AIS INDONESIA
Public Awareness Campaigns for Invasive Species Center for bioecological studies
KKD Pengelolaan Sumberdaya Perairan Lab. Biologi dan Konservasi
Sekolah Tinggi Perikanan-2018 www.biovasi.stpjakarta.ac.id
CITATION:
Nuringtyas et al., 2018
Alifa E. Nuringtyas, Fadilah, Hardianti F. Aprini., Pulung A. Prabowo., Sri Hardianti., Nadia H. Aditia.,
Acacia Z.A Mourniaty., Faathirrajaf Trisnawan., I W.Y Suryana., Kurnia D. Riadi., Mutiara I. Nurwani.,
Basan Hulianto., Srinindya G. Utomo., Muhammad F. Mursyid., Agung Srisadono., Ali Akbar., Alya P.
Larasati., Andi., Angga AriMianto., Arleine S. Wardhani., Chintia F. Luandariya., Citra T. Sari., ZulkiMli.,
Dewa G. Mahardana., Eka Nursulistyani., Fakhrul I. Nasution., Fathur Haris., Fitri Damayanti., Futra
Septian., Ikhsan Maulana., Ilham Mulyana., Isnendar P. Sudrajat., Lilis Maemunah., Mei R.U Pasaribu.,
Monalisa M. Maliangkay., Novira Farhandika., Rezky N. Balukh., Salman A. Muzakki., Siti Rohmah., Sri P.
Merdekawati., Wandha I. Chairunissa., Waode Israwati., Agung Ardiyan., Amtia Moonazia., Anang M.
ZulMikar., Ardya F. Nugiyantoro., Avi Ardiyantoro., Boma N. HaMidh., Desi Arumsari., Dewanda., Diah
Puspa., Dwi R.R Putri., Ester A.M Sitanggang., Fakhrul Fauzi., Fidya R. Maherzi., Fratiwi R. Bandaso., Gani
Gaffari., I D.A.E.A. Ardiani., Ilham D. Nurzaman., Indah Febrianti., Isviana D. Karyati., Keffas L.J.M.
Pardede., Lilyani G. Herawati., Meuthia M. Kanedi., Pistar A. Ramadhan., Rahmasari G. Pertiwi., Rizki A.
Hidayat., Selvi Febriyanti., Ulfa Fitryan., Winda Br Nainggolan., Delio D. Costa, Kadarusman. 2018.
Review Spesies Asing Invasif dan status SAI Indonesia. Program Public Awareness Campaigns for
Invasive Species. KKD Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Sekolah TInggi Perikanan. Jakarta
Peringatan
Difusi luas harus seizin institusi
i
DAFTAR ISI
RINGKASAN
BAB I. Pendahuluan (1)
BAB II. Spesies Asing Invasif (SAI) (1)
2.1 Spesies Asli (1)
2.2 Spesies Asing (1)
2.3 Spesies Invasif (2)
2.4 Spesies Asing Invasif (2)
BAB III. Faktor Keberadaan Spesies Asing Invasif (2)
3.1 Introduksi Spesies Asing (2)
3.2 Industri Ikan Hias (2)
3.3 Budidaya perikanan (3)
3.4 Bawaan Air Buangan Kapal (Ballast water) (3)
3.5 Bahan Pencemar Biofouling (3)
3.6 Parasit yang dibawa Inang (4)
3.7 Penelitian (4)
BAB IV. Status Spesies Asing Invasif di Indonesia (4)
4.1 Keanekaragaman (4)
4.2 Sebaran (4)
4.3 Aplikasi AIS Indonesia (5)
BAB V. Dampak Spesies Asing Invasif (5)
5.1 Ekologi (5)
5.2 Diversitas (Keanekaragaman Hayati) (6)
5.3 Ekonomi (6)
5.4 Kesehatan (6)
BAB VI. Pengelolaan Spesies Asing Invasif (6)
BAB VII. Peraturan Spesies Asing Invasif (7)
7.1 Nasional (7)
7.2 Internasional (8)
BAB VIII. Pengendalian Spesies Asing Invasif (8)
KESIMPULAN (9)
DAFTAR PUSTAKA (9)
ii
RINGKASAN
Saat ini Indonesia dijuluki sebagai negara mega biodiversitas, hal ini dibuktikan dengan tingginya
keanekaragaman hayati, baik tumbuhan, hewan ataupun mikroorganisme serta organisme lainnya,
yang hidup tersebar mendiami wilayah daratan dan perairan dari Sabang sampai Merauke. Disisi lain,
seiring dengan berkembangnya zaman, sisi buruk aktivitas manusia mulai bermunculan, era dimana
manusia lebih mementingkan kehidupannya tanpa mempertimbangkan keadaan alam dan makhluk
hidup lainnya berakhir dan bahkan menimbulkan ancaman terhadap diversitas yang ada. Introduksi
spesies asing merupakan salah satu contoh dari tindakan manusia yang menjadi ancaman terbesar
bagi kelangsungan biodiversitas Indonesia. Selain dapat mendatangkan keuntungan, kegiatan
introduksi spesies asing juga dapat membahayakan spesies asli karena spesies asing dapat menjadi
invasif di habitat baru yang ditempatinnya. Spesies asing dapat menjadi invasif apabila: 1) tidak ada
predator bagi spesies eksotik tersebut, 2) tidak ada penyakit dan parasit, 3) kemampuan adaptasi yang
tinggi, dan 4) sifat agresif spesies eksotik yang mampu merebut habitat spesies asli. Selain mengancam
keanekaragaman hayati, spesies asing invasif juga membebani biaya negara untuk kelangsungan
bidang ekologi, sektor ekonomi, dan kesehatan manusia. Di Indonesia sendiri, saat ini diketahui
terdapat 247 dari total spesies yang diintroduksi. Dari keseluruhan ikan yang ada di Indonesia, 51
spesies ikan merupakan spesies asing (non invasif), 78 spesies ikan asing telah menjadi invasif dan
118 spesies ikan yang berpotensi sebagai invasif. Namun kajian terhadap spesies asing invasif dan
dampaknya terhadap berbagai bidang belum banyak diketahui relevansinya. Tujuan dari review ini
untuk menyediakan kajian kepustakaan dan status ikan asing invasif di Indonesia.
