Anda di halaman 1dari 74

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

NOMOR TAHUN 2021

TENTANG
RENCANA STRATEGIS BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN
LAUT (BPSPL) PADANG TAHUN 2020 – 2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT,


BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT PADANG

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan


Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2020-2024 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 57/PERMEN-KP/2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2020-2024, perlu menyusun
Rencana Strategis Balai Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang Tahun 2020-2024;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang
Laut tentang Rencana Strategis Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut Padang Tahun 2020-
2024;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang


Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaiana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);

2. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);

3. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan


Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/
Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 663);

4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


17/PERMEN-KP/2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2020-
2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 669), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
57/PERMEN-KP/2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
17/PERMEN-KP/2020 tentang Rencana Setrategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2020-
2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1322);

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


48/PERMEN-KP/2020 tentang organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1114);

6. Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang


Laut Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang
Laut Tahun 2020 – 2024.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN


RUANG LAUT TENTANG RENCANA STRATEGIS
BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN
LAUT (BPSPL) PADANG TAHUN 2020-2024.

KESATU : Menetapkan Rencana Strategis Balai Pengelolaan


Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang Tahun
2020 – 2024 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Direktur Jenderal ini.
KEDUA : Rencana Strategis sebagaimana dimaksud diktum
KESATU merupakan pedoman dalam penyusunan
perencanaan dan anggaran bagi Balai Pengelolaan
Sumber Daya Pesisir dan Laut Padang.

KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2021

DIREKTUR JENDERAL
PENGELOLAAN RUANG LAUT,

TB. HAERU RAHAYU


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melalui Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020, Pemerintah telah
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020 – 2024. RPJMN 2020 – 2024 merupakan fase lima tahunan terakhir
dari bagian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025, sebagai pondasi penting mencapai visi Indonesia 2045, yaitu
Indonesia Maju.

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka


menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing.
Mengacu pada dokumen RPJPN 2005-2024, Presiden menetapkan
Visi 2020 – 2024 yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi tersebut
diwujudkan dalam sembilan Misi yang dikenal sebagai Nawacita Kedua,
yaitu:
1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh bangsa;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

Presiden menetapkan lima arahan utama sebagai strategi dalam


pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian Visi Indonesia 2045 yang
meliputi pembangunan sumber daya manusia, pembangunan
infrastruktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan
transformasi ekonomi. Kelima arahan utama Presiden tersebut
dituangkan dalam dokumen perencanaan melalui tujuh agenda
pembangunan nasional dalam RPJMN 2020-2024, yang terdiri atas:
1. memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang
berkualitas dan berkeadilan;
2. mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan
menjamin pemerataan;
3. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing;
4. revolusi mental dan pembangunan kebudayaan;
5. memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan
ekonomi dan pelayanan dasar;
6. membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana,
dan perubahan iklim; dan
7. memperkuat stabilitas politik, hukum, pertahanan, dan kemananan,
dan transformasi pelayanan publik.

Untuk sektor kelautan, Presiden memberikan dua arahan kepada


Menteri Kelautan dan Perikanan untuk membangun komunikasi dengan
pemangku kepentingan kelautan dan perikanan diantaranya kepada
nelayan, pembudi daya ikan, petambak garam, pengolah/pemasar hasil
kelautan dan perikanan, dan petambak garam, serta para pelaku usaha
bidang kelautan dan perikanan; serta perlu adanya upaya memperkuat
dan mengoptimalkan program perikanan budidaya.

RPJMN dan Arahan presiden terkait agenda pembangunan pada


sektor kelautan dan perikanan tersebut, maka ditetapkan Rencana
Strategis Kementerian kelautan dan Perikanan Tahun 2020 – 2024.
Kemudian Direktorat Pengelolaan Ruang Laut memjabarkan lebih detil ke
dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
2020 – 2024 yang ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Pengelolaan
Ruang Laut Nomor 1 tahun 2021.

Sebagai tindak lanjutnya, maka Balai Pengelolaan Sumberdaya


Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, menyusun Renstra BPSPL Padang
tahun 2020 – 2024 sebagai acuan dan penjabaran agenda pembangunan,
arahan Presiden dan Menteri serta Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang
Laut dalam rangka mencapai tujuan Renstra Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut dan Renstra Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2020-2024. Dengan demikian visi dan misi Kementerian
Kelautan dan Perikanan menjadi basis dalam perwujudan program
pengelolaan ruang laut dalam 5 (lima) tahun kedepan.
B. Kondisi Umum
Secara garis besar, target Indikator Kinerja Utama (IKU) Balai
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang telah
terealisasikan dengan baik bahkan beberapa IKU melebihi target yang
telah ditetapkan, seperti jumlah keanekaragaman hayati laut yang
dilakukan upaya pelestarian dan perlindungannya serta jumlah Kawasan
konservasi yang dicadangkan.

Upaya pengelolaan ruang laut di wilayah kerja BPSPL tahun 2015 –


2019 dilakukan melalui berbagai bentuk pelaksanaan kegiatan
perencanaan ruang laut; pelestarian dan pemanfaatan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati laut; pendayagunaan pesisir dan
pulau – pulau kecil; dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya lingkup Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut.

1. Perencanaan Ruang Laut

Sesuai amanat Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo.


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan bahwa Pemerintah daerah
wajib menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RZWP-3-K). RZWP3K Digunakan menjadi sarana pengelolaan
sumberdaya pesisir dan pulau – pulau kecil melalui penetapan
struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat
kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh.

Sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT) Direkotrat Jenderal


Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP), BPSPL Padang memiliki peranan dalam mengakselerasi
penyusunan dokumen RZWP3K tersebut melalui berbagai kegiatan
pendampingan.

Dalam kurun waktu 2015 – 2019, merupakan waktu transisi


pemindahan kewenangan pengelolaan ruang laut, pesisir dan pulau –
pulau kecil dari Kab/Kota ke Provinsi. UU No.23 Tahun 2014, tentang
Pemerintah Daerah, mengamanatkan adanya perubahan kewenangan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil ke Pemerintah
Daerah Provinsi. Oleh karena itu, Perencanan ruang laut sejak tahun
2014 menjadi kewenangan Provinsi. Produk RZWP3K Kab/Kota yang
sudah disusun sebelumnya, dijadikan salah satu masukan dalam
proses penysunan RZWP3K Provinsi. Sebanyak 23 Kab/Kota yang
sudah difasilitasi penyusunan RZWP3K nya oleh BPSPL Padang,
dijadikan salah satu dasar dalam penyusunan RZWP3K Provinsi.

7 Provinsi yang ada di wilayah kerja BPSPL Padang telah


didampingi dan diakselerasi penyusunan RZWP3K Provinsinya.
Bentuk pendampingan mencakup penyusunan materi teknis dokumen
RZWP3K di bagian Kabupaten/Kota, bantuan tenaga pemetaan
dataset spasial, bimbingan teknis dan workshop pengelolaan data
spasial dan pendampingan quality control proses tahapan penyusunan
RZWP3K yang tertuang pada Permen KP. No. 23/PermenKP/2016
tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau
Kecil, dimana tahapan legalisasi RZWP3K Provinsi meliputi 11 tahapan
proses penyusunan.

Gambar : Dukungan/Akselerasi yang dilakukan BPSPL Padang


dalam penyusunan RZWP3K Provinsi
Hingga tahun 2019, Proses akselerasi yang dilakukan BPSPL
Padang, telah mengantarkan 3 Provinsi memiliki Peraturan Daerah
RZWP3K, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Utara, dan
Provinsi Jambi. Masing – masing Perda tersebut tertuang dalam Perda
No.2 Tahun 2018, Perda No.4 Tahun 2019, dan Perda No.20 Tahun
2019. Adapun Provinsi lainnya, masih berada pada proses internal
KKP, yaitu tahap permohonan tanggapan dan saran K/L untuk
Provinsi Kep. Riau, tahap perbaikan tanggapan dan saran K/L untuk
Provinsi Riau. Untuk Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Aceh,
pada tahun 2019 telah berada pada tahap pembahasan legislasi di
DPRD Provinsi.

Gambar : Status Penyusunan RZWP3K Provinsi yang diakselerasi oleh


BPSPL Padang
2. Kawasan Konservasi Perairan di Wilayah Kerja BPSPL Padang yang
Meningkat Kualitas Pengelolaan Efektifnya.

Pada tahun 2014, KKP telah Menyusun Road Pengelolaan


Kawasan Konservasi Perairan, mencakup dua hal utama, yaitu
penambahan luas Kawasan konservasi perairan menjadi 20 juta Ha
pada tahun 2020 dan peningkatan efektifitas pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan. Target 20 juta Ha Kawasan konservasi yang
ditargetkan tersebut, merupakan dalam rangka memenuhi Aichi Taget
yang memandatkan perlunya melakukan konservasi seluas 10% dari
luas perairan, pesisir dan pulau kecil atau sekitar 32,5 juta Ha. Di luar
kawasan konservasi. Aichi Target juga mendorong adanya pengelolaan
berbasis wilayah namun dalam bentuk non kawasan konservasi yang
dikenal dengan istilah Other Effective area-based Conservation
Measures (OECM).

Pencadangan dan penetapan kawasan konservasi perairan


tersebut merupakan salah satu bagian awal sebagai upaya
peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi. Efektivitas
pengelolaan Kawasan konservasi memadukan eleman sumberdaya
kawasan, elemen pengelolaan yang mencakup tata kelola dan
kelembagaan serta eleman sosial-budaya dan ekonomi masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersbut, BPSPL Padang telah melakukan


upaya pemenuhan target penambahan kawasan konservasi perairan
dan efektifitas pengelolaannya di wilayah kerja. Program dan kegiatan
yang mendukung pencapaian tersebut, yang dimulai pada tahun 2017.
Kegiatan yang dilaksanakan BPSPL Padang, meliputi kegiatan
identifikasi potensi dan pencadangan kawasan konservasi di wilayah
pesisir dan pulau – pulau kecil (WP3K), mendorong percepatan
penetapan kawasan konservasi melalui penyusunan Rencana
Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) KKPD, dan penguatan SDM/
kelembagaan
Gambar : Timeline Pencapaian Upaya Pencadangan dan Peningkatan
Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Wilayah Kerja
BPSPL Padang
Dalam kurun waktu 2017-2019 kawasan perairan dan pesisir
pulau – pulau kecil yang dicadangkan menjadi Kawasan Konservasi
Perairan Daerah (KKPD) adalah seluas 3.004.683,25 Ha. Luasan
tersebut dicadangkan melalui alokasi ruang RZWP3K Provinsi dan SK.
Gubernur serta SK Bupati.

Total luasan kawasan konservasi yang dicadangkan melalui


perda RZWP3K adalah 751.679,17 Ha atau sekitar 25% dari total luas
area yang dicadangkan dalam kurun waktu 2017 – 2019. Kawasan
konservasi yang dicadangkan melalui perda RZWP3K meliputi
kawasan konservasi di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera
Utara dan Provinsi Jambi, dengan luasan yang dicadangkan masing –
masing 332.564,29 Ha, 229.880,87 Ha dan 119.143,44 Ha. Beberapa
KKPD yang dicadangkan melalui perda RZWP3K, sebagiannya sudah
ditetapkan terlebih dahulu oleh SK Gubernur.

