Anda di halaman 1dari 17

Keanekaragaman Asteroidea yang Berada diapus aja di Pulau

Kayu Angin, Kepulauan Seribu judul huruf capital semua ya

Disusun Oleh :
Ayu Indraswary (no reg.nya mana????)
Lukman Affannur
Nurul family
Yunitasari
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Echinodermata merupakan salah satu filum yang termasuk dalam kingdom animalia.
Filum ini termasuk hewan invertebrata dan mayoritas hidup di laut. Echinodermata berasal
dari bahasa Yunani echinus berarti landak, dan dermal berarti kulit. Filum ini umumnya
berukuran besar, namun ada yang berdiameter 1 cm. Termasuk dalam filum Echinodermata
antara lain bintang laut, bulu babi, dan teripang. Setiap alenia, dibuat menjorok ke dalam.
Dalam penelitian ini, kami lebih menitikberatkan pada salah satu kelas dari
Echinodermata, yaitu kelas Asteroidea karena memiliki keunikan untuk diteliti. Dalam kelas
ini terdapat kurang lebih 1.500 spesies. Melihat cukup melimpahnya spesies yang ada, kami
tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai kelas ini, terutama akan
keanekaragaman spesiesnya.
Tempat penelitian yang kami lakukan adalah pulau Kayu Angin yang terdapat dalam
kepulauan seribu. Penelitian ini kami lakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan juga
kondisi spesies Asteroidea yang ada di pulau Kayu Angin. Selain itu, adanya penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
mengenai Keanekaragaman Asteroidea yang berada di Pulau Kayu Angin,
Kepulauan Seribu. ga usah di BOLD, dikutip, dan tidak usah ditulis kembali judulnya.
Latar belakangnya dikit bgd minimal 10 alenia yoo.. terus beralur atau bahasanya harus
nyambung dari paragraph satu ke paragraph berikutnya, dari yang umum dan khusus. Jangan
lupa sebelum membuat latarbelakang bikin kerangka karangan dulu. Misal, paragraph 1 mau
ngomongin tentang ap, paragraph 2 mau ngomongin tentang apa di paragraph terakhir baru
disimpulkan kenapa akhirnya temen2 mau meneliti ini. Ketertarikan apa yang menyebabkan
temen2 mau meneliti spesies ini. Coba dicari contoh-contoh jurnal tentang makroalganya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja spesies Asteroidea yang berada di Pulau Kayu Angin?
b. Bagaimana karakteristik spesies Asteroidea yang berada di Pulau Kayu Angin?
Ditambah bagaimana mengidentifikasi..

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui keanekaragaman spesies Asteroidea yang berada di Pulau kayu Angin.
Jangan lupa diakhir kalimat ada titiknya.
b. Mengetahui dan mengidentifikasidua kata yang berbeda, lebih baik diletakkan di point
berikutnya aja ya karakteristik spesies Asteroidea yang berada di pulau Kayu Angin
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi terbaru bagi mahasiswa dan
masyarakat pada umumnya dan juga sebagai acuan bagi penelitian berikutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepulauan Seribu kalau bisa ada data spesifik lagi tempat penelitiannya, misal Pulau
Kayu Angin
Kepulauan Seribu merupakan sebuah kabupaten administrasi di Teluk Jakarta yang
secara geografis terletak pada 1060193010604450 BT dan 05010000505700 LS. Pulau
ini memiliki luas daratan mencapai 869,61 ha (8,7 km2) dan luas perairan mencapai 6.997,50
km2. Terdapat kurang lebih 110 gugusan pulau dan hanya 11 pulau yang berpenghuni salah
satunya adalah Pulau Pari (Biro Pusat Statistik, 2007). Perairan kawasan Kepulauan Seribu
memiliki terumbu karang yang membentuk ekosistem khas daerah tropis. Pulau-pulau di
kawasan ini umumnya dikelilingi oleh karang tepi (fringing reef) dengan kedalaman bervariasi
120 m. Di dalam ekosistem terumbu karang juga dijumpai berbagai jenis ikan ekonomis
konsumsi, ikan hias, moluska, krustasea, echinodermata dan biota lainnya (Triutami, 2009).
Dalam proporsi kelimpahan makrobenthos di Kepulauan Seribu, fauna echinodermata
menempati urutan ketiga, yaitu mencapai 0,68% (Estradivari et al., 2007). Penelitian serupa juga
dilakukan diantaranya oleh Aziz (1981) yang mengidentifikasi sebanyak 16 jenis bintang laut
(Asteroidea) ditemukan di Kepulauan Seribu. Penelitian bintang laut jenis pemakan polip karang
Achantaster planci di Kepulauan Seribu sudah dilaporkan pada tahun 1969 oleh Aziz (1995)
dengan kepadatan jenis berkisar 57 ind./2000m2, kemudian pada tahun 1977 dengan kepadatan
423 ind./m2. Pada penelitian tahun-tahun berikutnya tingkat kepadatan bintang laut pemakan
karang ini dilaporkan mengalami peningkatan yaitu mencapai 4452 ind./400m2 tahun 1981
(Darsono, 1988). Pada tahun 1968-an, sebelum Kepulauan Seribu ditetapkan sebagai Taman
Nasional Laut, terjadi eksploitasi terhadap echinodermata kelompok teripang (Holothuroidea)
baik untuk dikonsumsi maupun untuk dijual. Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (1987)
menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi sudah menunjukkan adanya indikasi penurunan
produksi teripang akibat adanya penangkapan yang berlebih. Kajian serupa juga dilakukan pada
tahun sebelumnya oleh Azkab dan Hutomo (1986) yang menyatakan bahwa hasil tangkapan
nelayan di kepulauan Seribu mencapai 1000 ekor per hari. Hal ini sangat wajar jika
menimbulkan terjadinya penurunan populasi teripang termasuk jenis-jenis teripang ekonomis

