Anda di halaman 1dari 12

J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020.

ISSN : 2460-9226

AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Laju Serapan Fosfat (PO4) Dalam Budidaya


Rumput Laut Jenis Gracilaria sp di Aquarium
The Removal Rate of Phosphate (PO4) in The Cultivation of Gracilaria sp
Seaweed at The Aquarium

Sabil1), Ismail Fahmy Almadi2), Asfie Maidie3)

1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Mulawarman

Abstract

The rate of phosphate (PO4) up take by Gracilaria sp in closed culture system. This
study aims to determine the quality and quantity of Gracilaria sp. through the
application of absorption of phosphate concentrations. This study used descriptive
analysis (graphs and tables) with 3 treatments and 4 replications, namely; P1
Control (Pond Water) and P2 = (0.1 ppm NO3: 1 ppm PO4); and P3 = (1 ppm NO3: 0.1
ppm PO4). The results showed that the phosphate content and nitrate content can
provide good growth of seaweed (Gracilaria sp.). Based on the average value, the
most absorbed phosphate content is achieved by P2 treatment (0.15% / day) while
the lowest phosphate absorption is achieved by P3 (0.10% / day).

Keywords: cultivation, Gracilaria sp., Absorption Phosphate

I. PENDAHULUAN biaya produksi yang rendah, sehingga sangat


berpotensi untuk pemberdayaan masyarakat
Rumput laut merupakan salah satu dari
pesisir.
tiga komoditas utama program revitalisasi
Rumput laut dapat dibudidayakan secara
perikanan yang diharapkan berperan penting
monokultur maupun polikultur. Hal yang
dalam peningkatan kesejahteraan
perlu diperhatikan dalam metode polikultur
masyarakat. Penggunaan rumput laut kian
adalah jenis ikan ikan yang tidak memangsa
hari semakin meningkat, tidak hanya sebatas
rumput laut dan tahan terhadap kualitas air
untuk industri makanan saja tapi sudah
yang buruk, seperti bandeng, kakap, udang
meluas sebagai bahan baku produk
dan kerapu. Metode polikultur terhadap
kecantikan, obat-obatan, dan bahan baku
rumput laut dan udang dapat meningkatkan
untuk kegiatan industri lainnya.
laju pertumbuhan rumput laut dan
Pembudidayaan rumput laut memiliki
meningkatkan produksi udang karena rumput
beberapa keuntungan salah satunya yaitu
laut dapat berfungsi sebagai pelindung dan
menggunakan teknologi yang sederhana
tempat menempelnya organisme epifit
namun, dapat menghasilkan produk yang
makanan udang (Kordi 2010).
menpunyai nilai ekonomis tinggi dengan

24
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

Dalam rangka mencapai hasil produksi Berdasarkan tingkat kebutuhannya,


yang maksimal diperlukan beberapa faktor nutrien yang diperlukan oleh rumput laut
yang penting yaitu pemilihan lokasi yang dibagi menjadi dua jenis yaitu makronutrien
tepat, penggunaan bibit yang baik sesuai dan mikronutrien. Makronutrien adalah
kriteria, jenis teknologi budidaya yang akan nutrien yang dibutuhkan tanaman dalam
diterapkan, kontrol selama proses produksi, jumlah yang banyak seperti N, P, dan K
penanganan hasil pasca panen rumput laut sedangkan mikronutrien adalah nutrien yang
(Winarno, 1990). Pencapaian produksi dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
maksimal budidaya rumput laut dapat sedikit tetapi apabila jumlahnya berlebihan
terpenuhi jika didukung lingkungan yang akan menimbulkan efek toksik seperti Fe, Mn,
sesuai untuk pertumbuhannya, seperti B, Mo, Cu, Zn dan Cl (Sitompul, 2015).
substrat, cahaya, unsur nutrient dan gerakan Salah satu nutrien yang diperlukan
air (Gusrina, 2006). Sedangkan kedalaman oleh rumput laut untuk pertumbuhannya
adalah salah satu faktor yang berpengaruh adalah tembaga fosfat (PO4). Fosfat
terhadap penyerapan cahaya oleh rumput merupakan salah satu unsur hara yang
laut. Karena berkaitan dengan proses penting bagi metabolisme sel tanaman serta
fotosintesis yang menghasilkan bahan pertumbuhan rumput laut. Di perairan,
makanan untuk pertumbuhannya (Aslan, rumput laut membutuhkan fosfat sebanyak
1998). Rumput laut dapat tumbuh baik dan 0.10-1.68 ppm untuk pertumbuhannya.
mencapai produksi tinggi apabila Kandungan fosfat harus tercukupi agar
dibudidayakan pada lokasi kedalaman pertumbuhan rumput laut dapat berjalan
penanaman yang sesuai disertai bibit yang dengan baik.
berkualitas. Dengan melihat fakta ini, maka
Permasalahan yang sekarang di alami dilakukan sebuah penelitian untuk
adalah ketersediaan rumput laut yang kian mengetahui laju serapan fosfor dalam bentuk
hari kian menurun, sementara permintaan fosfat pada rumput laut gracilaria sp.
rumput laut Gracilaria sp.ang menjadi bahan
utama pembuatan agar-agar terus meningkat II. Bahan dan Metode
setiap tahunnya. Permintaan yang cenderung
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
meningkat menyebabkan kebutuhan juga
Agustus sampai dengan September 2018.
semakin besar, sehingga ketersediaan
Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan
Gracilaria sp. di alam menjadi sangat
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
terbatas. Kebutuhan Gracilaria sp. untuk
Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman,
industri agar-agar di dalam negeri dan ekspor
Samarinda – Kalimantan Timur.
mencapai 27.000 ton per tahun. Sementara,
produksi rumput laut untuk jenis tersebut
Rancangan penelitian
hanya mencapai 16.000 ton/ tahun sehingga
kekurangan (Anggadiredja et al., 2006). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
Untuk memenuhi peningkatan dengan 3 Perlakuan dan setiap Perlakuan di
produksi Gracilaria sp. dapat ditempuh ulang sebanyak 4 kali. Sehingga pada
melalui usaha budidaya. Budidaya rumput keseluruhan menggunakan 3 x 4 = 12 unit
laut merupakan salah satu cara yang dapat percobaan.
memenuhi permintaan industri dan juga P1 = Kontrol (Air Tambak)
menekan pengambilan di alam secara P2 = 0.1 ppm NO3 : 1 ppm PO4
berlebihan (Budiyani et al., 2012). Untuk P3 = 1 ppm NO3 : 0.1 ppm PO4
mencapai produksi yang maksimal, Gracilaria
sp. perlu dipacu dengan pemberian nutrien Prosuder Kerja Prosedur Penelitian
yang diharapkan akan meningkatkan
1. Wadah toples plastik disusun sebanyak 12
pertumbuhannya.
buah, tiap stoples diberi label sesuai

