Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan

Volume 12(3) Desember 2018


Halaman 145-161
doi.org/10.33378/jppik.v12i3.106

Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas


Perairan
[Invasive Alien Spesies, sustainability aquatic biodiversity challenges]

Lenny S. Syafei, Dinno Sudinno

Jurusan Penyuluhan Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan


Jalan Cikaret No 2 Bogor 16001, Jawa Barat

Diterima: 14 September 2018; Disetujui: 30 November 2018

Abstrak

Dikenal sebagai salah satu negara dengan mega-biodiversitas tertinggi, Indonesia juga tercatat
memiliki kekayaan jenis ikan nomor tiga di dunia, setelah Brasil dan Cina. Sumber daya alam
yang tidak dapat dipulih ini, berupa kekayaan jenis ikan; merupakan tanggung jawab bersama
selaku bangsa. Karenanya, berbagai kondisi yang menekan perkembangan kekayaan jenis ikan
asli, perlu mendapat perhatian yang serius. Satu diantaranya adalah kehadiran jenis ikan asing
invasif yang masuk ke perairan tawar: danau dan sungai; baik disengaja/terprogram maupun
tidak disengaja masuk kedalam perairan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengulas
kondisi terkini ancaman dari jenis ikan asing invasif terhadap keberlanjutan biodiversitas perairan.
Hasil dari tulisan ini adalah berbagai upaya yang dapat dilaksanakan untuk mempertahankan
keberlanjutan biodiversitas perairan, khususnya perairan tawar.

Kata penting: ikan asing; ikan invasif; keberlanjutan; mega biodiversitas

Abstract

Known as one of the highest mega-biodiversity countries, Indonesia also noted as the third
countries over the world which have fish spesies richness, after Brazil and China. This non-
renewable natural resouces, such as fish spesies richness; is our responsibility as a nation.
Therefore, because of many various pressing development conditions of Indonesian native fish
spesies, need to get serious attention. One of them is attendance invasive aline spesies that
enters to aquatic freshwater, for example lake, reservoir and rivers; whether intentional or not
enters to aquatic waters. That is why, the objectives of this paper is to review the latest threat
conditions of alien invasive spesies presence to sustainability aquatic biodiversity. Result from
this papers are various efforts that can be implemented to maintain the sustainability of aquatic
biodiversity, especially in freshwater.

Keywords: alien spesies; invasive spesies; mega biodiversity; sustainability

Penulis korespondensi
Lenny S Syafei | lenny.syafei@gmail.com

145
Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

PENDAHULUAN ini menyebar dengan cepat, serta secara


Beberapa waktu yang lalu, invasif merusak lingkungan.
tepatnya pada akhir bulan Juni 2018; Informasi yang sama menurut
berbagai media di tanah air menuliskan catatan dari masuknya spesies eksotik di
tentang adanya ikan raksasa, Arapaima suatu perairan, seperti yang dilaporkan
gigas yang tertangkap warga di Sungai Fukumoto et al. (2015) terjadi pada
Brantas, Jawa Timur. Menurut Froese & perairan Katsura River di Jepang yang
Paully (2018), ikan Arapaima gigas ini merupakan habitat alami ikan Japanese
adalah ikan asli Sungai Amazon Amerika Giant Salamander (Andrias japonicus);
Selatan dan termasuk International trade kemudian ditebar ikan Chinese Giant
restricted (CITES II). Hal ini berarti Salamader (Andrias davidiamus); kondisi
bahwa jenis ikan ini hanya bisa yang terjadi kemudian adalah hibridisasi
dilalulintaskan antar negara dengan dari kedua spesies ini. Dengan
perijinan resmi yang menyatakan menggunakan analisa Environmental
ketelusurannya termasuk F2 atau adalah DNA, diketahui sudah mulai terdapat
hasil penangkaran. Dengan demikian, penyebaran ikan hibrid salamander pada
kalau sampai ikan ini tertangkap bebas di dua sungai lainnya di Jepang.
Sungai Berantas; kondisi ini perlu Dua negara dengan kepemilikan
mendapat perhatian serius karena selain mega-biodiversity tertinggi di dunia,
dikenal sebagai salah satu ikan air tawar yaitu: Brazil dan Cina, juga
terbesar di dunia, Arapaima gigas ini juga menghawatirkan keberadaan non-native
termasuk ikan predator; yang berpotensi spesies, ikan asing invasif. Pelicice et al.
sebagai ikan asing invasive di suatu (2012) menyatakan bahwa keberadaan
ekosistem perairan yang didiami. dua spesies ikan asing invasif di Brazil,
Kehadiran ikan asing invasif itu sendiri yaitu: ikan mas dan ikan nila secara masif
dalam suatu ekosistem perairan sudah pada kegiatan budidaya karamba jaring
banyak menimbulkan permasalahan apung sebagai sarana pengembangan
yang menyebabkan perubahan dan ekonomi: ternyata telah merusak
kerusakan habitat; bahkan bisa terjadi keanekaragaman hayati ikan asli,
degradasi dan kerusakan genetik dari ekosistem, dan kualitas lingkungan
stok inang oleh hibridisasi, dan penyebab secara meluas di Brazil. Sanches et al.
terganggunya spesies asli. Lebih lanjut (2011) menambahkan bahwa selama
dijelaskan, bahwa biaya ini sudah lebih dari 50 tahun ikan nila di Brazil telah
dikeluarkan sejak tahun 1956 dan masih menjadi spesies asing invasif yang
akan terus dianggarkan karena spesies menekan pertumbuhan populasi ikan asli

146 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

Lepomis miniatus, sunfish. kehidupan yang ramah dengan alam.


