net/publication/274082356
CITATIONS READS
11 2,410
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLA TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU Institutional Analysis of the 'Kepulauan Seribu' National Marine Park Managemen View
project
All content following this page was uploaded by Supriadi Mashoreng on 27 March 2015.
ABSTRAK
Lamun merupakan salah satu ekosistem penting di perairan pesisir dan laut dangkal karena
mempunyai banyak peran, baik secara ekologis maupun secara ekonomis. Lamun merupakan
produser primer pada struktur tingkatan trofik yang menghasilkan bahan organik melalui proses
fotosintesis, dan menjadi salah satu kunci dari peran lamun. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
untuk menentukan besar produktivitas daun dan rhizoma lamun serta kontribusi masing-masing jenis
lamun terhadap produktivitas. Penelitian dilakukan di Pulau barranglompo Makassar. Pengamatan
produktivitas dilakukan dengan metode penandaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
produktivitas daun lamun berkisar antara 0.604-1.494 gC/m2/hari, sedangkan produktivitas rhizoma
berkisar antara 0.013-0.050 gC/m2/hari. Jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan
Cymodocea rotundata mempunyai kontribusi besar terhadap produktivitas lamun.
ABSTRACT
Seagrass is one of important ecosystem in shallow and coastal marine waters due to its varying roles,
either ecologically or economically. Seagrass is primary producer in a structure of trophical level
producing organic matters through photosynthesis processes, and become a key role of seagrass.
Therefore, a research was conducted to identify the values of production of seagrass leaf and rhizome
and the contribution of each spesies to the productivity. The research was carried out at
Barranglompo Island in Makassar. Results of the research showed that productivity of seagrass leaf
was ranged between 0.604-1.494 gC/m2/day, whereas, rhizome productivity was ranged between
0.013-0.050 gC/m2/day. Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii and Cymodocea rotundata some
seagrass species which were having high contribution to the total seagrass productivity.
159
Supriadi, Richardus F. Kaswadji, Dietrich G. Bengen, Malikusworo Hutomo
Lokasi
Penelitian
160
Jurnal Akuatika Vol. III No. 2/ September 2012 (159-168)
ISSN 0853-2523
Pulau Barranglompo memiliki luas lamun. Data kepadatan akan digunakan untuk
sekitar 20.64 ha terletak sekitar 12 kilometer mengkonversi produktivitas per tunas lamun
sebelah barat Kota Makassar dan berada di ke dalam produktivitas per satuan luas.
kawasan Kepulauan Spermonde. Padang Kepadatan diamati dengan menggunakan
lamun yang luas tersebar di sisi utara, barat transek kuadrat (McKenzie, et. al., 2001).
dan selatan pulau. Sedangkan pada sisi timur, Sampling dilakukan secara sistematis dari
lamun hanya ditemukan pada area yang pantai tegak lurus ke arah luar sampai tidak
sempit. ditemukan lamun, dengan jarak antar transek
Penelitian dibagi menjadi empat periode 20 meter. Setiap posisi transek dicatat
berdasarkan kondisi curah hujan, yaitu : berdasarkan pembacaan pada Global
1. Bulan Desember 2010 sampai Januari Positioning System (GPS). Jumlah tunas
2011; rata-rata curah hujan 660.7 mm.h-1 setiap jenis lamun di dalam transek dihitung
2. Bulan April sampai Mei 2011; rata-rata untuk mengetahui kepadatannya. Jumlah titik
curah hujan 272.4 mm.h-1 sampling sebanyak 238 tersebar di semua sisi
3. Bulan Juli sampai Agustus 2011; rata-rata pulau yang mempunyai padang lamun
-1
curah hujan 0.4 mm.h sehingga bisa mewakili kondisi umum lamun
4. Bulan Oktober sampai November 2011; di Pulau Barranglompo (Gambar 2).
-1
rata-rata curah hujan 110.0 mm.h .
Sebelum pengamatan produktivitas,
dilakukan pengamatan terhadap kepadatan
Gambar 2. Titik sampling kepadatan lamun. Tanda titik menunjukkan titik sampling kepadatan;
Penempatan transek kuadrat dilakukan secara sistematis dengan jarak antar transek 20
m.