Sementara, untuk pencadangan KKPD yang dikukuhkan melalui


SK Gubernur, mencapai 75% atau seluas 2.253.004,08 Ha, terdiri dari
KKPD di Provinsi Riau seluas 285.365,24 Ha dan KKPD di Provinsi
Aceh seluas 168.115,84 Ha serta Provinsi Kep.Riau seluas 1.799.523
Ha. Dalam kurun waktu 2015 – 2019, Provinsi Sumatera Utara juga
mencadangkan perairannya menjadi KKPD yang ditetapkan melalui
SK Gubernur dengan luas 138.482,40 Ha. Pada kurun waktu yang
sama, Perda RZWP3K Provinsi Sumatera Utara juga ditetapkan
sehingga luasan pencadangan KKPD menyesuaikan berdasarkan pada
alokasi ruang yang ada pada Perda RZWP3K tersebut.

Dari total luasan KKPD yang dicadangkan pada periode 2015-


2019, 2 (dua) KKPD dengan total luasan mencapai 158.786,65 Ha
ditetapkan menjadi KKPD melalui Keputusan Menteri Kelautan dan
perikanan, yaitu KKPD Selat Bunga Laut yang berada di Kab. Kep.
Mentawai dan KKPD Sawo Lahewa – Nias Utara. Selain itu, 9
(Sembilan) KKPD dengan total luas mencapai 778.263,84 Ha statusnya
berada dalam upaya pendampingan proses menuju penetapan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan, melalui kegiatan pendampingan
identifikasi potensi, review RPZ meliputi 6 KKPD di Provinsi Aceh, 1
KKPD di Provinsi Kepulauan Riau dan 2 KKPD di Provinsi Sumatera
Utara. KKPD tersebut meliputi KKPD Aceh Jaya, Simeulue, Aceh
Besar, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, Bintan,
Tapanuli Tengah dan Nias Selatan.

Luas dan Status Kawasan Konservasi Perairan Daerah


di Wilayah Kerja BPSPL Padang
Tabel Status Pencadangan/Penetapan KKPD Periode 2015 – 2019 di Wilayah Kerja BPSPL Padang

KKPD Dicadangkan KKPD yang Diakselerasi Menuju KKPD yang


Penetapan Menteri Ditetapkan Menteri
Provinsi Aceh

Dicadangkan melalui SK. Gub. Aceh Akselerasi Penertapan Menteri melalui -


No.532/1297/ 2018 Pendampingan Identifikasi Potensi,
(Total Luas : 168.115,84 Ha), Penyusunan RPZ, FGD dan koordinasi
terdiri dari: (Total Luas : 168.115,84 Ha),
terdiri dari :
1. KKPD Aceh Jaya (50.041,43 Ha)
2. KKPD Simeulue (69.053,78 Ha) 1. KKPD Aceh Jaya (50.041,43 Ha)
3. SAP Aceh Besar (26.615,63 Ha) 2. KKPD Simeulue (69.053,78 Ha)
4. KKPD Aceh Barat Daya (16.017,45 Ha) 3. SAP Aceh Besar (26.615,63 Ha)
5. KKPD Aceh Selatan (3.590,34 Ha) 4. KKPD Aceh Barat Daya (16.017,45
6. KKPD Aceh Tamiang (2.797,21 Ha) Ha)
5. KKPD Aceh Selatan (3.590,34 Ha)
6. KKPD Aceh Tamiang (2.797,21 Ha)
KKPD Dicadangkan KKPD yang Diakselerasi Menuju KKPD yang
Penetapan Menteri Ditetapkan Menteri
Provinsi Sumatera Utara

Dicadangkan melalui Perda RZWP3K No. 4 Akselerasi Penertapan Menteri melalui 1. KKPD Sawo
tahun 2019 (Total luas : 299.880,87 Ha) Pendampingan Identifikasi Potensi, Lahewa
Penyusunan RPZ, FGD dan koordinasi (29.230,85) -
1. KKPD Secangan, Langkat (1.870,48 Ha) (Total Luas : 142.285,82 Ha), Kepmen KP
2. KKPD Pulau Berhala (3.762,62 Ha) terdiri dari : No.54/ Kepmen-
3. KKPD Pulau Salah Nama (3.802,42 Ha) KP/2017
4. KKPD Sorkam Barat (1.830,64 Ha) 1. KKPD Tapanuli Tengah (81.243 Ha)
5. KKPD Tapanuli Tengah (82.557,87 Ha) 2. KKPD Nias Selatan (56.000 Ha)
6. KKPD Muara Batang Toru (7.697,33 Ha)
7. KKPD Madina (1.415,23 Ha)
8. KKPD Sawo-Lahewa (29.230,65 Ha)
9. KKPD Alasa (1.292,36 Ha)
10. KKPD Pulau Wunga (12.716,65 Ha)
11. KKPD Sirombu, Nias Barat (27.343,57
Ha)
12. KKPD Gido dsk, Nias (4.529,65 Ha)
KKPD Dicadangkan KKPD yang Diakselerasi Menuju KKPD yang
Penetapan Menteri Ditetapkan Menteri
13. KKPD Bawolato, Nias (4.985,61 Ha)
14. KKPD Lahusa-Toma (18.096,64 Ha)
15. KKPD Pulau Simuk (8.197,41 Ha)
16. KKPD Pulau – Pulau Batu Timur
(44.300,83 Ha)
17. KKPD Pulau – Pulau Batu (42.757,53
Ha)/Sub Zona (2.164,42 Ha)

Provinsi Sumatera Barat

Dicadangkan melalui Perda RZWP3K No. 2 - 1. KKPD Kep.


tahun 2018 (Total luas : 332.654,32 Ha) Mentawai
(129.565,83 Ha) –
1. KKPD Pesisir Selatan (175.648,98 Ha) Kepmen KP
2. KKPD Kota Padang (2.188,67 Ha) No.22/ KEPMEN-
3. KKPD Kota Pariaman (11.766,25 Ha) KP/2018
4. KKPD Padang Pariaman (837,47 Ha)
5. KKPD Agam (6.528,10 Ha)
KKPD Dicadangkan KKPD yang Diakselerasi Menuju KKPD yang
Penetapan Menteri Ditetapkan Menteri
6. KKPD Pasaman Barat (6.119,02 Ha)
7. KKPD Kep. Mentawai (129.565,83 Ha)

Provinsi Riau

Dicadangkan melalui SK Gub. Riau -


No.863/XI/2017 , dan No.Kpts.565
/II/2019 (Total luas : 285.365,24 Ha), yang
terdiri dari :

1. KKPD Pantai Solop, Indagiri Hilir


(205.595,64 Ha)
2. KKPD P. Aruah, Rokan Hilir (23.481,32 Ha)
3. KKPD Suaka Perikanan Terubuk Bengkalis
(40.741,28 Ha)
4. KKPD Rupat Utara (15.547 Ha)
KKPD Dicadangkan KKPD yang Diakselerasi Menuju KKPD yang
Penetapan Menteri Ditetapkan Menteri
Provinsi Jambi
- -
Dicadangkan melalui Perda RZWP3K No. 20
tahun 2019 (Total luas : 119.143,4 Ha)

1. KKPD Nipah Panjang (2.135,91 Ha)


2. KKPD Sadu (3.560,45 Ha)
3. KKPD Muara Sabak Timur (5.833,19 Ha)
4. KKPD Kuala Jambi (11.213,36 Ha)
5. KKPD Mendahara (5.713,04 Ha)
6. KKPD Tungkar Ilir (8.8182,13 Ha)
7. KKPD Seberrang Kota (2.505,36 Ha)

Provinsi Sumatera Selatan


- - -
KKPD Dicadangkan KKPD yang Diakselerasi Menuju KKPD yang
Penetapan Menteri Ditetapkan Menteri
Provinsi Kepulauan Riau

Dicadangkan melalui SK Gub. Kepri 1. KKPD Bintan (472.905 Ha) -


No.1304/2018 dan SK. Bupati Natuna No *) Pembahasan RPZ yang melingkupi
378/2008 & No. 304/2011 (Total luas : kawasan di sekitar Pulau Bintan,
1.799.523 Ha), yang terdiri dari : belum mencakup kawasan
konservasi di sekitar Tambelan
1. KKPD Natuna (152.223.97 Ha)
2. KKPD Bintan (1.210.345.57 Ha)
3. KKPD Lingga (371.085.02 Ha)
4. KKPD Batam (65.868.44 Ha)
3. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Laut yang diLindungi
dan/atau dilestarikan di Wilayah Kerja BPSPL Padang.

Pengelolaan keanekaagaman hayati dalam rentang waktu 2014-


2019, mencakup pada kegiatan pendataan dan monitoring,
pengawasan dan pengendalian pemanfaatannya, serta upaya
pengelolaan melalui inisiasi DPL dan aturan pengelolaannya. Terdapat
13 target kehati prioritas pengelolaan di wilayah kerja BPSPL Padang,
yaitu penyu, kuda laut, napoleon, sidat, teripang, lola, kima, terubuk,
hiu, pari dan mamalia laut (paus, dugong) serta karang. Selain itu,
juga terdapat kehati endemic yang hanya dijumpai di selat Malaka,
yaitu terubuk jenis Tenualosa ilisha yang salah satu habitat
pentingnya ada di Labuhan Batu, dan jenis Tenualosa macrura yang
ada di selat Bengkalis.

Pengelolaan keanekaragaman hayati tersebut, menggunakan


pendekatan kerangka status pengelolaan kehati yang menggunakan
kategorisasi dalam menentukan level pengelolaan, yaitu level
perunggu, level perak dan level emas. Status pengelolaan kehati
dengan kategori perunggu adalah pengelolaan yang berada pada tahap
pendataan dan kajian awal serta status perlindungan dan upaya
sosialisasinya. Sedangkan kategori perak adalah status kehati yang
sudah sudah memiliki rencana pengelolaan. Kategori emas adalah
kehati yang sudah mengimplementasikan rencana pengelolaan yang
meliputi upaya pemanfaatan, pengawasan, pelestarian, perlindungan
habitat dan monitoing populasi serta terjaganya populasi dan
mendatangkan manfaat ekonomi.
a. Pengelolaan Keanekaragaman hayati Pada kategori
pengelolaan Perunggu

Dalam rentang kurun waktu 2014-2019, telah dilakukan


pendataan/kajian awal pada 10 jenis keanekaragaman hayati laut di
wilayah kerja BPSPL Padang. Pendataan tersebut mencakup
pendataan/survey pantai peneluran penyu, pendataan pemanfaatan
keanekaragaman hayati laut, pendataan registrasi pelaku usaha, dan
pendataan populasi. Adapun jenis keanekaragaman hayati laut yang
dilakukan pendataan meliputi penyu, kuda laut, terubuk, sidat,
napoleon, hiu, pari, teripang, lola dan kima serta keanekaragaman
hayati laut lainnya secara umum.