Kata kunci: Spesies asing invasif; faktor dan status; dampak, pengendaliannya
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2.3 Spesies Invasif
Spesies ikan introduksi dapat menyebabkan
dampak negatif apabila sifatnya di perairan menjadi Kecenderungan manusia yang menyukai
invasif (Verbrugge et al., 2012). Spesies invasif hal-hal yang unik mengakibatkan manusia
adalah organisme asli (native) ataupun asing (non- mengintroduksi suatu spesies yang sebelumnya
native) yang telah diintroduksi ke suatu daerah, belum pernah diperkenalkan. Selain itu dalam
mampu beradaptasi dan kemudian berkembang pemenuhan kebutuhan pangan seperti pakan
lalu menyebar di luar titik awal introduksi mereka. ternak. Dari sekian spesies hewan tanaman, dipilih
Spesies invasif biasanya akan menimbulkan dampak spesies-spesies yang memiliki pertumbuhan cepat
negatif pada lingkungan, ekonomi atau kesehatan dan mampu beradaptasi dengan cepat dalam
manusia (Kolar & Lodge, 2001). Spesies invasif lingkungan barunya, mudah diangkut dan
dapat berupa seluruh kelompok taksonomi meliputi dipindahkan serta mengandung unsur gizi yang
virus, alga, lumut, paku-pakuan, tumbuhan tinggi, tinggi (KLH, 2002).
invertebrata, ikan, amphibi, reptil, burung dan
mamalia (Hossain et al., 2009). 3.2 Industri ikan hias
Pertumbuhan populasi manusia, peningkatan Industri ikan hias merupakan sektor usaha
kapasitas transportasi dan globalisasi ekonomi yang melakukan perdagangan dan transportasi
telah mempercepat laju introduksi spesies invasif di ikan hidup antar negara di seluruh dunia, sehingga
seluruh dunia (Vitousek et al., 1997). Spesies invasif industri ini diduga sebagai salah satu faktor
dapat mempengaruhi spesies asli secara langsung, penyebaran berbagai jenis ikan dari suatu negara
melalui persaingan atau pemangsaan, atau secara ke negara lain. Ikan yang masuk ke suatu wilayah
tidak langsung, yaitu dengan mengubah habitat atau yang bukan habitat aslinya sebagai akibat dari
menyebarkan penyakit. aktivitas manusia dikenal dengan istilah ikan
Spesies invasif sekarang diakui sebagai introduksi atau beberapa istilah yang digunakan
penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati seperti introduced, alien, exotic, non-indigenous,
dan perubahan dalam fungsi ekosistem, yang atau non-native species (Kumar, 2000). Tidak
mengarah ke dominasi suatu spesies di suatu terkecuali di Indonesia, produksi ikan hias nasional
ekosistem sehingga spesies asli akan digantikan juga diperoleh dari budidaya ikan introduksi selain
oleh spesies invasif (baik asli maupun asing) ikan-ikan asli perairan Indonesia (indigenous
(Lymbery et al., 2014). species) yang diperoleh dari hasil tangkapan di
alam. Bahkan produksi budidaya ikan hias nasional
2.4 Spesies Asing Invasif didominasi oleh ikan-ikan hias introduksi tersebut.
Spesies asing invasif dide\inisikan sebagai Introduksi dan penyebaran ikan-ikan alien species
spesies asing (non-native) yang pada umumnya ke dalam suatu wilayah dianggap menjadi salah
diintroduksi oleh manusia kemudian mengancam satu penyebab utama ancaman terhadap
ekosistem, habitat atau spesies lainnya dan keragaman spesies ikan asli di alam (Lee, 2002;
menyebabkan perubahan global pada lingkungan Semmens et al., 2004; Dudgeon et al., 2006)
(Pejchar & Mooney, 2009). terutama ikan-ikan yang mendiami perairan tawar
Spesies asing menjadi invasif apabila: tidak seperti ekosistem danau (Canonico et al., 2005).
ada predator, tidak ada penyakit dan parasit, Lalu lintas perdagangan ikan hias dianggap
kemampuan adaptasi dan sifat agresif spesies asing menjadi salah satu pintu masuknya ikan exotic
tersebut dalam merebut habitat dan makanan tersebut ke suatu perairan atau wilayah. Negara
spesies asli sangat tinggi (Primack, 2002). Australia menyatakan selama 20-30 tahun terakhir
seiring dengan meningkatnya perdagangan ikan
BAB III hias maka kehadiran ikan introduksi juga
FAKTOR KEBERADAAN mengalami peningkatan. Dari 40 spesies ikan
SPESIES ASING INVASIF introduksi yang ditemukan di perairan Australia, 30
spesies di antaranya merupakan ikan yang masuk
3.1 Introduksi Spesies Asing melalui pintu perdagangan ikan hias (Lintermans,
Salah satu faktor penyebab munculnya 2004; Koehn & Mackenzie, 2004).
spesies asing invasif adalah melalui kegiatan Dari 5.325 spesies ikan hias air tawar yang
introduksi spesies. Menurut International Union for telah diperdagangkan secara internasional (Hensen
Conservation of Nature (IUCN) bahwa introduksi et al., 2010), dimana diduga keberadaanya menjadi
adalah suatu pergerakan oleh kegiatan manusia, faktor utama penyebaran ikan introduksi dari satu
berupa spesies, subspesies atau organisme pada lokasi ke lokasi lainnya bahkan sebagian dari ikan-
tingkatan takson yang lebih rendah, yang keluar ikan tersebut telah tercatat sebagai spesies asing
dari tempat asalnya. Pergerakan atau perpindahan dan invasif (Cor\ield et al., 2008). Hampir sama
ini dapat terjadi di dalam negara atau antar negara. dengan negara Australia, di Indonesia ikan-ikan
dari famili Poeciliidae dan Cichlidae mendominasi
komposisi ikan hias introduksi yang diproduksi dan
diperdagangkan.
