisi
sah (legal) tentang jenis ikan beruaya
BIOLOGI DAN EKOLOGI HIU
jauh (UNCLOS,1982). Berdasarkan
PAUS
definisi ilmiahnya, jenis ikan beruaya
jauh didefinisikan sebagai jenis-jenis Hiu paus adalah satu-satunya
ikan yang beruaya jauh dan melintasi anggota dari Marga Rhincodon dan Suku
laut lepas dan ZEE, bahkan batas-batas Rhincodontidae  (disebut  Rhincodon dan
administrasi suatu negara (Maguire, Rhinodontidae sebelum 1984), termasuk
2006). Dalam Lampiran 1 UNCLOS dalam Subkelas Elasmobranchii pada
1982, terdapat beberapa jenis ikan yang Kelas Chondrichthyes (Compagno,
tergolong dalam daftar jenis ikan yang 2001). Hiu paus mulai dikenal dunia
bermigrasi jauh seperti : Jenis tuna terdiri ilmu pengetahuan pada April 1828,
dari : (1) Tuna Albakora , Albacore ketika seekor ikan dari jenis ini terkena
tuna (Thunnus alalunga), (2) Tuna Sirip harpun di Teluk Table Afrika Selatan.
Biru Atlantik, Bluefin tuna (Thunnus Spesimen sepanjang 4 m itu kemudian
thynnus), (3) Tuna Mata Besar, Bigeye dideskripsi pada tahun berikutnya oleh
tuna (Thunnus obesus), (4) Cakalang, Andrew Smith, seorang dokter tentara
Skipjack tuna (Katsuwo pelamis), (5) dan ahli zoologi yang tinggal di Cape

74
Town. Spesimen ikan tersebut sampai Karachi, Pakistan dengan panjang sekitar
sekarang masih tersimpan aman di 12,65  m, lingkar badan sekitar 7 m dan
Museum Perancis sebagai holotype beratnya lebih dari 21,5 ton (Compagno,
(Compagno, 2001; Chen et al., 2002). 2001; Wood, 1983). Menurut Compagno
Hiu paus (Rhincodon typus)  atau dikenal (2001), White et al. (2006) dan Carpenter
juga dengan sebutan hiu totol atau hiu & Niem (1998b), seperti kebanyakan hiu,
bodoh merupakan salah satu jenis ikan hiu paus betina lebih besar dari hiu paus
hiu terbesar di dunia. Hiu ini disebut hiu jantan. Hiu paus memiliki mulut besar
paus karena ukuran tubuhnya yang sangat yang lebarnya bisa sampai 1,4 meter.
besar dan bentuk kepalanya tumpul mirip Mulutnya berada di ujung moncongnya,
paus. Disebut pula dengan nama  hiu bukan pada bagian bawah kepala seperti
tutul, merujuk pada pola warna di ikan hiu pada umumnya. Hiu paus dikenal
punggungnya yang bertotol-totol, serupa dengan bentuk kepalanya yang lebar dan
bintang di langit. Hiu paus mengembara gepeng dengan mulut, garis insang dan
di samudera tropis dan lautan yang sirip punggung (dorsal) pertama yang
beriklim hangat dan dapat hidup hingga besar dan pola totol-totol putih dan garis
berusia 70 tahun. Spesies ini dipercaya di kulitnya yang cenderung berwarna
berasal dari sekitar 60 juta tahun yang keabu-abuan. Kulitnya sangat tebal
lalu (Compagno, 2001; Meekan et al., mencapai 10 cm. Hiu paus memiliki
2006). Deskripsi dari hiu paus dijelaskan 3.000 gigi yang sangat kecil tetapi jarang
oleh Compagno (2001) dan Stevens digunakan karena hiu paus merupakan
(2007) adalah sebagai berikut: hiu paus penyaring makanan (filter feeder) dengan
merupakan ikan terbesar yang masih menggunakan insangnya yang besar
hidup di dunia, ukuran rata-rata hewan (Gambar 1). Pola totol-totol putih ini
dewasa diperkirakan sekitar 9 m dengan unik untuk setiap individu dan menjadi
berat mencapai 9 ton. Spesimen terbesar dasar untuk melakukan identifikasi,
yang dapat diverifikasi adalah yang seperti sidik jari (Azourmanian et al.,
tertangkap pada 11 November 1947di 2005; Speed et al., 2007).

Gambar 1. Perbandingan hiu paus (Rhincodon typus) dengan manusia yang sedang
menyelam Sumber : Whale Sharks Festival Website, Photo by Heihther
Spence, 25 June 2009; http://www.heatherspence.net/eng/2009/06/25/
whale-shark/