penting. Basuki et al. (1999) melaporkan bahwa kepadatan teripang di pulau Seribu berkisar
antara 0,1470,342 ind/m2 dan didominasi oleh jenis teripang yang kurang memiliki nilai
ekonomis yaitu Synapta sp.
2.2 Echinodermata
Filum Echinodermata memiliki sistem pembuluh air dan simetri radial sekunder. Bintang
laut dan sebagian besar echinodermata (dari bahasa Yunani echin, berduri dan derma kulit)
adalah hewan sesil atau hewan bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa.
Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk
lima jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian
besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang
memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh air (water
vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang
disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas
(Campbell, dkk, 2000).

Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m.
Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban. Anda jangan khawatir hewan ini tidak ada
yang parasit. Ada sekitar 5.300 jenis Echinodermata yang sudah dikenal manusia. Jumlahnya
amat banyak, karena musuh hewan ini hanya sedikit (Anonim a, 2010). Reproduksi seksual
anggota filum echinodermata umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan
membebaskan gametnya ke dalam air laut. Hewan dewasa yang radial tersebut berkembang
melalui metamorphosis dari larva bilateral. Embriologi awal echinodermata secara jelas
mensejajarkan mereka dengan deuterostoma.

Diantara 7000 atau lebih anggota filum echinodermata, semuanya adalah hewan laut,
dibagi menjadi enam kelas : Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular),
Echinoidea (bulu babi dan sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea
(timun laut), dan Concentrychycloidea (aster laut). Aster laut, yang baru ditemukan baru-baru
ini, hidup pada kayu yang terendam air di laut dalam (Campbell, dkk. 2000).

Sesuai dengan namanya, lili laut (Kelas Crinoidea) lebih menyerupai tumbuhan. Banyak
diantaranya bersifat sesil, yaitu mereka hidup terpaut kuat dengan tangkai pada beberapa benda
di bawah air. Mungkin cara hidup inilah yang menyebabkan mereka simetri radial dan bukan
suatu hubungan evolusi dengan hewan simetri radial lainnya, yaitu Filum Cnidaria. Sebagaimana
kita ketahui, simetri bilateral berhubungan dengan lokomosi yang cepat, sedangkan simetri radial
lebih cocok untuk hewan sesil yang harus memperhatikan semua arah. Akan tetapi
echinodermata menghasilkan larva yang berenang bebas dan bentuknya simetri bilateral. Hal ini
dapat diartikan bahwa Echinodermata berkembang dari moyang yang simetri bilateral.

