Disusun Oleh :
Ayu Indraswary (no reg.nya mana????)
Lukman Affannur
Nurul family
Yunitasari
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepulauan Seribu kalau bisa ada data spesifik lagi tempat penelitiannya, misal Pulau
Kayu Angin
Kepulauan Seribu merupakan sebuah kabupaten administrasi di Teluk Jakarta yang
secara geografis terletak pada 1060193010604450 BT dan 05010000505700 LS. Pulau
ini memiliki luas daratan mencapai 869,61 ha (8,7 km2) dan luas perairan mencapai 6.997,50
km2. Terdapat kurang lebih 110 gugusan pulau dan hanya 11 pulau yang berpenghuni salah
satunya adalah Pulau Pari (Biro Pusat Statistik, 2007). Perairan kawasan Kepulauan Seribu
memiliki terumbu karang yang membentuk ekosistem khas daerah tropis. Pulau-pulau di
kawasan ini umumnya dikelilingi oleh karang tepi (fringing reef) dengan kedalaman bervariasi
120 m. Di dalam ekosistem terumbu karang juga dijumpai berbagai jenis ikan ekonomis
konsumsi, ikan hias, moluska, krustasea, echinodermata dan biota lainnya (Triutami, 2009).
Dalam proporsi kelimpahan makrobenthos di Kepulauan Seribu, fauna echinodermata
menempati urutan ketiga, yaitu mencapai 0,68% (Estradivari et al., 2007). Penelitian serupa juga
dilakukan diantaranya oleh Aziz (1981) yang mengidentifikasi sebanyak 16 jenis bintang laut
(Asteroidea) ditemukan di Kepulauan Seribu. Penelitian bintang laut jenis pemakan polip karang
Achantaster planci di Kepulauan Seribu sudah dilaporkan pada tahun 1969 oleh Aziz (1995)
dengan kepadatan jenis berkisar 57 ind./2000m2, kemudian pada tahun 1977 dengan kepadatan
423 ind./m2. Pada penelitian tahun-tahun berikutnya tingkat kepadatan bintang laut pemakan
karang ini dilaporkan mengalami peningkatan yaitu mencapai 4452 ind./400m2 tahun 1981
(Darsono, 1988). Pada tahun 1968-an, sebelum Kepulauan Seribu ditetapkan sebagai Taman
Nasional Laut, terjadi eksploitasi terhadap echinodermata kelompok teripang (Holothuroidea)
baik untuk dikonsumsi maupun untuk dijual. Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (1987)
menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi sudah menunjukkan adanya indikasi penurunan
produksi teripang akibat adanya penangkapan yang berlebih. Kajian serupa juga dilakukan pada
tahun sebelumnya oleh Azkab dan Hutomo (1986) yang menyatakan bahwa hasil tangkapan
nelayan di kepulauan Seribu mencapai 1000 ekor per hari. Hal ini sangat wajar jika
menimbulkan terjadinya penurunan populasi teripang termasuk jenis-jenis teripang ekonomis
penting. Basuki et al. (1999) melaporkan bahwa kepadatan teripang di pulau Seribu berkisar
antara 0,1470,342 ind/m2 dan didominasi oleh jenis teripang yang kurang memiliki nilai
ekonomis yaitu Synapta sp.
2.2 Echinodermata
Filum Echinodermata memiliki sistem pembuluh air dan simetri radial sekunder. Bintang
laut dan sebagian besar echinodermata (dari bahasa Yunani echin, berduri dan derma kulit)
adalah hewan sesil atau hewan bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa.
Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk
lima jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian
besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang
memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh air (water
vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang
disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas
(Campbell, dkk, 2000).
Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m.
Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban. Anda jangan khawatir hewan ini tidak ada
yang parasit. Ada sekitar 5.300 jenis Echinodermata yang sudah dikenal manusia. Jumlahnya
amat banyak, karena musuh hewan ini hanya sedikit (Anonim a, 2010). Reproduksi seksual
anggota filum echinodermata umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan
membebaskan gametnya ke dalam air laut. Hewan dewasa yang radial tersebut berkembang
melalui metamorphosis dari larva bilateral. Embriologi awal echinodermata secara jelas
mensejajarkan mereka dengan deuterostoma.
Diantara 7000 atau lebih anggota filum echinodermata, semuanya adalah hewan laut,
dibagi menjadi enam kelas : Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular),
Echinoidea (bulu babi dan sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea
(timun laut), dan Concentrychycloidea (aster laut). Aster laut, yang baru ditemukan baru-baru
ini, hidup pada kayu yang terendam air di laut dalam (Campbell, dkk. 2000).