75
HABITAT HIU PAUS selama musim memijah, juga memangsa
ubur-ubur dan larva ikan kakap (Clarke
Hiu paus menghuni semua & Nelson, 1997; Wilson & Newbound,
lautan tropis dan sub tropis yang bersuhu 2001). Hiu raksasa ini makan secara
hangat. Ikan ini umumnya ditemukan pasif dengan cara membuka mulutnya
pada suhu sekitar 18 – 30 o C, sedangkan lebar-lebar sambil berenang pelahan-
studi lainnya menunjukkan bahwa ikan lahan, membiarkan air laut masuk
ini sangat menyukai perairan dengan secara leluasa dan keluar di belakang
suhu sekitar 28 – 32 o C (Rowat, 2007; rongga mulut melalui celah insang,
Eckert & Stewart, 2001). Meskipun sementara makanannya tersaring oleh
biasanya hidup menjelajah di tengah lembar-lembar penyaring di mulutnya.
samudera luas, secara musiman terlihat Adakalanya pula, hiu paus makan secara
adanya kelompok-kelompok hiu paus aktif dengan membuka dan menutup
yang mencari makanan di sekitar pesisir mulutnya, sehingga air laut terhisap
benua, seperti di Australia barat, Afrika masuk rongga mulut dan kemudian
Selatan (pantai selatan dan timur), Belize, tertekan keluar melalui celah insang.
Filipina, India, Indonesia, Honduras, Pada kedua cara itu, air akan menembus
Madagaskar, Meksiko, Mozambik, lembaran filter yang merupakan
Tanzania, serta Zanzibar (Irvine & modifikasi dari sisir saring insang yang
Keesing, 2007). Tidak jarang ikan-ikan letaknya sejajar dengan lembar-lembar
ini terlihat memasuki  laguna atau atol, itu. Aliran makanan yang lebih pekat
atau mendekati estuaria  (muara sungai). terus berjalan ke kerongkongan ikan.
Wilayah jelajahnya pada umumnya tidak Deretan gigi-gigi kecil di mulut ikan ini
melewati lintang 30°, utara maupun sepertinya tidak berperan dalam proses
selatan. Hiu paus diketahui mampu makan. Sesekali, hiu paus terlihat ‘batuk’
menyelam hingga kedalaman 1.286 dalam air; hal ini merupakan mekanisme
m dan tergolong ikan yang bermigrasi untuk membersihkan lembaran filter dari
(White et al., 2006). kotoran yang menyumbatnya. Hiu ini
diketahui bermigrasi dalam jarak jauh
untuk mendapatkan makanannya, dan
MAKANAN HIU PAUS kemungkinan juga untuk berkembang
biak (Colman, 1997; Colman, 1983;
Hiu paus merupakan salah satu Heyman et al., 2001; Nelson, 2004).
dari tiga spesies hiu, yang diketahui
makan dengan cara menyaring
air laut. Makanannya antara lain
REPRODUKSI HIU PAUS
adalah  plankton, kril, larva kepiting
pantai, makro  alga, serta hewan- Menurut Joung et al. (1996),
hewan kecil nektonik  seperti  cumi- hiu paus berkembang biak dengan cara
cumi  atau  vertabra  kecil. Hiu paus juga beranak (ovovivivar) yang berarti telur di
diketahui memangsa ikan-ikan kecil simpan di dalam rahim, kemudian sang
serta hamburan jutaan telur dan sperma induk melahirkan anak-anak yang sudah
ikan yang melayang-layang di air laut siap untuk hidup bebas. Hasil pengamatan

76
di pantai timur Taiwan ditemukan seekor pada tahun 1984 sampai 1995, tercatat
hiu paus betina berukuran 10,46 m dan 36 ekor hiu paus terdampar di sepanjang
dalam rahimnya ditemukan 300 embrio Selatan Pantai Afrika, diantaranya ada 10
berukuran 42 – 63 cm dengan kantung ekor yang terdampar pada tahun 1991 di
telur yng siap dilahirkan. satu lokasi selama tiga hari berturut turut.
Para peneliti menduga bahwa penyebab
Menurut Collman (1997) dan terdamparnya ikan-ikan hiu paus
Norman & Steven (2007), hiu paus tersebut disebabkan karena ikan-ikan
diduga baru matang kelamin atau tersebut berenang terlalu dekat dengan
mencapai kedewasaan pada saat berumur pesisir pantai serta terjebak oleh arus
30 tahun dengan ukuran panjang berkisar pasang surut dan hempasan gelombang
antara 8 – 9 m untuk jantan serta betina yang besar. Arzoumanian et al. (2005)
pada ukuran panjang total > 10 m. Hiu melaporkan banyak kasus tabrakan antara
paus dapat hidup mencapai 100 tahun. hiu paus dan kapal besar.
Joung et al. (1996) menyatakan bahwa
ukuran anakan hiu paus yang siap
dilahirkan berkisar antara 42 – 64 cm
dengan panjang rata-rata 51 cm dengan PERILAKU DAN PERGERAKAN
berat 660,2 gram. HIU PAUS
Hiu paus adalah hewan soliter
(suka menyendiri) dan jarang terlihat
MORTALITAS HIU PAUS bergerombol. Jenis ikan hiu ini merupakan
perenang yang lamban, dengan kecepatan
Kukuyev (1996) dalam
tidak lebih dari 5 km/jam. Ikan ini
penelitiannya di Laut Atlantik
berenang dengan menggerakkan seluruh
menemukan bahwa pemangsa/predator
tubuh dari sisi ke sisi (tidak hanya
dari anakan hiu paus adalah hiu biru
mengandalkan ekornya, seperti pada
(Prionace glauca). Dalam perut hiu
beberapa jenis hiu lainnya) (Colman
biru ini ditemukan anakan berukuran
dalam Graham, 2003). Meski bertubuh
55,7 cm sedangkan Colman (1997)
besar, ikan ini adalah hewan laut yang
menemukan di perairan Mauritius ikan
jinak dan kadang-kadang membiarkan
marlin biru (Makaira nigricans) sebagai
para penyelam menungganginya,
pemangsa anakan hiu paus. Dalam perut
walaupun tindakan ini tidak dibenarkan
marlin biru tersebut ditemukan anakan
oleh para peneliti hiu dan konservasionis.
hiu paus berukuran 61 cm. Selanjutnya
Hiu paus muda sebenarnya cukup lembut
dilaporkan pula oleh O’Sulivan &
dan dapat diajak bermain-main oleh
Mitchell (2000) dalam penelitiannya di
para penyelam dan kerap dijumpai di
Teluk Calicornia menemukan bahwa
banyak lokasi penyelaman di wilayah
paus pembunuh (Orcinus orca) telah
tropis, termasuk di Thailand, Maladewa,
memangsa hiu paus berukuran 8 m.
Filipina, Taiwan, Malaysiia, Pulau
Beckley et al. (1997) melaporkan bahwa