Tubuh bintang laut terdiri atas cawan sentral yang berisi mulut dan dikelilingi oleh lima
lengan. Bintang laut (Kelas Asteroidea) mampu bergerak kemana-mana dengan bantuan kaki
tabungnya tetapi sangat perlahan. Dari semua Echinodermata, bintang laut ini merupakan satusatunya yang mempunyai arti praktis penting bagi manusia. Hal ini disebabkan kebiasaan mereka
untuk memangsa bivalve yang secara komersil berharga seperti tiram. Bintang laut (Kelas
Ophiuroidea) berbeda dengan bintang laut karena mempunyai lengan yang kurus dan panjang
yang jelas berbeda dari cawan sentral dan dapat bergerak sangat cepat (bagi ekor Ekinoderamata)
(Kimball, 1999).

Di Indonesia, bulu babi belum dikenal sebagai makanan yang mengandung nilai gizi
tinggi. Umumnya, makanan ini hanya dinikmati oleh masyarakat yang memdiami pulau-pulau
karang. Biasanya, diperjualbelikan dalam bentuk olahan maupun mentah. Di negara Perancis dan
Jepang, bulu babi termasuk makanan yang digemari. Bahkan, Jepang sempat mengekspor bulu
babi untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya (Ikawati, dkk. 2001). Bulu babi dan dolar
pasir (Kelas Echinodea) mempunyai kerangka berongga yang kaku mirip kotak. Pada kerangka
ini terpaut duri-duri, yang ada beberapa bulu babi sangat panjang. Deretan-deratan lubang pada
kerangka itu memungkinkan bulu babi bergerak secara perlahan-lahan. Di beberapa bagian dunia
bulu babi ini kadang-kadang dimakan orang (Kimball, 1999).

Teripang atau ketimun laut memang belum sepopuler udang windu atau ikan kerapu.
Secara morfologi, bentuk tubuh teripang ini bervariasi mulai dari yang bulat sampai panjang
silindris seperti cacing, dengan mulut dan anus terletak pada kedua ujungnya. Pada tubuh bagian

perut mempunyai tiga daerah yang disebut daerah tapak kaki, sedang pada bagian punggungnya
hanya terdapat dua (Ikawati, dkk. 2001).

Echinodermata mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi bagian tubuhnya


yang hilang, contohnya timun laut. Apabila timun laut merasa dirinya terancam, maka timun laut
akan menyemprotkan organ tubuhnya agar mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri.
Kelak, organ tubuh yang hilang akan tumbuh kembali (Anonim a, 2010).

Ketimun laut atau teripang (Kelas Holothuroidea) mempunyai kulit keras (bukan
berduri), tidak berlengan dan hampir tidak ada kerangka. Meskipun pada umumnya bentuk dan
tingkah lakunya tidak menarik perhatian, respon mereka terhadap pemangsa sangat mengejutkan.
Bila diganggu, mereka mengerutkan otot dinding tubuhnya sampai tekanan didalamnya menjadi
sangat besar sehingga dinding tubuh itu pecah. Dengan ini, organ internal mereka bersama
dengan suatu zat gelatin yang lengket keluar kedalam air. Sering pada waktu pemangsa itu sibuk
dengan bahan ini, sisa ketimun laut menjauh dan mulai dengan proses pembentukan kembali
organ yang hilang tadi (Kimball, 1999). Ukuran dan berat tubuhnya pun bervariasi, mulai dari
3cm-50cm dengan berat mulai beberapa gr sampai 6kg per ekor. Warna tubuh teripang umumnya
hitam, cokelat dan hijau muda. Meskipun jarang, beberapa teripang mempunyai warna yang
cantik, yaitu orange dan violet. Sayangnya, pembudidayaan hewan satu ini belum begitu diminati
(Ikawati, dkk. 2001).

Hewan Echinodermata juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Misalnya mentimun laut
setelah dikeringkan dijadikan bahan sup atau dibuat kerupuk. Juga telur bulu babi sangat enak
untuk dimakan. Jenis hewan ini juga sering dijadikan sebagai barang hiasan/koleksi binatang laut
yang indah. Di samping itu Echinodermata juga bisa merugikan, karena hewan laut ini sebagai
pemakan tiram/kerang mutiara. Juga ada diantara jenis bintang laut yang memakan binatang
karang sehingga banyak yang mati. Hewan Echinodermata berdasarkan bentuk tubuhnya dapat
dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea, dan
Holoturoidea (Anonim a, 2010).