Sesuai dengan namanya, lili laut (Kelas Crinoidea) lebih menyerupai tumbuhan. Banyak
diantaranya bersifat sesil, yaitu mereka hidup terpaut kuat dengan tangkai pada beberapa benda
di bawah air. Mungkin cara hidup inilah yang menyebabkan mereka simetri radial dan bukan
suatu hubungan evolusi dengan hewan simetri radial lainnya, yaitu Filum Cnidaria. Sebagaimana
kita ketahui, simetri bilateral berhubungan dengan lokomosi yang cepat, sedangkan simetri radial
lebih cocok untuk hewan sesil yang harus memperhatikan semua arah. Akan tetapi
echinodermata menghasilkan larva yang berenang bebas dan bentuknya simetri bilateral. Hal ini
dapat diartikan bahwa Echinodermata berkembang dari moyang yang simetri bilateral.
Tubuh bintang laut terdiri atas cawan sentral yang berisi mulut dan dikelilingi oleh lima
lengan. Bintang laut (Kelas Asteroidea) mampu bergerak kemana-mana dengan bantuan kaki
tabungnya tetapi sangat perlahan. Dari semua Echinodermata, bintang laut ini merupakan satusatunya yang mempunyai arti praktis penting bagi manusia. Hal ini disebabkan kebiasaan mereka
untuk memangsa bivalve yang secara komersil berharga seperti tiram. Bintang laut (Kelas
Ophiuroidea) berbeda dengan bintang laut karena mempunyai lengan yang kurus dan panjang
yang jelas berbeda dari cawan sentral dan dapat bergerak sangat cepat (bagi ekor Ekinoderamata)
(Kimball, 1999).
Di Indonesia, bulu babi belum dikenal sebagai makanan yang mengandung nilai gizi
tinggi. Umumnya, makanan ini hanya dinikmati oleh masyarakat yang memdiami pulau-pulau
karang. Biasanya, diperjualbelikan dalam bentuk olahan maupun mentah. Di negara Perancis dan
Jepang, bulu babi termasuk makanan yang digemari. Bahkan, Jepang sempat mengekspor bulu
babi untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya (Ikawati, dkk. 2001). Bulu babi dan dolar
pasir (Kelas Echinodea) mempunyai kerangka berongga yang kaku mirip kotak. Pada kerangka
ini terpaut duri-duri, yang ada beberapa bulu babi sangat panjang. Deretan-deratan lubang pada
kerangka itu memungkinkan bulu babi bergerak secara perlahan-lahan. Di beberapa bagian dunia
bulu babi ini kadang-kadang dimakan orang (Kimball, 1999).
Teripang atau ketimun laut memang belum sepopuler udang windu atau ikan kerapu.
Secara morfologi, bentuk tubuh teripang ini bervariasi mulai dari yang bulat sampai panjang
silindris seperti cacing, dengan mulut dan anus terletak pada kedua ujungnya. Pada tubuh bagian
perut mempunyai tiga daerah yang disebut daerah tapak kaki, sedang pada bagian punggungnya
hanya terdapat dua (Ikawati, dkk. 2001).
Ketimun laut atau teripang (Kelas Holothuroidea) mempunyai kulit keras (bukan
berduri), tidak berlengan dan hampir tidak ada kerangka. Meskipun pada umumnya bentuk dan
tingkah lakunya tidak menarik perhatian, respon mereka terhadap pemangsa sangat mengejutkan.
Bila diganggu, mereka mengerutkan otot dinding tubuhnya sampai tekanan didalamnya menjadi
sangat besar sehingga dinding tubuh itu pecah. Dengan ini, organ internal mereka bersama
dengan suatu zat gelatin yang lengket keluar kedalam air. Sering pada waktu pemangsa itu sibuk
dengan bahan ini, sisa ketimun laut menjauh dan mulai dengan proses pembentukan kembali
organ yang hilang tadi (Kimball, 1999). Ukuran dan berat tubuhnya pun bervariasi, mulai dari
3cm-50cm dengan berat mulai beberapa gr sampai 6kg per ekor. Warna tubuh teripang umumnya
hitam, cokelat dan hijau muda. Meskipun jarang, beberapa teripang mempunyai warna yang
cantik, yaitu orange dan violet. Sayangnya, pembudidayaan hewan satu ini belum begitu diminati
(Ikawati, dkk. 2001).