77
Christmas, Sri Lanka (Chen et al., 2002; hiu paus yang diamati, diketahui bahwa
Pinne et al., 2005; Rowat, 2007). Dalam enam ekor diantaranya cenderung hanya
20 tahun belakangan ini penelitian bergerak di sekitar Laut Cortez saja empat
tentang migrasi hiu paus dari satu tempat ekor lainnya bergerak meninggalkan laut
lainnya telah mulai dilakukan oleh para Cotez menuju Samudera Pasifik sebelah
peneliti baik dengan menggunakan Utara dan satu ekor bergerak sejauh
alat taging konvensional maupun yang 1300 km ke Sebelah Barat Pasifik Utara
elektronik. Gunn et al. (1999) melaporkan
dalam jangka waktu selama 37 bulan.
pengamatan yang dilakukan mereka di
Dalam pengamatan tersebut tercatat
Karang Ningalo Australia Barat selama
pula beberapa hiu paus melakukan
kurang lebih 26 jam, terlihat ikan tersebut
bergerak secara lambat dengan kecepatan penyelaman hingga mencampai kedalam
sekitar 0,7 m/s serta melakukan 240 m dengan kondsi suhu 10oC. Sequiera
penyelaman sedalam 70 – 90 m. Eckert & et al. (2013) telah merangkum hasil
Stewart (2001) juga melakukan penelitian penelitian para ahli tentang pergerakan
tersebut dengan menggunakan taging hiu paus pada beberapa perairan di dunia
elektronik di Laut Cortez. Dari 17 ekor dan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Gambaran umum tentang ruaya dari hiu paus (Rhincodon typus) pada
beberapa perairan di Dunia
(_____ Teluk California; Galapagos ; Teluk Mexico; Teluk Arab ; _____,
Seychelles; _______ Afrika Selatan–Mozambique; ______, Ningaloo
(Australia Barat); ______, Christmas Island; ______Hainan (China); _____,
Taiwan; ______ , Filipina–Malaysia) (Sequetra et al, 2013). Kode warna
menunjukan area tracking hiu paus.

78
Di Indonesia, hiu paus di temui Stewart (2014) menyatakan
di perairan Sabang, Situbondo, Bali, bahwa pergerakan hiu paus di Taman
Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Nasional Cendrawasih sebagai berikut:
Utara, Maluku dan Papua. Di daerah hasil pemasangan PSAT/penanda satelit
Probolinggo Jawa Timur, kehadirannya pada enam ekor hiu paus di TNTC sejak
bersifat musiman (Januari – Maret), Mei 2011 sampai Juni 2012 menunjukan
sementara di daerah Kwatisore, Teluk bahwa hiu paus berenang keluar kawasan
Cendrawasih Papua yang termasuk TNTC (yang terjauh bahkan berenang
dalam kawasan Taman Nasional (TNTC) sampai ke sebelah timur Filipina di
hiu paus hadir sepanjang tahun (Tania & perairan Internasional), namun kemudian
Noor, 2014). kembali lagi ke TNTC (Gambar 3).

Gambar 3. Pola Pergerakan ikan hiu paus di perairan Teluk Cenderawasih berdasarkan
PSATs (Sumber WWF-Indonesia; Stewart, 2014)

79
KONSERVASI DAN MANAGEMEN jenis yang sama belum ditetapkan
HIU PAUS PADA BEBERAPA sebagai jenis yang dilindungi oleh negara
NEGARA DI DUNIA tetangganya bahkan masih dimanfaatkan
sepenuhnya. Oleh karena itu, diperlukan
Dalam daftar Konvensi adanya keterikatan perjanjian kerjasama
Perdagangan Internasional Spesies dalam hal pengelolaan sumberdaya
Terancam Punah (CITES), hiu paus hiu yang bermigrasi dan melintasi
termasuk dalam daftar Apendix II. Hal perairan perbatasan sebagai jenis yang
ini berarti jenis ikan ini dapat terancam dimanfaatkan bersama (shared stock)
punah bila peredaran internasionalnya (Fahmi & Dharmadi, 2013). Proses
tidak dikontrol. Dalam Konvensi Bonn pembelajaran yang dapat diambil dari
yakni Konvensi untuk Konservasi beberapa negara yang telah melaksanakan
Spesies bermigrasi (CMS), ikan ini penetapan hiu paus sebagai jenis yang
termasuk dalam Apendix I artinya, dilindungi dapat dijelaskan sebagai
negara dimana ikan ini berada harus berikut :
melarang penangkapan jenis ikan
1. Australia
tersebut. Pengecualian hanya dapat
dilakukan untuk tujuan penelitian ilmiah, Colomer (2005) menjelaskan
pengembangbiakan dengan tujuan untuk tentang langkah-langkah pemerintah
keberlanjutan hidup dari jenis tersebut, Australia setelah dikeluarkannya Undang-
pemanfaatan tradisional yang terkontrol Undang Perlindungan Lingkungan dan
(CMS, 1979; IUCN, 2013; Fowler, 2014). Konservasi Keanekaragaman Hayati
Pada beberapa negara di dunia seperti Laut Tahun 1999 yaitu sebagai berikut :
Australia, Maldive, Mexico, Indonesia
a. Penetapan Undang Undang
dan Filipina ikan ini sudah di tetapkan
perlindungan keanekaragaman
sebagai ikan yang dilindungi.
hayati laut.
Beberapa negara memberikan Pemerintah Australia sejak
perlindungan nasional untuk satu atau tahun 1999 telah mengeluarkan
lebih jenis ikan yang terancam melalui Undang-Undang tentang
undang-undang perikanan dan satwa Perlindungan terhadap
liar. Banyak jenis hiu yang habitatnya keanekaragaman hayati laut.
di perairan lepas, memiliki sebaran yang Dalam undang-undang tersebut,
luas serta bermigrasi, sehingga tidak diatur tata cara perlindungan
dapat dibatasi oleh batas negara atau hewan-hewan yang terancam
yurisdiksi tertentu dan menimbulkan punah serta hewan-hewan ruaya
permasalahan antar negara tetangga lintas negara yang melakukan
dalam pemanfaatan sumberdayanya. migrasi di dalam wilayah Negara
Konflik dapat muncul bila salah satu Persemakmuran Australia. Hiu
negara menetapkan status perlindungan paus termasuk hewan yang
untuk jenis tertentu, sedangkan untuk digolongkan sebagai yang

