Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TERPADU

BUDAYA UDANG

OLEH :
NAMA : IN DRI ADELIA KULLE
NIM : T202210149
KELOMPOK: 4

PROGRAM STUDI BUDIDAYA UDANG


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Sektor perikanan sangat potensial dan mempunyai prospek pengembangan yang
besar,salah satunya adalah usaha budaya udang. peningkatan produksi udang ternyata telah
memberikan arti tersendiri dalam peningkatan devisa dari ekspor non-migas, sebab udang
telah dapat menunjukkan dominasinya sebagai salah satu komoditi andalan ekspor di pasaran
dunia. Indonesia ternyata menempati urutan ketiga terbesar sebagai negara pengekspor udang
dipasar dunia setelah Thailand dan india. Tercatat pada tahun 1988-2002 misalnya,rata-rata
total volume ekspor indonesia sebesar 1,3749 metrik ton atau 7,25% dari total volume ekspor
udang dunia. rata-rata volume ekspor udang di pasar dunia pada periode tahun tersebut adalah
sebesar 91,7 ribu metric ton per tahun. Adapun rata-rata tingkat pertumbuhan volume ekspor
udang dunia adalah sekitar 6,75% per tahun (farionita, 2018).
Udang vanname mempunyai beberapa keunggulan dibanding spesies udang lainnya.
Berdasarkan penelitian (Boyd dan Clay, 2002) Produktivitasnya mencapai lebih dari 13.600
kg/ha. Spasies udang yang banyak dibudidayakan di indonesia saat ini adalah (penaeus
monodon) udang windu dan (penaeus vannamei) udang vannamaei sering di sebut udang
putih. Penaeus monondon banyak ditemuka di indonesia, Taiwan sementara Penaeus
vannamei banyak di temukan di perairan ekuador, mexico, panama dan honduras (supono,
2017). Jenis udang yang menjadi primadona ekspor indonesia adalah udang vannamei sangat
laku di pasar ekspor, karena memiliki keunggulan nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan
jenis udang lainnya. selain itu karena faktor primadona ekpor, ternyata ada alasan para
petambak udang di indonesia lebih menyukai membudayakan udang vannamei dibandingkan
dengan udang windu dan udang lainnya karena karakteristiknya dapat hidup dikisaran
salinitas yang luas,mampu beradaptasi dengan lingkungan yang bersuhu rendah,dan tingkat
keberlangsungan hidup yang tinggi (kharisma, 2012).
Morfologi Udang Vaname Secara umum tubuh udang vename dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian kepala yang menyatu sekaligus degan bagian dada (Chephalothorax) dan
bagian tubuh sampai ekor. Tubuh udang vaname beruas-ruas dan tiap ruas terdapat di
sepanjang anggota tubuhnya pada umunya bercabang dua (biramous). Jumlah
keseluruhannya ruas tubuh udang vaname umumnya sebanyak 20 buah. (Chephalothorax)
tediri dari 13 ruas, yaitu lima ruas dibagian kepala dan 8 ruas di bagian dada (Zulkarnaim,
2011).
Habitat dan Siklus Hidup udang berbeda-beda tergantung pada jenis dan pesyaratan
hidupnya dari tingkatan daur hidupnya. Ketika udang vaname mampu mentoleransi segala
sesuatu di suatu perairan makan udang tersebut akan mampu bertahan hidup dilingkungan itu
sendiri, pada umumnya udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun
habitat yang disukai oleh udang ialah dasar laut yang lumer (soft) seperti pada dasar laut yang
bercampur pasir dan lumpur. Sedangkan induk udang putih ditemukan diperairan lepas pantai
dengan kedalaman berkisar antara 70.72 meter (235 kaki). Menyukai daerah dasar perairan
berlumpur. Dimana mangrove merupakan salah satu tempat berlindung dan mencari makan
dan setelah dewasa akan kembali ke laut (Elovaara, 2001).
