Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUA

1.1. Latar belakang


Indonesia merupakan negara bahari dan tepatnya dikatakan negara

kepulauan. Indonesia ditutupi dua pertiga oleh air, wilayah tanah air Indonesia

memiliki potensi sumberdaya hayati perikanan yang besar dan belum seluruhnya

dapat dikelola. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar

dibidang Perikanan. Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta km2 atau sekitar

81% dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini

lebih kurang  14 juta Ha yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta Ha,

1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan

potensi yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken,

1992).

Dengan pertumbuhan penduduk yang semakin padat di Indonesia, berarti

pengembangan perikanan mempunyai andil yang cukup besar bagi pembangunan

nasional. Pembangunan bertujuan untuk memperluas lapangan kerja,

mempertinggi taraf hidup masyarakat dan untuk mensejahterakan kehidupan

bangsa. Bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan protein juga

meningkat, terutama protein hewani. Sumber protein hewani dapat berasal dari

sektor peternakan dan juga dapat berasal dari sektor perikanan. Ikan merupakan

salah satu sumber protein hewani yang murah dan mudah diperoleh oleh

masyarakat jika dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Selain itu ikan juga

kaya dengan lemak, mineral dan vitamin.

1
Usaha pembesaran ikan sudah banyak dikembangkan, salah satunya yaitu

pembesaran ikan patin. Ikan ini cukup menguntungkan untuk dikembangkan

karena memiliki rasa yang khas dan berdaging tebal serta dapat disajikan dengan

berbagai bentuk masakan.

Patin (Pangasius pangasius) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli

Indonesia yang tersebar disebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging

ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa daging

yang khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin

dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah

dibandingkan dengan daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memiliki

beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran perindividunya besar dan di alam

panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto dan Amri, K 2002).

Beberapa kelebihan tersebut menyebabkan harga jual ikan patin tinggi dan

sebagai komoditi yang berprospek cerah untuk dibudidayakan. Peningkatkan

produksi ikan patin dapat dilakukan melalui perhatian dan pemantauan terhadap

padat tebar ikan diwadah pemeliharaan, karena padat tebar dapat mempengaruhi

pertumbuhan ikan dan efisiensi hasil produksi.

Dalam usaha budidaya ikan patin (Pangasius pangasius) persyaratan

lokasi yang harus dipenuhi untuk mencapai produksi yang menguntungkan

meliputi sumber air, kualitas air dan tanah serta kuantitas air. Kriteria persyaratan

tersebut berbeda tergantung dari pada sistem budidaya yang digunakan.

Aspek yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu kegiatan

budidaya ikan adalah padat penebaran, teknik pemberian pakan, perawatan dan

pengontrolan kolam pada pengendalian  hama penyakit. Faktor lingkungan tempat

2
dilangsungkannya usaha pembesaran terutama parameter kualitas air  juga sangat

mempertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan.

Untuk itu dengan adanya pengamatan terhadap laju pertumbuhan ikan patin

dengan padat penebaran tiap kolamnya berbeda dapat memberikan kontribusi

yang nyata bagi pembudidaya ikan dalam hal informasi teknis pembesaran ikan

patin dikolam sehingga produksi dapat ditingkatkan.

Dengan demikian, gambaran yang dibutuhkan dalam usaha

pengembangannya belum dapat dilihat secara jelas. Maka dari itu penulis ingin

melakukan penelitian tentang Pembesaran Ikan Patin (Pangasius Pangasius), di

Kolam Milik Heri, Kelurahan Kulin memiliki Kecamatan Tenayan Raya Kota

Pekanbaru.

1.2 . Tujuan dan Manfaat

Praktek ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi dan

mencari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah yang berhubungan

dengan pembesaran ikan Patin di kolam milik bapak Heri Kelurahan Kulim

Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru.

Manfaat dari praktek ini adalah mengetahui dan mendapatkan informasi

mengenai keadaan budidaya pembesaran ikan Patin milik bapak Heri. Serta dapat

bermanfaat bagi pihak yang memerlukan terutama dalam rangka pengembangan

usaha budidaya pembesaran ikan patin dimasa yang akan datang.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Biologi Ikan Patin

Susanto dan Amri (2001). mengklasifikasikan ikan patin sebagai berikut :

Filum Chordata, Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Sub Ordo

Siluroidea, Famili Pangasidae, Genus Pangasius, Spesies Pangasius

Hyphopthalmus. Selanjutnya dijelaskan ikan patin yang tumbuh normal dapat

berumur 8-9 bulan yang siap panen atau siap di pasarkan.