80
terancam punah sehingga c. Penetapan kawasan konservasi
perlu dilindungi secara penuh. laut daerah untuk jenis hiu paus.
Sehingga salah satu kebijakan
yang dibuat adalah Menteri Pemerintah Australia melalui
Lingkungan Hidup Australia Undang-Undang Perlindungan
diminta untuk membuat rencana Lingkungan dan Konservasi
aksi terhadap pemulihan jenis Keanekaragaman Hayati
hiu paus ini. Perlindungan secara menentapkan dua lokasi sebagai
penuh dilakukan terhadap hiu kawasan konservasi laut daerah
paus sehingga setiap upaya untuk perlindungan jenis hiu paus
membunuh, melukai, mengambil yaitu perairan pantai di Ningaloo
atau memperdagangkan hiu Reef yakni Pulau Christmas dan
paus adalah merupakan suatu Laut Coral. Pemerintah Negara
pelanggaran berat. Untuk bagian Australia Barat telah
melakukan pemasangan tag terlebih dahulu menentapkan
guna penelitian saja perlu izin Ningaloo Reef sebagai
dari Menteri Lingkungan Hidup. Kawasan Konservasi Taman
Contoh lainnya izin pengeboran Laut di Australia Barat melalui
minyak lepas pantai tidak akan Undang-Undang Konservasi dan
diberikan bila lokasi pengeboran Pengelolaan Wilayah Pesisir
minyak tersebut menggangu tahun 1984. Selanjutnya dengan
migrasi dari ikan hiu paus adanya Undang–undang tahun
dalam wilayah negara-negara 1999 tersebut maka perairan Laut
persemakmuran Australia. di Ninggalo menjadi daerah yang
secara khusus melaksanakanakan
b. Penilaian pengelolaan perikanan rencana pengelolaan hiu paus
yang berkelanjutan secara berkelanjutan di lokasi ini.

Setiap tahun setiap perusahaan d. Pembuatan rencana tahapan


perikanan dievaluasi secara ketat pemulihan hiu paus
oleh sebuah lembaga independen
mengenai pelaksanaan usaha Pada tahun 2005, Menteri
perikanan berkelanjutan, apakah Lingkungan Hidup Australia
telah dilaksanakan sesuai telah menetapkan rencana
ketentuan-ketentuan yang telah tahapan pemulihan hiu paus yang
ditetapkan ataukah tidak pada pertama di dunia. Penyusunan
masing-masing perusahaan rencana ini melibatkan banyak
tersebut. Bila tidak maka stakeholder seperti para
perusahaan tersebut akan akademisi, perusahaan perikanan,
diberi peringatan keras untuk masyarakat adat, industri wisata
memperbaikinya. bahari, perwakilan nelayan serta

81
LSM lokal, sampai internasional. hiu paus yang ditaging dan
Tahapan-tahapan yang dilakukan dilepaskan dari daerah Ningallo
dalam rencana tersebut antara Reef ke Lautan Hindia. Dalam
lain : (1) melakukan identifikasi pengamatan tersebut, Sleeman et
secara ilmiah ancaman-ancaman al. (2010) berkesimpulan bahwa
terhadap keberadaan hiu paus; (2) pergerakan hiu paus mengikuti
melakukan kerjasama regional pergerakan plankton sebagai
dengan negara-negara yang ada makanan hewan tersebut yang
di Lautan Hindia. Salah satu dibawa oleh arus permukaan
tindak lanjut dari rencana tersebut Laut Hindia. Pergerakan ke
adalah dilakukannya penelitian tujuh hiu paus dapat dilihat pada
tentang pergerakan tujuh ekor Gambar 4.

