1 Alumni Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang 2 Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang ABSTRAK Rumput Laut Eucheuma spinosum merupakan alga golongan coklat yang memiliki nilai ekonomis dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir di Indonesia. Jenis ini banyak dibudidayakan karena teknologi budidayanya mudah dan murah serta prospek pasar yang cukup baik. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pertumbuhan harian rumput laut dengan jarak tanam berbeda menggunakan metode long line berbingkai dan Mengetahui pertumbuhan mutlak dan produksi rumput laut dengan jarak tanam berbeda menggunakan metode long line berbingkai.Penelitian ini dilakukan selama 50 hari dengan berat awal 50 gram.Data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu pertumbuhan harian (DGR),pertumbuhan mutlak (AGR) dan parameter kualitas Pertumbuhan Harian Tertinggi P3 60 Cm 6,36 % Diikuti Oleh Perlakuan P2 40 Cm 5,99% Sebab Rata-Rata Pertumbuhan Rumput Laut Harian Hanya P1 20 Cm Hanya 5,63%/ (Hari). Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut Eucheuma spinosum Menggunakan Metode Long Line Berbingkai Dengan Berat Awal 50 Gram Berkisar Antara P1 20 Cm 661 Gram – P3 60Cm 1350 Gram dan parameter perairan pada lokasi penelitian masih terbilang baik untuk pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma spinosum.
ABSTRACT
Seaweed (Eucheuma Spinosum) Using Chocolate Camed Algae That Has
Economic Valwe And Mach Culieded By The Coastal Communities.In Indonesia This Type Widely Coltivated Because The Technologies Was Easy And Cheape,And Good Market Prospect.The Objective Of This Research Was To Knowing The Diary Groloth Of Seaweed In Different Crops By Using Long Line Framed Method,And To Cnowing Absolute Growth And Producing Seaweed With Different Crops By Using Long Line Method This Research Was Done During 50 Day’s With The Initial Weight 50 G. The Data Was Colected In This Research Were Daily Growth (DGR). And Absolute Growth (AGR). And Haigher Qualitiy Parameter Of Daily Growth Was P3 : 60 Cm. 6,36%.Followed By Treat Ment P2 : 40 Cm. 5,99%. Cause Average The Daily Growth Of Seaweed Was Only P1 20 Cm. Only 5,63% (Day). The Absolute Growth Of Seaweed Eucheuma Spinosum : Using Long Line Framed Methode. First Weights Was 50 G. Range Getween P1: 20 Cm. 66,1 G P3 : 60 Cm.1350 G. And The Water Parameter, The Research Location Were Still Good For The Growth Of Seaweed.
I. PENDAHULUAN spinosum merupakan alga golongan
coklat yang memiliki nilai ekonomis dan Rumput Laut merupakan salah banyak dibudidayakan oleh masyarakat satu komoditas hasil perikanan pesisir di Indonesia. Jenis ini banyak penghasil agar-agar, alginate dan dibudidayakan karena teknologi karaginan yang banyak dimanfaatkan budidayanya mudah dan murah serta dalam industri makanan, kosmetik dan prospek pasar yang cukup baik farmasi (Parenrengi dan Sulaeman, (Runtuboy dan Puja, 2005). Rumput 2007). Rumput Laut Eucheuma Laut Eucheuma spinosum dimanfaatkan untuk sayur, lalapan, acar, kue, puding, berkembangnya budidaya rumput laut di dan manisan (Atmadja dkk.,1996). Indonesia. Produksi rumput laut Selain itu Rumput laut Eucheuma Indonesia selama ini masih dilakukan spinosum Mempunyai kandungan dengan cara-cara tradisional. nutrisi/zat gizi cukup tinggi, seperti Perbanyakan bibit melalui kultur protein dan beberapa rumput laut juga jaringan memiliki beberapa keunggulan kaya dengan polisakarida non pati, dibandingkan melalui teknik pada mineral dan vitamin serta rendah lemak umumnya. Keunggulan dari produksi (Wong dan Cheung, 2000). bibit dengan kultur jaringan antara lain Indonesia dengan potensi tidak bergantung pada pengaruh musim, rumput laut yang sangat besar sifat bibit dari hasil kultur jaringan berpeluang menjadi salah satu produsen identik dengan induknya, bisa rumput laut dunia .Hal ini dapat dilihat diproduksi dalam jumlah yang banyak dari perkembangan produksi rumput laut meskipun tempat terbatas, kualitas yang pada periode 2009-2013, Adapun baik, dan relatif tersedia setiap saat perkembang produksi rumput laut dapat (Direktorat