Hewan Echinodermata juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Misalnya mentimun laut
setelah dikeringkan dijadikan bahan sup atau dibuat kerupuk. Juga telur bulu babi sangat enak
untuk dimakan. Jenis hewan ini juga sering dijadikan sebagai barang hiasan/koleksi binatang laut
yang indah. Di samping itu Echinodermata juga bisa merugikan, karena hewan laut ini sebagai
pemakan tiram/kerang mutiara. Juga ada diantara jenis bintang laut yang memakan binatang
karang sehingga banyak yang mati. Hewan Echinodermata berdasarkan bentuk tubuhnya dapat
dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea, dan
Holoturoidea (Anonim a, 2010).
1. Kelas Asteroidea
Bintang laut memiliki lima lengan (kadang-kadang lebih) yang memanjang dari suatu cakram
pusat. Permukaan bagian bawah lengan itu memiliki kaki tabung, yang masing-masing dapat
bertindak seperti suatu cakram penyedot. Melalui sekumpulan kompleks hidrolik dan kerja otot,
penyedotan ini dapat diciptakan atau dibebaskan.
Bintang laut mengkoordinasikan kaki tabungnya untuk lekat menempel pada bebatuan dan atau
untuk merangkak secara perlahan-lahan sementara kaki tabung tersebut memanjang,
mencengkeram sekali lagi. Bintang laut juga menggunakan kaki tabungnya untuk menjerat
mangsa, seperti remis dan tiram. Lengan bintang laut mengapit bivalvia yang menutup, yang
menggantung dengan ketat pada kaki tabunganya. Bintang laut itu kemudian membalikkan
lambungnya (bagian dalam menjadi keluar), mengeluarkannya melalui mulutnya dan
memasukkannya ke dalam pembukaan atau lubang sempit antara kerang bivalvia tersebut.
Sistem pencernaan bintang laut mensekresikan getah pencernaan yang mulai mencerna tubuh
lunak moluska didalam cangkang- nya sendiri.
Bintang laut dan beberapa echinodermata mampu melalukan regenerasi. Bintang laut dapat
menumbuhkan kembali lengan yang hilang, dan anggota satu genus bahkan dapat menumbuhkan
kembali keseluruh tubuh dari sebuah lengan tunggal (Campbell, dkk. 2000).
2. Kelas Ophiroidea
Bintang mengular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat, dan tangannya panjang dan sangat
mudah bergerak. Kaki tabungnya tidak memiliki penyedot, dan bergerak dengan mencambukkan
lengannya. Beberapa spesies adalah pemakan suspensi; yang lain adalah predator atau pemakan
bangkai (Campbell, dkk. 2000).
3. Kelas Echinoidea
Bulu babi (sea urchin) dan dollar pasir (sand dollar) tidak memiliki lengan, akan tetapi mereka
memiliki lima baris kaki tabung yang berfungsi dalam pergerakan lambat. Bulu babi juga memili
otot untuk memutar durinya yang panjang, yang membantu dalam pergerakan. Mulut bulu babi
dilingkari oleh struktur kompleks mirip rahang yang telah beradaptasi untuk memakan ganggang
laut dan makanan lain. Bulu babi secara kasar bentuknya agak bulat. Sementara tubuh dollar
pasir pipih dan berbentuk cakram.
4. Kelas Crinoidea
Lili laut menempel ke substratum melalui batang; bintang bulu merangkak dengan menggunakan
lengannya yang panjang dan fleksibel. Sebagai suatu kelompok anggota kelas ini menggunakan
lengannya dalam proses memakan suspense. Lengan itu mengelilingi mulut, yang diarahkan ke
atas, menjauhi substratum. Crinoidea adalah suatu kelas purba yang tidak banyak berubah selama
proses evolusinya; lili laut yang memfosil dengan umur sekitar 500 juta tahun hampir tidak dapat
di bedakan dari anggota modern kelas tersebut.
5. Kelas Holothuroidea
Pada pengamatan sepintas, ketimun laut (sea cucumber) tidak terlihat mirip dengan hewan
echinodermata lainnya. Mereka tidak memiliki duri, dan endoskeletonnya yang keras sangat
tereduksi. Tubuh ketimun laut memanjang sepanjang sumbu oral aboral, sehingga memberikan
bentuk ketimun seperti namanya dan yang selanjutnya membedakan hubungan mereka dengan
bintang laut dan bulu babi. Namun demikian, pemeriksaan lebih dekat memperlihatkan adanya
lima kaki baris tabung, bagian dari sistem pembuluh air yang hanya ditemukan pada hewan
Echinodermata. Beberapa kaki tabung yang ada disekitar mulut dikembangkan menjadi tentakel
untuk makan (Campbell, dkk. 2000).