161
Supriadi, Richardus F. Kaswadji, Dietrich G. Bengen, Malikusworo Hutomo
162
Jurnal Akuatika Vol. III No. 2/ September 2012 (159-168)
ISSN 0853-2523
timur serta antara stasiun utara dan timur menunjukkan bahwa produktivitas lamun di
relatif sama (Kruskal Wallis, P>0.05), namun stasiun barat relatif lebih besar dibanding
antar stasiun-stasiun lainnya berbeda secara stasiun-stasiun lainnya.
nyata (P<0.05). Analisis tersebut
Gambar 3. Produktivitas Daun Lamun; (a) Berdasarkan Stasiun dan Periode Sampling (gC/m2/hari),
dan (b) Kontribusi Jenis terhadap Total Produktivitas Daun (%)
Produktivitas rhizoma jauh lebih kecil periode sampling, produktivitas rhizoma yang
dibanding produktivitas daun, yaitu berkisar paling kecil ditemukan pada periode 4, atau
antara 0.013-0.050 gC/m2/hari (Gambar 4). sama dengan produktivitas daun.
Produktivitas rhizoma pada stasiun Barat lebih Terdapat tiga jenis lamun yang
besar dan berbeda nyata dengan stasiun mempunyai kontribusi besar terhadap
Selatan dan Utara (Kruskal Wallis, P<0.05), produktivitas daun yaitu E. acoroides, T.
namun tidak berbeda nyata dengan stasiun hemprichii dan C. rotundata. Pada stasiun
Timur (P>0.05). Sementara berdasarkan Selatan dan Utara, kontribusi terbesar oleh E.
163
Supriadi, Richardus F. Kaswadji, Dietrich G. Bengen, Malikusworo Hutomo
acoroides, sementara pada stasiun Barat dan relatif besar pada stasiun Selatan, Utara dan
Timur oleh T. hemprichii. Produktivitas daun Timur.
C. rotundata memberikan kontribusi yang
Gambar 4. Produktivitas Rhizoma Lamun; (a) Berdasarkan Stasiun dan Periode Sampling
(gC/m2/hari), dan (b) Kontribusi Jenis Terhadap Total Produktivitas Daun (%)
164
Jurnal Akuatika Vol. III No. 2/ September 2012 (159-168)
ISSN 0853-2523
ketiga lamun ini juga mempunyai distribusi Analisis koresponden produktivitas
yang lebih luas sehingga ketiganya merupakan daun lamun membentuk tiga kelompok
lamun yang penting di Pulau Barranglompo. sebaran spasio-temporal (Gambar 5).
Gambar 5. Analisis Koresponden Produktivitas Daun Lamun Pada Sumbu F1 (63.84%) dan
Sumbu F2 (27.28%).
165
Supriadi, Richardus F. Kaswadji, Dietrich G. Bengen, Malikusworo Hutomo
bahwa produktivitas yang tinggi pada periode sedimen. Sementara rendahnya produktivitas
2 dan 3 disebabkan oleh relatif tingginya pada stasiun timur disebabkan oleh kedalaman
intensitas cahaya, suhu, salinitas dan fosfat yang tinggi.
Gambar 6. Analisis Koresponden Produktivitas Rhizoma Lamun Pada Sumbu F1 (50.21%) dan
Sumbu F2 (30.69%).
Cahaya, suhu dan fosfat sedimen semi dengan suhu perairan 15-20° C, dan
berpengaruh terhadap proses biokimia menurun dengan jika terjadi peningkatan suhu.
organisme, dan merupakan faktor utama yang Penyerapan nutrien pada daun dan akar
mengontrol pertumbuhan. Pengaruh cahaya dapat bervariasi sebagai fungsi dari
terhadap pertumbuhan bisa dikategorikan atas konsentrasi nutrien di kolom air dan sedimen.
kualitas dan kuantitas, yaitu intensitas cahaya Pertumbuhan lamun pada sedimen terrigenous
dan durasi penyinaran cahaya (Lee, et. al., selalu dibatasi oleh ketersedaiaan nitrogen,
2007). sementara faktor yang sering menjadi
Peran suhu terhadap proses fotosintesis pembatas di sedimen karbonat biogenous
adalah dengan mempengaruhi mekanisme adalah fosfor (Koch, et. al., 2006).