Kebiasaan Makan (Manopo, 2011) udang vaname besifat karnivora yang memangsa
krustasea kecil, ampipoda, polikaeta. Namun dalam tambak, udang makan makanan
tambahan atau detritus. Udang vaname bersifat nocturnal. Udang muda membenamkan diri
dalam substrat selama siang hari dan tidak makan atau tidak mencari makanan. Tingkah laku
makan pada udang dapat diubah dengan pembeian pakan tambahan ke dalam tambak. Udang
vaname mencari dan megindetifikasi pakan meggunakan sinyal kimiawi berupa getaran
dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor 19
ini terpusat pada ujung enterior, entenula, bagian mulut, capit, antenna, dan maxiliped. Udang
vaname termasuk golongan udang penaeid.
Tujuan Pelaksanaan kegiatan Praktikum memiliki tujuan Menambah pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan serta dapat Menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada saat
perkuliahan di lokasi budidaya tambak udang mengenai kegiatan pembenihan dan
pembesaran udang vaname di lokasi budidaya udang di takalar. Dapat mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembenihan dan pembesaran udang vaname di
tempat serta mencari solusi untuk permasalahan yang dihadapi.
Praktikum ini menggunakan metode survey, yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi praktikum
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner,test
wawancara secara terstruktur. Responden yang dipilih adalah para kariyawan di balai
perikahan takalar khusus budidaya tambak udang. Pada praktikum ini tambak udang dibatasi
kepada orang yang memiliki tambak udang secara waktu jam kerja mereka. Penggambilan
datanya dengan cara sampling yaitu dengan menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel akan dijadikan data sebenarnya, yang mana mencakup keseluruhan
data respondennya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yakni dengan
menggunakan dua data, meliputi data primer dan sekunder.
Perolehan data praktikum terbagi menjadi dua yaitu :
1. Data primer diperoleh dengan cara terjun langsung di lapangan dari hasil
wawancara dan pembagian kuisoner.
2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperole dari literatur yang ada
kaitannya dengan judul yang akan diteliti.
Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya perairan pantai dan laut yang
menjadi paradigma baru bagi pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara
rasional dan berkelanjutan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah budidaya Udang Putih
karena mempunyai prospek yang menjanjikan, selain waktu pembudidayaannya yang relatif
singkat, Udang Putih (Vannamei) juga lebih tahan akan penyakit. Budidaya tambak udang
merupakam kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan,sehingga budidaya tambak udang
dapat menambah kesejahteraan masyarakat petambak udang karena Udang Putih memiliki
banyak permintaan di pasar (Maulina dkk, 2012).
1. Persiapan Tambak Persiapan tambak baru dilakukan dengan membuang semua jenis
kotoran yang membahayakan kelangsungan hidup udang, diantaranya lumpur hitam
yang terbentuk dari sisa pakan dan bahan lain yang tidak terdekomposisi secara
sempurna. Jika tambak yang akan digunakan merupakan tambak yang sebelumnya
merupakan tambak yang digunakan budidaya udang vaname maka yang harus
dilakukan adalah membersihkan dan pengeringan tambak dengan bantuan sinar
matahari.
 Pengapuran (liming) adalah untuk pengapuran kolam budidaya adalah untuk
menetralisir keasaman tanah dan meningkatkan produkstivitas tambak
budidaya.tambah air tawar dengan total alkalinitas dibawah 60mg/l serta tambak
dengan pH dibawah 7 dapat diatasi dengan pengapuran (boyd dan tucker, 1998).
 Pengeringan tambak tujuannya adalah untuk menurunkan pori-pori tanah.aerasi
yang baik memperbaiki suplai O2 dan meningkatkan dekomposisi aerobic dan
bahan organik. dengan pengeringan selama 2-3 minggu, sebagai besar bahan-
bahan organik yang ada di tanah dasar (boyd dan dippopinyo, 1994).
 Pengembalikan (tilling) pada dasar tambak adalah untuk mempercepat
pengeringan untuk meningkatkan aerasi dan mempercepat
dekomposisi(penguraian) bahan organic (supono, 2017).
 Pengendalian Hama yang menyerang tambak udang vaname biasanya adalah
hewan-hewan yang hidup disekitar tambak, seperti burung, ketam, ikan liar dan
pengerek. Untuk ketam dan pengerek yang biasanya melubangi pematang
disekitar tambak, kita bisa memasang pagar plastik untuk mencegah hewan ini
masuk.