2
Masalah utama yang terjadi pada proses air
Arthington (1991) menyebutkan kedua famili
ballast ini karena tidak sengaja mentransmisikan
tersebut bersifat eurytermic yaitu ikan yang mampu
spesies dari daerah tertentu ke daerah lain.
hidup pada rentang suhu yang lebih besar. Faktor
Organisme yang terbawa, hidup dilokasi baru dan
suhu diduga sebagai kunci utama kesuksesan ikan
dapat bersifat invasif untuk spesies asli dilokasi
introduksi beradaptasi dengan lingkungan baru
tersebut. Perpindahan organisme spesies asing dan
(Arthington, 1991).
merusak sering disebut dengan sebutan spesies
asing invasif (SAI). Spesies asing invasif merupakan
3.3 Budidaya perikanan
fenomena munculnya organisme asing (berbeda)
lnvasi spesies asing dapat disebabkan oleh
dari habitat atau suatu ekosistem (Mooney et al.,
introduksi ikan ataupun penebaran yang tidak
2005).
disengaja seperti lolosnya jenis ikan dari keramba
Menurut Bax (2003) invasi hewan spesies
jaring apung. Masuknya spesies ikan asing dapat
asing diperairan akan lebih mudah berpindah dari
merubah struktur komunitas ikan asli yang
tempat satu menuju tempat lain dengan adanya
disebabkan persaingan makanan ataupun predasi.
pertukaran sirkulasi air yang terjadi pada air
Introduksi ikan yang tidak memperhatikan relung
ballast atau menempel pada badan luar kapal.
ekologis yang kosong juga akan mendesak populasi
Beberapa contoh hewan invasif yang ikut
ikan asli seperti punahnya ikan batak (Neolissochius
terbawa dari air ballast menurut data IMO (2016)
thienemanni) di danau Toba sebagai akibat
adalah sejenis bakteri, larva ikan maupun larva
introduksi ikan mujair (Oreochromis mossambicus)
udang, kepiting, dan alga. Bakteri kolera (Vibrio
(Samita, 1999). Oleh karena itu, introduksi ikan
cholerae) yang di temukan dalam tanki ballast
perlu dilakukan secara berhati-hati sehingga tidak
adalah salah satu fenomena terbesar yang terjadi
berdampak negatif terhadap populasi ikan asli.
pada saat itu dimana virus Vibrio cholerae menjadi
Populasi ikan lokal di Indonesia terancam dengan
endemik di Amerika selatan, teluk Meksiko.
semakin merebaknya spesies asing yang invasif.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mencatat,
3.5 Bahan Pencemar (Biofouling)
setidaknya ada 1.800 \lora dan fauna asing invasif
Indonesia memiliki 85 pelabuhan laut yang
masuk ke Indonesia dan mengancam spesies ikan
terbuka untuk pelayaran internasional. Pelabuhan-
lokal. Ikan asing yang sudah diterima dan
pelabuhan tersebut sangat terbuka terhadap
dibudidaya seperti mas, nila, sepat siam, lele
kehadiran global invasive species yang hidup
dumbo, patin, bawal, mola dan lain-lain.
sebagai biofouler pada kapal-kapal internasional
dimana teritip adalah salah satu komponen utama
3.4 Bawaan Air Buangan Kapal (Ballast water)
biofouler pada kapal laut. Keberhasilan introduksi
Meningkatnya globalisasi ekonomi dunia
spesies non-indigenous bisa mengancam
dalam beberapa dekade terakhir telah mendorong
keanekaragaman hayati dan ekosistem lokal, yang
masyarakat dunia menuju kearah perdagangan
bila terganggu atau rusak, baik secara langsung
internasional yang lebih kompetitif. Transportasi
maupun tidak, bisa juga merusak sumber-sumber
maritim merupakan bagian utama dari
ekonomi bahari dan upaya-upaya konservasi
perdagangan internasional, khususnya dalam hal
lingkungan lokal (Prabowo dan Ardli, 2010).
pengangkutan barang yang memiliki berat berton-
Kapal laut adalah vektor terbesar dalam
ton. Kapal laut merupakan salah satu sarana yang
penyebaran spesies invasif global. Godwin (2003)
tak dapat tergantikan untuk mentransfer barang.
menjelaskan bahwa kapal dapat menjadi ‘pulau’
Namun, kapal laut yang beroperasi untuk
sebagai batu loncatan yang efektif untuk spesies
mentransfer barang diseluruh perairan dunia
yang hidup di pelabuhan dan estuaria, karena kapal
ternyata tidak hanya mentransfer barang saja, tetapi
merupakan substrat yang pas untuk menempel
terdapat juga berbagai organisme biologis termasuk
bagi spesies-spesies komunitas biofouling.
hewan, tumbuhan dan bakteri yang beberapa
Biofouling adalah penempelan dan akumulasi
diantaranya memperburuk ekosistem perairan
organisme hidup yang melekat pada permukaan
(Seebens et al., 2013). Transfer organisme yang
substrat (material yang ditempeli biofouling).
terjadi sebagian besar dikarenakan adanya proses
Istilah ini biasanya mengacu pada organisme
dari air ballast (Yusuf et al., 2017).
stasioner makroskopik seperti makroalga, teritip,
Proses air ballast ini dilakukan oleh kapal
kerang, dan sejenisnya. Namun biofouling juga
sebagai cara stabilisasi kapal untuk mengganti
terjadi sangat cepat pada skala mikroskopis.
muatan kargo yang telah hilang. Proses air ballast
Biofouling dianggap sebagai pembatas dalam
tanpa treatment yang baik akan menyebabkan
kegiatan monitoring di dalam laut. Menurut Pereira
kerusakan pada ekosistem perairan sekitar (Yusuf
et al., (2002) penempelan organisme merupakan
et al., 2017).
proses alami, tetapi organisme penempel
(biofouling) bisa berkoloni pada struktur-struktur
buatan manusia sehingga menimbulkan
permasalahan seperti perubahan permukaan pada
bagian bawah kapal.
3
Dari hasil pengkajian ulang tersebut, dapat
Semua permukaan bawah laut dipengaruhi
diketahui bahwa saat ini terdapat 247 spesies asing
oleh biota penempel (biofouling) seperti bakteri,
yang diintroduksi di Indonesia. Dari keseluruhan
alga, gastropoda, dan invertebrata lainnya (Rittchof,
ikan yang ada, 51 spesies ikan merupakan spesies
2001). Ketika struktur atau substrat terendam di
asing (non invasif), 78 spesies ikan asing telah
dalam air laut, substrat ini tidak dapat terhindar
menjadi invasif dan 118 spesies ikan yang
dari biofouling. Fenomena biofouling ini merupakan
berpotensi sebagai invasif.
suatu fenomena yang kompleks dan masih banyak
Terkait dengan berkembangnya spesies asing
yang harus diteliti lebih lanjut. Terdapat 4000
invasif, Pallewatta et al., (2003) menyampaikan
organisme yang dapat menyebabkan masalah
pandangan bahwa penting sekali untuk
biofouling (Yebra et al., 2004).