25
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

dengan perlakuan yang telah ditentukan terakir. Perhitunga persentase jumlah fosfat
sesuai pengacakan. yang diserap dalam seharinya dikonversikan
2. Air laut dimasukan ke dalam masing- dengan rumus sebagai berikut :
masing wadah sebanyak 4 liter, lalu
didiamkan selama 7 hari. g= X 100%
3. Dilakukan pengamatan kandungan awal Keterangan :
fosfat dan nitrat pada ketiga sampel g = Laju pertumbuhan harian
tersebut dengan menggunakan (%hari)
spektrofotometer. ‫ݐݔ‬ = Kandungan fosfat awal
4. Ditambahkan 0.1 ppm NO3 ke dalam penelitian (ppm)
toples plastik berlabel P2 dan 1 ppm NO3 ‫ݔ‬o = Kandungan fosfat akhir
ke dalam toples plastik berlabel P3 di peneitian (ppm)
setiap ulangan. T = Lama pemeliharaan
5. Ditambahkan 1 ppm PO4 ke dalam
toples plastik berlabel P2 dan 0.1 ppm B. Kandungan Nitrat
PO4 ke dalam toples plastik berlabel P3 Analisis kandungan nitrat dilakuakan
di setiap ulangan. pada awal penelitian dan akhir penelitian.
6. Disiapkan 12 rumput laut Gracilaria Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
sp. dengan berat thallus awal 4 gram jumlah kandungan nitrat yang diserap oleh
dan diberi tanda dengan mengikatkan rumput laut Gracilaria sp. selama masa
benang di salah satu cabangnya. pemeliharaan Analisis kandungan Nitrat yang
7. Rumput laut tersebut dimasukan ke lebih lengkap dan mendalam dilakukan oleh
dalam wadah-wadah toples plastik dan dimas Anggoro Putra sebagai tim peneliti
diletakan di lahan kosong yang terkena Rumput Laut Gracilaria sp.
sinar matahari dan diberi atap plastik
bening agar tidak terkena sinar matahari C. Laju Pertumbuhan Spesifik Rumput Laut
langsung.
8. Dilakukan pengamatan pertumbuhan Laju pertumbuhan spesifik rumput laut
cabang dari rumput laut yang sudah dihitung dengan menggunakan rumus
diberi tanda pada setiap hari selama 30 perhitungan laju pertumbuhan spesifik
hari penelitian. (Effendi, 1997) pada persamaan (1) sebagai
9. Konsentrasi NO3 dan PO4 di air media berikut :
diukur tiap 3 hari sekali.
10. Parameter kualitas air pH, salinitas,
dan suhu di air media diukur setiap 3 ܵ‫= ܴܩ‬ × 100%
hari.
11. Pertumbuhan berat total diukur pada
Keterangan :
akhir penelitian selama 30 hari
ܵ‫ = ܴܩ‬Specific Growth Rate / laju
penelitian. pertumbuhan spesifik (%/hari)
ܹ‫݋‬ = Bobot awal rumput laut
Pengumpulan Data (gram)
A. Kandungan Fosfat ܹ‫ݐ‬ = Bobot akhir rumput laut
Analisis fosfat pada pertumbuhan (gram)
rumput laut dilakukan pada awal sebelum ‫ݐ‬ = Waktu Pemeliharaan (hari)
pemeliharaan dan akhir pemeliharaan (30 Untuk laju pertumbuhan spesifik rumput laut
hari). Analisis kandungan fosfat dilakukan ini dilakukan studi lebih mendalam oleh rizky
untuk mengetahui jumlah fosfat yang telah sebagai bagian dari tim peneliti rumput laut
diserap oleh rumput laut Gracilaria sp. dari Gracilaria sp ini.
hari pertama pengamatan hingga hari