Adapun ciri - ciri ikan patin menurut Djarijah (2001), ikan patin memiliki

warna tubuh putih keperak - perakan dan punggung kebiru - biruan, bentuk tubuh

memanjang, kepala relatif kecil, pada ujung kepala terdapat mulut yang

dilengkapi dua pasang sungut yang pendek. Susanto dan Amri (2002),

menambahkan pada sirip punggung memiliki sebuah jari - jari keras yang berubah

menjadi patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sirip ekor

membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak mempunyai sisik, sirip

dubur relatif panjang yang terletak di atas lubang dubur terdiri dari 30-33 jari-jari

lunak sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari - jari lunak. Memiliki sirip

dada 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari - jari keras yang berubah menjadi

senjata yang dikenal dengan patil, dibagian permukaan punggung ikan patin

terdapat sirip lemak yang berukuran kecil.

2.2. Ekologi Ikan Patin

Ikan Patin bersifat nokturnal (melakukan aktifitas dimalam hari)

sebagaimana ikan catfish lainnya. Selain itu juga ikan patin juga suka

4
bersembunyi dalam liang-liang ditepi sungai habitatnya. Ikan patin termasuk

omnivora (pemakan segala), di alam makanan ikan patin ini antara lain ikan-ikan

kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji - bijian, udang-udangan dan moluska

(Susanto dan Amri, 2001).

Ikan patin mampu bertahan di perairan yang jelek. Akan tetapi akan

tumbuh normal dan optimal diperairan yang memenuhi persyaratan yang ideal.

Ikan patin memerlukan oksigen terlarut berkisar antara 2-5 ppm dan kandungan

CO2 (karbondioksida) tidak lebih 12,0 ppm. Derajat keasaman (pH) berkisar

antara 7,2-7,5, suhu yang optimal untuk kehidupan ikan patin adalah 28-29 °C

(Djarijah, 2001).

2.3. Sistem Budidaya

Afriynto dan Liviawaty, (1997) mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan budidaya ikan adalah usaha manusia dengan segala tenaga dan

kemampuanya untuk memelihara ikan dengan cara memasukan ikan tersebut

dalam tempat dan kondisi tertentu atau dengan cara menciptakan kondisi

lingkungan alam yang cocok bagi ikan. Wardoyo dan Muchsin dalam Nong

(2002) menambah usaha budidaya ikan adalah suatu usaha untuk memelihara

menangkarkan sumber daya ikan dan memanenya dengan tujuan untuk

mendapatkan keuntungan yang ekonomis dan sosial. Salah satu usaha untuk

memenuhi kebutuhan ikan patin berukuran besar adalah dengan pemelihara

intensif. Secara garis besar kegiatan dalam budidaya perikanan adalah usaha

manusia untuk mengelola atau memanipulasi faktor-faktor budidaya, media

budidaya, organisme budidaya, hama dan penyakit agar organisme budidaya dapat

5
diproduksi sebanyak-banyaknya atau sesuai dengan nilai-nilai yang direncanakan

(Harris,1992).

2.4. Jenis Kolam

Kolam merupakan sarana penunjang di dalam usaha budidaya ikan di

perairan umum. Menurut Cahyono, (2001) budidaya ikan dalam kolam

merupakan suatu sistim budidaya ikan (pembesaran ikan konsumsi) yang

dilakukan dalam suatu wadah atau tempat yang semua sisi-sisinya dari bahan

permanen seperti batu, semen dan dasarnya bisa berupa tanah dan semen sehingga

ikan didalamnya tidak dapat keluar dari lingkungan tersebut.