menerapkan prinsip kehati-hatian untuk
mengantisipasi sifat alami dan dampak
3.6 Parasit yang terbawa inang
potensialnya. Suatu spesies hanya boleh
Spesies invasif tidak hanya mencakup
diintroduksi setelah dilakukan analisis risiko dan
makhluk kasat mata, mikroorganisme asing yang
penaksiran dampak terhadap lingkungan
tak kasat mata pun bisa dikatakan invasif apabila
(Suryawan et al., 2015).
keberadaannya sudah merugikan. Penyakit dan
Keragaman spesies asing introduksi dan
parasit ikan sering terbawa bersama ikan asing dan
sebarannya dapat digambarkan dengan berbagai
menulari ikan asli (Wargasasmita, 2017). Seperti
media, salah satunya yaitu dengan chord diagram.
contoh spesies ikan lain dari Amerika Utara
Analisis Chord diagram merupakan metode gra\is
(Pimephales eromelos) terbukti membawa Yersinia
untuk menampilkan hubungan antar data dalam
ruckeri yang merupakan agen penyebar penyakit
sebuah matriks. Data disusun secara radial di
"redmouth" ke Eropa Utara (Elvira, 2001).
sekitar lingkaran dengan hubungan antara titik
Patogen paristik jarang mengakibatkan
data yang biasanya digambar sebagai busur yang
wabah penyakit yang sporadic, namun pada
menghubungkan data. Formatnya dapat dibuat
intensitas penyerangan yang tinggi dapat
semenarik mungkin, media ini juga merupakan
menimbulkan kerugian ekonomi yang signi\ikan
salah satu media yang memiliki nilai lebih dalam
karena dapat mengakibatkan kematian. Disamping
hal estetika yang saat ini menjadi pilihan
itu, infeksi parasit juga dapat menurunkan bobot,
terpopuler di dunia visualisasi data.
performance serta menurunkan ketahanan tubuh
ikan dan akan dimanfaatkan sebagai port of entry
bagi penginfeksi sekunder oleh patogen lain seperti
jamur dan bakteri (Sumiati & Aryati, 2010).
3.7 Penelitian
Pertukaran materi penelitian untuk kegiatan
ilmiah sangat memungkinkan terbawanya spesies
asing invasif. Misalnya pertukaran materi genetik
tanaman, spesimen biologi, koleksi kultur mikroba,
alat-alat laboratorium, dan pembungkusnya.
BAB IV
STATUS SPESIES ASING INVASIF DI INDONESIA
4
Dari sekian jumlah spesies asing yang dapat
direcord di tanah air sejumlah 247 spesies. Spesies-
spesies tersebut sebagian besar menyebar ke Pulau
Jawa (23,10%), Sumatera (18,05%), Kalimantan
(14,07%) dan Sulawesi (12,63%). Penyebaran ikan
asing di Indonesia sangat dipengaruhi pula oleh
tren masyarakat perikanan untuk kultivasi dan
kegemaran ikan hias.
BAB V
DAMPAK SPESIES ASING INVASIF
6
• Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
BAB VII
Sistem Budidaya Tanaman yang menegaskan
PERATURAN TENTANG SPESIES ASING INVASIF
perlindungan dan pencegahan kehilangan
tumbuhan dari gulma atau tumbuhan
7.1 Nasional
penggangu lainnya serta aksi pemberantasan
Beberapa peraturan nasional yang terkait dengan
organisme pengganggu yang mampu
spesies asing baik yang bersifat invasif maupun
berkembang seperti gulma di beberapa lokasi
tidak, diantanya:
dan menekan pertumbuhan tumbuhan lainnya
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
(Bab I, Pasal 1, Ayat 7, 8, Bab III, Pasal 21).
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Selain itu, dalam pasal 10 menyebutkan
Hidup. Pasal 3 Ayat (1) mengenai usaha dan
mekanisme introduksi spesies asing dan
atau kegiatan yang kemungkinan dapat
beberapa pasal mengenai monitoring dan
menimbulkan dampak besar dan penting
manajemen gulma dan spesies asing.
terhadap lingkungan hidup, termasuk
• Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992
introduksi tumbuh-tumbuhan, spesies hewan,
mengenai Karantina Hewan, Ikan dan
dan spesies jasad renik. Kegiatan introduksi ini
Tumbuhan yang mengatur tugas dan fungsi
wajib melakukan AMDAL.
utama karantina hewan dan tumbuhan di
• Undang-undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang
pelabuhan, bandara, daerah perbatasan dan
Hortikultura Pasal 88 Ayat (3) mengenai impor
pelabuhan antar pulau. Karantina dilaksanakan
produk hortikultura dilakukan melalui pintu
berdasarkan berbagai komoditas, seperti
yang telah ditetapkan. Pintu yang dimaksudkan
persediaan makanan, tanaman budidaya, hasil
untuk memudahkan pengawasan terkait dengan
perkebunan dan hasil hutan yang bertujuan
masuknya OPT karantina, keamanan hayati,
untuk melindungi kehidupan dan kesehatan
spesies-spesies asing yang invasif dan
hewan dan tumbuhan tersebut.
keamanan pangan.
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
• Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang
Nomor PER.17/MEN/2009 tentang Larangan
pengesahan United Nation Convention on
Pemasukan Beberapa Jenis Ikan Berbahaya dari
Biological Diversity (CBD) Pasal 8 butir h
Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik
mengenai setiap pihak yang menandatangani
Indonesia
konvensi ini diwajibkan untuk mencegah
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
masuknya serta mengendalikan atau membasmi
Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan
spesies-spesies asing yang mengancam
Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup
ekosistem, habitat atau spesies lain di habitat
Sebagai Barang Bawaan ke Dalam Wilayah
yang asli.
Negara Republik Indonesia
• Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Nomor 41/PERMEN-KP/2014 tentang
Pasal 5 Ayat (1) suatu jenis tumbuhan dan
Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari
satwa wajib ditetapkan dalam golongan yang
Luar Negeri kedalam Wilayah Negara Republik
dilindungi apabila: butir 1.b, terjadi penurunan
Indonesia
yang tajam jumlah individunya di alam. Adapun
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
dalam penjelasannya penurunan populasi ini
Nomor 21/PERMEN-KP/2014, ikan hias
terkait dengan ancaman dari faktor luar
dide\inisikan sebagai ikan yang dipelihara
termasuk spesies asing (jenis introduksi). Pada
untuk hiasan atau pajangan, untuk dilihat dan
Ayat (2) butir 2.e dijelaskan mengenai
dinikmati keindahan warna, corak, dan
pemasukan jenis asing harus dihindarkan, butir
bentuknya yang memiliki daya tarik tersendiri
2.f dijelaskan selain dari jenis tumbuhan dan
dan diperdagangkan sebagai komoditas hidup.
satwa asli, jenis asing juga termasuk
• Peraturan mengengenai spesies ikan asing
didalamnya, sehingga jenis-jenis asing ini perlu
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
dimusnahkan.