Permasalahan yang sama tentang Sebagai salah satu upaya, tulisan ini
kehadiran ikan asing di negara Cina, disajikan untuk menginformasikan
khususnya di Provinsi Yunan menekan langkah-langkah yang secara bersama
perkembangan populasi ikan-ikan asli perlu dilakukan, dengan maksud agar
setempat. keberlanjutan biodiversitas perairan
Di Indonesia, yang tercatat sebagai tetap merupakan keberpihakan kita.
negara mega-biodiversitas nomor tiga di Metoda yang dilakukan dalam kajian ini
dunia, memiliki 1.193 spesies ikan adalah penelusuran pustaka yang
dengan sekitar 120 spesies ikan endemik mendukung substansi tulisan.
(Froese & Pauly 2013 dalam Syafei
2017). Lebih jauh dijelaskan Syafei IKAN ENDEMIK, IKAN ASLI DAN IKAN
ASING
(2017) bahwa ditinjau dari sudut
Ikan endemik adalah spesies ikan
iktiogeografis, ikan air tawar di Indonesia
yang hanya berada di suatu perairan dan
mendiami tiga daerah sebaran geografis
tidak terdapat di perairan lainnya. Di
(Paparan Sunda, Daerah Wallace, dan
Indonesia, terdapat Ikan endemik mulai
Paparan Sahul) yang dibatasi oleh dua
dari Pulau Sumatera sampai dengan
garis maya: Garis Wallace dan Garis
Pulau Papua.
Weber. Masing-masing daerah sebaran
Ikan endemik yang terdapat di
tersebut memiliki ciri khas spesies
Pulau Sumatera, tercatat antara lain: di
tersendiri. Banyak data menyebutkan
Provinsi Nanggro Aceh Darussalam
hilangnya ikan endemik suatu perairan
(NAD) terdapat ikan keperas
karena adanya introduksi yang baik
(Poropuntius tawarensis) dan depik
sengaja maupun tidak, salah satu contoh
(Rasbora tawarensis) yang hidup di
klasik adalah makin sulitnya ditemukan
Danau Laut Tawar yang terletak di
ikan batak (Neolissochilus thienemanni)
Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh
di Danau Toba, Sumatera Utara.
Tengah, Aceh (Muchlisin et al. 2010;
Permasalahan berkurangnya dan
Giacalone et al. 2010). Tampilan kedua
bahkan punahnya spesies ikan endemik
ikan endemik Danau Laut Tawar, Aceh
dan ikan asli di berbagai belahan dunia;
dapat dilihat pada Gambar 1. Ikan
ditengarai akan mengganggu
endemik dari Provinsi Sumatera Utara,
keberlanjutan biodiversitas perairan.
ssalah satunya adalah ikan batak
Karena itu, diperlukan berbagai upaya
(Neolissochilus thienemanni) yang hanya
secara bersama agar kekayaan alam ini
mampu hidup dan berkembang di Danau
dapat terjaga guna mendukung
Toba, Sumatera Utara dan sejumlah

Vol 12(3) Tahun 2018 147


Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

(a)(b)
Gambar 1. Ikan endemik dari Danau Laut Tawar, Aceh:
(a) Puntius tawarensis (b) Rasbora tawarensis
(sumber foto; Muchlisin 2010)

.
Gambar 2. Ikan endemik dari Danau Toba, Sumatera Utara
Ikan Batak, Neolissochilus thienemanni
(sumber foto; Thomas 1990 dalam Froese & Pauly 2018)

Gambar 3. Ikan tergolong genting dari perairan Hutan Harapan Jambi


Ikan Ridiangus (Balantiocheilos melanopterus)
(sumber foto; Sukmono 2013)

anak sungai yang bermuara ke Danau dan ikan sepat mutiara (Trichopodus
Toba leerii) 3. Serta satu spesies tergolong
Untuk Provinsi Jambi, Sukmono et. genting, yaitu: ikan ridiangus
al. (2017), mencatat tiga spesies hampir (Balantiocheilos melanop-terus) yang
terancam punah, yaitu: ikan lais kaca terdapat di perairan Hutan Harapan di
(Kryptoperus minor), ikan parang-parang Jambi dapat dilihat pada Gambar 3.
bengkok (Macrochirichtys marcrochirus),

148 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

Gambar 4. Ikan endemik dari perairan Sungai Kapuas, Kalimantan Barat


Osteochilus borneensis
(sumber foto: Robert 1967 dalam Froese & Pauly 2018 )