 Pengendalian penyakit yang tepat dilakukan bersamaan dengan proses
pembibitan dan pemeliharaan. bila kita melakukan proses pemeliharaan dengan
baik, maka penyakit tidak akan menyerang udang kita. Selain itu, kita juga perlu
melakukan pemeriksaan fisik udang dan tes Polymerase Chain Reaction (PCR)
dilaboratorium.
 Proses pemanenan dilakukan setelah udang vaname berumur 120 hari dan
mencapai berat, yaitu 50 ekor/kg. bila udang sudah mencapai berat tersebut
sebelum 120 hari, maka pemanenan bisa dilakukan. Pemanenan dilakukan pada
waktu malam hari untuk mempertahankan kualitas udang. 2-4 hari sebelum
pemanenan, tambak diberi kapur dolomite 80 kg/ha dan mempertahankan
ketinggian air untuk mencegah proses molting.
2. Dalam proses persiapan budidaya vaname menggunakan bahan aktif digunakan pada
saat awal yaitu kaporit 10-15ppm untuk mencegah pH tinggi di atas 8. dan juga
pemupukan bahan organik diatas tanah kolam 200-400kg per hektar untuk
mempercepat dekomposisi tanah organik dan pengembalian tanah sebaliknya
dilakukan pengembalian setelah pemupukan untuk menghindari penguapan ammonia
ke udara.
3. Langkah-langkah Penebaran Benur sebagai berikut
 Dilakukan adaptasi suhu dengan cara mengapungkan kantong dalam air atau
menambah air sedikit demi sedikit dalam kantong tempat benur.
 Penambahan pakan artemia sebelum ditebar.
 Benur dilakukan adaptasi sesuai salinitas air tambak
 Penebaran benur udang dengan kepadatan 50 - 100 ekor/m2 dengan rataan 70
ekor/m2 tergantung ketersediaan sarana dan prasarana. Waktu penebaran
dilakukan pada pagi atau sore hari.
4. Fungsi pengapuran untuk menaikkan pH yang berperan pada stabilitas fisiologi dan
metabolisme udang. Menaikan alkalinitas tambak yang terlalu rendah. alkalinitas air
tambak udang sebaiknya tidak kurang dari 100ppm yang berpengaruh pada kesuburan
air. Membantu proses molting berupa kapur akan menyediakan sumber Ca(kalsium)
yang dibutuhkan oleh udang pada proses molting. Mempercepat proses penguraian
bahan organik fungsinya bagi tanah dasar tambak yang bersifat asam. Pemberian
kapur dapat menjadi solusi pada tambak yang memiliki air terlalu pekat.
5. Pemberian kapur harus mempertimbangkan dosis yang diberikan mengetahui kondisi
tambak.misalnya mengukur terlebihi dahulu kisaran ph pagi dan sore,frekuensi
molting, frekuensi alkalinitas terkini. Baru dapat mengetahui dosis yang akan
diberikan contohnya pH di bawah 5mg dan alkalinitas juga di bawah 5mg maka dosis
kapur yang berikan yaitu 3.000kg (boyd et.al.,2002).
6. Tata letak kincir air tambak udang yang baik tergantung dari jumlah dan posisi arah
kincir, juga tergantung luas tambak udang. Hal paling dasar yang wajib diketahui
adalah putaran-putaran kipas pada kincir bisa menghasilkan pusaran arus air yang
dapat memberi perbedaan karakteristik kualitas air tambak secara vertikal ataupun
horizontal. Kombinasi arah dan posisi kincir harus searah jarum jam agar
menghasilkan kondisi pusaran air yang mampu mengarahkan kotoran di dasar tambak
ke arah pembuangan air tambak.Kincir air harus ditempatkan minimal satu meter dari
daratan, impeller harus tenggelam dalam air dengan kedalaman 7-9 cm.
Jumlah kincir air yang akan dipakai harus memperhatikan umur udang dan tingkat
kepadatan populasi udang di dalam tambak. Jumlah kincir yang digunakan pada
tambak benur udang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kincir di tambak
udang ukuran besar. Jumlah kincir air tambak ditambah lebih banyak jika kepadatan
tebar udang tinggi.