Nomor PER.17/MEN/2009 tentang Larangan
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Pemasukan Beberapa Jenis Ikan Berbahaya dari
Konservasi Keanekaragaman Hayati dan
Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik
Ekosistemnya, Bab IV, Pasal 19 Ayat (3)
Indonesia;
mengatur dan melarang aktivitas yang dapat
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
mengubah kondisi alami kawasan suaka alam
Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan
seperti menambah spesies yang tidak asli, Bab
Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup
VII, Pasal 33, Ayat (2) yang melarang melakukan
Sebagai Barang Bawaan ke Dalam Wilayah
aktivitas yang dapat mengubah zona inti taman
Negara Republik Indonesia;
nasional seperti menambah spesies satwa dan
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
tumbuhan yang tidak asli.
Nomor PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan
Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa
Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar
Negeri dan dari Suatu Area ke Area Lain di
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 7
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Upaya pengendalian spesies invasif telah
Nomor 41/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan
mulai dikembangkan dengan menyusun pedoman
Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar
untuk pengendalikan species asing invasif oleh KLH
Negeri ke dalam Wilayah Negara Republik
pada tahun 2001. Selanjutnya pada tahun 2002
Indonesia.
telah diterbitkan publikasi Keanekaragaman Hayati
dan Pengendalian Jenis Asing Invasif dalam upaya
7.2 Internasional
untuk mengangkat permasalahan ini sebagai
Invasi spesies asing di ekosistem atau habitat
langkah mengantisipasi kemungkinan kepunahan
tertentu telah menjadi perhatian dunia sejak
spesies lokal akibat dari masuknya spesies asing
Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro,
yang tidak diinginkan.
Brazil pada tahun 1992. Adapun perangkat hukum
Pengendalian penyebaran ikan berbahaya
mengenai pengendalian spesies asing invasif pada
atau invasif dan berpotensi invasif di Indonesia saat
level internasional diantaranya:
ini belum dilaksanakan secara optimal akibat
• Convention on Biological Diversity (CBD) tahun
minimnya regulasi dan sebarannya belum
1992 mengenai konservasi in situ yang
terpetakan secara komprehensif. Peraturan
berkaitan dengan pencegahan masuknya
perundangan-undangan terbaru untuk pencegahan
spesies asing invasif, mengendalikan dan
penyebarannya baru berupa PeraturanMenteri
membasmi spesies yang mengancam ekosistem,
Kelautan dan Perikanan RI Nomor 41/PERMEN-
habitat dan spesies.
KP/ 2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan
• Konferensi Ramsar di Iran tahun 1971 dan
Berbahaya dari Luar Negeri ke dalam
Kosta Rika tahun 1998. Resolusi VII.4 mengenai
WilayahNegaraRepublik Indonesia dengan daftar
spesies invasif dan lahan basah terkait dengan
ikan berbahaya yang harus diperbarui sesuai
kesadaran akan beberapa ancaman spesies
perkembangan perdagangan yang sangat dinamis
asing terhadap ekologi dan karakteristik lahan
(Achmad et al., 2018).
basah, spesies lahan basah, daratan dan lautan.
Pengendalian penyebaran ikan berbahaya,
• Convention on International Trade in
invasif dan berpotensi invasif di Indonesia
Endangered Species of Wild Fauna and Flora
bertumpu pada pelarangan lalu lintas ikan pada
(CITES) dalam Konferensi Resolusi 13.10 tahun
pintu pemasukan dan pengeluaran, sedangkan
1997 mengenai perdagangan spesies asing
kesadaran dan peran serta masyarakat masih
invasif dengan hasil rekomendasi diantaranya:
rendah. Strategi pengendalian penyebaran spesies
a). Mempertimbangkan masalah spesies asing
target harus melibatkan lebih banyak peran
invasif dalam peraturan dan perundang-
masyarakat (Achmad et al., 2018).
undangan yang terkait dengan hewan dan
Pengendalian penyebaran spesies target
tumbuhan yang diperdagangkan secara hidup-
secara lebih tegas misalnya dengan pembatasan
hidup, b). Berkonsultasi dengan otoritas
budidaya sulit dilakukan. Ikan berpotensi invasif
manajemen terkait tujuan impor suatu negara,
seperti ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila
kemungkinan dan penerapannya, serta
(Oreochromis niloticus) (Haryono et al., 2016;
pertimbangan ekspor yang berpotensi sebagai
Haynes et al., 2012; Zambrano et al., 2006)
spesies asing invasif, untuk memutuskan
merupakan target produksi nasional (Dinisari,
peraturan yang diberlakukan dalam hal impor,
2016; DJPB-KKP, 2017). Adapun ikan berpotensi
dan c). Mempertimbangkan peluang sinerginya
invasif lain seperti ikan bawal (Colossoma
CITES dan CBD untuk bekerjasama dan
macropomum) (Haryono et al., 2016), yang
berkolaborasi antara dua konvensi dalam isu
memiliki nilai ekonomis tinggi di pasar domestik
introduksi spesies asing yang berpotensi invasif.
dan luar negeri (Bagjariani, 2013).
Berbagai upaya dapat dilakukan sebagai
BAB VIII cara mengendalikan spesies invasif, salah satunya
PENGENDALIAN SPESIES ASING INVASIF yaitu dengan melakukan larangan restocking ikan
Introduksi ikan asing invasif untuk asing invasif ke perairan umum. Selain itu juga
kepentingan hobby ikan hias, sebenarnya tidak dilakukan penangkapan, dan pemusnahan ikan
menimbulkan masalah apabila dilakukan pada spesies asing invasif yang tidak dikelola secara
lingkungan tertutup. Akan tetapi kenyataan di benar. Disarankan agar restocking ke perairan
lapangan terjadi sebaliknya. Ikan hias karnivora umum baik di Waduk, danau maupun sungai
yang lepas ke perairan umum, baik secara tidak menggunakan sepesies lokal dengan tropik level
sengaja, maupun secara sengaja telah terjadi di rendah. Misalnya: Ikan tawes, ikan nilem dan
Indonesia sejak beberapa dekade silam. Hal penting spesies spesi\ik lokal lainnya (Prayitno, 2014).
terkait dengan Ikan jenis asing invasif, yang harus
dibarengi dengan peningkatan pengawasan dan
pengendalian secara terpadu, sehingga penyebaran
dan dampak yang ditimbulkan dapat ditekan
serendah-rendahnya. Khususnya Ikan asing yang
bersifat karnivora dan cepat berkembang biak.
