Anda di halaman 1dari 30

PEMBESARAN BANDENG

Pertemuan Minggu VIII


Oleh: Dr. Rakhmawati, S.Pi., M.Si
Pemilihan lokasi
 Pemilihan lokasi merupakan hal yang paling vital dalam
pembuatan suatu tambak. Kesalahan dalam menentukan
lokasi tambak akan mengakibatkan kerugian tidak hanya
biaya dan tenaga tetapi juga kerugian waktu.
 Contoh kasus akibat kesalahan pemilihan lokasi, yaitu
tidak berproduksinya suatu tambak setelah dibangun
karena tidak dapat diairi, sulit mendapatkan sarana
produksi atau sulit mendapatkan tenaga kerja.
 Lokasi pertambakan hendaknya harus baik dalam
pemilihan letak lokasinya yaitu dalam pemilihan lokasinya
terletak di tepi jalan dan mudah dijangkau serta tidak
terlalu jauh dari pemukiman penduduk
a. Segi Sosial Ekonomi
1. Dekat dengan jalan umum, dimaksudkan untuk
memudahkan dalam transportasinya sehinga dapat
menghemat ongkos produksi.
2. Dekat dengan rumah, agar mudah dalam pengawasannya.
3. Daerah pengembangan budidaya ikan, bertujuan untuk
memudahkan dalam memasarkan hasil.
4. Keamanan terjamin, bebas dari gangguan baik gangguan dari
manusia jahil atau gangguan dari hewan-hewan pengganggu.
5. Perkembangan kota dan industri, lokasi pertambakan tidak
terkena daerah pemekaran kota dan bebas dari limbah
industri.
6. Mudah mendapatkan tenaga kerja, tenaga haruslah terampil
dalam mengurus ikan dan diharapakan yang menguasai
teknik perikanan.
b. Segi Teknik
1) Sumber Air
 Sumber air dalam kegiatan pembesaran ini harus jelas karena sumber air
menjadi bagian yang vital.
 Penggunaan petak tandon dalam kegiatan pembesaran ini sangat diperlukan
sebagai wadah penyuplaian air hujan.

2) Penyediaan Nener
 Benih bandeng dalam setiap pertumbuhannya mempunyai ukuran yang
berbeda. Hal inilah yang membuat para pengumpul/pedagang memberi nama
pada setaip ukuran benih untuk mempermudah penjualannya ke konsumen.
 Berikut nama-nama benih beserta ukurannya menurut Ismail et al.,(1998),
yaitu : a. Telur : berdiameter 1,10 – 2,25 mm b. Larva : telur yang baru
menetas sampai berumur 30 hari. c. Nener : benih dengan ukuran 1 – 1,5
cm. d. Se asem : benih dengan ukuran 2 – 3 cm. e. Segilang : benih dengan
ukuran 4 – 5 cm. f. Sogok : benih dengan ukuran 5 – 7,5 cm. g. Fingerling :
benih dengan ukuran 12 - 13 cm, sering disebut juga gelondongan muda
atau yuwana.
Kriteria Nener yang Sehat
a. Mempunyai kebiasaan berenang bergerombol menuju
satu arah mengikuti arah jarum jam atau sebaliknya.
b. Memiliki daya renang yang lebih lincah/agresif. Gerakan
lamban atau tidak teratur menandakan bahwa nener
tersebut kurang sehat.
c. Cepat mengadakan reaksi apabila ada kegiatan pada
wadah pengangkutannya. Reaksi yang lamban
menandakan nener kurang sehat. Hal ini dapat
disebabkan oleh kondisi pengangkutan yang terlalu lama
atau kurang tersedianya pakan.
Pembagian Petak Tambak
a. Petak Pendederan (nursery pond)
 Luas petakan untuk pendederan adalah 600 m2 dengan
bentuk segi panjang dan berdinding beton.
 Petak ini berfungsi untuk membesarkan atau merawat
nener selama 30 hari (Hadie dan Supriatna, 2000).
 Pemeliharaan selama di petak pendederan, nener
mendapatkan makanan dari klekap yang tumbuh dipetak
tersebut dan salah satu proses penumbuhan pakan alami
yang sangat vital adalah pengeringan.