Ikan patin tidak selalu memilih jenis kolam tertentu. Ikan ini dapat

dipelihara dan tetap bisa tumbuh dengan baik di berbagai jenis kolam. Jenis kolam

yang bisa digunakan untuk pembesaran patin yaitu kolam irigasi dan kolam tadah

hujan

a. Kolam irigasi

Sesuai dengan namanya, kolam irigasi memperoleh air dari Jaringan

irigasi. Penggunaan kolam irigasi bagi pembesaran ikan patin sangat dianjurkan

karena di dalam kolam ini air tersedia sepanjang waktu dan jauh dari

kekhawatiran kemungkinan kekurangan air. Dalam pembuatan kolam irigasi,

penentuan luas kolam lebih leluasa sehingga kolam bisa dibuat berukuran besar.

b. Kolam Tadah Hujan

Kolam tadah hujan adalah kolam yang hanya mendapat sumber air dari

hujan. Kolam tadah hujan ini dibuat bila di sekitar terdapat sumber air irigasi

ataupun sumber air tanah. Jadi, sumber air untuk mengisi air kolam sepenuhnya

6
berasal dari air hujan. Karena mengandalkan air hujan maka curah hujan akan

menentukan jumlah atau volume air kolam.

2.5. Lokasi Budidaya

2.5.1. Sumber Air

Sumber air yang masuk ke kolam juga harus diketahui. Sumber air untuk

jaringan irigasi adalah air tanah yang mengalir kebagian lebih rendah melalui

sungai. Selanjutnya air ini dialirkan lagi dari sungai melalui saluran-saluran

irigasi. Dalam perjalannya, air tersebut melewati berbagai jenis tanah. Bila

melalui tanah yang mengandung kapur air akan bersifat alkali (basa). Sebaliknya

air yang melalui rawa akan bersifat asam. Air yang melewati daerah pertanian dan

pemukiman banyak mengandung bahan organik dan subur. Sementara air yang

melalui daerah industri dan pertambangan biasanya mengandung zat pencemar

Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus menjadi bahan pertimbangan.

Lingga, (1997) menyatakan bahwa disamping mempertahankan kualitas

air juga diperhatikan kualitsnya. Seperti tidak tercemar limbah rumah tangga

pertanian industry, kandungan oksigen terlarut, karbondioksida, keasaman,

kekeruhan, suhu dan kandungan amoniak harus diperhatikan. Penentuan lokasi

merupakan salah salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu

usaha disamping faktor benih maupun makanan.

2.5.2. Transportasi

Menurut Lingga (1997) persyaratan dalam penentuan lokasi adalah faktor

air dan pasar. Persyaratan yang secara langsung maupun tidak langsung ikut

berperan sepaerti sarana transportasi, petani gelondongankan, tenaga kerja

7
keamanan. Persyaratan lain yang tidak kalah pentingnya adalah sarana

pengangkutan dan pemasaran karena pemasaran dan pengangkutan merupakan

kunci keberhasilan dalam usaha ini (Lingga, 1997).

2.6. Konstruksi Kolam

Pematang kolam dibuat miring agar kuat menahan volume air kolam.

Perbandingan sisi tegak dan sisi datar adalah 3 : 2 atau 1 : 1.

Pematang kolam harus dibuat dengan ukuran yang memada sesuai dengan luas

kolam. Selain kuat untuk menahan volume air di dalam kolam pematang juga

harus mampu menahan luapan air yang timbul karena banjir atau hujan lebat. Sisi

pematang dibuat miring dengan perbandingan sisi tegak dan sisi mendatarnya

yaitu 1 : 1 atau 2 : 3. Tinggi pematang harus disesuaikan dengan luas kolam.

Maksudnya, pematang harus lebih tinggi beberapa sentimeter dari permukaan air

kolam sehingga air tidak luber dan juga untuk keamanan bagi ikan. Lebar

pematang bagian atas dapat dibuat sama dengan tinggi pematang, tetapi tidak

boleh kurang dari 1 meter agar pematang tidak mudah hancur.

2.7. Benih dan Padat Penebaran

2.7.1. Benih

Dalam usaha budidaya ikan penyediaan benih dalam kualitas dan kuantitas

yang memadai merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha.

Untuk penyediaan benih ada 2 cara yang dilakukan yaitu melakukan pemijahan

secara buatan dan melakukan pemijahan baik secara alami ataupun buatan

(Sumantadinata, 1983).

