OLEH
RAHMI
By:
ABSTRACK
This research has been implemented in June-July 2019 at the Faculty of Fisheries and Marine
of Riau University. The purpose of this research is to know the best dose of dolomite lime in
the growth of Baung fish (Hemibagrusnemurus) using the Bioflok system. The method used
in this research is the experimental method by using RAL (complete random draft), with 4
treatment levels and 3 repeats, with the following treatment: (1) P1:100 gr/m3 or 4 gr/40 L,
(2) P2: the addition of Dolomite limestone 150 gr/m3 or 6 gr/40 L, (3) P3: The provision of
limestone dolomite as much as 200 gr/m3 or 8 gr/40 L and (4) P4: the addition of Dolomite
limestone 240 gr/m3 or 10 gr/40 L. The best result of this study is on P3 treatment = The
addition of dolomite limestone 200 gr/m3 (8GR/40 L) with the quality of water during the
research temperature 28 0C, Ammoniac 0,0003-0,0006 mg/L, DO4,37-4.77 mg/L, pH 6-7.
Then on growth and livelihood is on the growth of the average Ratar 4.4 gr, the total weight
growth is 2.39 g, average growth of average 8.66 cm, the total growth of absolute 2.74 cm,
growth rate Pesifik 2.579%, life cycle 97% and Volume FLOC 5.8 ml/L.
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2019 di Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Riau. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis penambahan
kapur dolomit yang terbaik untuk pertumbuhan ikan Baung (Hemibagrus nemurus) dengan
menggunakan sistem Bioflok.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan mengunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 4 taraf perlakuan
dan 3 kali ulangan, dengan tarap perlakuan sebagai berikut: (1) P 1 : Penambahan Kapur
Dolomit sebanyak 100 gr/m3 atau 4 gr/ 40 L , (2) P2 : penambahan kapur dolomit sebanyak
150 gr/m3 atau 6 gr/40 L, (3) P3 : pemberian kapur dolomit sebanyak 200 gr/m3 atau 8 gr/40 L
dan (4) P4 : Penambahan kapur dolomit sebanyak 240 gr/m 3 atau 10 gr/40 L. Hasil terbaik
pada penelitian ini yaitu pada perlakuan P3 = Penambahan kapur dolomit sebanyak 200 gr/m 3
(8gr/40 L) dengan kualitas air selama penelitian suhu 28 0C , amoniak 0,0003-0,0006 mg/L ,
DO4,37-4,77 mg/L, pH 6-7. Kemudian pada pertumbuhan dan kelulushidupan yaitu pada
pertumbuhan bobot ratar-rata 4,4 gr, pertumbuhan bobot mutlak 2,39 g, pertumbuhan panjang
rata- rata 8,66 cm, pertumbuhan panjang mutlak 2,74 cm, laju pertumbuhan pesifik 2,579%,
kelulushidupan 97% dan volume flok 5,8 ml/L.
Kata Kunci :Molase, Bioflok Hemibagrus nemurus, Kapur Dolomit,
1. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
2. Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
3
yang disampaikan oleh Azim dan Little Baung (Hemibagrus nemurus) untuk
(2008) yang menyatakan bahwa kualitas pertumbuhan serta dapat mengurangi
air pada media budidaya ikan dengan pemberian pakan komersial. Hasil
sistem bioflok yakni suhu berkisar 26-30 pengukuran volume flok selama penelitian
o
C, oksigen terlarut 3-7,5 mg/L, dan pH 5- dapat dilihat Tabel 2.
8,5.
Kondisi suhu yang tidak Pengukuran flok (ml/L)
mengalami perubahan yang signifikan Perlakuan
dikarenakan rentang suhu pada pagi dan 0 10 20 30
sore tergolong rendah. Penelitian ini P1 0,7 2,5 3,1 3,7
dilaksanakan di dalam ruangan, sehingga
suhu perairan pada wadah penelitian cukup P2 1 ,2 2,7 3,4 4,5
stabil. Derajat keasaman (pH) awal
penelitian yaitu 4, setelah diberikan kapur P3 1,4 3,2 4,8 5,8
dolomit kedalam perairan meningkat
menjadi 5-7, Amonia merupakan bentuk P4 1,0 3,1 4,0 5,3
toksik terhadap organisme budidaya.