Gambar 5. Ikan endemik dari perairan Sungai Mahakam, Kalimantan Timur


Ikan Lais Lempok (Ompok miostoma)
(sumber foto: Jusmaldi et. al.. 2017)

Ikan endemik yang terdapat di (Glossogobius matanensis) dari perairan


Pulau Kalimantan, antara lain di Danau Towuti, sebagaimana hasil
Provinsi Kalimantan Barat terdapat penelitian Mamangkay & Nasution
spesies Osteochilus borneensis yang (2012) yang terlihat pada Gambar 6.
ditemukan oleh Robert (1976 dalam Catatan pelengkap kehadiran ikan
Froese & Pauly 2018) di Sungai Kapuas, endemik di perairan Danau Towuti yang
yang dapat dilihat pada Gambar 4. tercatat sebagai danau terdalam nomor
Sedangkan dari Kalimantan Timur, tujuh di dunia ini, dikemukakan pada
seperti dilaporkan oleh Jusmaldi et. al.. tahun 1993 masih terdapar 52 spesies
(2017) terdapat spesies endemik, yaitu ikan endemik di peraiaran Danau Towuti
ikan lais lempok (Ompok miostoma) dari (Kottelat et al. 1993); dan berkurang
perairan Sungai Mahakam, hampir setengahnya pada 10 tahun
sebagaimana terlihat pada Gambar 5. kemudian, yaitu pada tahun 2003
Ikan endemik yang terdapat di tercatat kurang dari 28 spesies ikan
Pulau Sulawesi, antara lain ikan butini endemik yang tersisa (Wirjoatmojo et al.

Vol 12(3) Tahun 2018 149


Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

Gambar 6. Ikan endemik dari perairan Danau Towuti Sulawesi Selatan


Ikan Butini (Glossogobius matanensis)
(sumber foto: Mamangkey & Nasution 2012)

Gambar 7. Ikan endemik dari perairan Danau Towuti, Sulawesi Selatan


Ikan Bonti-bonti (Paratherina striata Aurich)
(sumber foto: Nasution 2008)

Gambar 8. Ikan endemik dari perairan Danau Poso, Sulawesi Tengah


Ikan Rono (Xenopoecilus oophorus)
(sumber foto: Rahardjo 2016)

2003). Salah satunya adalah ikan bonti- mencatat ikan rono (Xenopoecilus
bonti (Paratherina striata Aurich) yang oophorus) sebagai salah satu ikan
dapat dilihat pada Gambar 7. endemik di perairan Danau Poso yang
Masih di Pulau Sulawesi, tepatnya dapat dilihat pada Gambar 8. Lebih lanjut
di perairan Danau Poso, Provinsi dijelaskan Rahardjo (2016) bahwa pada
Sulawesi Tengah; Rahardjo (2016) tahun 2016 masih tercatat sembilan

150 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

Gambar 9. Ikan endemik spesies baru dari perairan gua-gua payau


Pulau Muna, Sulawesi Tenggara:
Ikan Buta dari Muna (Diancistrus typhlops)
(sumber foto: Nielsen et al. 2009)

Gambar 10. Ikan endemik dari perairan Sungai Prafi, Manokwari, Papua
Ikan Pelangi Arfak (Melanotaenia arfakensis)
(sumber foto: dokumentasi pribadi E. Manangkalangi)

spesies ikan endemik penghuni Danau Prafi, Manokwari, di bagian timur laut
Poso, sedangkan satu spesies ikan Kepala Burung (Vogelkop), Pulau Papua.
endemik Danau Poso telah dinyatakan Tampilan ikan pelangi arfak, atau nama
punah, yaitu: Adrianichthys kruyti Weber ORNDO VHWHPSDW GLVHEXW LNDQ ³$QJJLFDN´
1913. Selain itu, Neilsen et al. (2009) dalam Bahasa Suku Arfak, dapat dilihar
melaporkan ditemukannya spesies baru pada Gambar 10, yang merupakan
di perairan payau pada gua-gua di Pulau dokumentasi pribadi Manangkalangi.
Muna, Sulawesi Tenggara, yaitu ikan Selain itu, ditemukan ikan endemik
buta dari Pulau Muna (Diancistrus pelangi korumoi (Melanotaenia parva)
typhlops), seperti terlihat pada Gambar dari perairan Danau Kurumoi Kabupaten
9. Sorong, Provinsi papua Barat (Allen et al.
Ikan endemik yang terdapat di 2008), sebagaimana terlihat pada
Pulau Papua antara lain ikan pelangi Gambar 11.
arfak (Melanotaenia arfakensis Allen Ikan endemik yang terdapat di
1990) yang terdapat di sepanjang Sungai Kepulauan Maluku, antara lain ikan hiu

Vol 12(3) Tahun 2018 151


Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

Gambar 11. Ikan endemik dari perairan Danau Karamoi, Papua Barat
Ikan Pelangi Karamoi (Melanotaenia parva)
(sumber foto:Allen et al. 2008)