Sedangkan untuk sosialisasi dan penguatan SDM dalam rangka


upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati laut,
dilakukan pada 8 jenis kehati di wilayah kerja BPSPL Padang, yaitu
penyu, terubuk, dugong, hiu, pari, napoleon, kima dan mamalia laut,
serta kehati lain secara umum. Bentuk sosialisasi yang dilakukan
mencakup talkshow, pemasangan baliho, door to door pada
kerumuman masyarakat, festival/pameran, fieldtrip dan bimbingan
teknis.

Pendataan dan survey terhadap keanekaagaman hayati,


beberapa jenis diantaranya dilakukan monitoring rutin mengingat
signifikansi dari jenis kehati. Beberapa kehati yang dilakukan upaya
monitoring secara continue adalah penyu belimbing di site betumonga,
pendaratan hiu dan pari di Sibolga dan Aceh Selatan, serta kuda laut
di Bintan.
Gambar. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Laut Tahun 2015 – 2019
dengan Status Perunggu di Wilayah Kerja BPSPL Padang
Keberadaan penyu belimbing di Betumonga menjadi salah satu
potensi kehati di Wilayah Kerja BPSPL Padang. Penyu Beliimbing, tidak
banyak ditemukan pantai penelurannya di Indonesia. Oleh karena itu,
diidentifikasinya Penyu Belimbing di Betumonga menjadi perhatian
prioritas BPSPL Padang dengan menempatkan ranger untuk
melakukan patroli dan monitoring di site betumonga. Penempatan
tersebut sebagai upaya konservasi yang menghindari adanya
penangakapan oleh warga local sekaligus sebagai upaya awal untuk
pengelolaan site Penyu Belimbing lebih lanjut.

Gambar Pendataan Penyu Belimbing di Site Betumonga, Kab. Kep. Mentawai 2017 - 2019

Sosialisasi merupakan salah satu indicator status pengelolaan


kehati pada kategori perunggu. Sosialisasi merupakan bentuk upaya
penyadartahuan terhadap masyarakat tentang status perlindungan,
pelestarian serta pemanfaatan biota laut dilindungi beserta
habitatnya. Kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan oleh BPSPL
Padang sebanyak 74 kali berlokasi di 7 provinsi dalam kurun waktu
tahun 2015 – 2019. Kegiatan dilaksanakan sebanyak 3 kali di 2014, 6
kali di 2015 dan 8 kali di 2016. Target biota pada periode ini meliputi
terubuk, lumba – lumba, dugong, pari dan kima.
Pada tahun 2017, kegiatan ini dilaksanakan sejumlah 18 kali,
2018 sejumlah 22 kali dan 2019 sejumlah 17 kali. Pada periode ini,
target keanekaragaman biota dilindungi yang disosialisasikan
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatannya semakin beragam
meliputi teripang, kuda laut, hiu pari, dugong, penyu, kima dan ikan
terubuk.

Gambar Sosialisasi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Laut Tahun 2015 – 2019


di Wilayah Kerja BPSPL Padang

b. Pengelolaan Keanekaragaman hayati Pada kategori


pengelolaan Emas

Kategori emas pengelolaan kehati mencakup kegiatan


pelestarian, perlindungan habitat, pengawasan/aksi bersama,
monitoring dan pemanfaatan yang mendatangkan manfaat ekonomi.
Dalam rentang 2015 – 2019, 7 jenis kehati dilakukan upaya – upaya
tersebut, mencakup penyu, kuda laut, kima, teripang, terubuk, hiu
dan pari.
Gambar Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Laut Tahun 20105 – 2019
dengan Status Emas di Wilayah Kerja BPSPL Padang

Kegiatan pelestarian yang dilakukan melalui dukungan fasilitasi


sarana dan prasarana pelestarian yang diberikan kepada kelompok
masyarakat, melalui program KOMPAK (Kelompok Masyarakat
Penggerak Aksi Konservasi). Sebanyak 11 KOMPAK mendapatkan
fasilitasi untuk upaya pelestarian keanekaragaman hayati laut.
KOMPAK ini juga sekaligus sebagai upaya jejaring kemitraan dalam
melakukan upaya pengelolaan keanekaragaman hayati di wilayah
kerja BPSPL Padang.

Sedangkan Kegiatan perlindungan habitat dilakukan pada jenis


kuda laut di Sebong Pereh – Bintan, Teripang di Kualo Gadang,
Tapanuli Tengah, dan Kima di Dusun Jati, Sipora Utara, Kep.
Mentawai. Perlindungan Habitat yang dilakukan menghasilkan Daerah
Perlindungan Laut dengan zonasi habitat penting dari
keanekaragaman hayati tersebut, sedangkan untuk jenis Kima,
perlindungan habitat dilakukan dengan membangun Taman Kima
Mentawai yang berlokasi di areal KKPD Selat Bunga Laut, Kab.
Kepulauan Mentawai. Untuk komponen monitoring keanekaragamah
hayati laut, BPSPL Padang telah melakukan kegiatan monitoring
kehati pada jenis kuda laut, teripang dan penyu. Bentuk monitoring
yang dilakukan mencakup monitoring keanekaragaman hayati dalam
DPL, monitoring pada pantai – pantai peneluran penyu, monitoring
bantuan sarpras dan monitoring lainnya.

Gambar Pengelolaan Kuda Laut pada Status Pengelolaan Emas di Bintan


Pengawasan dan aksi bersama lintas stakeholder juga dilakukan
oleh BPSPL Padang. Kegiatan ini bertujuan membangun kesadaran
kolektif serta sinergitas antar instansi dan masyarakat sehingga upaya
pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati laut menjadi
semakin efektif. Selama kurun waktu 2015 – 2019, 17 kali dilakukan
pengawasan/aksi bersama dalam bentuk aksi bersama, inspeksi
mendadak, koordinasi dan sinergitas antar instansi, forum
perlindungan keanekaragaman hayati laut (FKPP Sumbar, Forum
Pelestarian Terubuk Riau), serta bentuk pengawasan lainnya. Adapun
target kehati yang dilakukan pengawasan/aksi bersama meliputi
penyu, terubuk, hiu dan pari. Instansi yang terlibat meliputi BKIPM,
Ditjen PSDKP, Kepolisian, Dinas terkait lingkup Provinsi dan
Kabupaten, dan juga kelompok masyarakat.

Pemanfaatan kehati yang memberikan manfaat ekonomi,


dilakukan dalam bentuk pemberian rekomendasi pemanfaatan kehati.
Pemberikan rekomendasi peredaran kehati dimulai sejak tahun 2016
yang diberikan kepada kehati Hiu dan Pari beserta produk
turunannya. Rekomendasi yang dikeluarkan berada pada wilayah
Medan dan Tanjung Pinang. Total rekomendasi pemanfaatan kehati
yang dikeluarkan BPSPL Padang dari tahun 2016 – 2019 adalah
sebanyak 890 rekomendasi.

c. Respon cepat mamalia terdampar dan penanganan


permasalahan pesisir, laut dan pulau – pulau kecil

Respon cepat penanganan terdampar dan penanganan


permasalahan pesisir, laut dan pulau – pulau kecil selama periode
tahun 2014 – 2019 telah dilaksanakan 81 kegiatan. Respon cepat yang
dilaksanakan BPSPL Padang meliputi respon cepat biota dan non
biota. Respon cepat biota meliputi tindakan respon cepat biota laut
terdampar, penyelamatan telur penyu dan sosialisasi perlindungan
biota laut dilindungi sedangkan respon non biota meliputi tindakan
pengumpulan bahan, pembersihan, penanganan tumpahan dan
pengambilan sampel zat/bahan/material pencemar di kawasan pesisir
dan laut di wilayah kerja BPSPL Padang. Persebaran respon cepat
penanganan biota dan non biota laut dilindungi dapat diakses melalui
website BPSPL Padang dengan alamat situs https://kkp.go.id/djprl/
bpsplpadang pada menu SIG.

Gambar Respon Cepat Penanganan Kejadian Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem Pesisir

d. Pelayanan Perizinan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati


laut

Pelayanan perizinan pemanfaatan keanekaragaman hayati laut


duwujudkan dalam pelayanan perizinan perdagangan hiu pari tidak
dilindungi dan produk turunannya oleh BPSPL padang di seluruh
wilayah kerja. Pelaku usaha yang telah mendaftar dan memenuhi
persyaratan akan dibekali dengan surat rekomendasi untuk kegiatan
perdagangan hu pari yang kemudian diperiksa oleh Badan Karantina.
Dalam perkembangannya, BPSPL Padang bermitra dengan SKIPM
untuk pelayanan perizinan pada lokasi yang tidak terjangkau oleh
satker BPSPL Padang untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dalam pelayanan perizinan pemafaatan hiu pari dan turunannya sejak
tahun 2017. Selain itu, pada periode 2018 – 2019 untuk meningkatkan
pelayanan rekomendasi Hiu Pari, BPSPL melakukan terobosan melalui
pengembangan aplikasi e-Rekom yang merupakan aplikasi pelayanan
rekomendasi pemanfaatan hiu pari berbasis android.

Hingga tahun 2019, telah dilaksanakan 890 rekomendasi


pemanfaatan hiu pari yang telah diterbitkan sejak tahun 2016. Pada
tahun 2016 diterbitkan 17 rekomendasi, tahun 2017 sejumlah 158
rekomendasi, tahun 2018 sejumlah 451 rekomendasi dan tahun 2019
sejumlah 264 rekomendasi yang telah diterbitkan oleh BPSPL Padang.
Pengirimian produk hiu pari yang telah diperiksa dan diverifikasi
ditujukan untuk pasar dalam negeri dan luar negeri. Tujuan
pengiriman produk hiu pari ke luar negeri meliputi beberapa negara
antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, Jepang, Korea
Selatan, China, Italia. Spanyol, hingga Meksiko.

Gambar Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Laut (Hiu/Pari) di Wilker BPSPL Padang


e. Jejaring, kemitraan, kerjasama dan konvensi konservasi
keanekaragaman hayati laut di wilayah Kerja BPSPL Padang

Keberhasilan kegiatan pengelolaan konservasi kawasan dan


keanekaragaman hayati tidak terlepas dari peran serta masyarakat
khususnya masyarakat lokal yang memahami kondisi lingkungannya
dengan baik. Sejak tahun 2015, BPSPL Padang telah berkolaborasi
dengan sekitar 40 kelompok masyarakat yang bergerak dalam kegiatan
konservasi di wilayah kerja BPSPL Padang. Pada tahun 2018, BPSPL
Padang secara resmi melakukan kerjasama dan kemitraan dengan 10
(sepuluh) lembaga dan kelompok masyarakat diantaranya Pos TNI
Angkatan Laut Republik Indonesia di Pulau Jemur, Kelompok Sadar
Wisata Anak Karas Kota Batam, Yayasan Penyu Indonesia (YPI) dan
kelompok pegiat konservasi lainnya di lingkup wilayah kerja BPSPL
Padang.