Jumlah 4,3 11,5 15,9 19,3
Konsentrasi amonia yang tinggi akan
menyebabkan ikan mengalami gangguan. Rata-rata
3,67± 4,50± 5,77± 5,30±
Nilai amoniak yang tinggi akan 0,40a 0,50b 0,30c 0,26c
menyebabkan kematian pada ikan. Kisaran Keterangan : Huruf Supercrip yang
nilai amoniak pada budidaya perikanan berbeda pada baris yang sama
yaitu 0,0002-0,0006 mg/L. Menurut menunjukkan tidak berbeda
jangkaru dalam Minggawati dan Saptono nyata (P<0,05)
(2012). Kadar amoniak bebas melebihi 0,2
mg/L bersifat racun pada ikan,selain itu Berdasarkan dari Tabel 2 volume
tingginya kadar amoniak dapat dijadikan flok tertinggi diperoleh pada hari ke 30
sebagai indikasi kurang baiknya kualitas berada pada perlakuan P3 yaitu 5,8 ml/L,
perairan. Menurut Silaban, et al., (2012), penambahan sumber karbon molase 5,32
kualitas air pemeliharaan dapat menurun ml/L setiap 7 hari sekali mempengaruhi
dengan cepat karena sisa pakan, feses dan pembentukan bioflok lebih optimal. Hal
buangan metabolit. ini diduga molase merupakan gula
Oksigen terlarut merupakan sederhana sehingga dapat dengan mudah
kualitas kimia air yang sangat mendukung dimanfaatkan oleh bakteri untuk
perkembangan ikan. Menurut mempercepat pertumbuhan. Ini sesuai
Syafriadiman et al,. (2005), DO yang dengan pernyataan Chamberlain(1996),
paling ideal untuk pertumbuhan dan yang menyatakan bahwa sumber karbon
perkembangan organisme akuatik yang yang digunaakan dalam bioflok dibagi
dipelihara lebih dari 5 mg/L. Tinggi menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana
konsentrasi oksigen terlarut pada setiap dan karbohidrat kompleks, penggunaan
perlakuan disebabkan karena adanya sumber karbon pada bioflok memiliki ke
pengaruh sumber air. unggulan yaitu mudah diserap dan
dimanfaatkan oleh bakteri untuk
Volume Flok nmempercepat pertumbuhan sehingga
dapat bersaing dengan organisme lain
Flok adalah gumpalan kecil yang seperti fitoplankton dalam mengabsorpasi
tersusun dari sekumpulan mikroorganisme nitrogen yang terdapat pada kolam
yang akan membentuk flok. Bioflok budidaya.
tersebut akan berfungsi sebagai pakan Volume flok selama penelitian
tambahan yang dapat dimanfaatkan ikan bersifat dinamis, yaitu mengalami
7
dosis kapur dolomit 10 g yaitu 2,25 cm, P2 keturunan, umur, ketahanan tubuh
dengan dosis kapur dolomit 6 g yaitu 2,08 terhadap penyakit dan kemampuan
cm , dan P1 dengan dosis kapur dolomit 4 menerima makanan.