Asteroidea adalah salah satu kelas dari Echinodermata, dengan jenis terbanyak sekitar 1.800
spesies. Terkenal dengan sebutan bintang laut karena anggotanya yang sebagian besar berbentuk
seperti bintang. Asteroidea memiliki duri yang tumpul dan pendek. Duri-duri itu ada yg
termodifikasi membentuk suatu bentuk yang disebut Pediselaria. Fungsinya adalah untuk
menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran. Tubuhnya terbagi menjadi
2 bagian yaitu Oral yang merupakan bagian tubuh bermulut dan Aboral yaitu bagian tubuh yang
memiliki anus. Tidak seperti kembarannya bintang mengular (Ophiuridea), Bintang laut tidak
memiliki pembatas tajam diantara lengan dan tubuh pusatnya dan mereka bergerak
menggunakan kaki tabung tidak seperti bintang mengular yang menjulurkan lengannya untuk
bergerak. Sebagian besar Asteroidea adalah predator, memakan sessile atau mangsa yang
berjalan lambat seperti molluska atau remis. Namun ada juga yang makanannya berupa karang
seperti Acanthaster, yang merupakan ancaman bagi gugusan karang. Sebagian besar namun tidak
semua Asteroidea mampu mengeluarkan sebagian perutnya melalui mulut dan mencerna
makanannya diluar tubuh.
Bentuknya bervariasi dari mulai yang hampir melingkar, segilima, sampai yang bentuknya
familiar seperti bintang dan bunga dengan 5 tangan atau lebih. Tangan ini adalah perpanjangan
dari tubuh, memiliki gigi, kanal radial, dan organ tubuh. Tiap tangan memiliki lekuk amburakral
di bawahnya, di bagian lekuknya terdapat kaki tabung dan di bagian tepi lekuknya terdapat duri
yang dapat menutup amburakral. Setiap tangannya memiliki kaki tabung yang berfungsi sebagai
reseptor zat kimia dan rangsangan getaran, dan beberapa memiliki titik merah yang berfungsi
sebagai mata sederhana. Di kulitnya terdapat papula, yaitu penonjolan dinding rongga tubuh
yang tipis. Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi
pertukaran udara pada Asteroidea, meskipun ada beberapa jenis yang bernafas menggunakan
kaki tabung. Memiliki pediselaria untuk membersihkan tubuh dan menangkap mangsa yang
ukurannya kecil. Terdapat 2 atau lebih gonad di tiap tangannya yang ketika saatnya bertelur,
akan memenuhi tangannya.
Selain sebagai alat gerak, sistem amburakral juga merupakan alat pengisap sehingga dapat
melekat dengan kuat pada suatu dasar. Sistem Amburakral itu terdiri dari:
a. Medreporit, lempengan berpori pada permukaan cakram pusat di bagian dorsal tubuh.
b. Saluran cincin, terdapat di rongga tubuh cakram pusat
c. Saluran radial, merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan
Asteroidea tersebar hampir di seluruh lautan dunia, dengan habitat bervariasi dari mulai daerah
intertidal hingga ke laut dalam. Asteroidea dapat bereproduksi secara seksual ataupun aseksual.
Ada bintang laut jantan dan betina, namun keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Reproduksi
seksualnya adalah dengan cara mengeluarkan sperma dan ovum ke air, yang kemudia
terfertilisasi dan berubah menjadi larva yang bebas berenang yang kemudian menuju ke dasar
laut. Reproduksi secara aseksualnya dengan regenerasi. Asteroidea mampu meregenerasi seluruh
tubuhnya selama ada bagian cakram pusatnya yang tersisa.
(a) Dorsal plate atau abactinal plates, adalah plates yang terdapat di sisi atas tubuh bintang
laut, terdiri dari tiga bagian sesuai dengan posisinya, yaitu :
Ujung lengan
(b) Ventral plates atau actinal plates, adalah plates yang terletak di sisi bawah bintang laut,
terdiri dari dua jenis, yaitu :
Actino-lateral plate : actinal plates yang terletak di sepanjang lengan, antara marginal
plates dan adambulacral plates
(c) Tidak semua spesies memiliki marginal plates. Berdasarkan posisinya, struktur ini dibagi
menjadi tiga, yaitu :
Intermarginal plates : plates yang diapit oleh supero dan inferomarginal plates.