Disamping itu, BPSPL Padang juga memberikan bantuan kepada


kelompok masyarakat Penggerak Konservasi (KOMPAK) yang
pemilihan kelompoknya didasarakan pada hasil verifikasi dan
pendataan kelompok mengacu pada Petunjuk Teknis Penyaluran
Bantuan Pemerintah Berupa Bantuan Konservasi. Bantuan ini
ditujukan untuk memfasilitasi kegiatan konservasi berbasis
masyarakat dalam pengelolaan konservasi kawasan dan
keanekaragaman hayati di wilayahnya. Pada tahun 2019 tercatat telah
diserahkan bantuan kepada 11 kelompok konservasi (8 kelompok di
Tahun 2018 dan 3 kelompok di Tahun 2019).

Selain itu, BPSPL Padang juga melakukan penguatan Sumber


Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan konservasi sebagai salah satu
upaya perlindungan dan pengelolaan biota laut yang dilindungi
berbasis partisipasi masyarakat. Penguatan SDM dan kelembagaan
juga bertujuan untuk membangun kerja sama dan koordinasi serta
meningkatkan pengetahuan dan keahlian masyarakat, LSM, instansi
pemerintah dan stakeholder terkait lain dalam kegiatan konservasi.
Ragam kegiatan yang dilaksanakan antara lain meliputi Focus Group
Discussion (FGD), Workshop, bimbingan teknis, aksi bersama,
pelatihan, pembinaan, pendampingan dan monitoring kegiatan
kelompok penggerak konservasi. Pada periode 2014 – 2019, telah
dilaksanakan penguatan SDM dan kelembagaan sejumlah 39 kegiatan
yang dilaksanakan di 7 provinsi wilayah kerja BPSPL Padang.

4. Pendayagunaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil


a. Pulau Kecil/Terluar yang Memiliki Hak Atas Tanah (HAT)

Pulau – pulau kecil terluar memiliki posisi yang strategis salah


satunya berkaitan dengan kedaulatan negara. Sesuai dengan Kepres
No.6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau – Pulau Kecil Terluar,
terdapat 111 pulau – pulau kecil/terluar (PPK/T) di wilayah Repubik
Indonesia yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional
Tertentu (KSNT). Salah satu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut melalui BPSPL Padang melalui pendampingan
penetapan Hak Atas Tanah (HAT). HAT dibuktikan melalui terbitnya
sertifikat bidang tanah di pulau – pulau kecil/terluar (PPK/T) atas
nama Pemerintah Republik Indonesia.

Dalam hal ini, BPSPL Padang berkontribusi dalam


pendampingan berupa penyediaan data dan informasi awal terkait
pemanfaatan eksisting dan lahan serta dapat melakukan tata batasnya
sehingga dapat dipastikan lokasi dalam PPK/T tersebut yang akan
disertifikatkan. Pada periode tahun 2018 – 2019 BPSPL Padang telah
mendampingi penerbitan sertifikat bidang tanah atas nama
Pemerintah Republik Indonesia di 4 PPK/T yang tersebar di Pulau
Wunga, Pulau Pagai Utara, Pulau Matak dan Pulau Kramut.
b. Kelompok di pesisir dan pulau-pulau kecil pada wilayah kerja
BPSPL Padang yang terverifikasi kebutuhan bantuan sarana
prasarananya

Pulau – pulau kecil terluar memiliki posisi yang strategis tidak


hanya bagi kepentingan daerah namun juga kepentingan nasional
karena pulau – pulau kecil terluar merupakan salah satu gerbang
masuk menuju wilayah Republik Indonesia. Sesuai dengan Kepres
No.6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau – Pulau Kecil Terluar,
terdapat 111 pulau – pulau kecil terluar (PPKT) di wilayah Repubik
Indonesia yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional
Tertentu (KSNT). BPSPL Padang telah diberikan mandat melalui
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam penatakelolaan dan
pendayagunaan PPKT agar menjadi objek dan asset pembangunan
yang bernilai strategis untuk meningkatkan daya guna lingkungan,
pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan, kesejahteraan
masyarakat dan kedaulatan negara.

Perwujudan tujuan tersebut dilaksanakan melalui penyerahan


bantuan ekonomi produktif yang dimulai sejak tahun 2018 kepada
kelompok masyarakat yang berada di PPKT sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pada periode tahun 2018 – 2019 telah
berkontribusi dalam penyerahan bantuan kepada 5 kelompok yaitu
kelompok usaha Bersama Berkah, Kelompok usaha Bersama Harapan
di Pulau Wunga kabupaten Nias Selatan, kelompok Tunang Panajakat
di Batumonga Kab. Kep. Mentawai, Kelompok Nelayan Bagan Ikan Teri
jaye di Pulau Matak dan Kelompok Dwi Darma di Pulau Mangkai yang
keduanya berada di Kab. Kep. Anambas.
C. Potensi dan Permasalahan
1. Potensi

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki


sumberdaya pesisir, laut dan pulau – pulau kecilnya yang sangat
potensial. Indonesia memiliki megabiodiversity, yang mencakup
keanekaragaman genetic, spesies dan ekosistem. Kondisi tersebut
memberikan beragam manfaat melalui penyediaan jasa ekosistem,
baik penyediaan makanan dan obat – obatan, sebagai penyangga
kehidupan ekosistem, serta memberikan beragam manfaat ekonomi
jika dikelola secara bijak. Pengelolaan yang bertanggung jawab,
memberikan multiplier efek yang akan mengantarkan pada kondisi
lingkungan pesisir dan pulau kecil yang optimal sehingga mampu
mewujudkan masyarakat yang berketahanan pangan, berketahanan
iklim dan meningkatkan kesejahteraan.

Wilayah kerja BPSPL Padang memiliki karakteristik


perairan yang khas. Di Bagian barat, khas dengan ekosistem pesisir
yang bertepngaruh oleh dinamika perairan Samudera Hindia,
sedangkan di bagian timur, khas dengan beragam tipe ekosistem yang
dipengaruhi oleh kondisi perairan selat Malaka. Kondisi tersebut
memberikan beragam potensi keanekaragamanhayati yang melimpah.

Mangrove Indonesia merupakan mangrove terluas di dunia. 23%


mangrove dunia ada di Indonesia. Di dalamnya memiliki potensi
sumberdaya alam yang sangat tinggi, baik kenanekaragaman
hayatinya, jasa ekosistemnya termasuk di dalamnya adalah potensi
cadangan blue carbonnya. Berdasarkan data yang dikeluarkan
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, KLHK,
tahun 2020, Indonesia memiliki areal seluas 3.329.219 Ha. 16,43%
luasan mangrove nasional tersebut berada di wilayah kerja BPSPL
Padang, atau seluas 547,022 Ha, yang tersebar di Provinsi Aceh
(32.824 Ha), Provinsi Sumatera Utara (57.898 Ha), Provinsi Sumatera
Barat (18.084 Ha), Provinsi Sumatera Selatan (158.845 Ha), Provinsi
Jambi (10.082 Ha), Provinsi Riau (212.857 Ha), dan Kepulauan Riau
(56.432 Ha). Provinsi Riau merupakan Provinsi yang memiliki luasan
mangrove terluas di wilayah kerja BPSPL Padang, yaitu 38.91%,
sedangkan Provinsi terendah luasannya adalah Provinsi Jambi yang
hanya sebesar 1.84%.

Letak Indonesia yang berada di kawasan segitiga terumbu


karang dunia (coral triangle), menjadikan Indonesia dipertimbangkan
sebagai pusat keanekaragaman terumbu karang dunia. Sebanyak
sekitar 569 jenis karang yang termasuk dalam 82 genus karang
dijumpai di Indonesia. Berdasarkan kebijakan satu peta (one map
policy) yang diamanatkan dalam UU No.4 tahun 2011, dirilis bahwa
luas terumbu karang di Indonesia berdasar analisis dari citra satelit
adalah sekitar 2.517.858 Ha, dimana 19% atau sekitar 478.587 Ha
diantaranya berada di Perairan Sumatera.

Melimpahnya keanekaragaman hayati laut di wilayah pesisir dan


perairan Indoensia menjadi potensi tersendiri untuk dapat dikelola
demi kelestarian dan keseimbangan ekosistem sehingga mampu
memberikan dampak ekonomi secara berkelanjutan. Tidak semua
kehati prioritas pengelolaan kehati, ditemukan di wilayah kerja BPSPL
Padang. Terdapat 13 target kehati prioritas pengelolaan di wilayah
kerja BPSPL Padang, yaitu penyu, kuda laut, napoleon, sidat, teripang,
lola, kima, terubuk, hiu, pari dan mamalia laut (paus, dugong) serta
karang. Selain itu, juga terdapat kehati endemic yang hanya dijumpai
di selat Malaka, yaitu terubuk jenis Tenualosa ilisha di Labuhan Batu
dan jenis Tenualosa macrura yang ada di selat Bengkalis.
2. Permasalahan

Sumberdaya laut dan pesisir memiliki tantangan besar dalam


pengelolaannya karena jika ditinjau dari segi ekosistemnya, terdapat
satu atau lebih sistem lingkungan sumber daya pesisir dan laut yang
terdiri dari sistem alami dan buatan. Dalam pengelolaannya
diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi
kegiatan yang komperehensif, multisektoral, multistakeholder untuk
mencapai tujuan pengelolaan yang berkelanjutan sehingga dapat
bermanfaat dari segi lingkungan, sosial dan ekonomi.

Selain itu, terdapat tantangan berupa target pekerjaan yang


belum dituntaskan pada periode sebelumnya. Tantangan tersebut
semakin beragam dengan makin dinamisnya perkembangan zaman
serta dinamika peraturan perundangan – undangan yang menuntut
kita untuk melakukan updating dan perubahan tata kelola di wilayah
pesisir dan pulau – pulau kecil. Isu – isu strategis dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut di wilayah kerja BPSPL Padang antara
lain sebagai berikut :

a. Pengelolaan Kawaasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati


(Kehati) laut

Terdapat Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) yang


berada di Wilayah Kerja BPSPL Padang, yang tersebar di 7 provinsi.
Status terkini adalah 3.004.683,25 Ha sudah dicadangkan baik
melalui Surat Keputusan Gubernur ataupun melalui Perda RZWP3K.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana Kawasan konservasi yang
sudah dicadangkan tersebut dapat meningkat efektivitasnya dengan
mendorong disusunnya RPZ untuk kemudian ditetapkan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan.
Tantangan selanjutnya adalah pendanaan mandiri dan
kebermanfaatan ekonomi dari adanya Kawasan konservasi perairan
yang sudah ditetapkan. Kebermanfanfaatan ekonomi tersebut menjadi
salah satu tantangan yang dapat menjadi bukti adanya manfaat dari
pengelolaan Kawasan konservasi perairan yang berkelanjutan.
Komponen pengelolaannya mencakup keanekaragaman hayati laut itu
sendiri yang ada di dalam Kawasan konservasi dan komponen
habitatnya, serta komponen masyarakat dan stakeholder terkait.