Pembagian Petak Tambak
 Pengeringan tanah merupakan kunci keberhasilan dalam
penumbuhan pakan alami atau klekap, apabila tanah sudah terlihat
retak-retak atau saat kita berjalan di atas tanah tersebut, tanah akan
turun 2 cm maka pengeringan sudah dianggap cukup.
 Pengisian air secara bertahap dengan kedalaman air 10 cm yang
dilanjutkan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik, yaitu :
urea sebanyak 0,5 g/m2 dan NPK 20 g/m2. Setelah pertumbuhan
klekap dianggap cukup pengisian air berikutnya dinaikkan menjadi 40
cm.
 Padat penebaran nener pada petak pendederan ini, yaitu 50 ekor/m2.
Selama waktu pemeliharaan 30 hari, nener telah tumbuh dan
panjangnya mencapai ± 5 – 8 cm, berat 1,85 g/ekor dan siap
ditebarkan ke dalam petak penggelondongan (buyaran).
b. Petak Penggelondongan (transition/fingerling pond)
 Luas petak yang digunakan yaitu 1.000 m2 dengan ketingian air
70 cm.
 Petak penggelondongan ini menurut Hadie dan Supriatna
(2000), fungsinya adalah sebagai tempat membesarkan nener
hasil dari petak pendederan sampai tumbuh menjadi
gelondongan dengan ukuran 16 cm yang dicapai selama waktu
pemeliharaan 30 hari.
 Padat penebaran nener pada petak ini lebih kecil dari petak
pendederan, yaitu 5 ekor/ m2. Nener pun mulai diberikan
pakan buatan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, adapun
pakan yang digunakan untuk nener dalam penggelondongan ini
adalah dengan ukuran diameter pellet 3,3 mm.
 Proses pemindahan gelondongan dilakukan dengan cara
menjaring ikan ke salah satu sudut kolam menggunakan
waring, kemudian gelondongan muda ini dimasukkan ke
dalam hapa lalu dihitung jumlahnya.
 Pengangkutan dengan menggunakan kantong plastik yang
telah diisi air.
 Tahap berikutnya adalah penebaran gelondongan ke dalam
petak pembesaran (rearing pond) melalui proses
aklimatisasi.
c. Petak Pembesaran (rearing pond)
 Luas petakan yang digunakan 2.000 m2 dengan padat tebar 5
ekor/m2 sehingga jumlah gelondongan yang tebar sebanyak
10.000 ekor.
 Petakan berbentuk berbentuk empat persegi panjang atau
bujur sangkar. Bentuk empat persegi panjang merupakan
bentuk ideal karena memudahkan pada saat menggerakkan alat
panen (Idel dan Wibowo, 1996).
 Petak pembesaran ini fungsinya hampir sama dengan fungsi
petak penggelondongan dan menurut Hadie dan Supriatna
(2000), petak pembesaran merupakan tempat terakhir
pemeliharaan ikan untuk menjadi ukuran konsumsi.
 Pakan yang diberikan pakan untuk nener di petak pembesaran
ini pakannya berupa pakan buatan sama seperti pakan yang
digunakan pada nener di petak penggelondongan.
Persiapan Tambak
 Persiapan tambak dilakukan untuk membuang sisa bahan
beracun dan bibit penyakit.
 Kegiatan selama proses persiapan tambak ini antara lain, yaitu :
pengeringan atau pengurasan tambak, perbaikan pematang,
pengapuran dan pemupukan serta pengisian air yang dilakukan
secara bertahap.
 Air diisi secara bertahap dengan tujuan agar kotoran yang
terbawa masuk ke dalam tambak bisa diendapkan terlebih
dahulu dan untuk menstabilkan suhu air di dalam tambak.
Sehingga saat nener dimasukkan suhu air tambak sudah stabil.
 Waktu yang dibutuhkan dalam mempersiapkan tambak yaitu
selama kurang lebih 14 hari.
Penebaran Benih
 Penebaran gelondongan dilakukan pada pagi hari saat suhu masih rendah untuk
menghindari agar ikan tidak mengalami stress dan dapat menekan tingkat mortalitas.