Sehingga tidak menyebabkan musnahnya spesies 8
ikan asli daerah (Prayitno, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Achmad, H., Martini, L., Wibowo, S. A., & Nugroho, L.
Berdasarkan uraian pada review ini, maka dapat
(2018). sebaran, potensi introduksi, dan
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
pengendalian ikan berbahaya/invasif dan
• Perubahan zaman, perilaku manusia dan iklim
berpotensi invasif di yogyakarta dan
telah memberikan dampak hilangnya habitat,
sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan
eksploitasi yang berlebihan, introduksi ikan
Indonesia, 1(1), 61-72. (Link)
asing, pencemaran, persaingan penggunaan air,
Bartley, D., Naeve, H. & R. Subasinghe 2004. Impacts of
dan pemanasan global.
aquaculture: biodiversity and alien spesies.
• Spesies asing invasif dide\inisikan sebagai
http://www.oceanatlas.com/world \isheries_
spesies asing (non-native) yang pada umumnya
and_ aquaculture/htmll issues/ ecosys/
diintroduksi oleh manusia kemudian
envimpact\ilbiodiversity, 6/28/2004.
mengancam ekosistem, habitat atau spesies
Bax, N., Williamson, A., Aguero, M., Gonzalez, E., &
lainnya dan menyebabkan perubahan global
Geeves, W. (2003). Marine invasif alien species: a
pada lingkungan.
threat to global biodiversity. Marine policy,
• Beberapa faktor yang menyebabkan keberadaan
27(4), 313-323. (Link)
spesies asing invasif adalah introduksi
Belmonte, J., & Vilà, M. (2004). Atmospheric invasion of
spesies asing, industri ikan hias, budidaya
non-native pollen in the Mediterranean
perikanan, bawaan air buangan kapal (ballast
region. American journal of botany, 91(8),
water), bahan pencemar biofouling, parasit yang
1243-1250. (Link)
dibawa inang dan penelitian.
Britton, A.W., Day, J.J., Doble, C.J., Ngatunga, B.P., Kemp,
• Saat ini terdapat 247 spesies asing yang di
K.M., Carbone, C., and Murrell, D.J. (2017).
introduksi di Indonesia. Dari keseluruhan
Terrestrial-focused protected areas are effective
spesies, 51 spesies ikan merupakan spesies
for conservation of freshwater \ish diversity in
asing (non invasif), 78 spesies ikan asing telah
Lake Tanganyika. Biological Conservation,
menjadi invasif dan 118 spesies ikan yang
212:120-129. (Link)
berpotensi sebagai invasif.
Budiman, A., Arief, A. J., & Tjakrawidjaya, A. H. (2017).
• Berdasarkan pengalaman dari beberapa negara
PERAN MUSEUM ZOOLOGI DALAM PENELITIAN
diberbagai belahan dunia, seringkali introduksi
DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
ikan asing memberikan dampak yang
(IKAN)(The Important of Museum Zoology on
merugikan (catastrophic) terhadap beberapa
Research and Conservation of Biodiversity).
aspek yakni ekologi, diversitas, ekonomi serta
Jurnal Iktiologi Indonesia, 2(2), 51-55. (Link)
kesehatan manusia.
Canonico, G. C., Arthington, A., McCrary, J. K., & Thieme,
• Disisi lain, pemanfaatan kegiatan introduksi
M. L. (2005). The effects of introduced tilapias
juga dapat berdampak positif terhadap berbagai
on native biodiversity. Aquatic Conservation:
aspek, terutama bagi masyarakat. Dari
Marine and Freshwater Ecosystems, 15(5),
keseluruhan pemanfaatan kegiatan introduksi
463-483. (Link)
ikan asing, sebesar 81% didominasi oleh sektor
Charles, H., & Dukes, J. S. (2008). Impacts of invasif
perdagangan ikan hias dan 19% dimanfaatkan
species on ecosystem services. In Biological
sebagai ikan konsumsi.
invasions (pp. 217-237). Springer, Berlin,
• Hal yang dapat dilakukan agar ikan lokal atau
Heidelberg. (Link)
endemik tetap terhindar dari ancaman spesies
Dewantoro, G. W. & Rachmatika, I.. (2016). Jenis Ikan
asing invasif adalah dengan cara melakukan
Introduksi dan Invasif Asing di Indonesia.
berbagai perlakuan terhadap ikan endemik itu
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
sendiri, antara lain penentuan reservat ikan
(Link)
(konservasi in-situ), penangkaran (konservasi
Dudgeon, D. (2000). The ecology of tropical Asian rivers
ex-situ), restoking, penegakan hukum, kearifan
and streams in relation to biodiversity
lokal/ulayat, sosialisasi kepada masyarakat.
conservation. Annual review of Ecology and
• Pengendalian penyebaran spesies asing invasif
Systematics, 31(1), 239-263. (Link)
dan berpotensi invasif di Indonesia saat ini
Elvira. B. 2001. Identi\ication of non-native freshwater
belum dilaksanakan secara optimal akibat
\ishes establihed in Europe and assessment of
minimnya regulasi dan sebarannya belum
their potential threats to biological diversity.
terpetakan secara komprehensif, selain itu
Convention on the conservation of European
kesadaran dan peran serta masyarakat masih
wildlife and nahlfal habitats. Strasbourg. 26-30
rendah.
November 2001. T-PVS (2001) 6.