Gambar 4. Pergerakan tujuh ekor hiu paus dari Ningalo Australia Barat ke Lautan
Hindia (Sleeman et al., 2010)

2. Filipina beberapa hiu paus bermigrasi masuk ke


perairan di sekitar desa Donsol tersebut,
Alava et al. (1998) melaporkan
selanjutnya atas inisiatif WWF Philipina
bahwa pada tahun 1990 hiu paus
senantiasa diburu oleh nelayan Philipina bekerjasama dengan Pemerintah dan LSM
di Visayas dan Tenggara Mindanao untuk Lokal, mereka mencoba melaksanakan
diambil daging dan siripnya, namun penelitian dan perlindungan terhadap ikan
tidak dilakukan oleh desa Nelayan di tersebut. Pine et al. (2005) menjelaskan
Donsol, sebuah desa nelayan kecil di bahwa Program Ekowisata pada salah
Luzon Selatan, Philipina. Tahun 1997, satu daerah Donsol di Filipina dengan

82
menerapkan beberapa program antara provinsi. Hasilnya menunjukkan
lain: bahwa hiu paus ditemukan
hampir sepanjang tahun. Namun
a. Mendirikan proyek pengamatan frekuensi kehadirannya akan
hiu paus berbasis masyarakat. berkurang pada bulan Juni, Juli
Proyek ini dimulai tahun 1998 dan Agustus yang merupakan
akibat ditemukannya hiu paus di puncak musim panas serta pada
daerah sebelah Tenggara Pulau bulan November, Desember dan
Luzon oleh masyarakat. Proyek Januari yang merupakan musim
ini disponsori oleh WWF Filipina hujan. Kegitan penelitian sosial
yang bekerjasama dengan LSM ekonomi ditujukan untuk melihat
lokal di daerah Donsol, Filipina. profil dari nelayan di Donsol
Masyarakat lokal dilatih untuk serta dampak yang ditimbulkan
terhadap kegiatan ekowisata hiu
melakukan monitoring dan
paus tersebut.
pengawasan terhadap keberadaan
hiu paus secara tepat sesuai
dengan konsep konservasi.

b. Pelatihan-pelatihan pada KONSERVASI DAN MANAGEMEN


masyarakat lokal tentang produk HIU PAUS DI INDONESIA.
ekowisata hiu paus. Setelah upaya
monitoring dan pengawasan Dasar hukum konservasi di
berhasil dilaksanakan, maka Indonesia adalah Undang-Undang
kegiatan ditingkatkan dengan no 5 tahun 1990 tentang Konservasi
melakukan pelatihan pada Sumberdaya Alam Hayati dan
masyarakat lokal sebagai Ekosistemnya. Pada tahun 1999,
pemandu wisata bagi wisatawan pemerintah membuat PP no 7 tentang
lokal maupun mancanegara, Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa
ketika para wisatawan tersebut dan membuat daftar jenis-jenis hayati
hendak melakukan kegiatan yang dilindungi. Pada tahun 2003,
wisata snorkeling atau menyelam Indonesia membuat rencana jangka
bersama hiu paus. panjang dalam menghadapi persoalan
keanekaragaman hayati yaitu dengan
c. Kegiatan penelitian tentang menyusun dokumen Strategi dan
aspek sebaran hiu paus dan aspek Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati
ekonomi sosial nelayan. Indonesia/IBSAP (Indonesia Biodiversity
Penelitian tentang sebaran Strategy and Action Plan) 2003-2020.
hiu paus dan pola migrasi Dengan telah tersusunnya dokumen
musiman yang dilakukan dengan ini, maka pada tahun 2007, Indonesia
melaksanakan wawancara membuat Rencana Aksi (Action
terhadap 270 nelayan yang
Plan) untuk beberapa hewan flagship
tersebar di 13 kota pada empat
species yang sering menjadi simbol dan

83
acuan di dalam kegiatan konservasi di pemanfaatan yang non-ekstraktif melalui
Indonesia. Selanjutnya untuk konservasi pengembangan wisata bahari, sehingga
sumberdaya hayati laut maka pada tahun tetap dapat memberikan manfaat secara
2004 pemerintah telah menetapkan UU ekonomi bagi masyarakat secara luas
No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan (Fahmi dan Dharmadi, 2013).
yang dalam pasal 13 menyatakan :
Salah satu rencana aksi nasional
“Dalam rangka pengelolaan yang telah dibuat oleh Direktorat
sumberdaya ikan, dilakukan upaya Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
konservasi ekosistem, konservasi jenis Laut, adalah Rencana Aksi Nasional
ikan, dan konservasi genetik ikan. (RAN) Konservasi dan Pengelolaan Hiu
Ketentuan lebih lanjut tentang konservasi dan Pari 2016 – 2020 (Direktorat KKHL-
ekosistem, konservasi jenis ikan, dan KKP, 2015). Dengan tersusunnya
konservasi genetik ikan sebagaimana rencana aksi ini merupakan salah satu
dimaksud pada ayat (1), diatur dengan bentuk komitmen Indonesia untuk
Peraturan Pemerintah”. menjaga kelestarian sumberdaya hiu
dan pari di perairan Indonesia dan juga
Evaluasi terhadap status sekaligus merupakan bentuk komitmen
konservasi hiu paus oleh IUCN telah Indonesia terhadap implementasi IPOA-
dilakukan sejak tahun 1990 dengan status Sharks, pelaksanaan resolusi RFMOs dan
sebagai jenis indeterminate (tidak tetap), pelaksanaan ketentuan konvensi CITES
tahun 1994 berubah menjadi data deficient terhadap perdagangan internasional
(kurang data), dan tahun 2000 ditetapkan Hiu Apendiks II CITES. Direktorat
sebagai vulnerable species (jenis KKHL-KKP juga telah mengeluarkan “
yang rentan mengalami kepunahan). Buku Pedoman Umum Monitoring Hiu
Convention on International Trade in Puas di Indonesia (Sadili et al.., 2015a)
Endangered Species of Wild Fauna and sebagai acuan bagi berbagai pihak terkait
Flora (CITES) pada CoP-12 CITES untuk melakukan kegiatan monitoring
memasukkan hiu paus dalam daftar dengan metode yang seragam. Adapun
Appendik II, artinya bahwa secara global tujuan dari kegiatan monitoring hiu
hiu paus belum terancam kepunahan, tapi paus di Indonesia adalah untuk: (1)
mungkin dapat terancam punah apabila Mengetahui lokasi-lokasi kemunculan
perdagangan terus berlanjut tanpa adanya hiu paus dan mengidentifikasi daerah
pengaturan. Pada tahun 2013, Indonesia ruaya dan atau tempat mencari
sudah menetapkan hiu paus sebagai jenis makannya di perairan Indonesia, (2)
ikan yang dilindungi melalui Keputusan mengetahui data dan populasi hiu paus
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor di Indonesia, (3) memetakan sebaran
18/MEN-KP/2013. Langkah-langkah dan pola migrasi hiu paus di Indonesia,
pengelolaan sumberdaya hiu paus (4) mengetahui keterkaitan kegiatan
di Indonesia perlu terus dilakukan, perikanan dengan kemunculan hiu
termasuk mengembangkan model-model paus, (5) mengetahui perilaku hiu paus