Gambar 12. Ikan endemik dari perairan laut bagian selatan Ternate, Halmahera
Ikan Hiu Berjalan (Hemiscyllium halmahera)
(sumber foto:Allen et al. 2013)

berjalan Halmahera (Hemiscyllium terbatas. Atau dapat dikatakan: ikan asli


halmahera Allen & Erdmann 2013) yang adalah ikan endemik yang ternyata bisa
terdapat perairan bagian selatan hidup dan berkembang di perairan lain.
Ternate, Halmahera Utara, Provinsi Salah satu contoh ikan endemik yang
Maluku Utara (Allen et al. 2013). berubah menjadi ikan asli adalah ikan
Morfologi iakn hiu berjalan halmahera ini bilih (Mystacoleucus padangensis) dari
dapat dilihat pada Gambar 12. Danau Singkarak di Sumatera Barat;
Ikan asli adalah spesies ikan yang yang sejak tahun 2003 pada saat ditebar
pada awalnya berada di suatu perairan, di Danau Toba dan ternyata bertumbuh
tetapi dapat bertumbuh dan berkembang dan berkembang dengan baik, maka
di perairan lain dalam wilayah yang sejak itu ikan bilih digolongkan sebagai

152 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

ikan asli Danau Singkarak. Menurut hasil produksi perikanan, khususnya


kajian Kartamihardja (2012), tercatat ikan perikanan budidaya; dibawa oleh para
bilih di Danau Toba berkembang dengan pencinta ikan hias maupun ikan
pesat bahkan mendominasi, sejak tahun konsumsi; bahkan ada juga yang tidak
2005. Ikan asli Danau Toba, antara lain sengaja terbawa ke perairan Indonesia
adalah ikan Tambra/Kancra, Tor soro. dalam berbagai cara.
Ikan asli Sungai kampar Kiri antara lain Ikan asing yang berada di perairan
adalah ikan Selais, Ompok Indonesia, dapat dikelompokkan dalam
hypophthalmus (Bleeker)(Simanjuntak dua bagian, yaitu ikan asing yang tidak
et. al.. 2017). Di Pulau Jawa, Kabupaten mengganggu populasi ikan endemik dan
Kuningan terdapat ikan asli yaitu ikan ikan asli dalam suatu ekosistem perairan;
Dewa atau ikan Kancra Domas (Tor dan ikan asing yang mengganggu
douronensis) dan termasuk ikan yang populasi ikan-ikan endemik dan ikan asli
dilindungi oleh masyarakat setempat dalam ekosistem perairan yang
serta dilarang untuk dimakan (Sjafei et. sebelumnya tidak terdapat spesies ikan
al. 2001). Pada Perairan Pulau asing. Katagori ikan asing yang
Kalimantan, terdapat banyak ikan asli, mengganggu, disebut ikan asing invasif.
antara lain ikan hias Botia (Chromobotia Umumnya ikan asing yang tidak
macracanthus Bleeker). Ikan hias Botia mengganggu, bahkan mampu
ini memiliki warna kulit belang hitam tiga meningkatkan total produksi perikanan,
baris diatas warna dasar tumbuhnya antara lain ikan patin (Pangasiadon
yang berwarna kuning jingga. Karena hypothalmus), ikan mas (Cyprinus carpio
warna tubuh Botia cukup eksotik, maka L.), ikan nila (Oreochromis niloticus);
potensi untuk diekspor sebagai ikan hias dipandang tidak merugikan sektor
sangat besar. Pada perairan Pulau perikanan Indonesia. Termasuk berbagai
Sulawesi terdapat beberapa ikan asli spesies ikan hias asing yang
antara lain ikan Sidat (Anguilla meningkatkan produksi dan bisnis ikan
celebensesis) yang terdapat pada muara hias Indonesia, antara lain: ikan cupang
Sungai Poigar dan Sungai Poso di (Betta splendens), ikan koki (Carassius
Sulawesi Barat (Arai et al. 2003). auratus) dan ikan koi (Cyprinus carpio).
Ikan asing adalah spesies ikan Sebagian besar daftar spesies ikan asing
yang berasal dari luar perairan wilayah yang masuk ke perairan Indonesia dapat
Indonesia. Kehadiran spesies ikan asing dilihat pada Tabel 1.
ini terjadi melalui beberapa cara, antara
lain: diprogramkan untuk peningkatan

Vol 12(3) Tahun 2018 153


Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

Tabel 1. Jenis spesies asing yang masuk ke perairan Indonesia

No Nama Ilmiah Nama Inggris Nama Indonesia


1. Aequidens pulcher Blue acara Golosom
2. Amphilophus citrinellus Red devil Oskar
3. Symphysodon discus Red discus Discus
4. Carassius auratus Goldfish Mas koki
5. Ctenopharyngodon idella Grass carp Koan
6. Clarias gariepinus North African catfish Lele dumbo
7. Cyprinus carpio Common carp Mas
8. Oreochromis mossambicus Mozambique tilapia Mujair
9. Oreochromis niloticus Nile tilapia Nila
10. Pangasianodon hypothalmus Catfish Patin
11. Poecilia reticulata Guppy Seribu
12. Parachromis managuensis Jaguar guapote Manila gift
13. Trichogaster pectoralis Snakeskin gourami Sepat siam