• Berbagai upaya dapat dilakukan sebagai cara
mengendalikan ikan asing invasif, salah satunya
yaitu dengan melakukan larangan restocking
ikan asing invasif ke perairan umum. Selain itu
juga dilakukan penangkapan, dan pemusnahan
ikan spesies asing invasif yang tidak dikelola
secara benar. 9
Gevers, J., Høye, T. T., Topping, C. J., Glemnitz, M., &
Kottelat, M., & Whitten, T. (1996). Freshwater
Schroeder, B. (2011). Biodiversity and the
biodiversity in Asia: with special reference to
mitigation of climate change through
Yish (Vol. 343). World Bank Publications.
bioenergy: impacts of increased maize
(Link)
cultivation on farmland wildlife. GCB
Kottelat, M., Whitter, A.J., Kartikasari, S.N.,and
Bioenergy, 3(6), 472-482. (Link)
Wirjoatmojo, S. (1993). Freshwater Fisher
Godwin, L. S. (2003). Hull fouling of maritime
of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus
vessels as a pathway for marine species
Edition (HK) Ltd. 221 pages. (Link)
invasions to the Hawaiian Islands.
Kumar, A. B. (2000). Exotic \ishes and freshwater
Biofouling, 19(S1), 123-131. (Link)
\ish diversity. Zoos’ Print Journal, 15(11),
Gordon, DR. 1998. Effects of invasif, nonindigenous
363-367. (Link)
plant species on ecosystem processes:
Lodge, D. M. (1993). Biological invasions: lessons
lessons from Florida. Ecol Appl. 8 (4):975–
for ecology. Trends in ecology &
989. (Link)
evolution, 8(4), 133-137. (Link)
Gozlan, R. E., Britton, J. R., Cowx, I., & Copp, G. H.
(2010). Current knowledge on non-native Loveridge, R., Wearn, O. R., Vieira, M., Bernard, H., &
freshwater \ish introductions. Journal of Yish Ewers, R. M. (2016). Movement behavior of
biology, 76(4), 751-786. 2010. (Link) native and invasif small mammals shows
Haryono, Wahyudewantoro, G., Walidi, W., Tani, D. logging may facilitate invasion in a tropical
D., Anggraeni, Y., Arta, A. P., . . . Supardan, A. rain forest. Biotropica, 48(3), 373-380.
(2016). Jenis Ikan Invasif, Ancaman dan (Link)
Pengendaliannya. Jakarta: Bidang Keamanan Lymbery, A. J., Morine, M., Kanani, H. G., Beatty, S. J.,
Hayati Ikan, Pusat Karantina dan Keamanan & Morgan, D. L. (2014). Co-invaders: the
Hayati Ikan, Kementerian Kelautan dan effects of alien parasites on native hosts.
Perikanan, Bekerjasama dengan Pusat International Journal for Parasitology:
Penelitian Biologi-LIPI. Parasites and Wildlife, 3(2), 171-177. (Link)
Haynes, G. D., Gongora, J., Gilligan, D. M., Grewe, P., Mack RN., D. Simberloff, WM. Lonsdale, H. Evans, M.
Moran, C., & Nicholas, F. W. (2012). Cryptic Clout, & FA. Bazzaz. 2000. Biotic invasions:
hybridization and introgression between causes, epidemiology, global consequences,
invasif Cyprinid species Cyprinus carpio and and control. Ecol Appl. 10(3):689–710.
Carassius auratus inAustralia: implications (Link)
for invasif speciesmanagement. McNeely, J. A. (Ed.). (2001). Global strategy on
AnimalConservation, 15(1), 83- 94. doi: invasif alien species. IUCN. (Link)
10.1111/j.1469-1795.2011.00490.x. (Link) Meffe, G.K., C.R. Caroll&Contributors. 1997.
Helfman, G.S. 2007. Fish Conservation: A Guide to Principles of Conservation Biology. 2nd
Understanding and Restoring Global Aquatic Edition. Sinauer Associates, Inc. Sunderland,
Biodiversity and Fishery Resources. Island 729p.
Press. Washington. United States ofAmerica. Mooney, H,A. Ricard, N. M. Jeffery, A. M. Laurie, E. N.
584p. Peter, J.S. Jeffrey, K.W. 2005. Invasif Alien
Hossain, M. Y., Jasmine, S., Ibrahim, A. H. M., Ahmed, species a new synthesis. Scienti\ic committe
Z. F., Rahman, M. M., & Ohtomi, J. (2009). on Problems of the Environment (SCOPE) :
Length–weight and length–length Wasington DC.
relationships of 10 small \ish species from Pallewatta, N., Reaser, J. K., & Gutierrez, A. T. (2003).
the Ganges, Bangladesh. Journal of Applied Invasive Alien Species in South. (Link)
Ichthyology, 25(1), 117-119. (Link) Parker, I. M., Simberloff, D., Lonsdale, W. M., Goodell,
Jose, S., RK. Kohli, HP. Singh, DR. Batish, & EC. K., Wonham, M., Kareiva, P. M., &
Pieterson. 2009. Invasif plants: a threat to Goldwasser, L. (1999). Impact: toward a
the integrity and sustainability of forest framework for understanding the ecological
ecosystems. Di dalam: Kohli RK., S. Jose, HP. effects of invaders. Biological invasions,
Singh,& DR. Batis, editor. Inv Plants & Forest 1(1), 3-19 (Link)
Eco. Boca Raton: CRC Pr. hlm 3–10. (Link) Pejchar, L., & Mooney, H. A. (2009). Invasif species,
Kobelt, M., & Nentwig, W. (2008). Alien spider ecosystem services and human well-
introductions to Europe supported by global being. Trends in ecology & evolution, 24(9),
trade. Diversity and Distributions, 14(2), 497-504. (Link)
273-280. (Link)
Kolar, C. S., & Lodge, D. M. (2001). Progress in Pereira, R. C., Carvalho, A. G. V., Gama, B. A. P., &
invasion biology: predicting invaders. Trends Coutinho, R. (2002). Field experimental
in ecology & evolution, 16(4), 199-204. evaluation of secondary metabolites from
(Link) marine invertebrates as
antifoulants. Brazilian Journal of
Biology, 62(2), 311-320. (Link)
10
Simberloff, D. (2009). The role of propagule
Pereira, R. C., Carvalho, A. G. V., Gama, B. A. P., &
pressure in biological invasions. Annual
Coutinho, R. (2002). Field experimental
Review of Ecology, Evolution, and
evaluation of secondary metabolites from
Systematics, 40, 81-102. (Link)
marine invertebrates as
Stein, B. A., Kutner, L. S., & Adams, J. S. (Eds.).
antifoulants. Brazilian Journal of
(2000). Precious heritage: the status of
Biology, 62(2), 311-320. (Link)
biodiversity in the United States. Oxford
Prabowo, R. E. (2010). Introduksi Spesies Teritip
University Press on Demand. (Link)
Asing, Striatobalanus Taiwanensis, Dari
Sumiati, T., Aryati, Y., & Budidaya, P. R. P. (2010).