1. Kelas Asteroidea

Bintang laut memiliki lima lengan (kadang-kadang lebih) yang memanjang dari suatu cakram
pusat. Permukaan bagian bawah lengan itu memiliki kaki tabung, yang masing-masing dapat
bertindak seperti suatu cakram penyedot. Melalui sekumpulan kompleks hidrolik dan kerja otot,
penyedotan ini dapat diciptakan atau dibebaskan.

Bintang laut mengkoordinasikan kaki tabungnya untuk lekat menempel pada bebatuan dan atau
untuk merangkak secara perlahan-lahan sementara kaki tabung tersebut memanjang,
mencengkeram sekali lagi. Bintang laut juga menggunakan kaki tabungnya untuk menjerat
mangsa, seperti remis dan tiram. Lengan bintang laut mengapit bivalvia yang menutup, yang
menggantung dengan ketat pada kaki tabunganya. Bintang laut itu kemudian membalikkan
lambungnya (bagian dalam menjadi keluar), mengeluarkannya melalui mulutnya dan
memasukkannya ke dalam pembukaan atau lubang sempit antara kerang bivalvia tersebut.
Sistem pencernaan bintang laut mensekresikan getah pencernaan yang mulai mencerna tubuh
lunak moluska didalam cangkang- nya sendiri.

Bintang laut dan beberapa echinodermata mampu melalukan regenerasi. Bintang laut dapat
menumbuhkan kembali lengan yang hilang, dan anggota satu genus bahkan dapat menumbuhkan
kembali keseluruh tubuh dari sebuah lengan tunggal (Campbell, dkk. 2000).

2. Kelas Ophiroidea

Bintang mengular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat, dan tangannya panjang dan sangat
mudah bergerak. Kaki tabungnya tidak memiliki penyedot, dan bergerak dengan mencambukkan
lengannya. Beberapa spesies adalah pemakan suspensi; yang lain adalah predator atau pemakan
bangkai (Campbell, dkk. 2000).

3. Kelas Echinoidea

Bulu babi (sea urchin) dan dollar pasir (sand dollar) tidak memiliki lengan, akan tetapi mereka
memiliki lima baris kaki tabung yang berfungsi dalam pergerakan lambat. Bulu babi juga memili
otot untuk memutar durinya yang panjang, yang membantu dalam pergerakan. Mulut bulu babi
dilingkari oleh struktur kompleks mirip rahang yang telah beradaptasi untuk memakan ganggang
laut dan makanan lain. Bulu babi secara kasar bentuknya agak bulat. Sementara tubuh dollar
pasir pipih dan berbentuk cakram.

4. Kelas Crinoidea

Lili laut menempel ke substratum melalui batang; bintang bulu merangkak dengan menggunakan
lengannya yang panjang dan fleksibel. Sebagai suatu kelompok anggota kelas ini menggunakan
lengannya dalam proses memakan suspense. Lengan itu mengelilingi mulut, yang diarahkan ke
atas, menjauhi substratum. Crinoidea adalah suatu kelas purba yang tidak banyak berubah selama
proses evolusinya; lili laut yang memfosil dengan umur sekitar 500 juta tahun hampir tidak dapat
di bedakan dari anggota modern kelas tersebut.

5. Kelas Holothuroidea
Pada pengamatan sepintas, ketimun laut (sea cucumber) tidak terlihat mirip dengan hewan
echinodermata lainnya. Mereka tidak memiliki duri, dan endoskeletonnya yang keras sangat
tereduksi. Tubuh ketimun laut memanjang sepanjang sumbu oral aboral, sehingga memberikan
bentuk ketimun seperti namanya dan yang selanjutnya membedakan hubungan mereka dengan
bintang laut dan bulu babi. Namun demikian, pemeriksaan lebih dekat memperlihatkan adanya
lima kaki baris tabung, bagian dari sistem pembuluh air yang hanya ditemukan pada hewan
Echinodermata. Beberapa kaki tabung yang ada disekitar mulut dikembangkan menjadi tentakel
untuk makan (Campbell, dkk. 2000).