8
Djatmika (1986) mengatakan bahwa untuk mendapatkan bibit unggul

antara lain harus mengetahui ciri-cirinya. Bibit yang baik antara lain bibit terlihat

jinak dan tidak mudah terkejut, mempunyai toleransi dan daya saing serta daya

tahan yang tinggi, badan berbentuk tinggi sisik teratur dan penuh, pada umumnya

berwarna kehijauan atau kebiruan dan gerakannya lincah pada serta waktu

diberikan pakan nampak rakus.

2.7.2. Padat Penebaran

Menurut Lingga (1992) padat penebaran adalah bobot populasi ikan yang

harus ditanam untuk menghasilkan bobot ikan tertentu.Setelah masa pemeliharaan

tertentu. Atas dasar itu penentuan padat penebaran budidaya digunakan metode ;

a) produktifitas alamiah;

b) debit air atau volume air ;

c) lama atau waktu pemeliharaan, serta;

d) kombinasi ketiganya (Balai Budidaya Air Tawar, 1998)

Lingga (1992) menambahkan padat penebaran tergantung pada kesuburan

kolam, debit air, luas kolam, ukuran awal individu yang akan ditebar, jenis dan

sifat ikan yang dipelihara.

Santoso (1993) mengatakan ukuran ikan sebaiknya telah mencapai 100

gr/ekor atau paling tidak sudah berukuran 60-80 gr/ekor. Sedangkan untuk padat

penebaran yang baik untuk jala apung dan keramba benih sebaiknya diambil yang

berukuran antara 50-100 gr/ekor sedangkan padat tebar ikan yang baik 10-15

kg/m. Dengan demikian, pemeliharaannya tidak memakan waktu lama. Cahyono

(2001) menanbahkan bahwa dalam waktu 2-3 bulan, ikan sudah dapat dipanen

dengan ukuran yang layak komsumsi (400 gr/ekor).

9
Sebelum benih ditebar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan;

1) benih yang telah terpilih untuk ditebar sebelum ditebar haru hamakan ;

2) penebaran benih harus dilakukan bersama-sama dengan wadahnya;

3) waktu penebaran benih ikan yang baik adalah pada pagi hari atau sore hari ;

4) padat penebaran benih harus disesuaikan dengan luas kerambah Cahyono

(2001).

2.8. Makanan

makanan merupakan factor yang sangat penting terhadap keberhasilan

budidaya ikan air tawar maupun ikan air laut. Kebutuhan protein bagi ikan

ditentukan oleh bebagai factor antara lain umur ikan. Ikan yang muda

membutuhkan protein lebih banyak pada ikan yang berukuran besar (sudah

dewasa), sebab ikan muda masih giat-giatnya tumbuh (Mudjiman, 1995).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilhan pakan yaitu:

a) Pakan harus diberikan dalam jumlah yang cukup;

b) Pemberian pakan dilakukan 3x sehari atau tempat dan waktunya ditentukan;

c) Dan pemberian pakan dengan cara ditebarkan dibeberapa tempat menurut

kebiasaan ikan berkumpul

d) Pemberian pakan dengan sekenyang nya ikan (Dinas Perikanan Riau, 1993).

Faktor makanan mempunyai perenan yang sangat penting dalam

pertumbuhan individu. Untuk merangsang pertumbuhan yang optimal diperlukan

jumlah dan 3 mutu makanan yang tersedia dalam keadan cukup serta sesuai

dengan kondisi perairan Asmawi (1983). Makanan bagi ikan telah tersedia secara

alamiah. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makanan alami dapat diatasi

dengan pemberian makan tambahan atau buatan Mudjiman (1985), Menurut

10
Asmawi (1983) makanan tambahan adalah macam bahan makanan yang sengaja

diberikan pada ikan pemeliharaan yang dapat segera dimakan oleh ikan secara

langgsung.

Santoso (1993) mengatakan bahwa pertumbuhan badan ikan semakin

bertambah sesuai dengan umur, maka setiap seminggu sekali perlu diadakan

pengecekan dengan cara menangkap sejumlah ikan (sampling) dan ditimbang

beratnya setelah diketahui berat ikan, maka pakan yang harus diberikan saat itu

mudah diketahui. Pakan yang akan diberikan merupakan formasi yang

mempunyai kandungan protein tinggi sehingga pertumbuhan ikan akan mencapai

optimal.