 Suhu air tambak pada saat penebaran adalah 27 0C dengan nilai pH 6,8 dan
salinitasnya 10 ppt. Hal yang harus diperhatikan sebelum penebaran adalah
kesehatan dan vitalitasnya.
 Penebaran gelondongan ini melalui proses aklimatisasi (Ditjenkan, 1994) yang
meliputi suhu, salinitas dan pH. Ukuran gelondongan pada saat ditebar yaitu 40
g/ekor dan panjangnya 16 cm dengan jumlah penebaran 10.000 ekor.
 Aklimatisasi suhu dilakukan dengan cara mengapungkan kantong plastik
dipermukaan air selama kurang lebih 15 menit atau sampai permukaan dalam plastik
mengembun, sedangkan aklimatisasi terhadap peubah lingkungan dilakukan dengan
memasukkan air sedikit demi sedikit sampai ikan keluar dari kantong plastik dengan
sendirinya.
 Padat penebaran harus disesuaikan dengan daya dukung lahan (carrying capacity).
Sebelum penebaran jumlah gelondongan yang akan ditebar dihitung jumlahnya. Padat
tebar gelondongan pada petak pembesaran ini adalah 5 ekor/m2.
 Padat penebaran ini sesuai dengan pendapat William et al., (1987) dalam Mayunar
(2002), bahwa dengan padat penebaran tinggi akan meningkatkan resiko kematian
dan memperlambat pertumbuhan bobot individu. Selain itu, akan terjadi kompetisi
terhadap kebutuhan makanan, ruang gerak, dan kondisi lingkungan.
PAKAN
 Pakan berfungsi sebagai sumber energi bagi kehidupan,
pertumbuhan, dan reproduksi ikan.
 Melalui proses metabolisme pakan akan menjadi energi
bagi ikan untuk melakukan aktivitasnya.
 Pemberian pakan haruslah dapat dikonsumsi ikan secara
utuh sehingga pakan tidak ada yang terbuang.
Penambahan Suplemen
 Makanan tambahan (suplemen) yang lebih dikenal dengan
istilah probiotik menurut Fuller (1987) dalam Irianto (2003),
berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh
menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya
melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya.
 Pemberian suplemen atau feed additive ke dalam pakan ikan
sebagai mediumnya mempunyai manfaat, antara lain :
meningkatkan dan menyehatkan fungsi pencernaan sehingga
penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat meningkatkan
immunitas ikan terhadap pathogen, mempercepat pertumbuhan
dan meningkatkan nafsu makan ikan. Suplemen yang digunakan
selama pemeliharaan yaitu suplemen yang mengandung
mikrobia pencernaan, herba obat terpilih, nutrisi esensial,
vitamin, dan mineral yang berfungsi dalam mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Penambahan Suplemen
 Prinsip kerjanya sendiri menurut Feliatra et al., (2004),
adalah pemanfaatan kemampuan mikroorganisme dalam
memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat,
protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan.
Kemampuan ini diperoleh karena adanya enzim-enzim
khusus yang dimiliki mikroba untuk memecah ikatan
tersebut.
 Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan dan
makhluk air lainnya. Kalaupun ada kualitas dan
kuantitasnya sangatlah terbatas. Pemecahan molekul-
molekul kompleks ini menjadi molekul sederhana jelas
akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan
oleh saluran pencernaan ikan.
 Suplemen yang diberikan mulai dilakukan sejak penebaran
nener hingga menjelang panen, dengan cara
mencampurkannya ke dalam pakan ikan (pellet).
 Suplemen yang digunakan berbentuk cairan dan sebelum
diberikan pakan dihitung terlebih dahulu jumlahnya.
 Dosis pemberian suplemen untuk 1 kg pakan sebanyak 20
ml dan diberikan pada saat pemberian pakan terbanyak,
yaitu pada siang hari.
 Penggunaan suplemen ini sangat disarankan pada
kolam/tambak dengan kepadatan tinggi.
Pakan Buatan.
 Pakan buatan yang diberikan adalah jenis pakan pellet terapung. ukuran diameter pelletnya 3,3
mm.