7. Fungsi lain dari penggunaan kincir yaitu membantu proses pemupukan air. Proses ini
dilakukan dalam upaya pembentukkan kualitas air yang berhubungan dengan kecerah
dan warna air kolam tambak, dengan menstimulasi kestabilan pertumbuhan
phytoplankton.
8. Jembatan anco digunakan untuk sarana pengontrolan pakan atau nafsu makan udang
melalui anco. idealnya utuk satu tambak membutuhkan tiga jembatan anco pada tiga
sisi yang berbeda. Lokasi pemasangan jembatan anco disekitar feeding area (3-4 m
dari dinding). Material yang digunakan untuk pembuatan jembatan anco biasanya
berupa bamboo,gelam,maupun beton (supono,2017).
9. Manajemen kualitas air tambak berperan penting dalam mentukan keberhasilan
budidaya udang.parameter kualitas air harus di monitoring setiap hari sebagai
pedoman untuk menajemen kolam secara keseluruhan sehingga dapat menghindari
efek negative terhadap udang yang dipelihara. Pengukuran parameter kualitas air
harian sebaiknya dilakukan setiap pagi (jam 5.00-6.00) dan siang hari (12.00-14.00).
Pada jam 5.00-6.00 pagi merupakan titik terendah oksigen terlarut dan pH serta
kandungan karbondioksida tertinggi.pada jam 12.00-14.00 merupakan puncak
fotosintesis fitoplankton,kandungan oksigen terlarut serta pH air. pengantian air
secara rutin setiap hari dapat terhindar dari over feeding dengan menerapkan
manajemen pakan yang sesuai,aerasi,melakukan peyimponan dan pembuangan
limbah. (supono, 2017).
Ada beberapa tahapan dalam proses pesiapan air yaitu:
 Pengisian air antara lain salinitasi air, komposisi plakton, dan penyakit.salinitas
dalam budidaya udang vannamei yang baik untuk hidup harus dibawah 20ppt.
salinitas yang rendah dapat menggunakan air tanah dengan salinitas <10ppt.
 Sterilisasi air bertujuan untuk membasmi barrier dan predator yang ada dalam
tambak.
 tahap terakhir dalam pengisian air adalah penumbuhan plakton dengan
menggunakan pupuk organik dan anorganik.pupuk organik, antara lain
fermentasi bungkil kedele (sumber N) dan dedak (sumber C), sedangkan pupuk
organik (sumber N) dan (sumber P). Tujuan dari pertumbuhan plakton untuk
pakan alami,sumber oksigen terlarut, dan pelindung (supono,2017).
10. Munculnya beberapa penyakit yang menyerang udang vannamei berdampak terhadap
menurunya hasil panen. Diperlukan sebuah usaha untuk mencegah dan mengatasi
beberapa penyakit yang dapat menyerang udang. Yang biasa di lakukan dengan
diantisipasi dengan kultur bateri dan pengkayaan pakan.
Menurut, (Sindhu dan Shofi, 2017) berikut ini adalah solusi dari pecegahan dan
penanggan penyakit udang vannamei:
 Pencegahan Bintik Putih Upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap
penyakit ini adalah dengan melakukan tindakan mengisolasi daerah yang
sedang terserang penyakit serta pemusnahan dengan jalan pembakaran dan
penguburan terhadap udang yang terindikasi terserang penyakit agar penyakit
tidak menyebar luas. Kemudian melakukan upaya penanggulangan agar udang
yang masih sehat terhindar dari serangan penyakit bintik putih, yaitu dengan
cara mengganti air secara rutin setiap hari minimal 5% dari total volume air
tambak.
 Bintik Hitam Pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan membersihkan
dasar tambak dari kotoran sisa pakan dan sisa moulting selanjutnya menjaga
kualitas air.
 Kotoran Putih Cara pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan
dan mengeluarkan kotoran yang berada di tambak baik di permukaan dan di dasar
tambak kemudian dilakukan pembersihan secara rutin serta menjaga kualitas air
tambak.
 Insang Merah Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
penebaran kapur pada kolam budidaya.