Jendral Perikanan, 2014). dilihat Pada Tabel 1. Selain itu menurut Reddy et al., (2003), Tahun 2009 jumlah produksi rumput laut hasil kultur jaringan juga rumput laut 3.523.980 ton, dalam tahun mempunyai keuntungan yaitu dapat 2013 memperlihatkan trend kenaikan tumbuh 1,5 sampai 1,8 kali lebih cepat yang signifikan, atas tingkat produksi dibandingkan rumput laut dari hasil rumput laut yang mencapai 8.200.000 penanaman di laut. ton. Kondisi ini memberi rasa optimis Salah satu faktor yang terhadap target produksi tahun 2014 menentukan keberhasilan suatu usaha sebesar 10.000.000 ton dapat tercapai budidaya rumput laut adalah perbedaan (Direktorat Jendral Perikanan, 2014). jarak tanam. Hal ini sangat berkaitan Santi (2012), menambahkan bahwa dengan persaingan setiap individu bahan kandungan Rumput Laut rumput laut dalam mendapatkan unsur (Eucheuma spinosum) mengandung hara sebagai makanannya. bahwa jarak nutrisi sebesar 30.89± 1.87 % kadar abu, tanam bibit merupakan salah satu factor 2.24± 0.37% kadar lemak , 2.85±0.79% teknis yang berpengaruh terhadap kadar protein, 7.54±0.19% serat kasar pertumbuhan rumput laut karena dan karbohidrat dengan perbedaan hubungannya dengan penyerapan unsur 20.86±2.29%. hara sangat berkaitan (Direktorat Jendral Peningkatan permintaan pasar Perikanan, 2014). Penggunaan berat rumput laut akan memicu bibit yang sama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya Sudarso, Desa Hanura, Kecamatan perbedaan pertumbuhan dengan jarak Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, tanam berbeda maka demikian, perlu Provinsi Lampung, Lampung Selatan, dilakukan penelitian untuk mengetahui No Telp 0721 4001379/4001380 Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Metode pengumpulan data yang Pertumbuhan Rumput Laut Dengan dilakukan dalam Penelitian ini adalah : Menggunakan Metode Long Line 1 Dalam pengumpulan data primer Berbingkai. mengikuti seluruh kegiatan Budidaya Metode budidaya yang Rumput Laut secara rutin dan aktif, digunakan adalah metode long-line yang sesuai dengan program dan berbingkai Disebut long-line berbingkai prosedur kerja yang ditetapkan di karena penanaman rumput laut BBPBL Lampung. menggunakan tali panjang yang diikat 2. Pengumpulan data sekunder yaitu pada konstruksi berbingkai. Komponen dengan melengkapi data yang utama dari konstruksi metode ini terdiri diperoleh dari seluruh kegiatan dan dari : tali (tali utama, tali pembantu), melakukan studi pustaka dan jangkar (jangkar utama dan jangkar wawancara dengan staf teknisi serta pembantu), pelampung (pelampung dosen pembimbing lapangan untuk utama dan pelampung pembantu). menjungjung data-data Penelitian. Konstruksi ini memiliki keistimewaan 3. Dokumentasi adalah salah satu dibandingkan dengan metode lain. metode pengumpulan data kualitatif Keistimewaan tersebut diantaranya dengan melihat atau menganalisis dapat digunakan pada lokasi yang dokumen-dokumen yang dibuat terlindung hingga lokasi yang subjek sendiri atau oleh orang lain bergelombang, pada saat gelombang tentang subjek. konstruksi dapat diturunkan hingga pada Penelitian dilakukan dalam kedalaman yang diharapkan (Balai beberapa tahap, yaitu persiapan, Besar Pengembangan Budidaya Laut pelaksanaan dan analisa data. Lampung, 2017) Lokasi budidaya harus terlindung dari tiupan dan hempasan angin dan II. METODE PENELITIAN ombak, Jauh dari muara sungai, Harus ada arusnya, Pasang surut terendah Penelitian Telah dilaksanakan tanaman rumput laut jenis lainnya. selama dua bulan dari bulan Oktober Langkah-langkah yang dilakukan sampai dengan Desember 2018. Lokasi dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksanaan Penelitian berada di JL.Yos berikut : 1. Long Line berbingkai dibuat 1. Dibuat jarak 20 cm, 40 cm, 60 cm, menggunakan tali ris 12 mm dengan pada tali jalur berukur 4 mm untuk ukuran 25 x 50 m. mengikat taliantar bibit. 2. Tali jalur rumput laut menggunakan 2. Bibit diikat pada tali ris berukuran 1 tali ris 9 mm kemudian tali jalur mm dengan simpul hidup sedikir diikatkan dikontuksi Long Line kendur serta dilakuakan ditempat berbingkai. yang terlindung dari cahaya matahari 3. Tali- tali direndam selama seharian 3. Bibit diikatkan kembali pada tali untuk menghilangkan bahan-bahan jalur berukuran 4 mm kimia yang masi menepel. 