26
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

Analisis Kualitas Air serta 0.086 ppm. Kemudian, nilai fosfat pada
pengukuran hari terakhir disemua perlakuan
Berikut adalah tabel analisis kualitas air yaitu P1 (0.053 ppm), P2 (0.053), P3 (0.057
yang mana parameter derajat keasaman (pH), ppm). Pada Hampir semua perlakuan setiap
suhu, salinitas fosfat dan nitrat dilakukan tiga hari sekali melakukan pengukuran, nilai
pengukuran setiap tiga hari dalam sebulan. fosfat mengalami penurunan. Penururnan
yang terjadi pada setiap perlakuan
Tabel 5. Analisis Kualitas Air menunjukkan bahwa kandungan fosfat yang
NO Parameter Metode Pengukuran Nama Alat terdapat pada media, diserap atau
dimanfaatkan dengan baik oleh rumput laut
1. Derajat Keasaman (pH) Potensiometrik pH meter
sebagai sumber nutrisinya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ruslaini (2016) menyatakan
2. Suhu Pemuaian Thermometer bahwa berkurangnya kandungan fosfat
3. Salinitas Pembiasan Salinometer diperairan diduga karena telah dimanfaatkan
oleh rumput laut sebagai unsur hara esensial
4. Orthofosfat Warna Spektrofotometer yang berperan pada proses fotosintesis.
Kemudian Dwijdjoseputro (1994),
5. Nitrat Warna Spektrofotometer menyatakan bahwa fosfat merupakan unsur
hara yang diperlukan oleh semua jenis
tumbuhan karena merupakan unsur makro
Analisis Data yang sangat berperan dalam proses
fotosintesis dan proses metabolisme seperti
Konsentrasi fosfat serta kualitas air yang
pembentukan ATP (Adenosin Trifosfat) dan
dihitung setiap 3 hari sekali dalam seminggu
Boyd (1982), menyatakan bahwa tumbuhan
selama bulan mei 2018. Pengamatan
perairan dapat menyerap fosfat dengan
dilakukan secara langsung, data yang didapat
sangat cepat sehingga menyebabkan
di analisis secara deskriptif (grafik dan tabel).
kandungan fosfat dalam perairan semakin
menurun.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 6. Jumlah fosfat yang diserap (%/hari)
Pengukuran Jumlah yang diserap
Perlakuan
Awal Akhiir (%/hari)
P1 0.086 ppm 0.053 ppm 0.11%
P2 0.097 pm 0.053 ppm 0.15%
P3 0.086 ppm 0.057 ppm 0.10%
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dengan penambahan nutrien dengan ratio
Gambar 1. Kandungan Fosfat perlakuan P1 Kontrol (Air Tambak), P2 (0.1
ppm NO3 : 1 ppm PO4), dan P3 (1 ppm NO3 :
Konsentrasi fosfat pada penelitian 0.1 ppm PO4) pada tabel 6 diatas
yang berlangsung selama 30 hari menunjukkan bahwa jumlah fosfat yang
menunjukkan kandungan yang berbeda diserap paling banyak perharinya dicapai oleh
disemua perlakuan. Gambar 1 di atas perlakuan P2 sebanyak 0.15%/hari, diikuti P1
menunjukkan bahwa pada perlakuan P1 sebanyak 0.11%/hari dan penyerapan
Kontrol (Air Tambak), P2 (0.1 ppm NO3 : 1 terendah pada P3 sebanyak 0.10%/hari. Nilai
ppm PO4), dan P3 (1 ppm NO3 : 0.1 ppm PO4) fosfat pada P2 yang di serap sebanyak 0.15%
masing-masing memiliki nilai pengukuran selama peliharaan menunjukkan bahwa
posfat awal yaitu 0.086 ppm, 0.097 ppm, rumput laut memanfaakan fosfat dengan baik

27
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

untuk pertumbuhannya. Lingga dan Marsono tanaman uji semakin meningkat dan
(2007), menyatakan bahwa fosfat merupakan mengakibatkan terjadinya pertambahan sel
komponen yang sangat penting untuk secara terus-menerus.
merangsang pertumbuhan thallus,
Penyerapan fosfat tertinggi yang
mempercepat dan memperkuat
dicapai pada P2 dapat dikatakan mampu
pertumbuhan tanaman muda menjadi
memberikan kecukupan nutrisi yang
tanaman dewasa. Fosfat menyebabkan laju
dibutuhkan oleh rumput, kemudian rumput
pertumbuhan menjadi tinggi. Hal ini berkaitan
laut tersebut dapat memanfaatkan
dengan peranan fosfat sebagai sumber
kandungan fosfat tersebut dengan baik.
nutrien bagi pertumbuhan rumput laut yang
Kandungan fosfat yang diperoleh pada P2
mudah terurai dan diserap tanaman
masih dalam ambang batas toleransi untuk
(Odom,1996 dalam Latif, 2008). Khul (1974)
pertumbuhan rumput laut. Hal ini sesuai
dalam Susanto (2001) menjelaskan bahwa
dengan pendapat Andarias (1992)
fosfat sangat penting dan diperlukan oleh
menyatakan bahwa kisaran fosfat yang baik
alga untuk pembentukan energi (ATP).
untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0.09-
Penyerapan fosfat terendah diperoleh pada
1.80 mg/l. Batas terendah konsentrasi fosfat
P3. Hal ini diduga karena kandungan fosfat
untuk pertumbuhan optimun alga berkisar
yang terdapat pada perlaakuan ini tidak
antara 0.018-0.09 ppm dan batas tertinggi
dimanfaatkan dengan baik oleh rumput laut.
berkisar antara 8.90-17.8 ppm apabila
Menurut Endang Supriyantini dkk., (2018)
nitrogen dalam bentuk nitrat, bila nitrogen
menyatakan bahwa proses penyerapan
dalam bentuk ammonium batas tertinggi
nutrien pada rumput laut dilakukan secara
berkisar pada 1,78 ppm. Rumput laut
difusi melalui seluruh bagian tubuhnya.
memiliki efisiensi penyerapan N 32% dan P
Membran sel yang merupakan bagian terluar
19% (Chandrkrachang et al., 1991).
sel setelah dinding sel bertindak sebagai
pelindung isi sel yang ada dalam tubuh akan Briggs dan Funge-Smith (1993)
mengatur nutrien yang keluar dan masuk ke menyatakan bahwa walaupun N dan P sangat
dalam sel. Sifat permeabel dari membran sel penting, namun apabila dosis keduanya telah
akan menyeleksi setiap zat yang dapat masuk berlebihan dalam perairan, maka dapat
ke dalam sel. Banyaknya nutrien yang menghambat pertumbuhan. Percobaan in
berdifusi ke dalam sel tergantung pada vitro oleh Yulianto dan Arfah (2003) juga
konsentrasi nutrien di dalam dan di luar sel. menunjukkan semakin tinggi konsentrasi urea
Pernyataan ini ditegaskan oleh Lobban dan dalam medium budidaya menyebabkan
Harrison (1994) bahwa nutrien di luar sel tanaman mudah putus dan lemah. Aplikasi
yang konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan pupuk yang berlebihan menyebabkan air
di dalam sel mengakibatkan nutrien di luar sel media menjadi jenuh apalagi bila hara
akan berdifusi bebas ke dalam sel sesuai tersebut tidak langsung diserap oleh rumput
kebutuhannya. Nutrien tersebut akan laut. Oleh sebab itu, penambahan hara ke
meningkatkan aktivitas metabolisme sel dalam media kemungkinan lebih efektif
dengan cara masuk ke dalam sel sedikit demi apabila dilakukan secara bertahap
sedikit kemudian akan mengembangkan sebagaimana rekomendasi Friedlander et. al.
vakuola yang ada di dalam sel. Vakuola (1991).
berperan sangat penting dalam kehidupan Fosfat merupakan unsur penting bagi
karena mekanisme pertahanan hidup semua mahluk hidup terutama berfungsi
tumbuhan bergantung pada kemampuan sebagai transformasi energi metabolik yang
vakuola menjaga konsentrasi zat-zat terlarut mana peranannya tidak dapat digantikan oleh
di dalamnya. Volume vakuola semakin unsur lain (Patadjal 1999). Kandungan fosfat
bertambah dengan masuknya nutrien ke dalam sel alga dapat mempengaruhi laju
dalam sel yang mengakibatkan berat dari serapan fosfat dan sebaliknya kandungan