UPAYA PENGENDALIAN IKAN ASING Untuk mengetahui karakteristik


INVASIF
suatu jenis ikan termasuk spesies ikan
Uraian diatas memperlihatkan
asing yang invasif, beberapa kondisi
bahwa kehadiran ikan asing invasif akan
pada ekosistem dapat diamati bila: (1)
merugikan ekosistem perairan dalam
kelimpahan spesies introduksi yang baru
dua hal, yaitu: (1) sebagai pesaing relung
ditebar ternyata sangat tinggi, khususnya
makanan dan habitat terhadap ikan asli,
tingkat fekunditas tergolong tinggi; (2)
bahkan sering terjadi merupakan
masa atau waktu yang dibutuhkan untuk
predator bagi ikan asli. Karena ikan asing
regenerasi relatif singkat; (3) memiliki
invasif ini menjadi pemangsa ikan asli
kemampuan menguasai beragam
dan ikan endemik; (2) sebagai
habitat, atau dengan kata lain kisaran
inang/pembawa berbagai penyakit yang
makanan sangat luas; serta (4) dilihat
sebelumnya tidak terdapat dalam
dari sisi keragaman genetik tergolong
ekosistem perairan yang merupakan
sangat tinggi. Dengan karakteristik
habitat ikan asli bahkan ikan endemik.
seperti ini, maka sangat jelas ikan asing
Kedua hal ini seringkali mengubah
invasif akan berdampak menjadi pesaing
komposisi spesies dan struktur
spesies asli dan endemik yang mengisi
komunitas ikan, mendominasi dan
relung ekologis yang sama, akibat lanjut
menyingkirkan ikan asli dan ikan
adalah mengganggu jejaring makanan
endemik.

154 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

dan mengurangi keanekaragaman dengan CKIB, tetapi hasilnya belum


hayati. Pada akhirnya, ikan asing invasif memuaskan (Mulyani et. al.. 2011). Hasil
akan mengancam populasi ikan asli dan Pemantauan Hama dan Penyakit Ikan
ikan endemik. Karantina (HPIK) yang dilaksanakan oleh
Cukup banyak catatan yang Stasiun KIPM Yogyakarta selama 10
memperlihatan kerugian kehadiran ikan tahun terakhir menunjukkan bahwa
asing invasif yang membawa penyakit budidaya ikan di Daerah Istimewa
baik yang terjadi di Indonesia maupun di Yogyakarta sering menghadapi
manca negara. Di Indonesia, tercatat serangan HPIK, satu diantaranya
serangan wabah Koi Herpes Virus (KHV) serangan KHV (Anonimus 2017). Dari
yang terdeteksi mulai awal bulan Maret data ilmiah yang ada diketahui bahwa
tahun 2002, dan menimbulan kerugian ikan-ikan cyprinid seperti ikan mas dan
finansial yang cukup besar akibat ikan koi bukan ikan asli Indonesia. Jenis
kematian total ikan koi dan ikan mas ikan ini adalah ikan asing yang berasal
yang dibudidayakan hampir 90%. Sejak dari Eropah dan Asia, menurut Froese &
serangan KHV yang mewabah tersebut, Pauly (2018), spesies Cyprinus carpio
sampai dengan saat ini pengendalian adalah spesies original dari negara
dan pernyataan bahwa Indonesia bebas Eropah. Bahkan kajian Chiba et al.
KHV belum dapat diwujudkan; dan tetap (1966) serta Kirpichnikov (1981) dalam
masih menjadi pekerjaan rumah yang Zhou at al. (2003), menyebutkan ikan
tidak kunjung rampung. Sudah tidak mas telah dikenal di Eropah sejak zaman
dapat terhitung lagi berapa kerugian Yunani dan Romawi Kuno; dan
finansial yang dibebankan kepada menambahkan bahwa ikan mas
Indonesia, sudah banyak pemikiran dan ditemukan di Eropah, khusus di Sungai
waktu yang dicurahkan oleh para ahli di Danube, Jerman pada abad ke-17 dan
bidangnya untuk menangani hal ini; abad 18. Penjelasan lebih rinci
tetapi tetap saja informasi adanya dikemukakan oleh Zhou at al. (2003),
serangan KHV diberbagai lokasi melalui asesment dengan analisa
budidaya masih tetap dilaporkan. Sejak mitochondria-DNA diperoleh hasil bahwa
menjadi epedemi KHV di Indonesia dari secara ilmiah ditetapkan subspesies
tahun 2002 sampai dengan tahun 2018, Cyprinus carpio carpio adalah
terus menerus dilakukan berbagai cara subspesies ikan mas asli dari Eropah:
untuk menanggulangi KHV, baik melalui subspesies Cyprinus carpio
pengobatan massal, treatmen perairan haematopterus adalah subspesies ikan
budidaya, aplikasi vaksine sampai mas asli dari Asia. Kecuali untuk