4. Tali jalur diikatkan pada kontruksi 4. Jangkar utama 8 buah yang dengan jarak 1m pada setiap jalur. ditempatkan disudut sebanyak 2, 5. Bibit rumput laut ditanam serempak kemudian jangkar pembantu disisi dan merata untuk mengurangi stress tengah 4 buah. pada rumput laut. 5. Setiap sudut diberi pelampung 6. Diberikan pelampung berupa botol menggunakan sterofom bekas atau air mineral pada setiap jalur untuk menggunakan derigen bekas. mempertahankan kedalaman. 6. Untuk mengukur kedalaman rumput Pemeliharaan tanaman dilakukan laut digunakan botol air mineral dengan cara mengontrol setiap hari bekas berukuran 250 ml, botol air untuk membersihkan rumput laut dari minum bekas dipasang pada setiap kotoran, mengetahui tali jalur yang line sebanyak 5 buah. kendur maupun rumput laut yang patah. Adapun tahapan untuk persiapan Selama masa pemeliharaan, kebersihan bibit sebagai berikut: rumput laut dari benda lain (lumpur dan 1. Bibit yang digunakan berumur 25 – kotoran) yang menempel perlu 30 hari, memiliki cabang yang diperhatikan dan mengatasi serangan banyak, tidak dapat bercak, tidak bulu babi dengan cara mengambil dan terdapat tumbuhan penempel dan membuangnya. bebas dari penyakit. Rumput laut dipelihara selama 50 2. Bibit menggunakan kater yang tajam hari dan sampling dilakukan setiap 10 kemudian ditimbang dengan berat hari. Sampling diambil 30 % dari total rata-rata 50 gram. rumput laut yang diikat pada 1 unit Adapun tahapan proses dengan cara melepas simpul yang penanaman bibit sebagai berikut: mengikat pada rumput laut lalu ditimbang. Pemanenan dilakukan pada hari kerusakan tanaman budidaya seperti ke 50, setiap tali jalur dilepas kemudian dapat patah, robek, ataupun terlepas dari dibawa kedarat, tali titik pengikat subtratnya. Selain itu penyerapan zat rumput laut dilepas perlahan agar hara akan terhambat. rumput laut tidak patah kemudian Kecerahan terkait dengan dimasukan ke dalam wadah lalu kemampuan masuknya cahaya dalam air ditimbang. yang dibutuhkan untuk proses Pertumbuhan harian Rumput Laut fotosintesis. Rumput laut mendapatkan untuk menghitung pertumbuhan rumput cahaya khususnya pada panjang laut mengunakan rumus dari (Hendri et gelombang maksimum untuk proses al, 2018). fotosintesis. Pertumbuhan yang baik tejadi pada siklus 12-12 (terang banding gelap) pada intensitas cahaya 6000 lux. Keterangan : Lokasi budidaya Eucheuma spinosum DGR = pertumbuhan (g/hari) Wt = berat rumput laut pada akhir penelitian (g) W0 = berat rumput laut pada awal penelitian (g) yang baik memiliki tingkat kecerahan T = waktu pengamatan (hari) yang tinggi berkisar 2-5 meter dengan Untuk mengukur pertumbuhan menggunakan alat sechidisk (Parenrengi mutlak rumput laut dihitung dengan dkk 2010). menggunakan rumus dari.(Hendri et Suhu yang baik adalah berkisar al 2018). antara 20-28ºC dengan pH 7,3-8,2. Kecepatan arus yang baik untuk Keterangan : AGR = Pertumbuhan mutlak rumput laut (g) budidaya Eucheuma spinosum adalah Wt = berat akhir bibit rumput laut (g) Wo = berat awal penanaman rumput laut (g) 20-40 cm/detik (Parenrengi dkk., 2010). Salinitas adalah garam-garam Arus dianggap penting diantara terlarut dalam satu kilogram air laut dan faktor-faktor oseanografi lainya karena dinyatakan dalam satuan perseribu. massa air dapat menjadi homogen dan Salinitas dinyatakan bahwa dalam air 12 pengangkutan zat-zat hara berlangsung laut terlarut bermacam-macam garam dengan baik dan lancar. Pergerakan air terutama NaCl, selain itu terdapat pula dapat menghalangi butiran-butiran garam-garam magnesium, kalium dan sedimen dan epifit pada thallus sehingga sebagainya (Adnan,2012) Eucheuma tidak mengganggu pertumbuhan spinosum merupakan rumput laut yang tanaman. Menurut Adnan (2012), arus tidak tahan terhadap kisaran salinitas yang baik untuk budidaya rumput laut yang lebar. Salinitas yang sesuai untuk berkisar antara 0,2 – 0,4 m/detik. Arus pertumbuhannya adalah berkisar 28- yang tinggi dapat menimbulkan