fisiologis pada lamun. Agawin, et. al., (2001)
menemukan bahwa suhu optimal untuk IV. KESIMPULAN
fotosintesis pada jenis E. acoroides, T. Tiga jenis lamun yang mempunyai
hemprichii dan C. rotundata di Filipina adalah kontribusi besar terhadap produktivitas lamun,
27° C. Sementara H. ovalis di Australia baik produktivitas daun maupun produktivitas
berfotosintesis secara optimal pada kisaran 25- rhizoma yaitu E. acoroides, T. hemprichii dan
30° C (Ralp 1998). Produktivitas daun lamun C. rotundata. Produktivitas daun jauh lebih
di Korea tertinggi ditemukan pada musim besar dibanding produktivitas rhizoma, namun
keduanya mempunyai pola yang sama yaitu
166
Jurnal Akuatika Vol. III No. 2/ September 2012 (159-168)
ISSN 0853-2523
masing-masing ditemukan produktivitas Lee K.S, Park S.R, Kim Y.K. 2007. Effect of
irradiance, temperature, and nutrients
terendah pada periode 4.
on growth dynamics of seagrass: a
review. J Exp Mar Bio Ecol 350: 144-
UCAPAN TERIMA KASIH 175.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Andi
McKenzie LJ, Finkbeiner MA, Kirkman H.
Haerul, Syamsidar Gaffar, Krisye, Hendra, 2001. Methods for mapping seagrass
distribution. Di dalam: Short FT, Coles
Hajja Agustina Fahirah dan Anjelti yang telah
RG, editor. Global Seagrass Research
membantu sampling di lapangan dan analisis Methods. Amsterdam: Elsevier Science
B.V. hlm 101-121.
sampel di laboratorium.
Nellemann C, Corcoran E, Duarte, CM,
DAFTAR PUSTAKA Valdés L, DeYoung C, Fonseca L,
Grimsditch G, editor. 2009. Blue
Agawin N.S.R, Duarte C.M, Fortes M.D, Uri
Carbon: The Role of Healthy Oceans in
JS, Vermaat JE. 2001. Temporal
Binding Carbon. A Rapid Response
changes in abundance, leaf growth and
Assessment. United Nations
photosynthesis of three co-occuring
Environment Programme. Norway.
Philippine seagrass. J Exp Mar Bio
Ecol, 260: 217-239.
Ralp PJ. 1998. Photosynthetic response of
laboratory-cultured Halophila ovalis to
Duarte C.M, Middelburg J.J, Caraco N. 2005.
thermal stress. Mar Ecol Prog Ser 171:
Major role of marine vegetation on the
123-130.
oceanic carbon cycle. Biogeosciences 2:
1-8.
Short FT, Duarte CM. 2001. Methods for The
Measurement of Seagrass Growth and
Duarte CM, Kennedy H, Marba N, Hendriks I.
Production. Di dalam: Short FT dan
2011. Assesing the capacity of seagrass
Coles RG, editor. Global Seagrass
meadows for carbon burial: current
Research Methods. Amsterdam: Elsevier
limitations and future strategis. Ocean
Science B.V. hlm 155-182.
Coast Manag. Siap terbit.
Supriadi dan Arifin. 2005. Pertumbuhan,
Erftemeijer P.L.A, Osinga R, Mars A.E.
biomassa dan produksi lamun Enhalus
1993. Primary production of seagrass
acoroides di Pulau Bone Batang
beds in South Sulawesi (Indonesia): a
Makassar. Protein 12 (2): 293 – 302.
comparison of habitats, method and
species. Aquat Bot, 46: 67-90.
Supriadi, Burhanuddin I, La Nafie Y.A. 2004.
Inventarisasi jenis, kelimpahan dan
Koch EW, Sanford LP, Chen SN, Shafer DJ,
biomassa ikan di padang lamun Pulau
Smith JM. 2006. Waves in Seagrass
Barranglompo Makassar. Torani 14 (5):
Systems: Review and Technical
288-295.
Recommendations. Washington DC:
System-Wide Water Resources
Supriadi, Soedharma D, Kaswadji RF. 2006.
Program Submerged Aquatic
Beberapa aspek pertumbuhan lamun
Vegetation Restoration Research
Enhalus acoroides (Linn. F) Royle di
Program. U.S. Army Corps of
Pulau Barrang Lompo Makassar.
Engineers.
Biosfera 23 (1): 1-8.
167
Supriadi, Richardus F. Kaswadji, Dietrich G. Bengen, Malikusworo Hutomo
168