84
serta mendokumentasikan kejadian Journal of Applied Ecology 42:
atau hal-hal menarik lainnya tentang 999 – 1011.
kemunculan hiu paus (menabrak perahu
Beckley, L.E., G. Cliff, M.J. Smale, and
kapal, terjerat jaring bagan, pancing,
L.J.V. Compagno. 1997. Recent
terdampar) dalam hubungannya dengan
strandings and sightings of whale
operasi kegiatan perikanan dan wisata;
sharks in South Africa.Environ.
(6) membangun database populasi hiu
Biol. Fish. 50,343–348.
paus di Indonesia; dan (7) memberikan
rekomendasi untuk pengelolaan kawasan Brightsmith, D.J., A. Stonza and K.
konservasi ekowisata dan konservasi Holle. 2008. Ecotourism,
hiu paus. Hiu paus lebih banyak Conservation Biology and
dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata, Volunteer Tourism: a Mutually
seperti Teluk Cenderawasih, Probolinggo Beneficial Triumvirate. J. Biol.
dan Gorontalo karena sifatnya yang Conserv.141: 2832-2842.
cenderung bersahabat kepada nelayan,
penyelam ataupun wisatawan. Camhi, M.D., S.V. Valenti, S.V. Fordham,
S.L.Fowler and C. Gibson. 2009.
The Conservation status of
pelagic sharks and rays :Report
PENUTUP
of the IUCN Shark Specialist
Pemanfaatan sumberdaya hiu Group Pelagic Shark Red
paus di Indonesia memerlukan perhatian List Workshop. IUCN Species
khusus agar tidak bertentangan dengan Survival Commission Shark
agenda konservasi. Salah satu bentuk Specialist group. Newbury, UK
komitmen Indonesia adalah adanya 78p.
Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi
Chang, W.B., M.Y. Leu and L.D. Fang.
dan Pengelolaan Hiu dan Pari 2016 –
1997. Embryos of the whale shark,
2020 yang dipelopori oleh Direktorat
Rhincodon typus: early
Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
growth and size distribution.
Laut. Oleh karena itu dukungan penuh
Copeia, 2: 444–446.
dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah setempat sangat diperlukan. Carpenter, K.E. and V.H. Niem.
(Eds.), 1998b. FAO Species
IdentificationGuide for Fishery
DAFTAR PUSTAKA Purposes. The living marine
resources of the Western
Azormanian, Z., J. Holmberg and B.
Central Pacific. Cephalopods,
Norman. 2005. An astronomical
Crustaceans, Holuthurians and
paterrn matching allogorithm for
Sharks, vol. 2. FAO, Rome.
computer raided identification of
Whale Sharks Rhincodon typus. Chen, C.T., K.M. Liu and S.J. Joung.

85
2002. Preliminary report on Direktorat Konservasi dan
Taiwan’s whale shark fishery. In: Keanekaragaman Hayati Laut.
Fowler, S.L., T.M. Reed and F.A. 2015. Rencana Aksi Nasional
Dipper (Eds.), Elasmobranch (RAN) Konservasi dan
Biodiversity, Conservation and Pengelolaan Hiu dan Pari 2016 –
Management: Proceedings of 2020. Direktorat Jenderal Ruang
the International Seminar and
Laut. Kementrian Kelautan dan
Workshop, Sabah, Malaysia,
Perikanan. 96 hal.
July 1997. IUCN SSC Shark
Specialist Group. IUCN, Gland, Eckert, S., Stewart, B., 2001. Telemetry
Switzerland, pp. 162–167. and satellite tracking of whale
Clarke, E. and D.R. Nelson. 1997. Young sharks,Rhyncodon typus, in the
whale sharks, Rhincodon typus, Sea of Cortez, Mexico, and north
feeding on a copepod Pacific Ocean.Environ. Biol.
bloomnear La Paz, Mexico. Fish. 60: 299–308.
Environ. Biol. Fish., 50: 63–73.
Fahmi dan Dharmadi, 2013. Tinjauan
CMS. 1979. Convention on the status Perikanan Hiu dan
conservation of Migratory Upaya Konservasi di Indonesia.
Species of Wild Animals. Direktorat Konservasi Kawasan
Colman, J.G.,1997. A review of dan Jenis Ikan. Direktorat
the biology and ecology of Jenderal Kelautan Pesisir dan
the whale shark. J.Fish Biol. 51
Pulau-Pulau Kecil. Kementrian
(6): 1219–1234.
Kelautan dan Perikanan.
Colomer, J. 2005. Australian Government
conservation and management Fowler, S. 2014. The Conservation
of whale sharks under the Status Of Migratory Sharks
Environment Protection and 1unep / CMS Secretariat, Bonn,
Biodiversity Conservation Act Germany. 30 pages. Available on
1999. in: Irvine T.R. and J.K. the Internet at http://www.cms.
Keesing (eds). Proceding of int/sites/default/files/publication.
The First international Whale Diakses : 10 November 2016.
Shark Conference: Promoting
International Collaboration in Gunn, J.S., J.D. Stevens, T.L.O. Davis
Whale Shark Conservation, and B.M. Norman. 1999.
Science and Management; Observations on the short-term
2005 Mei 9- 12;Perth, movements and b e h a v i o u r
Western Australia. of whale sharks (Rhincodon
CSIRO Marine and Atmospheric typus) at Ningaloo Reef Western
Research, Australia. 26 – 30 pp. Australia. Mar. Biol. 135, 553–
559.