 Komposisi nutrisi pakannya ialah sebagai berikut : protein 19 – 22 % ; kadar air (max) 10 % ;
lemak (min) 5 % ; serat kasar (max) 8 % dan kadar abu (max) 15 %.
 Bentuk pellet yang mudah hancur, tidak cepat tenggelam, mempunyai aroma yang merangsang
nafsu makan dan tidak berbau tengik merupakan ciri pakan yang disukai ikan menurut Ahmad
et al., (1999).
 Pemberian pakan pellet disebar pada satu tempat untuk mempermudah dalam pengontrollan
pakannya.
 Ikan akan memakan makanannya melalui proses metabolisme dan dicerna. Semua pakan yang
dicerna akan diserap oleh tubuh. Adanya penyerapan energi ini akan mengubah komposisi
tubuh ikan yang dapat menunjukkan adanya pertumbuhan. Sedangkan pakan yang tidak
termakan atau sisa dari proses metabolisme akan dikeluarkan melaui insang dan ginjal dalam
bentuk ammonia, urine, dan bahan buangan lainnya.
 Pemberian pakan yang tidak tepat baik dari kualitas dan kuantitasnya akan menumpuk di dasar
tambak. Hal ini akan mengakibatkan pembusukan bahan organik di dasar tambak dan akibatnya
tambak tercemar, sampai pada batas waktu tertentu daya dukung tambak semakin berkurang,
pada akhirnya mengakibatkan timbulnya gas beracun dan ini akan memicu terganggunya
kehidupan ikan bahkan dapat mengakibatkan kematian massal
Frekuensi Pemberian Pakan
 Pakan buatan dalam budidaya intensif sangat diperlukan karena pakan ini
menjadi pakan utama bagi bandeng dan membantu proses pertumbuhannya.
 Peningkatan pakan yang dikonsumsi ikan selalu diikuti secara proposional
dengan peningkatan laju metabolisme harian sehingga berakibat terjadinya
peningkatan pertumbuhan ikan.
 Pemberian pakan sebanyak 5 % diberikan pada 2 minggu pertama sedangkan
untuk 6 minggu berikutnya pakan yang diberikan sebanyak 3 % dari
biomassa ikan, penentuan jumlah pakan ini juga selalu diikuti dengan
monitoring biomassa ikan setiap satu minggu sekali.
 Frekuensi pemberian pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pagi hari pukul
08.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul 16.00 WIB.
 Aktivitas pemberian pakan semuanya dilakukan pada siang hari, seperti yang
dianjurkan oleh Ditjenkan (1993), dalam pendapatnya bahwa gelondongan
bandeng lebih banyak makan pada siang hari daripada malam hari.
 Pakan membutuhkan waktu 27 – 50 menit untuk melewati usus pada
stadium gelondongan 60 g.
Konversi Pakan
 Salah satu faktor yang menunjukkan tumbuhnya bandeng adalah efektivitas
dan efisiensi pakan yang digunakan. Konversi pakan atau Food Convertion
Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara pakan yang digunakan dengan
daging ikan yang dihasilkan.
 Rasio konversi pakan menunjukkan kecenderungan bahwa makin besar
ukuran ikan yang ditebar, makin kecil nilai konversi pakan yang dihasilkan
dan kaitannya pula dengan lamanya periode pemeliharaan. Perbedaan
percepatan pertumbuhan yang ditunjukkan dari dua perlakuan yang
dilakukan terlihat dari nilai konversi pakannya.
 Selain itu, konversi pakan sangat berhubungan dengan jumlah dan kualitas
pakan yang diberikan. Makin baik kualitas pakan yang digunakan, makin
efisien penggunaan pakannya berarti konversi pakan yang dihasilkan makin
kecil.
 Selama kegiatan pembesaran bandeng, nilai konversi yang didapat pada
bandeng dengan perlakuan penambahan suplemen dan probiotik, yaitu 0,89
dengan jumlah total pakan yang digunakan sebanyak 2.238,4 kg. Sedangkan
pada bandeng tanpa perlakuan jumlah total penggunaan pakannya sebanyak
1.379,84 kg dengan nilai konversi pakan sebesar 1,15.