2.9.Kualitas Air

Djatmika (1986) mengemukakan bahwa kualitas air merupakan factor

yang paling penting dalam budidaya selain sebagai media hidup bagi ikan kadang

ada air yang nampaknya bersih, ternyata sudah dikategorikan kotor. Hal ini

dikarenakan pada bagian dasar kolam terdapat sisa pakan yang membusuk.

Weatherley dalam Nuraini (1990) mengatakan informasi kualitas air

sangat penting artinya bagi kehidupan ikan dan organisme lainnya. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme air adalah kualitas air

yakni suhu, oksigen terlarut, CO bebas, ammonia, alkalinitas serta ruang gerak.

Ikan sebagai organisme hidup di air sangat menghendaki kualitas air yang

selalu berada pada batas toleransi yang dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangbiakan secara normal. Wibisono (1993) mengemukan bahwa oksigen

besar dari 5ppm, NH kecil dari 1,5ppm dan kecerahan10% dari penetrasi cahaya

sampai ke dasar perairan.Air. Fluktuasi suhu harian tidak lebih dari 5 (Cholik et

11
al.,1986 dan Hardjamulia et al.,1998). Pendapat Lingga (1997), pada suhu 23-

25 C ikan makan rakus.

2.10. Hama dan Penyakit

Salah satu ancaman yang sangat merugikan dalam budidaya ikan adalah

hama dan penyakit. Menurut Suyanto (1994), menjelaskan bahwa penyakit

didefenisikan sebagai gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh.

Selanjutnya Sahclan dalam Afriyanto dan Liviawaty (1993) mengemukakan

bahwa penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan

pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan

ini dapat disebabkan oleh organisme lain dan pakan maupun kondisi lingkungan

yang kurang menunjang kehidupan ikan.

Penyakit dapat menyebabkan kematian, kekerdilan jangka pemeliharaan

yang lebih lama, tingginya konversi oakan,tingkat padat tebar yang rendah dan

mundurnya produksi. Penyakit ini dapat disebabkan karena stress, organism

pathogen, perubahan lingkungan, factor racun dan kekurangan nutrisi untuk ikan

yang terlanjur sakit apabila belum begitu parah, dapat diobati dengan beberapa

obat antara lain antibiotic, dimana obat anti ini yang berupa sebuah kapsul

dicampur dalam makanan

12
BAB III

METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Studi khusus ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016, di usaha

Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) Milik bapak Heri di Kelurahan

Kulim Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru.

3.2. Sumber Data

Demi tercapainya sasaran studi khusus ini maka data yang dikumpulkan

terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan

langsung di Lapangan, serta melakukan wawancara dengan pengelola

bersangkutan. Sedangkan data sekunder di peroleh dari kantor-kantor dan instansi

yang terkait dalam hubungannya dengan studi khusus ini.

Dari hasil perolehan data primer dan data sekunder, maka dapatlah

keterangan data yang nantinya di olah dan dibahas serta di susun menjadi laporan

studi khusus.

3.3. Alat Pengumpulan Data

Dalam upaya mencari sasaran studi khusus ini maka akan di buat alat

pengumpul data, angket dan peralatan lainnya. Perolehan data primer diperoleh

dengan pengamatan, pencatatan serta wawancara langsung dengan pengelola

usaha pembesaran. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah

yang bersangkutan.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tata Letak Lokasi Kolam .

Pembesaran milik Heri ini dibangun sejak tahun 2002 yang terletak dijalan

Lintas Timur Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru Kota. Luas wilayah kelurahan

kulim kecamatan Tenayan Raya saat ini adalah 51,50 KM2 atau 51,500 Ha, yang

terdiri dari 80 RT dan 20 RW dan memiliki wilayah 06 M Dpl (di atas

permukaan laut), secara georapis, kelurahan kulim memiliki batas sebagai

berikut.

a) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan/ Siak

b) Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggai Sail Kecamatan Bukit Raya

c) Sebelah Selatan berbarbatasan dengan Sunggai Sail /Kabupaten Kampar

d) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tengkerang Timur,

Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya.