Vol 12(3) Tahun 2018 155


Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

subspesies Cyprinus carpio chlilia adalah Pada giliran berikutnya, dapat diduga
subspesies endemik ikan mas dari danau spesies ikan lele lokal akan mendekati
di wilayah Yunan, Cina; serta subspesies punah.
Cyprinus carpio rubrofucus adalah Dengan berbagai kerugian diatas,
subspesies endemik ikan mas dari maka diperlukan langkah-langkah
ekositem perairan di wilayah Cina pencegahan dan pengendalian
Selatan (Wu Xianwen et al. 1977 dalam kehadiran atau introduksi ikan-ikan asing
Zhou at al. 2003). tanpa dicermati keuntungan dan
Pada belahan dunia lainnya, kerugian dari kegiatan tersebut;
serangan penyakit akibat introduksi ikan sebagaimana dijabarkan pada digram
asing, tercatat juga di USA; pada tahun alir upaya pengendalian spesies ikan
1958 parasit Myxobolus cerebralis invasif dalam Gambar 13. Tahapan
menyerang juvenile ikan trout dan ikan pencegahan yang perlu dilakukan adalah
salmon yang diperuntukan bagi kegiatan membangun penyamaan persepsi dari
usaha bisnis olahraga pancing; sehingga semua pemangku kebijakan, pelaku
bisnis ini mengalami kerugian (Hoffman kegiatan perikanan, dan masyarakat
2011). perikanan tentang diperlukannya sisi
Jenis ikan asing invasif sebagai pencegahan. Karena akan lebih mudah
pesaing relung makanan dan habitat dibanding mengendalikan spesies ikan
terhadap ikan asli, dapat dilihat dengan asing invasif yang disengaja maupun
semakin sulitnya diperoleh ikan lele lokal tidak disengaja; dan ternyata sudah
(Clarias batrachus). Kajian Diani (2013) masuk ke dalam suatu ekosistem
dengan menggunakan analisis penanda perairan. Setelah melakukan penyamaan
genetik berbasis RAPD-PCR, persepsi dengan semua pemangku
menyatakan bahwa saat ini di Indonesia kepentingan, maka simultan dengan
terdapat tiga kelompok besar lele, yaitu: kegiatan tersebut adalah
lele lokal, lele dumbo dan lele menginformasikan berbagai spesies ikan
sangkuriang. Sebagai ikan konsumsi, yang yang digolongkan kedalam
ikan lele yang diharapkan adalah yang kelompok ikan asing invasif, salah
tumbuh dengan cepat, tahan penyakit satunya adalah Arapaima gigas. Bila
dan kemampuan regenerasi, misal ternyata akan diputuskan adanya
fekunditas lebih tinggi; dan ternyata kegiatan introduksi ikan asing, karena
dalam beberapa hal diatas, lele lokal berbagai alasan khususnya alasan
tidak bisa bersaing; sehingga tidak ekonomis; maka perlu dicermati dengan
menjadi pilihan untuk dikembangkan. baik tentang aspek-aspek biologisnya.

156 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

CIRI-CIRI
IKAN ASING INVASIF Pembawa penyakit dalam
ekosistem perairan
1. Kelimpahan species KESEIMBANGAN
sangat tinggi MENGANCAM POPULASI
2. Masa regenerasi relatif Prodator bagi ikan asli dan POPULASI IKAN ASLI &
SOLUSI
singkat
3. Kisaran makanan sangat
ikan endemik IKAN ASLI &
IKAN ENDEMIK ---
+ ENDEMIK
LESTARI
luas Pesaing relung makan ikan
4. Keragaman genetik asli dan ikan endemik
sangat tinggi