Secara spesifik, tantangan pengelolaan kkeanekaragaman hayati


adalah tatus kehati berada dalam kondisi vulnerable dan bahkan
beberapa di antaranya adalah endemik. Sementara di sisi lain tekanan
habitat akibat aktivitas manusia terus meningkat, serta masih adanya
tumpang tindihnya kewenangan pemanfaatan, menjadikan
pengelolaan kehati perlu strategi yang efektif. Issue perubahan iklim
juga menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam mengelola
sumberdaya pesisir dan pulau – pulau kecil.

Beberapa tantangan ke depan adalah bagaimana potensi


keanekaragaman hayati yang dikelola dapat memberikan manfaat
ekonomi masyarakat yang dikelola secara berkelanjutan. Bantuan
sarana dan prasarana yang diberikan, diharapkan mampu menjadi
stimulus untuk menggerakkan roda ekonomi, sehingga tantangan ke
depan adalah bagaimana bantuan sarana dan prasarana tersebut
dapat efektif dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat. Kelembagaan,
kapasitas dan kemandirian masyarakat, serta keberlanjutan potensi
sumberdaya alam juga menjadi tantangan untuk meningkatkan
efektifitas pengelolaan kehati.

Pemanfaatan Hiu Pari yang sudah berjalan di BPSPL Padang,


merupakan potensi tersendiri sebagai peningkatan PNBP. Tantangan
yang lainnya, adalah pemindahan kewenangan perijinan beberapa
spesies kehati untuk jenis ikan bersirip (pisces) yang tercantum dalam
appendik CITES dari KLHK ke KKP, termasuk adalah pembinaan dan
pengawasannya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan
upaya peningkatan kapasitas SDM, sarana dan prasarana pelayanan
perijinan, serta kebutuhan data dan informasi pemanfaat kehati
tersebut.

Sesuai dengan tugas dan fungsi BPSPL Padang dalam


perlindungan habitat dan jenis biota dilindungi yang diwujudkan
dalam salah satu kegiatan berupa pendampingan dan evaluasi
Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) beberapa
permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam keberlanjutan
pengelolaan KKPD antara lain:

- Koordinasi dengan stakeholder kurang optimal khususnya terkait


target kawasan konservasi yang akan dicadangkan dan ditetapkan
oleh Menteri Kelautan dan Perikanan berkaitna dengan dinamika
dalam penentuan prioritas kegiatan di masing – masing
stakeholder
- Belum berjalannya tugas dan fungsi unit pengelola KKPD yang
telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Unit
pengelola berada dibawah kewenangan Pemerintah Provinsi yang
dalam pelaksanaannya terkendala dengan ketersediaan anggaran,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta dokumen
pendukung seperti Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) KKPD.
- Belum terlaksananya evaluasi terhadap KKPD yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan untuk
mengetahui efektifitas pengelolaan KKPD.

Terkait upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan


Keanekaragaman Hayati laut yang melimpah dan beraneka ragam,
tantangan dan kendala yang dihadapi BPSPL Padnag antara lain:

- Konflik dengan masyarakat dalam upaya perlindungan


keankeragaman hayati laut yang dilindungi karena beberapa lokasi
pemanfaatan kehati laut yang diindungi merupakan budaya yang
sudah turun temurun. Disamping itu pemahaman dan kepatuhan
masyarakat terkait peraturan perlindungan kehati laut masih
rendah.
- Tingginya tingkat keanekaragaman hayati laut di wilayah kerja
BPSPL Padang yang luas membutuhkan dukungan sumberdaya
manusia yang memiliki keahlian dalam masing – masing jenis
keanekaragaman hayati laut yang tersebar di seluruh wilayah kerja
BPSPL Padang.
- Belum ditetapkannya standart dan metode pendataan series
keanekaragaman hayati laut di wilayah kerja BPSPL.
- Program dan kegiatan beberapa jenis kehati yang dilindungi tidak
berkelanjutan kaitannya dengan ketersediaan anggaran dan
dinamika dalam penentuan prioritas program.
- Beberapa jenis kenakearagaman hayati yang dilindungi (salah satu
contohnya penyu) tersebar pada lokasi – lokasi yang sulit
dijangkau dan tidak berpenghuni sehingga mengalami kesulitan
dalam kegiatan pendataan, monitoring dan perlindungan jenis dan
habitatnya.
- Perbedaan pengetahuan antara kelompok konservasi dan BPSPL
Padang terhadap pengelolaan organisasi dan kaidah ilmiah dalam
perlindungan kehati laut yang menimbulkan perbedaan persepsi
dalam upaya perlindungan dan pelestarian keanekaragaman
hayati laut di wilayah kerja BPSPL Padang.
- Pendampingan, penguatan kelembagaan dan keberlanjutan
pemanfaatan bantuan di bidang konservasi belum optimal.
- Koordinasi dan pelaporan Kelompok Konservasi masih kurang
optimal karena keterbatasan sumber daya kelompok.
- Rencana Aksi Nasional (RAN) kehati laut perlu dilakukan review
untuk memastikan beberapa hal antara lain: grand design
pengelolaan kehati laut; tahapan pengelolaan untuk mencapai
tujuan besar pengelolaan kehati laut dan penajaman terhadap
peran dan tanggung jawab masing – masing stakeholder dalam
RAN.
- Peningkatan jumlah kerjasama/kemitaraan dan jejaring belum
difasilitasi dengan anggaran untuk keberlanjutan pelaksnaaan
kerjasama/kemitaraan dan jejaring.

b. Pendayagunaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

Pulau – pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam yang


perlu dikelola secara optimal. Keberadaannya terancam dengan
beragam kerusakan pesisir, seperti perubahan garis pantai, kenaikan
muka air laut, abrasi/sedimentasi, serta meningkatnya tekanan
aktivitas manusia. Kondisi tersebut diperparah dengan meningkatnya
dampak negative dari adanya perubahan iklim. Kurang lebih ada 850
an Pulau kecil yang ada di wilayah kerja BPSPL Padang, sebagiannya
adalah pulau kecil terluar.

Sesuai dengan Kepres No.6 Tahun 2017 tentang Penetapan


Pualu – Pulau Kecil Terluar, terdapat 111 pulau – pulau kecil terluar
(PPKT) di wilayah Repubik Indonesia yang ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis Nasional Tertentu (KSNT). BPSPL Padang telah diberikan
mandate melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam
penatakelolaan dan pendayagunaan PPKT agar menjadi objek dan
asset pembangunan yang bernilai strategis untuk meningkatkan daya
guna lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan,
kesejahteraan masyarakat dan kedaulatan negara. Dari 111 PPKT, 39
PPKT berada di wilayah kerja BPSPL Padang, yaitu 7 PPKT di Provinsi
Aceh, 3 PPKT di Provinsi Sumatera Utara, 3 PPKT di Provinsi Sumatera
Barat, 22 PPKT di Provinsi Kepri, dan 4 PPKT di Provinsi Riau.

Tantangan ke depan adalah bagaimana Pulau – pulau kecil


tersebut memiliki kualitas lingkungan hidup serta memiliki ketahanan
resiliensi menghadapi beragam tekanan alam dan manusia. Di
samping itu, pemberdayaan ekonomi di Pulau kecil menjadi perhatian
dalam pengelolaan, sehingga diperlukan upaya pendampingan dan
fasilitasi sarana prasarana ekonomi produktif di Pulau kecil. Data dan
informasi terkait potensi dan kondisi social ekonomi di Pulau kecil
menjadi kebutuhan dalam mendukung program dan kegiatan di Pulau
Kecil.

Terkait dengan PPKT, terdapat sertifikasi pulau. Tanah di PPKT


yang disertifikasi perlu dilakukan tindak lanjut pengelolaan sehingga
dapat berdaya guna untuk kepentingan kedaulatan negara atau
kepentingan pelestarian dan perlindungan sumberdaya alam

Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan


program dan kegiatan terkait Pendayagunaan Pesisir dan Pulau –
Pulau Kecil antara lain sebagai berikut :

- Konflik kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan dalam upaya


perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir dan
pulau – pulau kecil.
- Tingginya tingkat abrasi dan kerentanan terhadap ancaman
bencana pesisir dan pulau – pulau kecil di wilayah Kerja BPSPL
Padang sebagai akibat dari perubahan iklim dan degradasi
lingkungan.
- Ketersediaan data sebaran mangrove masih minim dan kurang
menggambarkan kondisi lapangan.
- Kurangnya SDM yang memiliki keahlian khusus di bidang
mangrove.
- Lokasi survei mangrove sebagian besar merupakan lokasi yang
sulit dijangkau sehinga membutuhkan dukungan sarana dan
prasarana kegiatan survei.
- Pendampingan, penguatan kelembagaan dan keberlanjutan
pemanfaatan bantuan ekonomi produktif masih belum optimal.
c. Perencanaan Ruang Laut

Dari 7 Provinsi wilayah kerja BPSPL Padang, 3 Provinsi sudah


menetapkan Peraturan Daerah RZWP3K. Hal ini menunjukkan bahwa
potensi sumberdaya pesisir dan pulau kecil sudah diatur
pengelolaannya untuk 25 tahun ke depan. 4 Provinsi lainnya masih
terkendala dalam penyusunannya, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi
Kepulauan Riau, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Riau. Salah
satu permsalahannya adalah kompleksitas pemanfaatan runag pesisir
dan laut yang membutuhkan analisis ekstra dalam menetapkan
alokasi dan arahan pemanfaatan ruangnya. Selain itu, ketersediaan
data dan informasi yang dibutuhkan menjadi tantangan tersendiri
dalam mernyusun RZWP3K Provinsi.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana RZWP3K yang sudah


ditetapkan dapat diawasi dan dikendalikan pemanfaatan ruangnya
sehingga aktivitas yang ada di dalam ruang WP3K tersbut dapat
dikendalikan dan memberikan manfaat yang optimal bagi
kesejahteraan.

Berkaitan dengan hal tersebut, dibutuhkan peninkatan


kapasitas SDM baik di tingkat UPT, Provinsi dalam melakukan upaya
pengawasan dan pengendalian ruangnya. Ke depan, tidak menutup
kemungkinan terjadi konflik pemanfaatan ruang WP3K sehingga perlu
diantisipasi terkait upaya penyelesaian konflik tersebut melalui
kolaborasi dan pendampingan verifikasi di lapangan.

Selain RZWP3K, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut,


juga memiliki target penyusunan RZ Antar Kawasan, RZ KSNT. RZ
tersebut sebagiannya ada di Wilayah BPSPL Padang. RZ Antar
Kawasan mencakup RZ Kawasan Barat Sumatera, RZ Kawasan Laut
Natuna dan RZ Kawasan Selat Malaka. Untuk RZ KSNT yang berbasis
pada PPKT dimana pada wilayah kerja BPSPL Padang, terdapat 39
PPKT dengan sebaran 7 PPKT di Aceh, 22 PPKT di Kep. Riau, 4 PPKT
di Riau, 3 PPKT di Sumatera Utara dan 3 PPKT di Sumatera Barat.
Oleh karena itu, BPSPL Padang ke depannya dapat dipersiapkan untuk
pendampingan ataupun dukungan penyediaan databasenya.

Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan


program dan kegiatan terkait Perencanaan Ruang Laut antara lain
sebagai berikut :

- Belum terintegrasinya rencana tata ruang darat dan tata ruang


laut sehingga rentan terhadap konflik pemanfaatam ruang laut
karena secara ekosistem, terdaapt hubungan antara ruang laut
dan ruang darat.
- Konflik kepentingan sosial, ekonomi dan lingkungan antar
stakeholder dalam alokasi ruang sehingga membutuhkan waktu
yang lama dalam proses penetapan RZWP3K di wilayah kerja
BPSPL Padang.

d. Jasa Kelautan

Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan


program dan kegiatan terkait Pengelolaan Jasa Kelautan antara lain
sebagai berikut.

- Sebaran potensi Jasa Kelautan di wilayah kerja BPSPL Padang


belum teridentifikasi secara optimal.
- Masyarakat dan kelompok pengelola potensi Jasa Kelautan belum
terpetakan dengan baik.
- Pengelolaan Garam di wilayah kerja BPSPL Padang khususnya di
Aceh masih bersifat tradisional sehingga produksinya belum
optimal.
- Pendampingan, penguatan kelembagaan dan keberlanjutan
pemanfaatan bantuan pengelolaan jasa kelautan masih belum
optimal.
e. Dukungan Manajemen

Sebagai subjek pelaksana pengelolaan sumberdaya pesisir dan


laut, kapasitas dan kualitas SDM menjadi penting untuk dikelola. SDM
yang ada diharapkan dapat mampu menjawab tantangan kebutuhan
pengelolaan potensi WP3K.

Spesifikasi bidang dan peningkatan profesionalitas SDM menjadi


tantangan pengelolaan WP3K. Spesifikasi tersebut sudah mulai di tata
dengan dikembangkannya beragam jabatan fungsional yang secara
spesifik melakukan tugas – tugas tertentu. Saat ini, sudah ada Jabatan
fungsional Pengelola Ekosistem Pesisir dan Laut (PELP), Jabatan
fungsional Keuangan, dll. Ke depan, mungkin diperlukan suatu
proyeksi kebutuhan jabatan fungsional yang diperlukan, serta
proyeksi kebutuhan pengembangan kapasitas seperti
pelatihan/bimtek, kursus dan bentuk – bentuk pengembangan lainnya

Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan


program dan kegiatan terkait Dukungan Manajemen antara lain
sebagai berikut.

- Belum tersusunnya pola mutase internal di lingkup KKP sehingga


anggaran untuk mendukung kegiatan mutasi pegawai juga belum
tersedia.
- Belum tersusunnya grand design pengembangan pegawai hingga
lingkup UPT.
- Masterplan pembangunan fisik BPSPL Padang belum
mengakomodir perkembangan tugas dan fungsi serta
perkembangan kebutuhan pegawai.
- Perencanaan kebutuhan pegawai masih belum mengakomodir
kebutuhan pegawai hingga lingkup UPT.
- Kualifikasi SDM BPSPL Padang perlu diakselerasi sesuai dengan
perkembangan zaman yang semakin dinamis terkait
perkembangan tugas, fungsi dan isu pengelolaan ruang laut di
BPSPL Padang.
D. Lingkungan Strategis
Pembangunan kelautan, pesisir dan pulau – pulau kecil tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan lingkungan strategis yang mencakup
lingkungan internal dan eksternal. Pada tahun 2020 – 2024, pengelolaan
ruang laut dipengaruhi oleh lingkungan internal, diantaranya lemahnya
tata kelola laut, pengelolaan kawasan konservasi yang efektif, konservasi
keanekaragaman hayati, keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya hayati,
dan potensi pemanfaatan ekonomi sumberdaya kelautan yang saat ini
belum dikelola secara optimal (garam, biofarmakologi, pemanfaatan air
laut selain energi, BMKT, wisata bahari).
Untuk lingkungan eksternal diantaranya, masih tingginya tingkat
kemiskinan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, adanya konflik
kepentingan pemanfaatan ruang laut, pemanfaatan ruang laut yang
belum optimal, kerusakan wilayah pesisir, reklamasi dan pengembangan
kawasan pesisir, wilayah pesisir dan laut yang rawan bencana, rentannya
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, konservasi keanekaragaman
hayati dalam produk/perdagangan internasional, marine Debris.
BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

A. Visi
Visi BPSPL Padang tidak terlepas dari Visi Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut yang merujuk pada Visi Kementerian Kelautan
dan Perikanan dan Visi Presiden Tahun 2020 – 2024. Visi Presiden dan
Wakil Presiden Tahun 2020 – 2024 adalah “Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Visi KKP Tahun 2020 – 2024 adalah “Terwujudnya Masyarakat
Kelautan dan Perikanan yang Sejahtera dan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan yang Berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.”
Visi Ditjen PRL Tahun 2020 – 2024 adalah “Pengelolaan Ruang Laut yang
Mensejahterakan dan Berkelanjutan Menuju Terwujudnya Visi KKP”.
Dengan demikian Visi BPSPL Padang adalah “Pengelolaan Ruang Laut
yang Mensejahterakan dan Berkelanjutan di Wilayah Kerja BPSPL Padang
Menuju Terwujudnya Visi Ditjen PRL”

B. Misi
Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah diamanatkan
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 65 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan
Ruang Laut dan dalam rangka mewujudkan Visi BPSPL Padang sekaligus
Misi Ditjen PRL Tahun 2020 – 2024 yang meliputi:

a. Peningkatan Peningkatan kontribusi ekonomi sub sektor kelautan,


pesisir dan pulau – pulau kecil;
b. Peningkatan kelestarian sumber daya kelautan, pesisir dan pulau –
pulau kecil; dan
c. Peningkatan tata Kelola pemerintahan di lingkungan Ditjen PRL
maka, ditetapkan Misi BPSPL Padang sebagai berikut.
1. Perencanaan Ruang Laut di Wilayah Kerja BPSPL Padang
2. Pendayagunaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil di Wilayah Kerja
BPSPL Padang;
3. Perlindungan, Pelestarian, dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi
Dan Keanekaragaman Hayati Laut di Wilayah Kerja BPSPL Padang;
dan
4. Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan di lingkup wilayah BPSPL
Padang
5. Peningkatan tata Kelola pemerintahan di lingkup wilayah BPSPL
Padang

C. Tujuan
Tujuan organisasi BPSPL Padang Tahun 2020 – 2024 dalam
mewujudkan Visi Misi BPSPL Padang adalah sebagai berikut.

1. Misi Perencanaan Ruang laut di lingkup wilayah BPSPL Padang


dengan tujuan melakukan dukungan dalam pelaksanaan
Perencanaan Ruang Laut di wilayah kerja BPSPL Padang;
2. Misi Pendayagunaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil di Wilayah Kerja
BPSPL Padang di Wilayah Kerja BPSPL Padang dengan tujuan
Meningkatkan Upaya Pendayagunaan Kawasan Pesisir dan Pulau -
Pulau Kecil di Wilayah Kerja BPSPL Padang;
3. Misi Perlindungan, Pelestarian, dan Pemanfaatan Kawasan
Konservasi Dan Keanekaragaman Hayati Laut di Wilayah Kerja BPSPL
Padang dengan tujuan Meningkatkan Upaya Perlindungan,
Pelestarian, dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi Dan
Keanekaragaman Hayati Laut di Wilayah Kerja BPSPL Padang
4. Misi Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan dengan tujuan
Meningkatkan Upaya Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan
5. Misi Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan di Lingkup Wilayah
BPSPL Padang dengan tujuan Mendukung Manajemen Internal
Lingkup Ditjen Pengelolaan Ruang Laut.

D. Sasaran
Sasaran program pembangunan kelautan, pesisir dan pulau – pulau
kecil di wilayah BPSPL Padang merupakan dukungan atas pelaksanaan
program pengelolaan ruang laut dan program dukungan manajemen
Ditjen PRL pada tahun 2020-2024. Adapun sasaran program BPSPL
Padang Tahun 2020 – 2024 dijabarkan sebagai berikut:

1. Tujuan 1: Meningkatkan Upaya Pendayagunaan Kawasan Pesisir dan


Pulau - Pulau Kecil di Wilayah Kerja BPSPL Padang dengan Sasaran
Program:
1) Pulau-pulau kecil/terluar yang tersedia infrastruktur
kelautan dan perikanan di wilayah kerja BPSPL Padang
2) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang direstorasi dalam
Rangka Penanggulangan Pencemaran
3) Kawasan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil di Wilayah Kerja
BPSPL Padang yang Berdayaguna
4) Kawasan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil di wilayah kerja
BPSPL Padang Rusak yang Pulih Kembali
5) Pulau - Pulau Kecil dan Pulau - Pulau Kecil Terluar di wilayah
BPSPL Padang yang Dimanfaatkan
6) Kawasan di Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil yang Direhabilitasi

2. Tujuan 2: Meningkatkan Upaya Perlindungan, Pelestarian, dan


Pemanfaatan Kawasan Konservasi Dan Keanekaragaman Hayati Laut
di Wilayah Kerja BPSPL Padang dengan Sasaran Program:
1) Meningkatnya Pengelolaan Kawasan Konservasi yang
Berkelanjutan di Wilayah Kerja BPSPL Padang
2) Meningkatnya Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Perairan
Terancam Punah yang Dilindungi dan / atau Dilestarikan di
Wilayah Kerja BPSPL Padang
3) Meningkatnya jejaring, kemitraan, kerjasama dan konvensi
konservasi keanekaragaman hayati laut di wilayah Kerja
BPSPL Padang
4) Meningkatnya Keanekaragaman Hayati Perairan yang dikelola
pemanfaatannya secara Berkelanjutan di wilayah kerja BPSPL
Padang

3. Tujuan 3: Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan dengan tujuan


Meningkatkan Upaya Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan di
Wilayah Kerja BPSPL Padang dengan sasaran program Ragam Jasa
kelautan yang dikelola untuk pengembangan ekonomi.
4. Tujuan 4: Pelaksanaan Perencanaan Ruang Laut di wilayah kerja
BPSPL Padang dengan sasaran program Meningkatnya lokasi kawasan
laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi di wilayah kerja
BPSPL Padang
5. Tujuan 5 : Mendukung Manajemen Internal Lingkup Ditjen
Pengelolaan Ruang Laut dengan Sasaran Tatakelola pemerintahan
yang baik lingkup BPSPL Padang
BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI PELAKSANAAN, DAN


KERANGKA KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan Ditjen PRL


Kementerian Kelautan dan Perikanan telah merumuskan 5 (lima)
Arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2020-2024,
salah satunya adalah "Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau
kecil serta penguatan pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
dan Karantina Ikan melalui koordinasi dengan instansi terkait".
Berdasarkan kebijakan ini, maka dirumuskan arah kebijakan Ditjen PRL
Tahun 2020- 2024 sebagai berikut:

1. Perencanaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang


partisipatif, serasi dan implementatif;

2. Pengelolaan konservasi kawasan dan keanekaragaman hayati


perairan yang lestari dan berkelanjutan;

3. Pendayagunaan pesisir dan pulau-pulau kecil yang lestari dan


mandiri;

4. Pencegahan dan pemulihan kerusakan pesisir dan pulau-pulau


kecil;

5. Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan dalam rangka


optimalisasi potensi ekonomi kelautan;

6. Pengelolaan perizinan sumberdaya pesisir dan laut yang efektif;

7. Peningkatan kemandirian Sentra Kelautan Perikanan Terpadu


(SKPT); dan

8. Tata kelola pemerintahan yang baik di Lingkungan Ditjen PRL.


B. Strategi Pelaksanaan Kegiatan BPSPL Padang
Strategi pelaksanaan yang akan ditempuh untuk masing-masing
arah kebijakan Ditjen PRL Tahun 2020-2024 yang sesuai dengan tugas
dan fungsi BPSPL Padang.