terjadi 35ppt. Walapun demikian pertumbuhan optimalnya dicapai pada salinitas yang dapat dimengerti karena relatif sulit cenderung mendekati salinitas laut yaitu untuk membuat perlakuan tertentu 32-35 ppt. Untuk mendapatkan salinitas terhadap kondisi ekologi perairan laut tersebut lokasi budidaya. yang selalu dinamis. Kedalaman perairan sangat Dalam pemilihan lokasi yang tergantung dari metode budidaya yang tepat untuk budidaya rumput laut, perlu akan dipilih. Pemilihan kedalaman ditekankan pertimbangan atas faktor perairan yang tepat dilakukan untuk teknis dan faktor sosial daerah setempat. menghindari kekeringan dan Kedua faktor ini sangat memegang mengoptimalkan pencapain sinar peranan, sehingga pemilihan lokasi matahari ke rumput laut. Kedalaman sebaiknya didasarkan pada pengaruh yang baik untuk budidaya Rumput Laut dari kedua faktor tersebut. Hal ini (Eucheuma spinosum) 2-5 M dikarenakan faktor-faktor tersebut saling (Parenrengi dkk., 2010). berkaitan dan saling mendukung guna memperoleh lokasi yang baik untuk III. HASIL DAN PEMBAHASAN pengembangan budidaya rumput laut (BBPBL, 2017). Tahapan Pemeliharaan Rumput Laut Rumput Laut (Euchuema spinosum) (Eucheuma spinosum) Pemilihan Bibit Rumput Laut Pemilihan Lokasi yang baik pada saat Penelitian Di Balai Pada pemilihan lokasi Penelitian Besar Perikanan Laut Lampung ialah di Balai Besar Perikanan Laut Di bibit yang rimbun dan tidak ada bercak Kawasan Teluk Lampung sekitar 1 putih pada batang rumput laut,berat bibit Kilometer dari dermaga dan pemilihan yang digunakan adalah 50 Gram .Pada lokasi yang baik adalah jauh dari muara proses budidaya rumput laut, bibit juga sungai dikarenakan kalau dekat dengan merupakan salah satu kunci muara sungai bisa menimbulkan suhu keberhasilan. Secara teknis bibit rumput tidak stabil, pH tidak normal dan laut adalah tanaman muda hasil pertumbuhan rumput laut menjadi budidaya berumur antara 25 – 30 hari. terhambat. Berdasarkan h asil uji coba yang telah Keberhasilan pengembangan dilakukan di BBPBL Lampung, tanaman budidaya rumput laut di suatu daerah muda yang digunakan sebagai bibit sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan mempunyai perkembangan lebih baik lokasi yang akan digunakan, sehingga dari tanaman tua. Pada saat praktek, sering dikatakan kunci keberhasilan bibit yang digunakan adalah bibit hasil budidaya rumput laut terletak pada kultur jaringan dari Biotrop Bogor yang ketepatan pemilihan lokasi. Hal ini dikembangkan oleh BBPBL. Bibit ke-1 sebesar 32 ppt. Hasil pengukuran tersebut merupakan tanaman muda hasil salinitas pada minggu ke-1 sampai budidaya dengan kreteria sebagai minggu ke-5 menunjukan nilai salinitas berikut : bercabang banyak rimbun, pada lokasi penelitian tidak berbeda tidak terdapat bercak dan terkelupas, jauh, disebabkan lokasi penelitian jauh warna spesifik (cerah), umur bibit antara dari masukan air tawar. Nilai salinitas 28 hari dengan kisaran antara 32 – 33 ppt Parameter Kualitas Perairan menunjukan lokasi penelitian cocok Parameter kualitas perairan yang untuk pertumbuhan rumput laut diukur pada penelitian ini yaitu salinitas, Eucheuma spinosum. Hasil tersebut pH, kecerahan, kedalaman, dan suhu. dijelaskan oleh WWF-Indonesia (2014) Pengukuran kualitas perairan bahwa nilai optimum salinitas untuk dilakukan pada, minggu ke-1 minggu pertumbuhan rumput laut berkisar 27 - ke-3 dan minggu ke-5. pengukuran 34 ppt. kualitas perairan dilakukan pada jam Kadi (2012) menyatakan bahwa 10.00 WIB. kondisi salinitas yang baik untuk Salinitas dan pH pertumbuhan rumput laut berkisar antara Pengukuran salinitas dan pH pada 32 – 34 ppt. Seaweed Industry perairan merupakan salah satu faktor Association (2014) dalam Putri (2017) penting dalam pertumbuhan rumput laut. menyatakan Eucheuma spinosum Pengukuran salinitas dan pH di lokasi merupakan rumput laut yang bersifat penelitian dilakukan setiap 2 (dua) stenohaline yang mana tidak dapat minggu sekali, dimulai dari minggu ke-1 berkembang apabila salinitas kurang (minggu pertama penanaman). dari 25 ppt, umumnya rumput laut Hasil pengukuran salinitas dan pH Eucheuma spinosum