2.3 Deskripsi Asteroidea

Asteroidea adalah salah satu kelas dari Echinodermata, dengan jenis terbanyak sekitar 1.800
spesies. Terkenal dengan sebutan bintang laut karena anggotanya yang sebagian besar berbentuk

seperti bintang. Asteroidea memiliki duri yang tumpul dan pendek. Duri-duri itu ada yg
termodifikasi membentuk suatu bentuk yang disebut Pediselaria. Fungsinya adalah untuk
menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran. Tubuhnya terbagi menjadi
2 bagian yaitu Oral yang merupakan bagian tubuh bermulut dan Aboral yaitu bagian tubuh yang
memiliki anus. Tidak seperti kembarannya bintang mengular (Ophiuridea), Bintang laut tidak
memiliki pembatas tajam diantara lengan dan tubuh pusatnya dan mereka bergerak
menggunakan kaki tabung tidak seperti bintang mengular yang menjulurkan lengannya untuk
bergerak. Sebagian besar Asteroidea adalah predator, memakan sessile atau mangsa yang
berjalan lambat seperti molluska atau remis. Namun ada juga yang makanannya berupa karang
seperti Acanthaster, yang merupakan ancaman bagi gugusan karang. Sebagian besar namun tidak
semua Asteroidea mampu mengeluarkan sebagian perutnya melalui mulut dan mencerna
makanannya diluar tubuh.

Bentuknya bervariasi dari mulai yang hampir melingkar, segilima, sampai yang bentuknya
familiar seperti bintang dan bunga dengan 5 tangan atau lebih. Tangan ini adalah perpanjangan
dari tubuh, memiliki gigi, kanal radial, dan organ tubuh. Tiap tangan memiliki lekuk amburakral
di bawahnya, di bagian lekuknya terdapat kaki tabung dan di bagian tepi lekuknya terdapat duri
yang dapat menutup amburakral. Setiap tangannya memiliki kaki tabung yang berfungsi sebagai
reseptor zat kimia dan rangsangan getaran, dan beberapa memiliki titik merah yang berfungsi
sebagai mata sederhana. Di kulitnya terdapat papula, yaitu penonjolan dinding rongga tubuh
yang tipis. Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi
pertukaran udara pada Asteroidea, meskipun ada beberapa jenis yang bernafas menggunakan
kaki tabung. Memiliki pediselaria untuk membersihkan tubuh dan menangkap mangsa yang
ukurannya kecil. Terdapat 2 atau lebih gonad di tiap tangannya yang ketika saatnya bertelur,
akan memenuhi tangannya.

Selain sebagai alat gerak, sistem amburakral juga merupakan alat pengisap sehingga dapat
melekat dengan kuat pada suatu dasar. Sistem Amburakral itu terdiri dari:
a. Medreporit, lempengan berpori pada permukaan cakram pusat di bagian dorsal tubuh.
b. Saluran cincin, terdapat di rongga tubuh cakram pusat
c. Saluran radial, merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan

d. Kaki amburakral, merupakan juluran saluran radial yang keluar

Asteroidea tersebar hampir di seluruh lautan dunia, dengan habitat bervariasi dari mulai daerah
intertidal hingga ke laut dalam. Asteroidea dapat bereproduksi secara seksual ataupun aseksual.
Ada bintang laut jantan dan betina, namun keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Reproduksi
seksualnya adalah dengan cara mengeluarkan sperma dan ovum ke air, yang kemudia
terfertilisasi dan berubah menjadi larva yang bebas berenang yang kemudian menuju ke dasar
laut. Reproduksi secara aseksualnya dengan regenerasi. Asteroidea mampu meregenerasi seluruh
tubuhnya selama ada bagian cakram pusatnya yang tersisa.