Sesuai dengan Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Pengelolaan


Ruang Laut (Ditjen PRL), Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Program BPSPL
Padang, maka ditetapkan arah kebijakan BPSPL Padang sebagai berikut.

1. Perencanaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang


partisipatif, serasi dan implementatif di wilayah kerja BPSPL
Padang.

2. Pengelolaan konservasi kawasan dan keanekaragaman hayati


perairan yang lestari dan berkelanjutan di wilayah kerja BPSPL
Padang;

3. Pemulihan kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah


kerja BPSPL Padang;

4. Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan dalam rangka


optimalisasi potensi ekonomi kelautan di wilayah kerja BPSPL
Padang;

5. Tata kelola pemerintahan yang baik di wilayah kerja BPSPL


Padang.
Adapun strategi BPSPL Padang dalam melaksanakan arah
kebijakan yang telah ditetapkan melalui penjabaran sebagai berikut.

1. Arah kebijakan Perencanaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau


kecil yang partisipatif, serasi dan implementatif di wilayah kerja
BPSPL Padang melalui strategi pendampingan penyelesaian
perencanaan ruang laut di wilayah kerja BPSPL Padang.

2. Pengelolaan konservasi kawasan dan keanekaragaman hayati


perairan yang lestari dan berkelanjutan di wilayah kerja BPSPL
Padang dengan strategi antara lain;
- Pendampingan penambahan luas kawasan konservasi
perairan di wilayah kerja BPSPL Padang

- Pendampingan penetapan kawasan konservasi perairan


di wilayah kerja BPSPL Padang

- Pengelolaan keanekaragaman hayati perairan di wilayah


kerja BPSPL Padang

- Pemanfaatan keanekaragaman hayati perairan di wilayah


kerja BPSPL Padang

- Penguatan jejaring, kemitraan/kerjsama, dan konvensi


konservasi keanekaragaman hayati perairan di wilayah
kerja BPSPL Padang

3. Pemulihan kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah


kerja BPSPL Padang melalui strategi;

- Penyusunan database ekosistem pesisir di wilayah kerja


BPSPL Padang

- Pelaksanaan rehabilitasi ekosistem pesisir dan pulau-


pulau kecil di wilayah kerja BPSPL

- Sosialisasi dan penyadaran masyarakat tentang


pengelolaan dan perlindungan ekosistem pesisir dan
pulau-pulau kecil di wilayah kerja BPSPL

- Pemberdayaan masyarakat damal pengelolaan dan


pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil di
wilayah kerja BPSPL

4. Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan dalam rangka


optimalisasi potensi ekonomi kelautan di wilayah kerja BPSPL
Padang melalui strategi;

- Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR)/Sentra


Ekonomi Garam Rakyat

- Pengelolaan biofarmakologi laut


5. Tata kelola pemerintahan yang baik di wilayah kerja BPSPL
Padang melalui strategi reformasi birokrasi di lingkup BPSPL
Padang.

C. Kerangka Kelembagaan
Struktur organisasi BPSPL Padang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 65 Tahun 2020 tentang Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Ruang Laut,
sebagaimana berikut:

Struktur Organisasi BPSPL Padang


BAB IV

INDIKATOR KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Indikator Kinerja 2020-2024


Target kinerja BPSPL Padang merupakan penjabaran program dan
kegiatan untuk mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran BPSPL Padang
sekaligus mendukung target kinerja dan visi misi Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) dan Kementerian Kelautan secara
umum. Target kinerja BPSPL Padang terdiri dari Sasaran Strategis,
Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja (IK) atau Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang diturunkan dari Ditjen PRL dengan metode cascading. Kinerja
dalam Arsitektur Program merupakan struktur yang menghubungkan
antara sumberdaya dengan hasil atau sasaran perencanaan, serta
merupakan instrumen untuk merancang, memonitor dan melaporkan
pelaksanaan anggaran. Kerangka penyusunannya

Gambar Kinerja dalam Arsitektur Program


Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5
tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024, program merupakan
instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan dan
Indikator Kinerja Program merupakan alat ukur yang
mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari
suatu program.

Terdapat 2 (dua) jenis Program, yaitu: Program Teknis dan


Program Generik. Program Teknis adalah instrumen kebijakan
teknis yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok
sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal) yang dilaksanakan
sesuai tugas dan fungsi KKP dalam periode waktu jangka menengah
(5 tahun) yang bersifat indikatif dengan perubahan dapat dilakukan
setelah melalui tahap evaluasi pada periode tertentu. Sedangkan,
program generik merupakan program yang digunakan oleh beberapa
unit Eselon I yang bersifat pelayanan internal untuk menunjang
pelaksanaan Program Teknis.

Dalam rangka Restrukturisasi Program berdasarkan Surat


Edaran Bersama Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan No. S-
375/MK.02/2020 dan B.308/M.PPN/D.8/PP.04.03/05/2020
tentang Restrukturisasi Program Kementerian/Lembaga, maka
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut berkontribusi pada 3
(tiga) program KKP, yaitu:

1. Program Pengelolaan Perikanan dan Kelautan;

2. Program Kualitas Lingkungan Hidup;

3. Program Dukungan Manajemen.

Diantara 3 (tiga) program KKP tersebut, BPSPL Padang


mendukung 2 (dua) program, yaitu program Kualitas Lingkungan
Hidup dan Dukungan Manajemen.
Upaya Pencapaian Visi, Misi, dan Tujuan Pembangunan
Kelautan dan Perikanan 2020-2024, yang dilaksanakan melalui
Arah Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau
– Pulau Kecil Ditjen PRL, maka BPSPL Padang telah menyusun
kegiatan beserta sasaran dan indikator kinerja yang mendukung
Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil. Sasaran
Kegiatan beserta Indikator Kinerja Kegiatan BPSPL Padang 2020 –
2024 dan matrik pendanaan dapat dilihat pada matriks dibawah ini:
Matrik Sasaran Program dan Indikator Kinerja BPSPL Padang 2020 - 2024

TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

PROGRAM KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

1 Meningkatnya lokasi 1 Jumlah Lokasi yang didampingi


kawasan laut dan wilayah proses penyusunan RZWP3K
pesisir yang memiliki
rencana zonasi di wilayah 1 3 3 0 0
kerja BPSPL Padang

2 Jumlah lokasi yang didampingi


proses penyediaan data dan
penyusunan RZ-KAW, RZ KSN
1 1 1 1 1

3 Jumlah lokasi yang diikuti proses


verifikasi PKKPRL Pemanfaatan
ruang laut
5 5 5 5 5
TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

2 Meningkatnya Kawasan 1 Lokasi yang difasilitasi sarana


Pesisir dan Pulau - Pulau usaha ekonomi
Kecil di Wilayah Kerja BPSPL produktif di pesisir dan pulau-
Padang yang Berdayaguna pulau kecil/terluar wilayah kerja 2 0 1 0 1
BPSPL Padang

3 Meningkatnya Kawasan 2 Kawasan penanaman mangrove


Pesisir dan Pulau - Pulau yang diidentifikasi di wilayah kerja
Kecil di wilayah kerja BPSPL BPSPL Padang (Kawasan)
2 2 4 4 5
Padang Rusak yang Pulih
Kembali

3 Kawasan mangrove di pesisir dan


pulau-pulau kecil yang
didampingi dan/atau dilakukan
upaya rehabilitasi di wilayah kerja
BPSPL Padang (Kawasan) 2 2 4 4 5
TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

4 Kawasan pesisir dan pulau-pulau


kecil yang didampingi dan/atau
dilakukan upaya rehabilitasi di
wilayah kerja BPSPL Padang
5 2 2 2 2
(Kawasan PRPEP)

4 Meningkatnya Pengelolaan 1 Luas kawasan konservasi yang


Kawasan Konservasi yang yang diakselerasi untuk
Berkelanjutan di Wilayah dicadangkan dan diusulkan
Kerja BPSPL Padang penetapannya di wilayah kerja 120,000 377,204 13,500 25,000 15,000
BPSPL Padang (Ha)

2 Luas (atau jumlah) kawasan


konservasi yang didorong untuk
review RPZ/evaluasi efektivitas KK
di wilayah kerja BPSPL Padang 0 0 9 0 0
(Ha)
TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

5 Meningkatnya Pengelolaan 1 Jenis kehati yang dilakukan


Keanekaragaman Hayati pendataan/survey awal dan atau
Perairan yang Dilindungi monitoring, edukasi dan
dan/atau Dilestarikan di Sosialisasi Keanekaragaman
4 4 5 6 6
Wilayah Kerja BPSPL Padang Hayati Perairan dilindungi/
terancam punah

2 Jenis kehati yang habitatnya


diinisiasi untuk ditetapkan
menjadi Daerah Perlindungan
Laut (DPL) dan/atau direhabilitasi
0 1 2 2 2
habitat kritisnya

3 Jenis kehati dan ekosistemnya


yang dilakukan penanganan
kejadian/respon cepat 3 3 3 3 3

4 Jenis kehati yang dilakukan


upaya fasilitasi pelayanan 3 3 4 4 4
perijinan pemanfaatannya
TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

5 Jenis kehati komoditas


perdagangan (Apendix CITES)
yang dilakukan pendataan potensi
3 3 3 3 3
dan/atau pemanfaatannya

6 Meningkatnya jejaring, 1 Kelompok masyarakat yang


kemitraan, kerjasama dan menerima bantuan konservasi di
konvensi konservasi wilayah kerja BPSPL Padang
keanekaragaman hayati laut (Kelompok) dan difasilitasi
1 4 3 3 3
di wilayah Kerja BPSPL monitorring dan evaluasinya
Padang

2 Inisiasi Kesepakatan jejaring,


kemitraan/kerjasama dan
Konvensi dalam mendukung
Konservasi Keanekaragaman
Hayati Laut di Wilayah Kerja 1 2 1 1 1
BPSPL Padang
TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

7 Ragam Jasa kelautan yang 1 Lokasi yang diidentifikasi


dikelola untuk pemanfaatan jasa kelautan di
pengembangan ekonomi Wilayah Kerja BPSPL Padang 1 1 1 1 1