28
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

fosfat di dalam sel akan meningkat seiring Penelitian yang dilakukan


dengan berkurangnya kandungan fosfor
(Patadjal 1999). Sebagai contoh, alga mampu
menyerap fosfat melebihi kebutuhannya
(Luxury consumtion) dan selain itu juga menunjukan kandungan nitrat pada semua
mampu menyerap fosfat pada konsentrasi pelakuan mengalami penurunan. Pada
yang sangat rendah. Ini disebabkan karena perlakuan P1 Kontrol (Air Tambak), P2 (0.1
(alga) mempunyai enzim alkaline fosfatase ppm NO3 : 1 ppm PO4), dan P3 (1 ppm NO3 :
yang mana dapat mengubah fosfat menjadi 0.1 ppm PO4) masing-masing memiliki nilai
ortoposfat yang siap di pakai. Hal inilah, yang pengukuran awal 0.073 ppm, 0.074 ppm, dan
merupakan salah satu penyebab kandungan 0.079 ppm. Kemudian untuk pengukuran
ortoposfat di perairan cepat habis. akhir disetiap perlakuan memiliki nilai yaitu
Kekurangan fosfat akan lebih kritis bagi P1 (0.053 ppm), P2 (0.054 ppm), P (0.061
tanaman akuatik termasuk alga. Pada hal, ppm). Kandungan nitrat pada masing-masing
ketersediaan fosfor di perairan cukup perlakuan pada awal penelitian yaitu
melimpah tetapi, tidak dalam bentuk perlakuan P1 (0.86 ppm), P2 (0.089 ppm) dan
ortofosfat (PO4). Hal inilah yang membedakan pada perlakuan P3 (0.136 ppm). Kemudian
antara fosfat dengan nitrogen. Kebutuhan pada akhir penelitian kandungan nitrat pada
fosfat untuk pertumbuhan alga akan lebih setiap perlakuan yaitu perlakuan P1 (0.053
rendah jika nitrogen berada dalam bentuk ppm), P2 (0.054 ppm), dan pada perlakuan P3
garam ammonium dan sebaliknya jika (0.061 ppm). Jumlah nitrogen yang tinggi
nitrogen dalam bentuk nitrat maka berpengaruh terhadap pertumbuhan (berat
konsentrasi fosfat yang dibutuhkan lebih dan panjang) rumput laut. Hal tersebut sesuai
tinggi. Konsentrasi fosfat yang di butuhkan dengan pendapat Novizan (2000) dalam Latif
untuk pertumbuhan alga berkisar antara (2008) bahwa pupuk nitrogen di dalam
0.018-0.090 ppm dan batas tertinggi adalah perairan menyebabkan tanaman tumbuh
8.90-17.8 ppm (PO4) jika nitrogen dalam subur, sehingga produksinya akan meningkat.
bentuk nitrat. Sedangkan nitrogen dalam Kandungan nitrat pada semua perlakuan
bentuk ammonium maka batas tertinggi mengalami penurunan dari hari ketiga
berkisar pada 1.78 ppm (PO4). dilakukannya pengukuran hingga hari terakhir
penelitian (30 hari). Nitrat dapat
B.Kandungan Nitrat meningkatkan pertumbuhan dan produksi
budidaya rumput laut. Hasil penelitian
Selain fosfat, ada unsur lain yang juga
Buschmann et al. (2004) menunjukkan bahwa
sangat penting bagi pertumbuhan rumput
beberapa alga merah, seperti Gracilaria
laut yaitu nitrat. Hasil pengukuran nitrat pada
tumbuh lebih baik pada kondisi ammonium
semuaperlakuan dapat dilihat pada Gambar 3
yang tinggi, sedangkan pada jenis lain, seperti
dibawah ini.
Chondrus crispus dan Soliera chordalis,
terlihat lebih baik ketika dilakukan
penambahan nitrat, Namun dalam hal
penyerapan nitrat, beberapa jenis algae
memiliki perbedaan dalam menyerap unsur
N, dimana ada jenis alga yang cenderung
lebih dahulu menggunakan nitrat dan adapula
yang lebih dahulu menggunakan ammonium
(Roymont, 1980 dalam Patadjai, 2007).
Penurunan yang terjadi paada semua
Gambar 3 Kandungan Nitrat
perlakuan dapat dkatakan bahwa kandungan
nitrat yang terdapat pada media