UPAYA PENGENDALIAN: KIMIAWI, MEKANIK, HAYATI

Gambar 13. Diagram alir upaya pengendalian kehadiran ikan asing invasif

Kebiasaan makan dan makanannya, dilakukan dengan berbagai cara, sebagai


predator atau bukan, tingkat kesehatan berikut:
ikan/ pembawa parasit atau virus. a. Pengendalian kimiawi (menggunakan
Setelah hal-hal diatas dicermati dengan pestisida, herbisida, fungisida). Cara
baik, dan dapat dinyatakan tidak ini cukup efektif, akan tetapi dapat ikut
bermasalah untuk ditebar atau mematikan spesies non-invasif
diintroduksi ke perairan umum, maka lainnya; bahkan bila tidak selektif
ikan asing dapat diterima. Untuk hal ini, memilih bahan kimiawi dapat
dari sisi pemerintah telah dikeluarkan menimbulkan masalah apabila
Keputusan Menteri Kelautan dan ternyata mengganggu kesehatan
Perikanan Republik Indonesia Nomor manusia;
KEP.58/MEN/2016 tentang Status Area b. Pengendalian mekanik (pemindahan
Tidak Bebas Penyakit Ikan Karantina di fisik spesies invasif atau mengubah
Wilayah Republik Indonesia (Anonimus kondisi habitat). Tindakan ini sering
2016). berhasil/sukses tetapi bisa mahal dan
Bilamana ikan asing sudah masuk membutuhkan tenaga kerja yang
ke ekosistem perairan Indonesia, maka banyak;
langkah yang perlu dilakukan adalah c. Pengendalian hayati (introduksi
pengendalian. Langkah pertama adalah musuh alami± predator atau parasit).
mengidentifikasi apakah ikan asing yang Perlakuan ini lebih memperhatikan
terdapat dalam perairan adalah invasif pelestarian lingkungan.
atau bukan. Perlu dibangun suatu Bila ketiga langkah diatas masih
Standar Operasional Prosedur yang juga belum berhasil, maka perlu
baku, sehingga memudahkan identifikasi GLODNXNDQ NHJLDWDQ µSHQ\LQJNLUDQ¶
di lapangan. Pengendalian dapat Kegiatan ini diawali dengan deteksi dini,

Vol 12(3) Tahun 2018 157


Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

kemudian melakukan tanggap cepat asing invasif ini serta menjadi


untuk menyingkirkan spesies invasif; keberlanjutan biodiversitas perairan,
serta perlu melakukan pemantauan diperlukan langkah-langkah sebagai
berkala secara rutin. Diakhir semua berikut: (1) pencegahan, melalui tahapan
langkah diatas, perlu dilakukan kegiatan penyamaan persepsi dari semua
µUHVWRUDVL¶ \DQJ PHUXSDNDQ suatu pemangku kebijakan, pelaku kegiatan
kegiatan yang berupaya meminimalkan perikanan, dan masyarakat perikanan
peluang spesies invasif masuk ke dalam tentang diperlukannya sisi pencegahan;
ekosistem perairan. Agar keseluruhan dan (2) pengendalian, melalui tahapan
langkah ini berkesinambungan dan identikasi ikan infasif, menjalankan SOP
berkelanjutan dibutuhkan penguatan dengan tahapan pengendalian
kelembagaan dari pihak pemerintah, menggunakan pilihan pengendalian
swasta maupun swadaya masyarakat; kimiawi, mekanik dan hayati; silanjutkan
serta peraturan perundang-undangan dengan penyingkiran, restorasi didukung
yang pemberlakuannya dikawal secara penguatan kelembagaan dan peraturan
bersama. perundang-undangan.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Kehadiran ikan asing invasif pada Allen GR, PJ Unmack, RK Hadiaty. 2008.
suatu ekosistem perairan, akan Two new spesies of rainbowfishes
merugikan ekosistem perairan dalam (Melanotaenia: Melanotaeniidae),
dua hal, yaitu: (1) sebagai pesaing relung from Western New Guinea (Papua
makanan dan habitat terhadap ikan asli, Barat Province, Indonesia). Aqua.
bahkan sering terjadi merupakan Int. J. Ichthyol, 14(4): 209-224
prodator bagi ikan asli. Karena ikan asing
Allen GR, MV Erdmann, CL Dudgeon.
invasif ini menjadi pemangsa ikan asli
2013. Hemiscyllium halmahera, a
dan ikan endemik; (2) sebagai
new spesies of bamboo shark
inang/pembawa berbagai penyakit yang
(Hemiscyllidae) from Indonesia.
sebelumnya tidak terdapat dalam
Aqua. International Journal of
ekosistem perairan yang merupakan
Ichthyology, 19(3): 123-136
habitat ikan asli bahkan ikan endemik.
Anonimus. 2016. Keputusan Menteri
Kedua hal ini seringkali mengubah
Kelautan dan Perikanan Republik
komposisi spesies dan struktur
Indonesia Nomor
komunitas ikan, mendominasi dan
KEP.58/MEN/2016 Tentang Status
menyingkirkan ikan asli dan ikan
Area Tidak Bebas Penyakit Ikan
endemik. Untuk menangani adanya ikan

158 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

Karantina di Wilayah Republik trawled and untrawled areas off the


Indonesia. Jakarta: Kementerian coast of northernSicily (central
Kelautan dan Perikanan Mediterranean Sea). Journal of
Anonimus, 2017. Stasiun KIPM Kelas I Applied Ichthyology, 26(6): 954-
Yogyakarta. 2017. Laporan 957
Tahunan Stasiun KIPM Kelas I Hoffman GL. 2011. Myxobolus
Yogyakarta Tahun Anggaran 2016. cerebralis, a woldwide cause of

Arai T, MJ Miller, K Tsukamoto. 2013. salmonid whirling disease.Jounal


Larval duration of the tropical eel of Aquatis Animal Health, pages
Anguilla celebesensis from 30-37. published online 09 Jan
Indonesian and Philipipine coastal. 2011
Marine Ecology Progress Series, Jusmaldi, Solihin DD, Affandi R,
251: 255-261, 2003 Rahardjo MF, Gustiano R. 2017.
Diani AF. 2013. Analisis kekerabatan Kematangan gonad dan tipe
strain lele (Clarias spp.) pemijahan ikan lais, Ompok
menggunakan penanda genetik miostoma (Vaillant, 1902) di
berbasis RAPD-PCR. Sungai Mahakan Kalimantan
repository.unpad.ac.id Timur. Jurnal Iktologi Indonesia,
17(2):201-213
Froese R, Pauly D. 2018. FishBase.
World Wide Web electronic Kartamihardja ES. 2012. Stoch

publication. www.fishbase.org, enhancement in Indonesian lake

version and resevoirs fisheries.