dapat mentolerir pada lokasi penelitian dapat dilihat pada salinitas berkisar 25 – 35 ppt. Tabel. Salinitas sangat berpengaruh Tabel. Pengukuran Salinitas dan pH terhadap pertumbuhan rumput laut. Salinitas dan Ph Minggu ke- Salinitas (ppt) pH Salinitas yang terlalu tinggi maupun 1 32 8,24 3 30 8,64 terlalu rendah akan menyebabkan stres 5 28 8,33 pada rumput laut, sehingga Nilai salinitas pada lokasi mempengaruhi pertumbuhannya. penelitian berkisar antara 32 – 33 ppt. Arisandi et al. (2011) menjelaskan Nilai salinitas tertinggi pada minggu ke- bahwa salinitas sangat berpengaruh 3 sampai minggu ke-5 sebesar 33 ppt terhadap pertumbuhan rumput laut, dan nilai salinitas terendah pada minggu dimana salinitas dapat menyebabkan stres ion, stres osmotik dan stres perairan yang rendah akan meyebabkan sekunder. Stres ion disebabkan oleh proses fotosintesis tidak berjalan dengan salinitas yang terlalu tinggi yang baik, sehingga menyebabkan mengakibatkan keracunan ion Na+. pertumbuhan rumput laut menjadi Hasil pengukuran pH perairan lambat. pada lokasi penelitian bersifat basa. Hasil pengukuran kecerahan dan Nilai pH berkisar antara 8,294 – 8,362. kedalaman pada lokasi penelitian dapat Nilai tersebut menunjukan pH pada dilihat pada Tabel lokasi penelitian cocok untuk Tabel. Pengukuran kecerahan dan kedalaman Pengukuran pertumbuhan Eucheuma spinosum. Hasil Minggu ke- Kedalaman Kecerahan (m) (m) tersebut sesuai dengan pendapat WWF- 1 8M 19,1 M 3 9M 18 M Indonesia (2014) menyatakan nilai 5 8M 19 M
optimum pH Untuk Pertumbuhan
Hasil pengukuran kecerahan Rumput Laut berkisar antara 7 – 8,5. perairan pada titik lokasi penelitian Ilustrisimo et al. (2013) dalam berkisar antara 1,80 – 2,10 meter. Hasil Susilowati et al. (2015) menjelaskan tersebut menunjukan bahwa kecerahan bahwa rumput laut Eucheuma spinosum perairan pada lokasi penelitian cocok berkembang normal pada kisaran pH 8 untuk pertumbuhan rumput laut dan menunjukan peningkatan biomassa Eucheuma spinosum. Hasil tersebut pada kisaran pH 7,7 – 8,3. sesuai dengan pendapat Ruslaini (2016); pH sangat berpengaruh terhadap Farid (2014) bahwa kecerahan perairan laju pertumbuhan rumput laut. pH yang yang ideal untuk pertumbuhan rumput terlalu rendah akan menyebabkan laju laut yaitu lebih dari 1 (satu) meter. metabolisme pada rumput laut kurang WWF-Indonesia (2014) menyatakan optimal, sehingga menyebabkan tingkat kecerahan perairan yang baik pertumbuhannya menjadi lambat. Putri untuk pertumbuhan rumput laut berkisar (2017) menyatakan pH mempengaruhi antara 40 – 60 cm. tingkat pemisahan ion organik dan Kecerahan perairan merupakan anorganik, sehingga mempengaruhi salah satu faktor penting bagi ketersediaan nutrien yang menyebabkan pertumbuhan rumput laut, karena akan pertumbuhan rumput laut kurang mempengaruhi pencahayaan yang optimal. masuk kedalam perairan yang Kecerahan dan Kedalaman mengakibatkan proses fotosintesis Kecerahan dan kedalaman kurang optimal, yang menyebabkan perairan merupakan faktor penting pertumbuhan rumput laut dapat dalam budidaya rumput laut. Kecerahan terganggu. Pernyataan tersebut diperjelas oleh Ruslaini (2016) bahwa perairan untuk metode lepas dasar kecerahan perairan memiliki hubungan sistem patok minimal 0,3 meter saat yang erat dengan penetrasi cahaya surut terendah. matahari, sebab apabila kecerahan Suhu dan Kecepatan Arus perairan rendah akan berdampak dengan Suhu dan kecepatan arus proses fotosentesis yang menyebabkan merupakan faktor penting dalam pertumbuhannya kurang maksimal. budidaya rumput laut. Hasil pengukuran Hasil pengukuran kedalaman suhu dan kecepatan arus pada lokasi perairan pada titik lokasi penelitian penelitian dapat dilihat pada Tabel. dapat dilihat pada Tabel. Hasil Tabel. Pengukuran Suhu dan Kecepatan Arus. Pengukuran Minggu ke- pengukuran kedalaman perairan Suhu (OC) Arus (cm/s) 1 29 25 menunjukan bahwa lokasi penelitian 3 29 30 5 29 27 cocok untuk budidaya Rumput Laut Eucheuma spinosum menggunakan Hasil pengukuran suhu pada metode long line berbingkai, hasil lokasi penelitian dapat dilihat pada pengukuran berkisar antara 1,80 – 2,08 Tabel 6. Hasil