 Salah satu faktor pendukung kecilnya nilai konversi pakan yang
dihasilkan oleh bandeng dengan perlakuan dikarenakan
bandeng yang mendapat tambahan suplemen, fungsi
pencernaannya lebih mampu menyerap nutrisi pakan secara
maksimal sehingga pakannya menjadi lebih efisien walaupun
jumlah pakan hariannya semakin besar.
 Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2004), dalam
pernyataannya bahwa semakin besar ukuran ikan maka feeding
rate-nya semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin
besar. Jumlah penggunaan pakan pada kedua perlakuan ini
setiap minggunya mengalami peningkatan sesuai dengan hasil
perhitungan sampling bandeng, yaitu dari hasil penghitungan
biomassa dikali feeding rate.
 Selama masa pemeliharaan bandeng, kisaran feeding rate atau
persentase jumlah pakan yang digunakan berkisar antara 3 – 5
%. Pemberian pakan 5 % diberikan pada dua minggu pertama
dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali dalam satu hari, yaitu
pukul 06.00, pukul 10.00, pukul 14.00 dan pukul 18.00.
Persentase pakan ini kemudian diturunkan menjadi 3 % pada
minggu ketiga sampai minggu terakhir pemeliharaan atau
minggu kedelapan.
 Frekuensinya pun menjadi tiga kali dalam satu hari, yaitu pukul
08.00, pukul 12.00 dan pukul 16.00. Persentase pemberian
pakan ini sesuai dengan pendapat Ahmad et al., (1999), bahwa
kisaran jumlah pakan 3 – 4 % dari bobot biomassa terbukti
paling menguntungkan jika frekuensi pemberian pakannya
benar.
Monitoring Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup
 Pengamatan pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan bandeng selama pemeliharaan dan
juga untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidupnya.
 Monitoring laju pertumbuhan dilakukan dengan cara
sampling dan selama waktu pemeliharaan sampling
dilakukan setiap minggu.
 Cara sampling pada budidaya bandeng ini dilakukan
dengan cara menjaring ikan menggunakan jala. Selanjutnya
ikan yang tertangkap ke dalam jala diambil kemudian
dihitung berat dan panjangnya.
Pengelolaan Kualitas Air
 Salah satu faktor penyebab ikan mudah sekali terserang
penyakit adalah pengelolaan air sebagai media
pemeliharaan ikan yang tidak terkontrol dengan baik.
Sehingga perlu dilakukan pengukuran kualitas air yang
bertujuan untuk mengetahui perubahan pada media air
dan apabila terjadi perubahan akan lebih cepat dalam
mengatasinya.
 Kualitas air untuk budi daya bandeng haruslah memenuhi
beberapa persyaratan yang sesuai dengan sifat fisik ikan
bandeng.
Parameter Kimia Media Pembesaran
a. Derajat Keasaman (pH)
 Pengamatan pH selama pemeliharaan berkisar antara 6,8 - 7,9.
Ini berarti derajat keasaman pada pemeliharaan pembesaran
bandeng masih dalam batas layak bagi kehidupan ikan bandeng.
 Derajat keasaman ini dianggap layak karena menurut
Purnamawati (2002), pH yang baik untuk kehidupan ikan
berkisar 6,5 – 9 dan kisaran ini merupakan kadar optimum
untuk pertumbuhan ikan, apabila nilai pH melebihi kisaran nilai
tersebut maka pertumbuhan ikan bisa terhambat.
 Kisaran pH dibawah 4,5 atau di atas 10 menurut Buttner et al.,
(1993), dapat menyebabkan kematian pada ikan.
b. Salinitas
 Hidup pada kisaran salinitas yang besar, mulai dari 0 – 35
ppt merupakan salah satu ciri khas ikan bandeng. Salinitas
di tambak bandeng ini berkisar antara 6 – 10 ppt.
 Daya toleransinya yang tinggi terhadap perubahan kadar
garam menurut pendapat Ismail dan Pratiwi (2002),
menjadi salah satu faktor pendukung bagi ikan bandeng
untuk tetap bertahan hidup.