29
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

dimmanfaatkan oeh rumput untuk 24.2%/hari. Penelitian yang telah dilakukan


pertumbuhan. Kandungan nitrat yang paling menunjukkan pertumbuhan yang paling
banyak diserap oleh rumput laut perharinya bagus dicapai oleh perlakuan P2 yang
dicapai oleh perlakuan P3 sebanyak disebabkan karena kandungan nilai fosfat dan
0.15%/hari, diikuti oleh perlakuan P2 nitrat yang terdapat pada media sesuai dan
sebanyak 0.12%/hari kemudian P1 sebanyak terpenuhi oleh rumput laut, sehingga rumput
0.11%/hari. Menurut Ginting (2015) laut dapat memanfaatkan kedua unsur
menyatakan bahwa penurunan nitrat dan tersebut dengan baik. Sebaliknya apabila
fosfat dilokasi budidaya dikarnakan rumput unsur fosfat dan nitrat dangan kandungan
laut melakukan proses penyerapan nitrat dan yang berlebih pada media, tidak dapat
fosfat untuk mendukung pertumbuhan dimanfaatkan baik oleh rumput laut bagi
rumput laut. pertumbuhannya. Berlebihnya kandungan
Manfaat Fosfat dan Nitrogen bagi fosfat dan nitrat dapat menghambat
pertumbuhan rumput laut tidak dapat pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan
digantikan dengan unsur yang lain. Hal ini pernyataan Effendi (2003) bahwa kadar
disebabkan karena peran dari nitrogen nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir
sebagai penyusun protein dan fosfat sebagai tidak pernah lebih dari 0.1 mg/l, akan tetapi
penyedia akan energi (Lakitan 2010). Pada jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan
perairan nitrogen tidak kurang dari 0.01 mg/l, mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang
sementara fosfat 0.02-1.00 (Sulistijo dan selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae
Atmadja 1996). Karena kekurangan nitrogen dan tumbuhan air secara pesat.
dan fosfat maka perairan tersebut
Kandungan fosfat yang terdapat pada
dikatagorikan sebagai perairan yang miskin
media dengan penyerapan fosfat terbanyak
akan unsur hara.
perharinya dicapai oleh P2 (0.15%/hari) yang
berbanding lurus dengan pertumbuhan
B. Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut rumput laut. Dimana pertumbuhan rumput
laut pada penelitian ini yang baik dicapai oleh
Penelitian yang dilaksanakan selama
P2 dengan laju pertumbuhan hariannya
satu bulan menunjukkan pertumbuhan
24.8%/hari. Pertumbuhan yang terjadi pada
rumput berbeda di setiap perlakuan.
pada hampir semua perlakuan menunjukan
Pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada
bahwa rumput laut hanya melakukan
Gambar 4 dibawah ini.
perbanyakan sel, sehingga rumput laut yang
terdapat pada media memiliki jumlah thllus
Gambar 4. Laju Pertumbuhan Rumput Laut
yang banyak sedangkan pertumbuhan bobot
Dtidak begitu signifikan. Hal ini diduga karena
ari rumput laut memanfaatkan nutrisi berupaa
hasi fosfat dan nitrat hanya untuk memperbanyak
l sel-sel baru dan arena rumput laut yang
pen digunakan masih muda. Hal ini sesuai dengan
eliti pendapat Ardiasyah Rozaki dkk., (2013)
an menyatakan bahwa nutrien di luar sel apabila
yan konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan yang
g telah dilaksanakan menunjukkan bahwa berada didalam sel akan mengakibatkan
pertumbuhan rumput laut yang terbaik nutrien di luar sel berdifusi bebas ke dalam
dicapai oleh perlakuan P2 (0.1 ppm NO3 : 1 sel sesuai kebutuhannya. Nutrien tersebut
ppm PO4),kemudian P3 (1 ppm NO3 : 0.1 ppm akan meningkatkan aktivitas metabolisme sel
PO4) dan terakhir P1 Kontrol hanya air dengan cara masuk ke dalam sel sedikit demi
tambak dengan pertumbuhan harian disetiap sedikit yang kemudian akan melakukan
perlakuan yaitu 20.7%/hari, 24.8%/hari, serta pembelahan sel. Kemudian dari pembelahan

30
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

tersebut akan menghasilkan jumlah sel yang


berbeda terhadap bagian thallus memiliki Gambar grafik diatas menunjukan bahwa
hasil yang beragam, perbedaan jumlah sel ini pada setiap perlakuan memiliki perbedaan
diduga berhubungan dengan diameter thallus dalam setiap nilai rata-rata. Kandungan pH
utama. Setelah tumbuh dan berkembang, tertinggi terdapat pada perlakuan 1 (tanpa
diameter thallus utama berhenti untuk penambahan) dengan nilai rata-rata 8.24,
memperbesar sel dan lebih difokuskan untuk disusul oleh perlakuan 2 (0.1 ppm NO3 : 1
memperbanyak cabang thallus baru, sel ppm Po4) dengan nilai rata-rata 7.88 dan
thallus utama mengalami pembelahan sel perlakuan 3 (1 ppm NO3 : 0.1 ppm Po4)
untuk membentuk sel baru sehingga sel pada dengan nilai rata-rata 7,38. Hal ini
thallus baru lebih banyak dibandingkan menunjukan bahwa ketiga perlakuan tersebut
dengan sel thallus utama disebabkan cukup layak untuk digunakan sebagai media
karenapada thallus baru terjadi pertumbuhan budidaya rumput laut jenis gracilaria sp.
dan regenerasi sel, sedangkan pada thallus
utama sel tidak mengalami pergantian / 2. Suhu
regenerasi karena pertumbuhan rumput laut
lebih difokuskan untuk memperbanyak Umumnya kemampuan adaptasi
cabang atau thallus baru. Hal ini sesuai jenis-jenis rumput laut terhadap suhu
dengan pernyataan Salisbury dan Ross (1992), perairan sangat bervariasi, tergantung pada
bahwa pada jaringan muda aktifitas sel habitat dan daerah penyebaran dari pada
diarahkan untuk pertumbuhan yaitu rumput laut itu sendiri. Sebagai contoh,
melakukan pembelahan dan pembesaran sel. rumput laut yang hidup di daerah Norwegia
dapat hidup pada suhu 30C di musim dingin
Kualitas air
dan pada musim panas rumput laut tersebut
Hasil pengamatan menunjukan data dapat hidup pada suhu 14 – 180C (Patadjal
kualitas air berpengaruh terhadap 1999).
pertumbuhan rumput laut. Diduga kualitas air Penelitian yang telah dilakukan
laut, suhu, kekeruhan, salinitas, pH air, menunjukan bahwa suhu yang paling
oksigen terlarut, fosfat, dan nitrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput
berpengaruh terhadap produksi rumput laut laut terdapat pada perlakuan 2 (Gambar 6).
(Patang dan Yunarti, 2009. Menurut Dahuri, 2001 suhu optimum suatu
1. Derajat Keasaman (pH) perairan berkisar antara 26˚C - 29˚C, sehingga
suhu sangat berguna untuk memberikan
Hasil penelitian yang telah dilakukan kualitas air yang baik terhadap pertumbuhan
dengan mengamati Derajat keasaman (pH) rumput laut yang telah diteliti.
selama 1 Bulan dengan perlakuan yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 5
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan
bahwa nilai Derajat keasaman (pH) air seluruh
perlakuan masih dalam batas toleransi untuk
budidaya rumput laut jenis gracilaria sp.