pengukuran suhu pada meter. Hasil tersebut dijelaskan oleh lokasi penelitian berkisar antara 28OC – WWF-Indonesia (2014) bahwa Metode 29OC. Hasil pengukuran menunjukkan long line berbingkai kedalaman perairan bahwa lokasi sesuai untuk pertumbuhan yang optimal 1,0 meter pada saat surut rumput laut. Priono (2013); WWF- terendah, selain itu metode long line Indonesia (2014); Arisandi dan Farid berbingkai juga dapat digunakan pada (2014) menyatakan umumnya suhu perairan dalam. perairan yang baik untuk pertumbuhan Kedalaman perairan merupakan rumput laut berkisar antara 18 OC – faktor yang penting untuk budidaya 32OC. Nana et al. (2012) dalam rumput laut, karena berpengaruh Widowati et al. (2015) menjelaskan terhadap metode yang digunakan dalam bahwa suhu yang baik untuk budidaya. Kedalaman yang tidak cocok pertumbuhan rumput laut Eucheuma untuk budidaya akan berdampak pada spinosum berkisar antara 250C – 30oC. pertumbuhannya, karena metode yang Suhu merupakan faktor fisika tepat akan menghindari kekeringan dan yang ada pada perairan, dimana suhu mengoptimalkan penetrasi cahaya akan menunjang pertumbuhan rumput matahari untuk proses fotosintesis. laut. Suhu yang ada di perairan akan WWF-Indonesia (2014) kedalaman berdampak terhadap metabolisme perairan sangat tergantung pada metode rumput laut, apabila suhu perairan yang digunakan, dimana kedalaman kurang baik akan menyebabkan pertumbuhan rumput laut kurang sehingga fluktuasi salinitas, suhu, pH maksimal. Arfah et al. (2016) dan zat–zat terlarut dapat dihindari. menjelaskan bahwa suhu rendah PERTUMBUHAN mengakibatkan aktifitas biokimia dalam Untuk mengetahui pengaruh thallus berhenti, sedangkan suhu yang perlakuan berbeda pada jarak tanam terlalu tinggi akan mengakibatkan yang berbeda terhadap pertumbuhan rusaknya enzim dan hancurnya harian rumput laut maka dilakukan uji makanisme biokimiawi dalam thallus statistik. Hasil perhitungan pertumbuhan makroalga. harian masing- masing perlakuan yang Hasil pengukuran kecepatan arus berbeda ditunjukkan pada Tabel 6 pada lokasi penelitian dapat dilihat pada berikut ini. Tabel 6. Hasil pengukuran kecepatan Tabel. Ansira Pertumbuhan harian Perbedaan Jarak Tanam Di Metode Long Line Berbingkai arus pada titik lokasi penelitian berkisar Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma spinosum). antara 9 – 12 cm/s. Hasil pengukuran SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5% 1% Perlakuan 2 0,801572 0,400786 14,46** 5,14 10,92 menunjukan kecepatan arus pada lokasi Galat 6 0,166352 0,027725 Total 8 0,967924 penelitian kurang cocok untuk budidaya Kk 0,925258 rumput laut. Hasil tersebut diperjelas Keterangan : Berpengaruh sangat nyata oleh WWF-Indonesia (2014) Pada Tabel Terlihat bahwa menyatakan bahwa arus yang baik untuk pertumbuhan harian rumput laut sangat pertumbuhan rumput laut yaitu 0,5 nyata uji statistik untuk perlakuan m/detik. Arisandi dan Farid (2014) berbeda pada jarak tanam yang berbeda menyatakan arus yang baik untuk terhadap pertumbuhan harian. Diketahui pertumbuhan rumput laut berkisar antara bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf 5% 20 – 40 cm/detik. (14,46>5,14) maupun 1% Arus yang terlalu tinggi akan (14,46>10,92). Dapat dikatakan bahwa mengakibatkan kerusakan pada rumput perlakuan jarak tanam yang berbeda laut, apabila arus terlalu rendah akan berpengaruh sangat nyata terhadap mengakibatkan nutrisi yang ada di pertumbuhan harian rumput laut perairan kurang baik. Fungsi arus dalam sehingga diperlukan uji lanjut maka dari budidaya rumput laut yaitu mengangkut itu hipotesis dapat diambil kesimpulan nutrisi yang diperlukan untuk bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. pertumbuhan rumput laut dan membantu Karena nilai Fhitung lebih besar membersikan kotoran yang menempel daripada Ftabel pada taraf 5% maupun pada rumput laut. Menurut Darmawati 1% maka diperlukan uji lanjut untuk (2017) arus berfungsi membawa zat hara mengetahui ketelitiannya. Uji lanjut dan menghomogenkan massa air dalam penelitian ini dilakukan dengan uji BNJ, dikarenakan KK sebesar 0,92 Pada Tabel Terlihat bahwa uji (Hanafiah, 2016). statistik untuk perlakuan berbeda pada Data Hasil Uji BNJ dapat dilihat jarak tanam yang berbeda terhadap pada Tabel berikut ini. pertumbuhan mutlak. Diketahui bahwa Tabel. Hasil Uji BNJ Perbedaan Jarak Tanam Di Fhitung > Ftabel pada taraf 5% Metode Long Line Berbingkai Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma (11,64>5,14) maupun 1% (5,14>10,92). spinosum). Notasi Dapat dikatakan bahwa perlakuan jarak Rata- Perlakuan Rata 5% 1% tanam yang berbeda berpengaruh sangat P1 20 Cm 5,63 A A P2 40 Cm 5,99 A A nyata terhadap pertumbuhan mutlak P3 60 Cm 6,36 B B rumput laut sehingga diperlukan uji Uji Statistik Perbedaan Jarak Tanam Rumput Laut Semua Perlakuan lanjut maka dari itu hipotesis dapat Menunjukkan Bahwa Terjadi Perbedaan diambil kesimpulan bahwa H1 diterima Pada Masing-Masing Perlakuan. Dari dan H0 ditolak. Karena nilai Fhitung Tabel Maka Diperoleh Hasil Bahwa lebih besar daripada Ftabel pada taraf Fhitung > Ftabel Pada Tabel 5% Dan Fhitung 5% maupun 1%. Karena nilai Fhitung > Ftabel 1%. Maka Pernyataan H1 lebih besar daripada Ftabel pada taraf Diterima Dan H0 Ditolak. Pada 5% maupun 1% maka diperlukan uji Perlakuan P1, P2, P3. Perlakuan P3 6,36 lanjut untuk mengetahui ketelitiannya. % Lebih Signifikan Dibandingkan P2 Data hasil uji BNT dapat dilihat 5,99% Sebab Rata-Rata Pertumbuhan pada Tabel. Rumput Laut Harian Hanya P1 Hanya Tabel. Data Hasil Uji BNT. Perbedaan Jarak Tanam 5,63%/ (Hari) Berdasarkan Uji Lanjut Di Metode Long Line Berbingkai Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma BNJ Didapatkan Hasil Bahwa Perlakuan spinosum). Notasi Kontrol Perlakuan Rata-rata 5% 1% P1 20 Cm 726,60 A A Untuk mengetahui pengaruh P2 40 Cm 885,30 A A perlakuan berbeda pada jarak tanam P3 60 Cm 1053,90 B B
yang berbeda terhadap pertumbuhan
Uji Lanjut Dalam Penelitian Ini mutlak rumput laut maka dilakukan uji Dilakukan Dengan Uji BNJ, statistik. Hasil perhitungan pertumbuhan Dikarenakan kk sebesar 9,35 (hanafiah, harian masing- masing perlakuan yang berbeda ditunjukkan pada Tabel berikut 2016). data hasil uji bnt dapat dilihat ini. pada tabel 10. berikut ini. uji statistik Tabel. Ansira Pertumbuhan Mutlak Perbedaan Jarak perbedaan jarak tanam rumput laut Tanam Di Metode Long Line Berbingkai Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut semua perlakuan menunjukkan bahwa (Eucheuma spinosum). Ftabel terjadi perbedaan pada masing-masing SK DB JK KT Fhitung 5% 1% Perlakuan Galat 2 6 160704,5 41410,93 80352,27 6901,822 11,64** 5,14 10,92 perlakuan Total 8 202115,5 Dari Tabel Maka Diperoleh Hasil KK 9,35 Keterangan : Berpengaruh sangat nyata Bahwa Fhitung > Ftabel Pada Tabel 5% Dan Fhitung > Ftabel 1%. Maka Pernyataan Rumput Laut, Dibandingkan Jarak 20 H1 Diterima Dan H0 Ditolak.Pada Cm Dan 40 Cm. Perlakuan P1, P2, P3 . Perlakuan P3 Saran Lebih Signifikan Dibandingkan P2 Diharapkan Dilakukan Penelitian Sebab Rata-Rata P1 Berjumlah Lebih Lanjut Tentang Perbedaan Jarak 726,60.Maka Dari Itu Pertumbuhan Tanam Rumput Laut (Eucheuma Yang Signifikan Ada Di Jarak 60 Cm spinosum) Dengan Menggunakan Karna Lebih Jauh Jarak Penanam Metode Lain Yang Lebih Praktis Dan Rumput Laut Lebih Besar Nutrien Yang Ekonomis. Didapat Rumput Laut, Dibandingkan DAFTAR PUSTAKA Jarak 20 Cm Dan 40 Cm. Adnan, S.J. 2012. Analisis kelayakan lokasi budidaya rumput laut di IV. KESIMPULAN DAN SARAN Perairan Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan Kesimpulan tropis. Vol.19 Atmadja W.S. 1996, pengenalan jenis Hasil Penelitian Yang Dilakukan algae merah. Didalam Dapat Disimpulkan Bahwa : ;pengenalan jenis jenis rumput laut indonesia.jakarta :pusat 1. Pertumbuhan Harian Rumput Laut penelitian dan pengembangan (Eucheuma spinosum) Menggunakan oseanolohi, lembaga ilmu pengetahuan indonesia .hlm 147- Metode Long Line Berbingkai 151 Dengan Berat Awal 50 Gram Anggadireja, 2006. Rumput laut (pembudidayaan, pengolahan dan Pertumbuhan Tertinggi P3 60 Cm pemasaran yang potensial) 6,36 % Diikuti Oleh Perlakuan P2 40 .Penebar Swadaya, jakarta Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistidjo, dan Cm 5,99% Sebab Rata-Rata Rachmaniar.1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut. Pertumbuhan Rumput Laut Harian Jakarta:Puslitbang Oseanologi Hanya P1 20 Cm Hanya 5,63%/ LIPI. BBPBL. 