2.4 Karakter morfologi Asteroidea untuk identifikasi


a. Struktur tubuh
Bentuk dasar tubuh bintang laut sesederhana namanya, yaitu terdiri dari disc (cakram yang
merupakan sentral semua sistem tubuhnya) dan beberapa lengan. Variasi antar spesies terletak
pada jumlah lengannya, panjang pendek dan penampang lintang lengannya. Pada umumnya,
lengan bintang laut berjumlah lima. Anggota Stellaster dan Iconaster memiliki lengan yang
relative panjang, sempit dan meruncing. Sebaliknya, Goniodiscaster dan Culcita memiliki
lengan yang hanya sedikit lebih panjang dari jari-jari disc-nya.
Posisi bintang laut selalu mendatar. Di bagian atas yang merupakan sisi dorsal tubuh, terletak
ujung sistem pencernaan (anus), sistem reproduksi (gonopore) dan sistem air (madreporit).
Bagian bawahnya merupakan sisi ventral, terdapat mulut dan kaki-kaki tabung (tube feet). Area
pada lengan-lengan bintang laut dinamakan radial area, dan diantara lengan disebut inter radial
atau axial.
Tubuh bintang laut relatif keras karena dibentuk oleh kerangka eksternal dari bahan kapur.
Kerangka eksternal ini berupa lempeng-lempeng (plates) kecil yang tersusun sedemikian rupa
sehingga member kemudahan lengan-lengannya untuk menekuk atau melipat.
Struktur tubuh bintang laut yang penting untuk diidentifikasi adalah :

(a) Dorsal plate atau abactinal plates, adalah plates yang terdapat di sisi atas tubuh bintang
laut, terdiri dari tiga bagian sesuai dengan posisinya, yaitu :

Carinal plates : susunan dorsal plate

yang menyusun bagian tengah lengan,

memanjang dari pangkal ke ujung lengan

Lateral plates : plates di kedua sisi luar cardinal plates

Ujung lengan

(b) Ventral plates atau actinal plates, adalah plates yang terletak di sisi bawah bintang laut,
terdiri dari dua jenis, yaitu :

Actino-lateral plate : actinal plates yang terletak di sepanjang lengan, antara marginal
plates dan adambulacral plates

Adamburacral plate : plate yang membatasi ambulacral groove

(c) Tidak semua spesies memiliki marginal plates. Berdasarkan posisinya, struktur ini dibagi
menjadi tiga, yaitu :

Superomarginal plates : marginal plates yang letaknya di bagian dorsal tubuh

Inferomarginal plates : marginal plates yang posisinya di bagian ventral tubuh

Intermarginal plates : plates yang diapit oleh supero dan inferomarginal plates.

(d) Ambulacral groove atau alur ambulacral yang merupakan celah sepanjang lenganlengannya, bermula dari tengah disc (mulut). Dari celah ini keluar kaki-kaki semunya (tube
feet). Amburacral plate : plate yang membatasi alur amburacral. Ornamen pada plate ini
merupakan bagian dari kunci identifikasi, dan umumnya berbentuk duri-duri pendek,
memipih, berjajar teratur dengan susunan tertentu. Ornament yang berbatas ambulacral
groove disebut furrow stine, dan yang di sisi luarnya disebut adambulacral stines.
b. Ornamen (struktur pelengkap)
Spesies bintang laut yang plate nya terbuka (telanjang) jumlahnya cukup banyak, demikian juga
spesies yang memiliki ornamen atau struktur yang menutupi tiap lempeng tubuhnya. Ada tiga

tipe dasar ornamen, dan umumnya ornament ini menutupi lempengnya sampai mengaburkan
batas-batas atau bentuk lempengnya. Selain ornamen dasar tersebut, ada banyak struktur khas
yang dipakai dalam identifikasi, antara lain :

Paxilla, yaitu struktur yang berupa duri-duri halus (spinneletes) yang keluar dari satu
dasar yang berbentuk batang. Struktur ini berjumlah cukup banyak dalam setiap plate,
sampai batas atau tepi lempengnya tidak kelihatan. Paxilla tidak selalu berupa duriduri tetapi bisa termodifikasi berbentuk silinder rendah atau bahkan lebih membulat.

Granule, yaitu struktur berupa butiran-butiran. Variasi granule ini antara lain
berbentuk silinder rendah, atau satu plate memiliki beberapa granule yang membesar
atau menonjol.