Gambar 6. Pengukuan Suhu

Suhu pada perlakuan 1, 2 dan 3 tidak


menunjukan perbedaan yang signifikan. Hasil
uji pada ketiga perlakuan tersebut
menunjukan bahwa Perlakuan 1 (tanpa
Gambar 5. Pengukuran pH

31
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

penambahan) mengandung rata-rata suhu pertumbuhan rumput laut yaitu berkisar


29,3˚, perlakuan 2 (0.1 ppm NO3 : 1 ppm antara 15-35 ppt.
Po4) mengandung rata-rata suhu 28,7˚C, dan Rata-rata salinitas berada dalam
perlakuan 3 (1 ppm NO3 : 0.1 ppm Po4) kisaran yang layak. Hasil uji laboratorium
mengandung rata-rata suhu 29.4˚C. Dahuri menunjukan bahwa, perlakuan 1 (tanpa
(2001), menyatakan bahwa di perairan penambahan) mengandung rata-rata salinitas
nusantara kita suhu air laut umumnya 27.5 ppt, perlakuan 2 (0.1 ppm NO3 : 1 ppm
berkisar antara 28-38˚C. suhu juga sangat di Po4) mengandung rata-rata salinitas 28.8 ppt,
pengaruhi oleh perubahan musim, yang mana Perlakuan 3 (1 ppm NO3 : 0.1 ppm Po4)
sangat berpengaruh terhadap ke stabilan mengandung rata-rata salinitas 27.9 ppt. Data
suhu dalam suatu perairan. tersebut menunjukan bahwa ketiga perlakuan
Menurut Dahuri, 2001 suhu optimum tersebut dapat dikatakan layak untuk
suatu perairan berkisar antara 26˚C - 29˚C, budidaya rumput laut. Kisaran salinitas yang
sehingga suhu sangat berguna untuk terukur selama penelitian di ketiga perlakuan
memberikan kualitas air yang baik terhadap masih dalam kisaran yang dapat ditolerir
pertumbuhan rumput laut yang telah sehingga mampu mendukung pertumbuhan
diteliti.Suhu pada perlakuan 1, 2 dan 3 tidak rumput laut gracilaria sp tersebut. Menurut
menunjukan perbedaan yang signifikan. Aslan, 1999, Kondisi salinitas yang baik untuk
Dahuri (2001), menyatakan bahwa di perairan pertumbuhan rumput laut yaitu berkisar
nusantara kita suhu air laut umumnya antara 15-35 ppt. data tersebut menunjukan
berkisar antara 28-38˚C. suhu juga sangat di bahwa ketiga perlakuan tersebut dapat
pengaruhi oleh perubahan musim, yang mana dikatakan layak untuk budidaya rumput laut.
sangat berpengaruh terhadap ke stabilan Kisaran salinitas yang terukur selama
suhu dalam suatu perairan. Kisaran suhu yang penelitian di ketiga perlakuan masih dalam
terukur selama penelitian di ketiga perlakuan kisaran yang dapat ditolerir sehingga mampu
tersebut masih dalam kisaran yang dapat di mendukung pertumbuhan rumput laut
tolerir sehingga mampu mendukung gracilaria sp tersebut.
pertumbuhan rumput laut tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Salinitas
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Berdasarkan hasil laju serapan fosfat
dengan pengamatan salinitas selama 1 bulan
jumlah fosfat yang diserap pehari paling
dengan 3 perlakuan yang berbeda dapat
banyak di capai oleh perlakuan P2 sebesar
dilihat pada Gambar 7.
15%/hari yang berbanding lurus dengan laju
pertumbuhan harian rumput laut perharinya
yaitu 24.8%/hari dan terendah dicapai oleh
perlakuan P3 sebesar 10%/hari dengan laju
pertumbuhan sebesar 20%/hari.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
Gambar 7. Pengukuran Salinitas dilakukan, saran yang dapat disampaikan
adalah perlaunya dilakukan penelitian
Hasil penelitian menunjukan lanjutan mengenai pengaruh intensitas
perbedaan rata-rata salinitas dari hari ke 1 cahaya terhadap pertumbuhan rumput laut
sampai hari ke 30 setiap 3 harinya. Menurut gracilaria sp.
Aslan, 1999, Kondisi salinitas yang baik untuk