2 Jumlah unit yang difasilitasi


untuk pengembangan usaha
garam 1 1 1 1 1

3 Jumlah unit yang difasilitasi


untuk pengembangan usaha
farmakologi 1 1 1 1 1

4 Kawasan yang difasilitasi


pengembangan wisata
bahari/pembangunan marina
dan/atau BMKT
0 5 5 2 2
TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN

8 Tata Kelola Pemerintahan 1 Presentase Pemenuhan Lembar


yang baik di BPSPL Padang Kerja Evaluasi (LKE) PMPRB 100 100 100 100 100
BPSPL Padang (%)

2 Tingkat Efektivitas Pelaksanaan


Kegiatan Bantuan Pemerintah
- 72,5 75 77,5 80
lingkup BPSPL Padang (%)

3 Nilai Indikator Kinerja


Pelaksanaan Anggaran (IKPA) 88 89 89 91 91
BPSPL Padang

4 Indeks Profesionalitas ASN BPSPL


72 73 74 75 76
Padang (Indek)

5 Nilai WBK BPSPL Padang 75 75 76 78 79

6 Persentase Penyelesaian temuan


LHP BPK BPSPL Padang (%) 100 100 100 100 100

7 Rekomendasi hasil pengawasan


lingkup BPSPL Padang yang
dokumen tindak lanjutnya telah 0 65 70 75 80
dilengkapi dan disampaikan (%)
TARGET
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
No 2020 2021 2022 2023 2024

8 Nilai Rekonsiliasi Kinerja BPSPL


90 91 92 93 94
Padang

9 Dokumen SPIP BPSPL Padang


4 4 4 4 4
yang diselesaikan (Dok)

10 Persentase unit kerja BPSPL


Padang yang
menerapkan sistem manajemen 82 84 86 88 90
pengetahuan yang terstandar (%)

11 Nilai Kinerja Anggaran BPSPL


85 86 87 88 89
Padang
B. Kerangka Pendanaan
Untuk dapat melaksanakan arah kebijakan, strategi, dan program
pembangunan kelautan dan perikanan, serta mencapai target sasaran
utama, dibutuhkan dukungan kerangka pendanaan yang memadai.
Pendanaan pembangunan akan bersumber dari pemerintah (APBN dan
APBD), swasta, perbankan dan nonperbankan, dan masyarakat.
Pendanaan APBN hanya bersifat stimulus dan difokuskan pada beberapa
kegiatan pokok yang menjadi kewenangan pusat.

Kerangka indikasi pendanaan BPSPL Padang tahun 2020-2024


adalah sebesar Rp. juta. Secara terinci kerangka pendanaan menurut
program dan kegiatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal
ini.

Indikator kinerja dan indikasi pendanaan BPSPL Padang 2020-2024


disusun dengan mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut Tahun 2020-2024, dan belum memperhitungkan
dampak pandemi global Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 dan
dinamika kebijakan lainnya yang dapat muncul atau berubah pada kurun
waktu 2020 - 2024.
BAB V

PENUTUP

Renstra BPSPL Padang tahun 2020-2024 ini menjadi acuan dalam


penyusunan dokumen perencanaan tahunan Rencana Kerja Tahunan
(RKT) BPSPL Padang dan pelaksanaan pembangunan kelautan dan
perikanan pada periode 2020-2024 di wilayah kerja BPSPL Padang.
Renstra BPSPL Padang tersebut dapat dilakukan evaluasi secara berkala
sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila di kemudian hari diperlukan
adanya perubahan pada Renstra BPSPL Padang tahun 2020-2024 ini,
maka akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.

Dalam penyusunannya, Rencana Strategis BPSPL Padang, mengacu


pada Rencana Strategis DitjenPRL 2020-2024. Rencana Strategis
DitjenPRL tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan
pembangunan 5 (lima) tahunan, yang disusun untuk menjabarkan secara
teknis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020-2024 (Peraturan Presiden nomor 18 Tahun 2020),
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional serta Rencana Strategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2020-2024.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan


juga dihasilkan berkat adanya dukungan stakeholders dan dukungan
sektor terkait lainnya serta masyarakat luas. Kerja keras dari seluruh
jajaran KKP dan sinergitas dengan semua pihak yang terkait sangat
diperlukan dalam rangka mewujudkan harapan untuk menjadikan
pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
MATRIK KERANGKA PENDANAAN BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT (BPSPL) PADANG
2020-2024

N
TARGET INDIKASI PENDANAAN (Rp. Juta)
o SASARAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

PROGRAM KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP


1 Meningkatnya 1 Jumlah Lokasi yang
lokasi kawasan didampingi proses
laut dan penyusunan
wilayah pesisir RZWP3K
yang memiliki 1 3 3 0 0
rencana zonasi
di wilayah
kerja BPSPL
Padang
2 Jumlah lokasi yang
didampingi proses
penyediaan data
dan penyusunan
RZ-KAW, RZ KSN 1 1 1 1 1 50 50 50

3 Jumlah lokasi yang


diikuti proses
verifikasi PKKPRL
Pemanfaatan ruang
laut 5 5 5 5 5 100 100 100
2 Meningkatnya 1 Lokasi yang
Kawasan difasilitasi sarana
Pesisir dan usaha ekonomi
Pulau - Pulau produktif di pesisir
Kecil di dan pulau-pulau 2 0 1 0 1 286.6 125 125
Wilayah Kerja kecil/terluar
BPSPL Padang wilayah kerja
yang BPSPL Padang
Berdayaguna
3 Meningkatnya 2 Kawasan
Kawasan penanaman
Pesisir dan mangrove yang
Pulau - Pulau diidentifikasi di
Kecil di wilayah kerja 2 0 4 4 5 75 100 100 125
wilayah kerja BPSPL Padang
BPSPL Padang (Kawasan)
Rusak yang
Pulih Kembali
3 Kawasan mangrove
di pesisir dan
pulau-pulau kecil
yang didampingi
dan/atau
dilakukan upaya 2 2 4 4 5 980.416
rehabilitasi di
wilayah kerja
BPSPL Padang
(Kawasan)

4 Kawasan pesisir
dan pulau-pulau
kecil yang
didampingi
dan/atau
dilakukan upaya 5 2 2 2 2 6038.75
rehabilitasi di
wilayah kerja
BPSPL Padang
(Kawasan PRPEP)
4 Meningkatnya 1 Luas kawasan
Pengelolaan konservasi yang
Kawasan yang diakselerasi
Konservasi untuk dicadangkan
yang dan diusulkan 120,00 377,20 25,00 15,00 157.826 200 125
Berkelanjutan penetapannya di 13,500
0 4 0 0
di Wilayah wilayah kerja
Kerja BPSPL BPSPL Padang (Ha)
Padang
2 Luas (atau jumlah)
kawasan konservasi
yang didorong
untuk review
RPZ/evaluasi 384,50
0 0 0 0
efektivitas KK di 0/9
wilayah kerja KKPD
BPSPL Padang (Ha)

5 Meningkatnya 1 Jenis kehati yang


Pengelolaan dilakukan
Keanekaragam pendataan/survey
an Hayati awal dan atau
Perairan yang monitoring
Dilindungi 4 4 5 6 6 87.69 326.6 675 825 825
dan/atau
Dilestarikan di
Wilayah Kerja
BPSPL Padang

2 Edukasi dan
Sosialisasi
Keanekaragaman
Hayati Perairan
dilindungi/teranca
m punah 0 1 1 1 1 50 30 30 30
2 Jenis kehati yang
habitatnya
diinisiasi untuk
ditetapkan menjadi
Daerah
Perlindungan Laut 0 3 1 2 2 147.4 50 100 100
(DPL) dan/atau
direhabilitasi
habitat kritisnya

3 Jenis kehati dan


ekosistemnya yang
dilakukan
penanganan 3 3 3 3 3 66.575 58 50 60 60
kejadian/respon
cepat

4 Jenis kehati yang


dilakukan upaya
fasilitasi pelayanan 3 3 4 4 4 113.38 634 935 950 975
perijinan
pemanfaatannya
5 Jenis kehati
komoditas
perdagangan
(Apendix CITES)
yang dilakukan 3 3 3 3 3 69.79 150 150 200 250
pendataan potensi
dan/atau
pemanfaatannya
6 Meningkatnya 1 Kelompok
jejaring, masyarakat yang
kemitraan, menerima bantuan
kerjasama dan konservasi di
konvensi wilayah kerja
konservasi BPSPL Padang 1 4 3 3 3 147.25 765 375 400 425
keanekaragama (Kelompok) dan
n hayati laut di difasilitasi
wilayah Kerja monitorring dan
BPSPL Padang evaluasinya

2 Inisiasi
Kesepakatan
jejaring,
kemitraan/kerjasa
ma dan Konvensi
dalam mendukung 107.15
Konservasi 1 2 1 1 1 39.05 75 50 50
7
Keanekaragaman
Hayati Laut di
Wilayah Kerja
BPSPL Padang

7 Ragam Jasa 1 Lokasi yang


kelautan yang diidentifikasi
dikelola untuk pemanfaatan jasa
pengembangan kelautan di Wilayah 1 1 1 1 1
ekonomi Kerja BPSPL
Padang

2 Jumlah unit yang


difasilitasi untuk
pengembangan
usaha garam 1 1 1 1 1 1615 50
3 Jumlah unit yang
difasilitasi untuk
pengembangan
usaha farmakologi 1 1 0 0 0 150 150

4 Kawasan yang
difasilitasi
pengembangan
wisata 0 5 5 2 2
bahari/pembangun
an marina
dan/atau BMKT
7635.37 8459.0 9304.9 9770.2 10258.
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN
5 5 6 1 7
8 Tata Kelola 1 Presentase
Pemerintahan Pemenuhan Lembar
yang baik di Kerja Evaluasi 100 - - - -
BPSPL Padang (LKE) PMPRB
BPSPL Padang (%)
2 Tingkat Efektivitas
Pelaksanaan
Kegiatan Bantuan
- 72,5 75 77,5 80
Pemerintah lingkup
BPSPL Padang (%)

3 Nilai Indikator
Kinerja
Pelaksanaan 88 89 89 91 91
Anggaran (IKPA)
BPSPL Padang
4 Indeks
Profesionalitas ASN
72 73 74 75 76
BPSPL Padang
(Indek)
5 Nilai WBK BPSPL
75 75 76 78 79
Padang
6 Persentase
Penyelesaian
temuan LHP BPK 100 100 100 100 100
BPSPL Padang (%)
7 Rekomendasi hasil
pengawasan
lingkup BPSPL
Padang yang
0 65 70 75 80
dokumen tindak
lanjutnya telah
dilengkapi dan
disampaikan (%)
8 Nilai Rekonsiliasi
Kinerja BPSPL 90 91 92 93 94
Padang
9 Dokumen SPIP
BPSPL Padang yang 4 4 4 4 4
diselesaikan (Dok)
1 Persentase unit
0 kerja BPSPL Padang
yang
menerapkan sistem 82 84 86 88 90
manajemen
pengetahuan yang
terstandar (%)
1 Nilai Kinerja
1 Anggaran BPSPL 85 86 87 88 89
Padang

Anda mungkin juga menyukai