Skin atau membrane, yaitu struktur seperti kulit ari yang menutupi plates

Spine atau duri, merupakan struktur duri, biasanya tidak selalu meruncing, panjang,
dan tajam. Seringkali spine berupa tonjolan pipih menyerupai daun, bercabang,
berujung membulat atau berderet tiga sampai empat tersusun seperti kipas

Papilla pore atau lubang papilla, merupakanlubang-lubang disisi dorsal maupun


ventral tempat papillae keluar

Pedicellaria, struktur ini merupakan organ proteksi. Tidak semua spesies


memilikinya, dan biasanya bentuknya khas untuk suatu spesies

Madreporit, merupakan bagian ujung saluran air (water vascular system). Letak
madreporit selalu di lempeng dorsal. Madreporit tampak sebagai lingkaran yang
tengahnya beralur-alur, dan biasanya dapat dijadikan tanda potensi pembelahan.

c. Dimensi tubuh bintang laut


Dimensi atau ukuran tubuh bintang laut diukur berdasarkan R/r, yaitu rasio panjang lengan (R,
diukur dari mulut) dan jari-jari cakram (r, diukur dari pusat cakram ke batas terluar interradial
atau axial). Pada banyak kasus, ratio R/r ini menggambarkan bentuk umum tubuhnya, lengannya
panjang atau pendek.

Struktur lain yang sering membantu dalam identifikasi adalah superomarginal plate.
Berdasarkan lebar relatifnya akan terlihat apakah supero marginal plate duduk disisi dorsal atau
sisi samping tubuhnya.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian terdiri dari : (Tujuan operasional; tempat & waktu Penelitian; Metode
Penelitian; Prosedur Penelitian : alat,bahan,cara kerja, teknik pengumpulan data teknik analisis
data) dilengkapi, yang dibawah masih ada yang belum masuk kontennya.

3.1 Tujuan Operasional


a. Mengetahui keanekaragaman Asteroidea di wilayah Pulau Kayu Angin, Kepulauan Seribu
b. Mengidentifikasi spesies Asteroidea yang berada di Pulau Kayu Angin, Kepulauan Seribu
c. Mengetahui kondisi spesies Asteroidea yang berada di Pulau Kayu Angin, Kepulauan Seribu

3.2 Waktu dan Tempat


Tempat

: Pulau Kayu Angin, Kepulauan Seribu

Hari, Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2013


Waktu

: 08.00 s.d. 12.00

3.3 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu suatu
bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan
antar variabel yang terlibat didalamnya.

3.4 Teknik Penentuan Data ????


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis Asteroideae yang ada di Pulau Kelapa,
Kepulauan Seribu.
3.4.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis Asteroideae yang berada didalam plot. diapus
aja.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Penelitian Lapangan (Field Research)
yaitu dengan metode pengamatan langsung (observasi). Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode transek kuadrat (plot).
Metode transek kuadrat (plot) dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran jenis atau
keanekaragaman Asteroidea di wilayah Pulau Kayu Angin, Kepulauan Seribu. Pemasangan
kuadrat(plot) dilakukan pada garis transek yang telah dibentangkan dari bibir pantai ke tengah
laut sampai jarak 50 m. Jarak antar kuadrat(plot) dalam satu transek yaitu 10 m, dengan besar
kuadrat(plot) 1x1 m. dimasukkan ke dalam metode penelitian termasuk gambar.
Sketsa Pengambilan Sampel

1x1
meter

50 meter

1x1
meter

1x1
meter

1x1
meter

1x1

10 meter

Untuk menambah pemahaman, coba cari dan download jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan judul proposal.
Baik atau tidaknya proposal di nilai dari penulisan pendahuluan. Tepatnya di
latarbelakang. Itu hal yang sangat penting. Coba diperbaiki lagi latar belakangnya.
Spasi dalam penulisan proposal harus konsisten. Bab 1 dan bab 2 spasinya beda deh
kayaknya.
Untuk tinjauan pustaka, coba lebih digali lagi dari referensi2 yang ada. Coba cari siklus
hidupnya, faktor pertumbuhan echinodermatanya, kondisi echinodermata di kepulauan
seribu, cari sebanyak-banyaknya pokoknya dah.
Semangaaaaaattt mengerjakan ^^. Semua ini adalah proses pembelajaran untuk menuju
suatu keberhasilan. Dan ini hanya sekelumit proses yang harus di lalui, yakin deh, ini jadi
bekal kalian ntar.
Biar seragam semua, setiap proposal pake lembar pengesahan, kata pengantar, dan daftar
isi, n daftar pustakanya juga yaaa. Formatnya Tanya kk panitianya.

Anda mungkin juga menyukai