32
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

DAFTAR PUSTAKA Buschmann, A.H., D. Varela., M. Cifuentes.,


M.C. Hernandez-Gonzalez., L.
Henriquez.,R. Westermeier., and J.A.
Anggadiredja, J.T., Zatmika, A., Purwoto, H.,
Correa. 2004. Experimental indoor
&Istini, S. (2006). Rumput laut:
cultivation of the carrageenophytic red
pembudidayaan, pengolahan &
algae Gigartina skottsbergii. Aquaculture
pemasaran komoditasperikanan potensial.
241: 357-370
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Briggs, M.R.P., & Funge-Smith, S.J. (1993).
Anggadiredja, J. T., Irawati, S. Dan Kusmiyati.
Macroalga in aquaculture: an overview
1996. Potensi dan Manfaat Rumput Laut
and their possible roles in shrimp culture.
Indonesia dalam Bidang Farmasi. Seminar
Paper presented at the Conference on
Nasional Industri Rumput Laut. Jakarta
Marine Biotechnology in the Asia Pacific
Anggadiredja. J. T., Zatnika, A., Purwoto, H.
Region, Bangkok, Thailand.
dan Istini, S. 2006. Rumput Laut. Penebar
Budiyani, F.B., Suwartimah, K., & Sunaryo, S.
Swadaya, Jakarta.
2012. Pengaruh Penambahan Nitrogen
Afrianto, E., dan E. Liviawati. 1993, Budidaya
dengan Konsentrasi yang Berbeda
Rumput Laut dan Cara Pengolahannya.
terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut
Bhatara. Jakarta.
Caulerpa racemosa var. uvifera. Journal of
Andarias, I., 1991. Pengaruh Takaran Urea
Marine Research, 1(1):10-18.
dan TSP Terhadap Produksi Bobot Kering
Chandrkrachang, S., C.J. Chinadit., P.C.
Klekap [Disertasi].(tidak
Chandayot., and T. Supasiri. 1991.
dipublikasikan). Program Pasca Sarjana
Profitable spin-offs from shrim Seaweed
Institut Pertanian Bogor.
polyculture. Infofish International 6: 26-28.
Andarias, I., 1992. Pengaruh Takaran Urea
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi
dan TSP Terhadap Produksi Bobot Kering
Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama,
Klekap. Buletin Ilmu Perikanan dan
Jakarta.
Peternakan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.
Ardiansyah, R., Haryo, T., Eva, A. W., Apri, A.
Kanisisus.Yogyakarta hal 155 Endang, S.,
2013. Pengaruh Jarak Lokasi Pemeliharaan
Gunawan, W. S., Ladies Nikita A. 2018 .
Terhadap Morfologi Sel Dan Morfologi
Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp.
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Di
pada Media yang Mengandung Tembaga
Desa Lobuk Kecamatan Bluto, Kabupaten
(Cu) dengan Konsentrasi yang Berbeda.
Sumenep. Jurnal Kelautan 6 : (2).
Buletin Oseanografi Marina 7 (1) : 15–21
Aslan, M. 1993. Budidaya Rumput Laut.
Food Agricultural Organization [FAO].
Kanisius. Yogyakarta.
(2012).The State of World Fisheries and
Aslan M. 1998. Budidaya Rumput Laut.
Aquaculture 2012.
Yogyakarta: Kanisius.
Friedlander,M., Krom,MD., Ben Amotz, A.,
Atmadja, W.S., Susanto, A.B., & Dhewani,
1991. The Effect of Light and Ammonium
N.M.S.(2012). Pengembangbiakan
on Growth, Epiphytes and Chemical
rumput laut (Makroalgae). Jakarta. Ikatan
Constituens of G.Conferta inoutdoor
Fikologi Indonesia.
Cultures. Botanica Marina 34: 161-166.
Boyajian G, Carriera LH. 1997.
Fritz, G.J. 1986 The structure and
Phytoremediation: a Clean Transition
Reproduction of The Algae Volume 2,
From Laboratory to Marketplace. Nature
Vicas Publisher house.
Biotechnology. Volume, 15 February 1997.
Fish Culture Res., Fish. Series, Chin. Am. Joint
P. 127-128.
Commission on Rural Reconstruction 7, 1-
Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for
43. Putri YS, Susilowati. 2013. Pengaruh
Aquaculture. Birmingham Publishing Co.,
Padat Penebaran Terhadap Kelulus
Birmingham, Alabama, 454 pp
Hidupan danPertumbuhan Udang Vaname