 Nekrosis Pencegahan dapat dilakukan dengan penggantian air sebanyak-banyaknya
ditambah perlakuan TON (Tambak Organik Natural) 1-2 botol/ha, sedangkan pada
udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (moulting) dengan
pemberian kapur pada tambak.
 Udang Gripis Pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan antibiotika melalui pencampuran dengan telur ayam atau telur bebek
mentah dengan perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dan
antibiotika diaduk dengan pakan dan dikeringkan ditempat yang teduh lalu ditebar
ke dalam tambak. Dosis yang digunakan untuk penggunaan antibiotika adalah
Terramycin 30 mg/kg pakan, Erythromycin 40 mg/kg pakan, Oxytetracyclin 40-50
mg/kg pakan, Furanace 100 mg/kg pakan.
 Pemberian antibiotika dalam pakan dilakukan terus-menerus selama 3 hingga 5
hari, kecuali untuk furanace diberikan selama 14 hari.
 Kepala Kuning Upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap penyakit ini
adalah dengan melakukan tindakan mengisolasi daerah yang sedang terserang
penyakit serta pemusnahan dengan jalan pembakaran dan penguburan terhadap
udang yang terindikasi terserang penyakit agar penyakit tidak menyebar luas.
Kemudian melakukan upaya penanggulangan agar udang yang masih sehat
terhindar dari serangan penyakit bintik putih, yaitu dengan cara mengganti air
secara rutin setiap hari minimal 5% dari total volume air tambak.
 Taura Syndrome Virus Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan
menjaga kualitas air dengan memberikan probiotik, jangan lakukan sirkulasi
pergantian air, mengurangi pakan hingga 50%, pemberian mineral dolomite untuk
mempercepat pengerasan kulit, serta pemberian vitamin dan imunostimulan.
11. Penyebab terjadinya blooming alga di karenakan banyak limbah organic dan
anorganik yang mengendap di dasar kolam yang disebabkan oleh pemberian pakan
yang lebih pada udang yang menyebabkan timbulnya amonia. Ammonia ini akan
memicu timbulnya fitoplakton diluar kendali (blooming). oksigen terlarut yang
dihasilkan dari fitoplankton melaluki proses fotosintesis ini dapat dimanfaatkan oleh
organisme didalam kolam seperti ikan,udang,zooplankton dalam melakukan respirasi.
Tetapi jika dalam jumlah fitoplaktonnya dapat menghasilkan oksigen yang besar juga
sehingga dapat menurunkan kadar oksigen terlarut.
Menurut (supono, 2017) Cara menanggulanginya dapat dilakukan dengan beberapa
Tindakan,antara lain:
 Mengurangi input pakan baik dengan menurunkan kepadatan peneberan,
memperbaiki manajemen pakan, maupun penggunaan pakan yang berkualitas.
 Menggunakan filter biologi untuk menyerap amonia yang dihasilkan baik
menggunakan bakteri nitrifikasi.
 Menggunakan shading untuk mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam
kolam,seperti fermentasi saponin.
 Pengantian air secara rutin untuk menjaga kecerahan air sekitar 30-60cm.
12. Pakan berperan sangat besar dalam mencapai keberhasilan budidaya udang.
Manajemen pakan pada dasarnya pakan berperan penting dalam pertumbuhan pada
udang sehingga pakan yang diberikan menghasilkan pertumbuhan yang optimun.
Biaya pakan pada budidaya udang mencapai 60-70% dari biaya total selama budidaya
sehingga perlunya dilakukan pengelolaan dalam pemberian pakan dengan baik untuk
menekan biaya pakan untuk mendukung keberhasilan budidaya udang. Pemberian
pakan pada udang selain berperan penting dalam pertumbuhan juga berpengaruh pada
kualitas air pada media budidaya yang dihasilakn dari sisa pakan yang tidak termakan
serta feses hasil metabolisme udang. Manajemen pemberian pakan yang optimum
akan meningkatkan pertumbuhan, kualitas air terjaga, dan efisiensi pakan (Davis et al,
2006 dalam Supono, 2017). Pakan buta atau blind feeding adalah kegitan pemeberian
pakan dengan tidak memperhatikan program pakan dan penerapannya tergantung
ketersediasn pakan alami di kolam. Pada 1-35 hari pertama pasca benur ditebar, pakan
kebanyakan menjadi pupuk untuk air dan sisanya sebagai pakan udang. Pada fase
awal juvebil, udang lebih memilih pakan alami. Pakan buta juga bertujuan
memperkenalkan benur pada pakan buatan dan mengansitipasi kekurangan atau
habisnya pakan alami.