Perairan Taiwan Ke Pelabuhan Teluk Bayur
Penyakit Parasitik pada Ikan Hias Air Tawar.
Padang. (Link)
In Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Prabowo, R. E., & Ardli, E. R. (2010). Inventarisasi
Akuakultur (pp. 963-967). (Link)
Teritip Non-Indigenous yang Menempel
Surakusumah, W. (2011). Perubahan iklim dan
pada Ocean Going Vessel di Pelabuhan
pengaruhnya terhadap keanekaragaman
Tanjung Intan Cilacap. Biosfera, 27(2),
hayati. Makalah Perubahan Lingkungan
73-81. (Link)
Global. Universitas Pendidikan Indonesia.
Prayitno S.B. 2014. Pengawasan Dan Pengendalian
Diakses dari http://Yile. upi. edu/Direktori/
Jenis Ikan Asing Invasif. UNDIP. FACT SHEET
FPMIPA. (Link)
SIARAN PERS. (Link)
SURYAWAN, D., SUTYARTO, E., UMAYA, R., KURNIA,
Primack, R.B. (2002). Essential of Conservation
A., & HADIYAN, Y. (2015). Sebaran spesies
Biology. 3rdEdition. Sinauer Associates, Inc.
asing invasif Acacia decurrens di kawasan
Sunderland. (Link)
Taman Nasional Gunung Merapi. Pros Sem
Purwono B, Wardhana BS, Wijanarko K, Setyowati E,
Nas Masy Biodiv Indon, 1(4), 738-742.
&Kurniawati DS. 2002. Keanekaragaman
(Link)
Hayati dan Pengendalian Jenis Asing Invasif.
SUTARNO, S., & SETYAWAN, A. D. (2015).
Kantor Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia's biodiversity: the loss and
Indonesia dan The Nature Consevancy.
management efforts to ensure the
Jakarta. (Link)
sovereignty of the nation. In Prosiding
Pyšek, P., & Richardson, D. M. (2010). Invasif species,
Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
environmental change and management,
Indonesia (Vol. 1, No. 1, pp. 1-13). (Link)
and health. Annual Review of Environment
Van Kleunen, M., Weber, E., & Fischer, M. (2010). A
and Resources, 35, 25-55. Pyšek, P., &
meta-analysis of trait differences between
Richardson, D. M. (2010). Invasif species,
invasif and non-invasif plant
environmental change and management,
species. Ecology letters, 13(2), 235-245.
and health. Annual Review of Environment
2010. (Link)
and Resources, 35, 25-55. Annual Review of
Verbrugge, L. N., Velde, G., Hendriks, A. J.,
Environment and Resources (Link)
Verreycken, H., & Leuven, R. S. (2012). Risk
Rachmatika, I. & G.Wahyudewantoro. 2006. Jenis-
classi\ications of aquatic non-native species:
Jenis Ikan Introduksi di Perairan Tawar Jawa
application of contemporary European
Barat dan Banten: Catatan
assessment protocols in different
tentangTaksonomi dan Distribusinya. Jurnal
biogeographical settings. (Link)
Iktiologi Indonesia,6 (2): 93-98. (Link)
Verbrugge, L.N.H.. G. vd. Velde. A. J. Hendriks. H.
Rittchof D. 2001. Natural product antifoulant and
Verreycken & R.S.E.W. Leuven. 2011. Risk
coatings development. In: JB. Mcclintock,
Classi\ications of Aquatic Non-Native
dan B.J. Baker (ed). Marine Chemical
Species: Application of Contemporary
Ecology (eds). CRC Press. (Link)
European Assessment Protocols in Different
Roques, A., Rabitsch, W., Rasplus, J. Y., Lopez-
Biogeographical Settings. Aquatic Invasions,
Vaamonde, C., Nentwig, W., & Kenis, M.
7. 5p. (Link)
(2009). Alien terrestrial invertebrates of
Vitousek, P. M., Mooney, H. A., Lubchenco, J., &
Europe. In Handbook of alien species in
Melillo, J. M. (1997). Human domination of
Europe (pp. 63-79). Springer, Dordrecht.
Earth's ecosystems. Science, 277(5325),
(Link)
494-499. (Link)
Sala, O. E., Chapin, F. S., Armesto, J. J., Berlow, E.,
Wargasasmita, S. 2005. Ancaman Invasi Ikan Asing
Bloom\ield, J., Dirzo, R., ... & Leemans, R.
Terhadap Keanekaragaman IkanAsli. Jurnal
(2000). Global biodiversity scenarios for the
Iktiologi Indonesia,5 (1): 5-10. (Link)
year 2100. science, 287(5459), 1770-1774.
Westphal, M. I., Browne, M., MacKinnon, K., & Noble,
(Link)
I. (2008). The link between international
Seebens, H., Gastner, M. T., & Blasius, B. (2013). The
trade and the global distribution of invasif
risk of marine bioinvasion caused by global
alien species. Biological Invasions, 10(4),
shipping. Ecology letters, 16(6), 782-790.
391-398. 2008. (Link)
(Link)
11
Williamson, M. (1996). Biological invasions (Vol. 15).
Springer Science & Business Media. (Link)
Wittenberg, R., & Cock, M. J. (Eds.). (2001). Invasif
alien species: a toolkit of best prevention and
management practices. CABI. (Link)
Yebra, D. M., Kiil, S., & Dam-Johansen, K. (2004).
Antifouling technology—past, present and
future steps towards ef\icient and
environmentally friendly antifouling
coatings. Progress in organic coatings, 50(2),
75-104. (Link)
Yusuf, M. (2017). Implementasi Kebijakan
Pemerintah Tentang International
Convention For Control And Management Of
Ships Ballast Water And Sediments Dalam
Rangka Mendukung Keamanan Maritim
Indonesia. Keamanan Maritim, 3(1). (Link)
Zambrano, L., Martínez-Meyer, E., Menezes, N., &
Peterson, A. T. (2006). Invasif potential of
common carp (Cyprinus carpio) and Nile
tilapia (Oreochromis niloticus) in American
freshwater systems. Canadian Journal of
Fisheries and Aquatic Sciences, 63(9),
1903-1910. (Link)
12