(d) Ambulacral groove atau alur ambulacral yang merupakan celah sepanjang lenganlengannya, bermula dari tengah disc (mulut). Dari celah ini keluar kaki-kaki semunya (tube
feet). Amburacral plate : plate yang membatasi alur amburacral. Ornamen pada plate ini
merupakan bagian dari kunci identifikasi, dan umumnya berbentuk duri-duri pendek,
memipih, berjajar teratur dengan susunan tertentu. Ornament yang berbatas ambulacral
groove disebut furrow stine, dan yang di sisi luarnya disebut adambulacral stines.
b. Ornamen (struktur pelengkap)
Spesies bintang laut yang plate nya terbuka (telanjang) jumlahnya cukup banyak, demikian juga
spesies yang memiliki ornamen atau struktur yang menutupi tiap lempeng tubuhnya. Ada tiga
tipe dasar ornamen, dan umumnya ornament ini menutupi lempengnya sampai mengaburkan
batas-batas atau bentuk lempengnya. Selain ornamen dasar tersebut, ada banyak struktur khas
yang dipakai dalam identifikasi, antara lain :
Paxilla, yaitu struktur yang berupa duri-duri halus (spinneletes) yang keluar dari satu
dasar yang berbentuk batang. Struktur ini berjumlah cukup banyak dalam setiap plate,
sampai batas atau tepi lempengnya tidak kelihatan. Paxilla tidak selalu berupa duriduri tetapi bisa termodifikasi berbentuk silinder rendah atau bahkan lebih membulat.
Granule, yaitu struktur berupa butiran-butiran. Variasi granule ini antara lain
berbentuk silinder rendah, atau satu plate memiliki beberapa granule yang membesar
atau menonjol.
Skin atau membrane, yaitu struktur seperti kulit ari yang menutupi plates
Spine atau duri, merupakan struktur duri, biasanya tidak selalu meruncing, panjang,
dan tajam. Seringkali spine berupa tonjolan pipih menyerupai daun, bercabang,
berujung membulat atau berderet tiga sampai empat tersusun seperti kipas
Madreporit, merupakan bagian ujung saluran air (water vascular system). Letak
madreporit selalu di lempeng dorsal. Madreporit tampak sebagai lingkaran yang
tengahnya beralur-alur, dan biasanya dapat dijadikan tanda potensi pembelahan.
Struktur lain yang sering membantu dalam identifikasi adalah superomarginal plate.
Berdasarkan lebar relatifnya akan terlihat apakah supero marginal plate duduk disisi dorsal atau
sisi samping tubuhnya.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian terdiri dari : (Tujuan operasional; tempat & waktu Penelitian; Metode
Penelitian; Prosedur Penelitian : alat,bahan,cara kerja, teknik pengumpulan data teknik analisis
data) dilengkapi, yang dibawah masih ada yang belum masuk kontennya.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis Asteroideae yang berada didalam plot. diapus
aja.
1x1
meter
50 meter
1x1
meter
1x1
meter
1x1
meter
1x1
10 meter
Untuk menambah pemahaman, coba cari dan download jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan judul proposal.
Baik atau tidaknya proposal di nilai dari penulisan pendahuluan. Tepatnya di
latarbelakang. Itu hal yang sangat penting. Coba diperbaiki lagi latar belakangnya.
Spasi dalam penulisan proposal harus konsisten. Bab 1 dan bab 2 spasinya beda deh
kayaknya.
Untuk tinjauan pustaka, coba lebih digali lagi dari referensi2 yang ada. Coba cari siklus
hidupnya, faktor pertumbuhan echinodermatanya, kondisi echinodermata di kepulauan
seribu, cari sebanyak-banyaknya pokoknya dah.
Semangaaaaaattt mengerjakan ^^. Semua ini adalah proses pembelajaran untuk menuju
suatu keberhasilan. Dan ini hanya sekelumit proses yang harus di lalui, yakin deh, ini jadi
bekal kalian ntar.
Biar seragam semua, setiap proposal pake lembar pengesahan, kata pengantar, dan daftar
isi, n daftar pustakanya juga yaaa. Formatnya Tanya kk panitianya.