Kesimpulan pada hasil praktikum dapat diketahui  Pembesaran Udang Vanamei
(Litopenaeus vannamei) di Tambak melalu beberapa tahapan yaitu persiapan tambak,
memilih dan menebar benih, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, sampling,
pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan.Kegiatan-kegiatan biosecurity pada
tambak udang memiliki beberapa tahapan diantaranya adalah tahapan persiapan lahan,
persiapan air, pengujian benur, proses budidaya dan proses panen emergency. Dan penilaian
dari hasil yang dicapai tentang penerapan biosecurity yang dilakukan harus memenuhi
persyaratan SOP (Standart Operasional Prosedur).
DAFTAR PUSTAKA
Boyd,C.E. And T. Ahmad, 1987. Evaluation Of Aerators For Channel Catfish
Farming.Alabama Agricultural Experiment Station Bulletin No.584, Auburn
University, Alabama.52 Hal.
Boyd,C.E.,C.J.Clay, 2002.Evaluation Of Belize Aquaculture Ltd,A Superintensive
Shrimp Aquaculture System. Report Prepared Under The Word Bank, NACA,
and FAO Counsursium. Work In Progress For Public Discussion.Published By
The Consorsium. 17 Pages.
Davis D.A., E. Amaya, J. Venero, O. Zelaya and D.B. Rouse. 2006. A Case Study
on Feed Management to Improving Production and Economic Returns for The
Semi Intensive Pond Production Of Litopenaeus vannamei. In Elizabeth L.,
Marie D.R., Salazar M.T., Lopez M.G.N. (eds.) Advances en Nutrition
Acuicola VIII, Universiadad Autonoma de Nuevo Leon, Mexico. P 282-302.
Elovaara, A. K. (2001). Shrimp Farming Manual:Practical Technology for
Intensive Shrimp Production. United States of America (USA).
Farionita, IM. 2018. Analisis Komparatif Usaha Budidaya Udang Vaname Tambak
Tradisional dengan Tambak Intensif di Kabupaten Situbondo, Skripsi,
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Hal 20-23.
Istrabadoy. 2013. Biologi Perikanan Dalam Komoditas Udang.Di Akses Di
http:Istrabadoy.blogspot.in/2013/06/ Biologi Perikanan Dalam Komoditas
Udang.html.pada tanggal 14 desember 2022. Pada jam 17.00-17.25 wita.
Kharisma, Adnan., Manan, Abdul. 2012. Kelimpahan bakteri Vibrio sp. pada air
pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai deteksi dini
serangan penyakit vibriosis. Universitas Airlangga. Jurnal Ilmiah Perikanan
Dan Kelautan, 4: (2) 43.
Manopo, H. (2011). Peran Nukleotida Sebagai Imunostimulan Terhadap Respon
Imun Nonspesifik dan Resistensi udang vaname (Litopenau vannamei) Institut
Pertanian Bogor.
Maulina, dkk, 2012. Analisis prospek budidaya tambak udang di kabupaten garut
jurnal akuatika 3 ( 1 ) : 49-62.
Sindhu.R. dan T. Shofi, 2017. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Vannamei
Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Program Studi
Manajemen Informatika Stekom Semarang. Jurnal SIMETRIS, 8(2):652-653.
Supono. 2017. teknologi produksi udang.jogjakarta. plantaxia. Hal. 27,44,52-
53,63.
Sindhu Rakasiwi Dan Taqius Shofi Albastomi,2017. Program Studi Manajemen
Informatika Stekom Semarang. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang
Vannamei Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Program
Studi Manajemen Informatika Stekom Semarang. 8:2.652-632 Hal.
Zulkarnaim, M. N. F. (2011). Identifikasi parasit yang menyerang udang vannamei
(Litopenaus vannamei). Jakarta: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan

Anda mungkin juga menyukai