86
Graham, R.T. 2003. Behaviour and Irvine, T.R. and J.K. Keesing. 2007.
conservation of whale sharks on The First International Whale
the Belize Barrier Reef. Thesis Sharks Conference Promoting
submitted for the degree of International Colaboration in
PhD, Environmental Science- Whale Sharks Conservation,
Environment Department, Science and Management :
University of Yor. 427 p. Conference, Overview, Abstract
and Suplementary Procceding.
Graham, R.T. 2004. Global whale shark CSIRO Marine and Atmospheric
tourism: a “golden goose” of Research, Perth, Western
sustainable and lucrative income. Australia.
SharkNews 16: 8–9.
Joshi, D., V. Talwar, R. Gandhi and A.
Herndon, A., V.F. Gallucci, D. DeMaster Mookerje. 2005. Campaign
and W. Burke. 2010. The case for whale shark conservation:
for an international commission Experiences from coastal
for the conservation and Gujarat, India. in: Irvine T.R. and
management of sharks (ICCMS). J.K. Keesing (eds). Proceding
Marine Policy 34: 1239–1248. of The First International Whale
Shark Conference: Promoting
Heyman, W.D., R.T. Graham, B. Kjerfve,
International Collaboration
and R.E. Johannes. 2001.
in Whale SharkConservation,
Whale sharks Rhincodon typus
Science and Management;
aggregate to feed on fish spawn
2005 Mei 9- 1 2 ; P e r t h ,
in Belize. Mar. Ecol. Prog. Ser.
Western Australia.
215: 275–282. CSIRO Marine and Atmospheric
Irvine, T.R. and J.K. Keesing. Research, Perth, Western
2007. I n t e r n a t i o n a l Australia.
collaboration in science, Khadeeja, A. and H. Sinan, 2015.
conservation and sustainable National Plan of Action: for the
tourism of whale sharks. Fish. conservatioin and Management
Res. 84, 1–3. of Sharks in Maldives. Ministry
International Union for the Conservation of Fisheries and Agriculture
of Nature Shark Specialist Maldive, 47 p.
Group (IUCN) 2013. Rhincodon Kurniawan, S. 2012. Hiu Tutul
typusIn: IUCN Red List of terdampar di pantai pelangi.
Threatened Species. Version Tempo news. Tersedia pada
2013.1.Available on the Internet :http://www.tempo.co/read/
at:www.iucnredlist.org. Diakses. news/2012/08/04/058421306/.
10 November.2016. Diakses 15 Mei 2013.

87
Kukuyev, E.I. 1996. The new finds in O’Sullivan, J.B. and T. Mitchell. 2000.
recently born individuals of the A fatal attack on a whale shark
whale shark Rhiniodon typus Rhincodon ttypus,by killer
(Rhiniodontidae) in the Atlantic whales Orcinus orca off Bahia de
Ocean. J. Ichthyol.36: 203– los Angeles Baja California. In
205. Abstract of the American
Elasmobranch Society 16 th
Maldive Whale Sharks Research Program.
Annual Meeting, La Paz,Mexico,
Tersedia://maldiveswhalesharkresearch.
June 14–20, 2000, p. 282.
org/. Diakses pada 29 Maret 2015.
Pine R., M. Nida, R. Alava and A.A.
Marguire. 2006. The state of world highly
Yaptinchay. 2005. Challenges
migratory, straddling and other
and lessons learned in setting-
high seas fishery resources and
up a community-based whale
associated species.FAO Fisheries
Technical paper,No. 495. Rome: shark ecotourism program: The
FAO. 84p. case in Donsol, Philippines.
In: Irvine T.R. and J.K.
Meekan. M.G, C.J. A. Bradshaw, M. Keesing (Eds).Proceding of
Press, C. McLean, A. Richards, The First International Whale
S Quasnichka and J. G.Taylor. Shark Conference Promoting
2006. Population size and International Collaboration in
structure of whale sharks Whale Shark Conservation,
Rhincodon typus at Ningaloo Science and Management;
Reef, Western Australia. Mar. 2005 Mei 9-12;Perth, Western
Ecol. Prog. Ser. 319: 275–285. Australia. CSIRO Marine and
Atmospheric Research, Australia
Nelson, J.D. 2004. Distribution and
. 36 – 44 pp.
foraging ecology by whale sharks
(Rhincodon typus) within Bahia Rowat, D. 2007. Indian Ocean whale
de los Angeles, Baja California shark occurrence: a case for
Norte, Mexico. MSc Thesis, regional conservation. Fish Res,
University of San Diego, 118 pp. 84: 96 – 101.
Nontji, A. 1987.  Laut Nusantara. Sadili, S. 2014. Produksi Hiu di Indonesia.
Djambatan, Jakarta. Hal. 213. Makalah di presentasikan
Noviyanti, N.S., M.M. Kamal dan Y. dalam rangka Rapat koordinasi
Wardiatno. 2015. Kemunculan penyusunan peraturan bagi ikan
Hiu Paus (Rhincodon typus), di terancam punah. KKP-Ditjen
Pesisir Kabupaten Probolinggo KP3K, Direktorat KKJI. 7 Hal.
Jawa Timur. Prosiding Sadili, D., Dharmadi, Fahmi,
Simposium Hiu dan Paus di Sarmintohadi, I. Ramli, Tania,
Indonesia: 115 – 119.
B.A. Noor, Prabowo,. Rasdiana,