g 1,91 cm. Menurut Efendi (1992) Faktor eksternal meliputi sifat
menyatakan bahwa pertumbuhan ikan fisika dan kimia lingkungan, jumlah
dilihat dari bentuk ikan, baik panjang makanan, ukuran nilai gizi makanan yang
maupung berat sesui dengan bertambahnya tersedia dan jumlah ikan yang ada (Huet
waktu. dalam Afdison, 2004). Laju pertumbuhan
Berdasarkan analisa variasi spesifik benih ikan Baung dipengaruhi
(ANAVA) di dapat bahwa pemberian oleh ketersediaan pakan secara
kapur dolomit berpengaruh nyata ( berkelanjutan akan membuat laju
P<0,05) terdapat bobot mutlak ikan Baung pertumbuhan ikan baik pada sistem bioflok
. Hasil uji Student Newman Keuls ketersediaan flok didalam wadah
menunjukkan bahwa P1 berbeda nyata penelitian juga menbantu mempercepat
terhadap P2 P3 dan P4 sedangkan P2 dan P4 pertumbuhan benih ikan Baung sebangai
tidak berbeda nyata. pakan tambahan (alami) disamping pakan
komersal yang diberikan sehingga
Laju Pertumbuhan Spesifik pertumbuhan benih ikan Baung pada
sisitem bioflok tetap baik. Sistem bioflok
Hasil pengamatan laju juga merupakan menetralisir ammonia
pertumbuhan spasifik ikan Baung dapat yang terbentuk pada perairan sehingga
dilihat pada Tabel 7. kondisi lingkungan perairan pada wadah
penelitian tetap baik dalam menunjang laju
Tabel 7. Laju Pertumbuhan Spesifik, pertumbuhan ikan Baung.
Anava dan Uji Lanjut Ikan Baung Pada penelitian ini menunjukan
Ulan Perlakuan (%) bahwa pemberian kapur dolomit
gan P1 P2 P3 P4 menunjukkan laju pertumbuhan ikan
1 2.160 1.687 2.006 1.799 Baung juga berbeda. Hal ini terjadi karena
2 1.651 2.062 3.016 2.140
3 1.782 1.997 2.714 2.092 frekuensi penambahan molase kedalam
Juml 5.593 5.746 7.736 6.031 media pemeliaraan merangsang
ah pertumbuhan bakteri hetertrof yang
Rata 1.864±0 1.915±0 2.579±0 2.010±0 memanfaatkan sisa metabolisme ikan
-rata .264a .118a .518a .185a kemudian membentuk biomassa bioflok
Keterangan :Huruf Supercrip yang berbeda yang berperan sebagai sumber pakan
pada baris yang sama tambahan. Flok yang terbentuk akan
menunjukkan tidak berbeda kembali dimakan oleh benih ikan Baung.
nyata (P<0,05) Menurut Avnimelech (1999), terbentuknya
bioflok dihasilkan dari sisa pakan dan
Pada Tabel 7, menunjukkan bahwa fases terbuang diperairan akan
rata–rata laju pertumbuhan Spesifik ikan menghasilkan nitrogen anorganik.
Baung menunjukan adanya perbedaan Nitrogen anorganik dapat diubah menjadi
disetiap perlakuan yang diperoleh pada protein sel tunggal dengan adanya materi
perlakuan P3= kapur dolomit dengan dosis karbon di perairan dan dapat dimanfaatkan
8 g yaitu 2,579% lalu diikuti P4 dengan sebangai sumber pakan ikan atau udang.
dosis kapur dolomit 10 g yaitu 2,010. P2 Teknologi bioflok juga menjadi salah satu
dengan dosis kapur dolomit 6 g, yaitu alternatif pemecahan masalah limbah
1,915% dan P1 dengan dosis kapur dolomit budidaya karena selain dapat menurunkan
4 g yaitu 1,864% . Pertumbuhan ikan limbah nitrogen anorganik, teknologi
diperoleh oleh faktor internal dan bioflok dapat menyediakan pakan
eksternal. Faktor internal meliputi tambahan berprotein sehingga dapat
10
meningkatkan pertumbuhan ikan (Crab et yang lingkungan tidak baik ketika listrik
al, 2007). Berdasarkan analisa variasi padam karena dapat menyebabkan
(ANAVA) di dapat bahwa pemberian kurangnya oksigen dalam wadah.