 Tambak-tambak di musim penghujan salinitasnya
cenderung di bawah 10 ppt atau di saat kemarau
salinitasnya dapat mencapai di atas 30 ppt tetap bisa
memelihara bandeng karena sifatnya yang euryhaline
Parameter Fisika
a. Suhu
 Setiap organisme akuatik mempunyai kisaran suhu
tertentu dalam pertumbuhannya karena suhu air
mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan badan
ikan.
 Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan
kematian pada ikan meskipun kondisi lingkungan lainnya
optimal (Purnmawati, 2002).
 Hal ini didukung oleh pendapat Cholik (1986) dalam
Purnamawati (2002), bahwa suhu air dalam tambak
pemeliharaan sebaiknya berkisar 27 – 32 C karena ikan-
ikan tropis akan tumbuh baik pada kisaran tersebut.
Aplikasi Probiotik
 Penggunaan probiotik ini dengan cara mengkultur kedua jenis
probiotik tersebut melalui proses fermentasi.
 Probiotik bermanfaat, antara lain : mengaktifkan mikrobia yang
terkandung dalam probiotik (Activator), meningkatkan jumlah
kandungan mikrobia (Booster), mempermudah proses aktivasi
(fermentasi), dan menekan biaya pemakaian probiotik.
 Manfaat probiotik sebagai berikut : mempercepat pembentukan
warna air terutama plankton yang menguntungkan, menjaga
kestabilan parameter kualitas air pada kondisi optimum, menekan
mikrobia merugikan (pathogen) dengan meningkatkan dominasi
mikrobia menguntungkan, dan meningkatkan produktivitas tambak.
 Kandungan probiotik antara lain Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp, dan
Bacillus sp yang berperan dalam proses peningkatan kesuburan tanah
(pembentukan humus).
 Pemberian probiotik yang telah difermentasi yaitu sebanyak 0,5 ppm
dan dilakukan setiap satu minggu sekali.
Penanganan Hama dan Penyakit
 Timbulnya penyakit pada bandeng dapat disebabkan, antara lain padatnya
pertumbuhan plankton dan ganggang pirang, kotoran, dan terlalu banyaknya
sisa pakan serta tidak diketahuinya masuknya bahan-bahan pencemar ke
dalam tambak seperti yang dinyatakan Ismail et al., (1998).
 Hama merupakan hal yang harus diwaspadai selama pemeliharaan bandeng
karena selain dapat menurunkan jumlah produksi juga dapat merusak
ekologi tambak. Kepiting (Scylla serrata) dan ketam (Branchiura) adalah jenis
hama perusak yang sering dijumpai di tambak.
 Hama-hama perusak ini memang jumlahnya tidak terlalu banyak dan untuk
mengatasinya dapat diambil secara manual. Selain hama perusak menurut
Ismail et al., (1998) terdapat pula hama pemangsa yang sering ditemui, yaitu :
ulat kadut (Archroodus granularus), burung kuntul (Anhinga rafa melanogaster),
dan burung pecuk (Phalacrocorak pygmaeus).
 Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemasangan plastik yang diberi tiang
seperti bendera dan tali nilon yang dibentangkan di atas petakan. Pengusiran
secara mannual juga dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Pemanenan
 Secara umum pemanenan ikan hasil pembesaran sama seperti
pemanenan lainnya yang dilakukan setelah bobot ikan memenuhi
permintaan pasar.
 Panen dapat dilakukan secara selektif maupun total.
 Pemanenan selektif artinya, pemanenan hanya dilakukan untuk
individu ikan yang telah mencapai bobot sesuai dengan permintaan
pasar. Caranya tambak dikeringkan terlebih dahulu kemudian untuk
menangkap ikan digunakan jaring arad dan jaring insang.
 Panen selektif juga dimaksudkan agar ikan yang masih kecil dapat
dipelihara kembali dan kesempatannya untuk tumbuh lebih cepat
karena pesaingnya berkurang.
 Benih yang ditebar di petak pembesaran menurut Ahmad dan Yakob
(1998), sebaiknya menggunakan gelondongan muda karena benih
tersebut mudah beradaptasi dengan lingkungan tambak. Sehingga
tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang dihasilkan dapat
mencapai 80 – 90 % dengan kualitas air yang optimal.
TERIMA KASIH
DAN
SELAMAT UTS MINGGU DEPAN

Anda mungkin juga menyukai