88
Y. Miasto, R. Puspitasari, outreach in Teluk Cenderawasih,
N. Terry, M. Monintja dan National Park West Papua and
S. Annisa. 2015a. Pedoman Papua Indonesia, November
Umum Monitoring Hiu Paus di 2012 – Novembewr 2013. Hubbs
Indonesia. Kementrian Kelautan Sea Worlds Research Institute
dan Perikanan, 2015. Direktorat Technical Report. 2013. 382 : 1-
Konservasi Kawasan dan 18 pp.
Jenis Ikan. Direktorat Jenderal Stevens, J.D. 2007. Whale shark
Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau (Rhincodon typus) biology and
Kecil. Kementrian Kelautan dan ecology: A review of the primary
Perikanan. literature. Fish Res 84 :4-9.
Sadili, D., Fahmi, Dharmadi, Sarmintohadi Suárez J.F.R., J.J.P. Ramírez, J.M.G. R.P.
dan R. Ihsan. 2015b. Pedoman Cano, N.B. Venegas, Sabatini,
identifikasi dan Pendataan Hiu M.T. Mendoza, L.G. Moreno
Apendiks II CITES. Direktorat and J.A. Marcial. 2005. Whale
Konservasi Kawasan dan shark management strategies,
Jenis Ikan. Direktorat Jenderal with the participation of local
Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau stakeholders, in Yum Balam,
Kecil. Kementrian Kelautan dan Mexico. In: Irvine, T.R. and
Perikanan. J.K. Keesing (eds). Proceding
of The First International
Sequeira, A.M.M., C. Mellin, M.G. Whale Shark Conference:
Meekan, T.D.W. Sims and C.J.A. Promoting International
Bradshaw. 2013. Inferred global Collaboration in Whale Shark
connectivity of whale shark Conservation, Science and
Rhincodon typus populations. Management; 2005 Mei 9- 12;
Journal of Fish Biology, 82: 367 Perth, Western Australia. CSIRO
-389. Marine and Atmospheric
Research, Australia. 31-35 pp.
Sleeman J.C., S.G. Wilson, J.J. Polovina,
G.S. Boggs, J.D. Steven and Stronza, A. and J. Gordillo. 2008.
C.J.A. Bradshaw. 2010. To Community Views of Ecotourism.
go or not to go with the flow: Annals Tours. Res. 35: 448-
Environmental influences on 468.
whale shark movement patterns. Syahrawi, T. 2012. Puluhan Hiu Tutul
Journal of Experimental Marine Muncul di Selat Madura.
Biology and Ecology, 390: 84 – Okezone. Tersedia pada:
98. http://news.okezone.com/
Stewart, B.S. 2014. Whale sharks read/ 2012/01/14/340/557091/.
research ecological research and Diakses pada 15 Mei 2015.

89
Tania, C. dan B.A. Noor. 2014. Vincent, A.C.J., Y.J Sadovy de Mitcheson,
Pemanatauan Hiu Paus di Taman S.L. Fowler and S. Lieberman.
Nasional Teluk Cenderawasih. 2014. The role of CITES in the
WWF . 36 hal. conservation of marine fishes
subject to international trade.
Taylor, L.R., L.J.V. Compagno
Journal. Fish and Fisheries, 15:
and P.J. Struhsaker. 1983.
563–592
Megamouth - a new species,
genus and family of lamnoid Wilson, S.G and D.R. Newbound. 2001.
shak (Megachasma pelagios), Two whale shark faecal samples
Family Megachasmidae from the from Ningaloo Reef, Western
Hawaiian Islands. Proc. Calif. Australia. Bull. Mar. Sci. 68:
Acad. Sci. 43: 87–110. 361–362.

Tsaur S.H., L. Yu-Chiang and L. Jo-Hu. White, W.T., P.R. Last, J.D. Steven, G.K.
2006. Evaluating Ecotourism Yearsley, Fahmi and Dharmadi.
Sustainability From 2006. Economically
The Integrated Perspective important Sharks and Ray of
Of Resources Community Indonesia. ACIAR Monograph
And Tourism. J. Tours. Manag. Series No. 24. 338 pp.
27: 640-653.
Wood and Gerald. 1983. The Guinness
UNCLOS. 1982. United Nations Book of Animal Facts and Feats.
Convention on the Law of the p.  256. ISBN  978-0-85112-235-
Sea. Division for Ocean Affairs 9.Sterling Pub Co Inc.
and the Law of the Sea, UN.
Yusma, A.M.I., C. Tania, Ricky, S.J.
Vinanda, M.Y. 2011. Riset Hiu Paus Junaidi, Adnan dan L. Otolu.
di kembangkan di Teluk 2015. Identifikasi kemunculan
Cenderawasih. WWF. Tersedia di Hiu Paus (Rhincodon typus) di
:http://www.wwf.or.id/?25467/. perairan Talasayan, Kabupaten
Diakses pada 24 Mei 2013. Berau, Propinsi Kalimantan
Timur. Prosiding Simposium Hiu
dan Paus di Indonesia. Hal 107
– 113.

90

Anda mungkin juga menyukai