kapur dolomit berpengaruh nyata Oksigen memengang peranan
(P<0,05) terdapat laju pertumbuhan penting dalam indikator kualitas perairan,
spesifikikan Baung. Hasil uji Student karena oksigen terlarut berperan dalam
Newman Keuls menunjukkan bahwa tidak proses oksigen dan reduksi bahan organik
berbeda nyata. dan anorganik. Karena proses oksigen dan
reduksi inilah maka peranan oksigen
Kelulushidupan Ikan Baung terlarut sangat penting untuk membantu
(Hemibagrus nemurus) Selama mengurangi beban pencemaran pada
Penelitian perairan secara alami. Apabila kandungan
oksigen pada media pemeliharaan ikan
Berdasarkan hasil pengamatan rendah maka akan terjadi persaingan
kelulushidupan ikan Baung selama kebutuhan oksigen antara ikan dengan
penelitian dapat diihat pada Tabel 8. bakteri pengurai bahan organik (Supriati,
2011). Karakteristik boflok adalah
Tabel 8. Kelulushidupan Ikan Baung membutuhkan oksigen yang tertinggi dan
(Hemibagrus nemurus) Selama produksi biomassa bakteri. Oleh karena
Penelitian itu, diperlukan aerasi yang berpungsi untuk
pengadukan serta memastikan bahwa
Perlak Perlakuan (%)
uan bioflok tetatap tersuspensi dalam air dan
P1 P2 P3 P4 tidak mengendap (Suryaningrum, 2012).
1 95 95 95 95 Menurut laksamana dalamarminah (2010).
Faktor yang mempengaruhi tinggi
2 85 95 95 95 rendahnya kelulushidupan ikan adalah
faktor biotik antara lain kompetitor,
3 95 90 100 95 kepadatan, populasi umur, dan
kemampuannya beradaptasi dengan
Jumlah 245 280 290 285 lingkunganya.
pertumbuhan bobot mutlak ikan Baung Effendi, M.I. 1992. Metode Bioogi
2,39 g, pertumbuhan panjang rata-rata ikan Perikanan. Penerbit Yayasan
baung 8,66 cm. Pertumbuhan panjang Agroedia Bogors
mutlak ikan ikan Baung 2,74, laju
pertumbuhan spesifik, anava dan uji lanjut Minggawati ,dan saptono .2012. Parameter
Baung 2,579%, kelushidupan ikan Baung Kualitas Air untuk Budidaya ikan
sebesar 97%. Patin (Pagasius pagasius) di
keramba sungai Kahayan, Kota
Saran palangkaraya., Jurnal Ilmu
Hewan Trovika .Vol.1 (1).
Untuk memperoleh pertumbuhan
ikan Baung (Hemibagrus nemurus)yang Suryaningrum, M. F. 2012. Aplikasi
lebih baik maka dalam budidaya ikan Teknilogi Bioflok pada
Baung (Hemibagrus nemurus)bioflok Pemeliharaan BenihIkan Nila
dapat dilakukan dengan pemberian kapur (Oreochromis
dolomit sebanyak 200 gr/m3menjadi 8 g. nilotics).(Tesis).Universitas terbuka.
Perlu dilakuakan penelitian lanjutan agar Jakarta. 110 hlm
dapat mengetahu dosis yang tepat untuk
meningkatkan produksi ikan Baung. Supono, J, Hutabarat, S. B. Prayitno, dan
Y.S. Darmanto. 2014. White Shrimp
DAFTAR PUSTAKA (Litopenaeus Vannamei) Culture
using Heterotrophic Aquacultur
Afdisin, D. 2004. Pengaruh Perbedaan System on Nursery Phase.
Konsentrasi Asam Linoleat (n3) International Journal of Waste
dalam pakan Terhadap Resources. Vol 4 (2) : 1 -4
Pertumbuhan Ikan Baung. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Supriati., 2011. Metode penelitian Labkat
UNRI. Pekanbaru. press unikom. Bandung.