Ind.Fish.Res.J, 18(2): 91-100
Fukumoto S, A Ushimaru, T Minamoto.
2015. A basin-scale application of Kottelat M, AJ Whitten, SN Katikasari, S

environmental DNA assesment for Wirjoatmojdjo. 1993. Ikan air tawar

rare endemic spesies and closely Indonesia bagian Barat dan

related exotic spesies in rivers: a Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd

case study of giant salamanders in bekerjasama dengan Proyek

Japan. Journal of Applied Ecology, EMDI, Kantor Menteri Negara

52: 358-365 Kependudukan dan Lingkungan


Hidup Republik Indonesia, Jakarta.
*LDFDORQH 90 * '¶DQQD ) %DGDODPHQWL
293 hal.
C Pipitone. 2010. Weight-length
relationships and condition factor Mamangkey JJ, SH Nasution. 2012.

trends for thirty-eight fish spesies in Reproduksi ikan endemik butini

Vol 12(3) Tahun 2018 159


Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan

(Glossogobius matanensis Weber kurumoi (Melanotaenia parva).


1913) berdasarkan kedalaman dan Prosiding Forum Nasional
waktu di Danau Towuti, Sulawesi Pemacuan Sumber Daya Ikan III,
Selatan. Jurnal Biologi Indonesia, 2011
8(1):31-43 Pelicice FM, JRS Vitule, DP Lima Junior,
Muchlisin ZA, M Musman, MN Siti ML Orsi, AA Agostinho. 2012. A
Azizah. 2010. Length-weight serious new threat to Brazilian
relationships and contion factors of freshwater ecosystems: the
two threatened fishes, Rasbosa naturalization of nonnative fish by
tawarensis and Poropuntius decree. Conservation Letters, 7(1):
tawarensis, endemic to Lake Laut 55-60
Tawar, Aceh. Journal of Applied Rahardjo MF. 2016. Ikan endemik Danau
Ichthiology, 26(6): 949-953 Poso. Masyarakat Iktiologi
Mulyani Y, A Purwanto, I Nurruhwati. Indonesia, http://iktiologi-
2011. Perbandingan beberapa indonesia.org
metode isolasi DNA untuk deteksi Sanches FHC, CA Miyai, TM Costa, RA
dini KOI Herpes Virus (KHV) pada Cristofoletti, GL Volpato, RE
ikan mas (Cyprinus carpio L.) Barreto. 2012. Aggressiveness
Jurnal.unpad.ac.id: 1-16 overcomes body-size effects in
Nasution SH. 2008. Ekobiologi dan fights stages between invasive and
dinamika stok sebagai dasar native fish spesies with overlapping
pengelolaan ikan endemik bonti- niches. PloS ONE, 2(1): 1-5
bonti (Paratherina striata Aurich) di Simanjuntak CPH, MF Rahardjo, S
Danau Towuti, Suawesi Selatan. Sukimin. 2017. Iktiofauna rawa
Disertasi. Sekolah Pascasarjana banjiran Sungai Kampar Kiri. Jurnal
Institut Pertanian Bogor. 152 hal. Iktiologi Indonesia, 6(2): 99-109
Nielsen JG, W Schwarzhans, RH Sukmono T, DS Solihin, MF Rahardjo, R
Hadiaty. 2009. A blind, new Affandi. 2013. Iktiofauna di
spesies of Diancistrus (Teleostei, perairan hutan tropis dataran
Bythitidae) from three caves on rendah, Hutan Harapan Jambi.
Muna Island Southeast of Sulawesi Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(2):
Indonesia.Cybium, 33(3):241-245 161-174
Nur B, B Hias. 2011. Studi domestikasi Syafei LS. 2017. Keanekaragaman
dan pemijahan ikan pelangi Hayati dan Konservasi Ikan Air

160 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Lenny S. Syafei;Dinno Sudinno

Tawar. Jurnal Penyuluhan


Perikanan dan Kelautan, 11(1): 51-
66
Wirjoatmodjo S. Sulistiono, MF Rahardjo,
IS Suwelo, RK Hadiati. 2003.
Ecological distribution of edndemic
fish spesies in spesies Lake Poso
and Malili Complex, Sulawesi
Island. Funded by Asean Regional
Center of Biodeversity
Conservation and the European
Comission. 30 p.

Vol 12(3) Tahun 2018 161

Anda mungkin juga menyukai