33
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

(Litopenaeus vannamel) Serta Produksi pembangunan Kelautan dan Perikanan


Biomassa Rumput Laut (Gracilaria sp.) berkelanjutan untuk kesejahteraan
Pada Bidudaya Polikultur. Journal of masyarakat. Kementerian
Aquacultur Management and Technology Kuncoro, E. B. 2004. Akuarium Laut. Kanisius.
2(3): 12-19 Yogyakarta.
Ginting ES, Rejeki S, Susilowati T. 2015. Kordi K, Ghufran M. 2010. A to Z Budidaya
Pengaruh Perendaman Pupuk Organik Cair Biota Akuatik Untuk Pangan, Kosmetik,
Dengan Dosis yang Berbeda Terhadap dan Obat-obatan,Ed.1. Yogyakarta: ANDI
Pertumbuhan Rumput Laut (Caulerpa Lakitan B. 2010. Dasar-dasar Fisiologi
lentillifera). Journal of Aquaculture Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Management and Technology 4 (4) : 82- Latif, I. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk
87. terhadap Pertumbuhan, Produksi dan
Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Kandungan Karagenan Rumput Laut
Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Kappaphycus striatum.
Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi Lobban, C. S., D. J. Chapman and B.
IPB. Bogor. P.Kremer.1988.Spectrophotometric and
Gusrina. 2006. Budidaya Rumput Laut. Fluorometric Chlorophyll Analysis
Bandung : Sinergi Pustaka Indonesia. Cambridge University Press. NewYork. p.
Hutagulung, H., P., dan Rozak, A., 1997. 35 – 38.
Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Malingkas, R. 2002. Perbanyakan Benih
Biota Laut. Intitus Pertanian Bogor. Bogor. Rumput Laut Gracilaria verrucosa (H)
Iksan K. 2005. Kajian Pertumbuhan, Produksi Papenfus Melalui Kultur In Vitro pada
Rumput Laut (Eucheuma cottoniii), dan Berbagai Media Kultur serta Aplikasinya.
Kandungan Karaginan pada berbagai Tesis. Program Pascasarjana Sistem-Sistem
Bobot Bibit dan Asal Thallus di Perairan Pertanian. Universitas Hasanudin. Ujung
Desa Guruaping Oba Maluku Utara. [tesis]. Pandang.
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Mayunar, Ismail A, dan Purwanto BE. 1995.
Pertanian Bogor. Kondisi Perairan Teluk Banten Ditinjau dari
Mubarak, H., Sulistijo, A. Djamali dan O. K. Beberapa Parameter Fisika-Kimia serta
Sumadhiharga 1998. Sumber daya rumput Kaitannya dengan Usaha Budidaya.
laut Dalam: Potensi dan Penyebaran Prosiding Perikanan Pantai Bojonegara-
Sumber daya Ikan laut Di Perairan Serang.
Indonesia (W. Johanes; K.A. Azis; B.E. Nugroho, L. H dan Sumardi, I. 2004. Biologi
Priyono; G.H. Tampubolon; N. Naami dan Dasar. Penebar Swadaya. Jakarta.
A.Djamali) Komisi Nasional Pengkajian Stok Parenrengi, A., Rachmansyah, & Suryati,
Sumber daya Ikan Laut, LIPI, Jakarta : 226- E.(2011). Budidaya rumput laut penghasil
24. karaginan (karaginofit). Edisi Revisi. Balai
Noggle GR, Frizt GR. 1986. Introductory to Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Badan
Plant Physiologi. Second edition. Prentice- Penelitian dan Pengembangan Kelautan
Hall, Inc. New Jersey. dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jambatan. Perikanan. Jakarta.
Jakarta. Papalia, S. dan Hairati Arfah. 2013.
Patadjal RS. 1999. Pengaruh Pupuk TSP Produktivitas Biomasa Makroalga di
terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Perairan Pulau Ambalau, Kabupaten Buru
Rumput Laut Gracilaria gigas harv. [tesis]. Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Kelautan Tropis. 5 (2) : 465-477.
Pertanian Bogor. Patang dan Yunarti. 2009. Pengaruh Berbagai
Kementerian Kelautan dan Perikanan Metode Budidaya Dalam Meningkatkan
[KKP].(2013). Blue Economy, Produksi Rumput Laut. Pangkep.

34
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 23-35. April 2020. ISSN : 2460-9226

Patadjai, R.S. 2007. Pertumbuhan, produksi Tallo Kota Makassar. TORANI Universitas
dan kualitas rumput laut Kappaphycus Hasanuddin. Makassar.
alvarezii (Doty) Doty pada berbagai habitat Winarno FG.1990. Teknologi Pengolahan
budidaya yang berbeda. Disertasi. Program Rumput Laut. Jakarta : pustaka sinar
Pascasarjana UNHAS. Makassar. Harapan.
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2001. Yulianto, K dan Arfah, H. 2003. Pengaruh
Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir pupuk urea [CO(NH2)2] terhadap
Secara Berkelanjutan. Djambatan. Jakarta. pertumbuhan Gracilaria Edulis (Gmelin)
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2007. Silva suatu studi in vitro. UPT Loka
Biologi Laut. Pusat Penelitian dan Pembangunan Kompetensi SDM
Pengembangan Oseanografi-LIPI. Jakarta. Oseanografi LIPI Pulau Pari. Maluku.
Ruslaini. 2016 . Kajian Kualitas Air Terhadap Zatnika, A. 2009. Pedoman Teknis Budidya
Pertumbuhan Rumput Laut (Gracilaria Rumput Laut. Badan Pengkaji Penerapan
verrucosa) Di Tambak Dengan Metode Teknologi. Jakarta
Vertikultur. Akuakutur Ilmu Perikanan Vol
5 Nomor 2.
Salisbury FB dan CW Ross. 1992. Fisiologi
Tumbuhan. Terjemahan Diah, L dan
Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.
Sastrawijaya. 1991. Pencemaran Lingkungan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Simanjuntak, M., 2006. Kadar Fosfat, Nitrat
dan Silikat Kaitannya dengan Kesuburan
di Perairan Delta Mahakam,
Kalimantan Timur. Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI. Jakarta.
Sitompul, S.M. 2015 Nutrisi Tanaman:
Pengenalan Nutrisi Tanaman. UB Press:
Malang.
Sutika, N., 1989. Ilmu Air. Universitas
Padjadjaran. UNPAD Bandung.
Sulistijo. 1985. Budidaya Rumput Laut. http:
//www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/
AB882E11. Htm .Diakses 20 Mei 2017.
Sulistidjo, Atmadja WS. 1996. Perkembangan
Budidaya Rumput Laut di In donesia.
Puslitbang Oseanografi LIPI. Jakarta.
Suryati, E., Rosmiati., Parenrengi., A dan
Tenriulo, A. 2007. Kultur Jaringan Rumput
Laut (Gracilaria sp) dari Sumber Tallus
yang Berbeda Lokasi. Jurnal Riset
Akuakultur 2(2):143-147.
Susanto, A. B., Sarjito, A. Djunaedi dan
Safuan. 001. Studi aplikasi Teknik Semprot
Budidaya Rumput Laut Gracilaria
verrucosa (Huds) papenf.
Tambaru, R., dan F. Samawi. 1996. Beberapa
Parameter Kimia Fisika Air di Muara Sungai

35

Anda mungkin juga menyukai