2017. Kementerian Kelautan (Hari) dan Perikanan. Lampung : 2. Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut BBPBL. Cocon .2011.Pengolahan dan Pemasaran (Eucheuma spinosum) Menggunakan Hasil Perikanan. Statistik Ekspor Metode Long Line Berbingkai Hasil Perikanan menurut Komoditi, Provinsi, Pelabuhan, Dengan Berat Awal 50 Gram asal Ekspor Badan Berkisar Antara P1 20 Cm 661 Gram Pusat Statistik, Jakarta. Cornelia,M. 2005. Prosedur dan – P3 60Cm 1350 Gram. Maka Dari Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidaya Rumput Itu Pertumbuhan Yang Signifikan Laut. Pusat survey sumberdaya Ada Di Jarak 60 Cm Karna Lebih alam laut Bakosurtunal Direktorat Jendral Perikanan Jauh Jarak Penanam Rumput Laut Budidaya.2004.Petunjuk Teknis Lebih Besar Nutrien Yang Didapat Budidaya Laut Rumput Laut Eucheuma.Petunjuk Teknis (Karaginofit). Badan Penelitian Budidaya Laut Rumput Laut dan Pengembangan Kelautan dan Eucheuma spp Jakarta Perikanan Kementrian Kelautan Dahuri,R, 2003.Keanekaragaman Hayati dan Perikanan Republik Indonesia Laut. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Jakarta Reddy, C.R.K., G.R. Kumar., A.K Effendi, H. 2003 Telaah Kualitas Air Shiddhanta and A. Tewari . 2003 Bagi Pengelolaan Sumber Daya Budidaya Rumput Laut Penghasil dan Lingkungan Perairan. Karagian (Karaginofit). Badan Kanisius, Yogyakarta, 258 hlm Penelitian dan Pengembangan Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Kelautan dan Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama. Kementrian Kelautan dan Yogyakarta. Perikanan Republik Indonesia. Hendri M, Rozirwan, Handayani Y. Jakarta 2018. Untung berlipat dari Runtuboy, N., dan Y Puja. 2005. budidaya rumput laut multi Teknologi Budidaya Rumput Laut manfaat. Yogyakarta : Lily (Kappaphycus alvarezi) Publisher. 180 Hal Menggunakan Metode Long Line. Hidayatul Islami 2009 Pertumbuhan Balai Budidaya Laut Lampung. Biomassa Rumput Laut Samawi dan Zainudin. 1996. Studi (Eucheuma spinosum) Palembang penggunaan pupuk cair invintro Jaya, I. dan Rasyid, J. 2009. Kajian terhadap Pertumbuhan Rumput Kondisi Oseanografi untuk Laut Glacilasia sp. Torami buletin Kelayakan Budidaya Beberapa ilmu kelautan jakarta. Spesies Rumput Laut di Perairan ,2004,studi kasus budidaya glasilaria di Pantai Barat Sulawesi Selatan. bekasi .Makalah disampaikan Jurnal Ilmu Kelautan dan pada forum rumput laut nasional Perikanan. Vol. 19 (3). di mataram-ntb Pada tanggal 29 Kadi ,A dan Wanda S.A., rumput laut juni-1 juli 2004, 10 pp (algae), jenis ,reproduksi Sulaeman.2007.mengenal rumput laut ,produksi budidaya dan kappaphycus alvarezii.balai riset pascapanen , proyek study potensi perikanan budidaya air sumber daya alam indonesia payau.maros (jakarta;pusat penelitian dan Sulistiani E, Yani SA. 2015. Kultur perkembangan oseologi, lipi, jaringan rumput laut kotoni 1988). (Kappaphycus alvarezii). Seameo Mursyidin, D.H., D.P. Perkasa, dan Biotrop. Bogor. 128 hal. Prabowo. 2002.Pemanfaatan Suryati E, Rachmansyah, Mulyaningrum Rumput Laut Sargassum sp. SRH. 2009. Pertumbuhan spora untukMengatasi Krisis Ekonomi, rumput Pangan dan Zat Gizi Indonesia. laut Gracilaria verrucosa secara in vitro [Laporan Karya Tulis Ilmiah].: dengan penambahan hormon Universitas Gadjah Mada. pengatur pertumbuhan pada Yogyakarta tanaman. Jurnal Riset Akuakultur. Nugroho, A. Dan H. Sugito. 1996. 4(2) : 307-312. Pedoman Pelaksanaan Teknik Wong Kh dan Cheung Peter Ck. Kultur Jaringan Penebar Swadaya. 2000.Nutrtiol evalution of some Jakarta subtropical red and green Parenrengi,a dan sulaeman 2007. seaweeds Part II. Invitro protein Mengenal Rumput Laut , digestibility and animo acid Kappaphycus alvarezi balai riset profiels of protein concentrates. perikanan budidaya air payau . Food Chemistry (71):11-17 Maros. WWF Indonesia. 2014. Budidaya Parenrengi, A., Rachamsyah, dan S. Rumput Laut Eucheuma Emma. 2010, Budidaya Rumput spinosum. di Tambak.Jakarta Laut Penghasil Karagian Selatan: WWF Indonesia 20