Sumber; kantor lurah kecamatan Tenayanraya

Kelurahan kulim yang sehat ditandai dengan perilaku kehidupan masyarakat

kelurahan kulim yang sehat jasmani, rohani dan sosial yang baik maupun sistim

kehidupannya. Hal tersebut ditunjukan dengan :

1. Masyarakat kelurahan kulim baik dirumah tangga dan lingkungan

memiliki derajaat kesehatan yang tinggi.

2. Sistim kehidupan sosial dalam kondisi yang stabil sehingga dapat

mendukung terciptanya kehidupan masyarakat yang sehat .

3. Terciptaya lingkungan yang sehat diseluruh wilayah kelurahan Kulim.

14
Pemilihan lokasi perkolaman merupakan hal yang paling penting dalam

pembuatan suatu unit perkolaman. Kesalahan pemilihan lokasi akan

mengakibatkan bukan saja kerugian biaya dan tenaga, tetapi juga kerugian waktu.

Lokasi yang baik untuk dibangun suatu unit perkolaman harus memenuhi syarat

sosial dan ekonomi maupun tekniknya (Sutisna dan Sutarmanto, 1995).

Berdasarkan segi sosial ekonomi, didukung dengan lingkungan yang

banyak mulai membenihkan ikan patin dilingkungan sekitar. Sehingga kebutuhan

akan bibit patin dapat terpenuhi secara kontiniu.

Dari segi perhubungan tidak jarang suatu lokasi harus dibuatkan sarana

terlebih dahulu harena sulit dijangkau (Anominus, 2008). Melihat kenyataan di

atas lokasi pembenihan memiliki akses yang baik, karena prasarana jalan menuju

lokasi berupa timbunan batu – batu pecah yang hanya berkisar 150 m dari jalan

raya, serta lokasi usaha mudah terjangkau dengan roda dua maupun roda empat

sehingga aspek pemasaran ikan hasil budidaya tidak lagi menjadi hambatan.

Sedangkan lokasi budidaya milik Heri berdasarkan persyaratan teknis

tidak menjadi hambatan hal ini karena lokasi pembenihan merupakan daerah

dataran, selain itu wadah budidaya menggunakan kolam tanah, sehingga

pembuangan air dapat dilakukan dengan mudah.

Sutisna dan Sutarmanto (1995) menyatakan bahwa topografi sangat

berhubungan dengan bentuk permukaan tanah, dengan memperoleh data topografi

akan mempermudah menentukan desain kolam dan tata letaknya, sehingga

pengisian dan pengeringan air dapat dilakukan dengan efisien.

Tanah yang baik untuk membangun kolam budidaya adalah tanah dengan

struktur yang kuat, dan mempunyai sumber air yang cukup. Untuk pengisian air

15
pada kolam Heri ketersediaan air cukup baik dikarenan memperoleh sumber dari

singai.

4.2. Tenaga Kerja

Dari fasilitas yang telah disediakan maka usaha pembesaran ikan Patin

juga membutuhkan tenaga kerja agar dapat mempermudah kegiatan budidaya,

dalam usaha ini tenaga kerja yang dipakai hanya 2 orang termasuk pemilik kolam

sendiri diperhitungkan sebagai tenaga kerja. Bapak Heri tidak memiliki

pendidikan khusus diperikanan. Bapak Heri banyak mendapatkan ilmu budidaya

perikanan dari sesama pembudidaya ikan. Tabel 1 menjelaskan jumlah tenaga

kerja pada usaha pembesaran ikan patin bapak Heri

Tabel 1 Tenaga Kerja dan Biaya Upah pada Kolam Bapak Heri

No Nama Pendidikan Gaji (Rp)/Bulan


1 Heri SMA 3.000.000
2 Ujang SMP 3.000.000
Jumlah - 6.000.000
Sumber : Data primer

Gaji yang ditetapkan untuk anggota pekerja usaha pembesaran ikan patin

bapak Heri sebesar Rp.3.000.000 adalah gaji yang diterima tiap bulannya oleh

anggota selain kepala pimpinan kolam. Pada budidaya budidaya ikan patin hanya

menggunakan 2 anggota saja.

Tenaga kerja merupakan komponen penting dalam kegiatan usaha. Tenaga

kerja hendaknya jujur, tekun, kreatif, berdedikasi tinggi, dan bertanggung jawab.

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sangat bergantung dengan skala usaha yang

dikembangkan, penggunaan tenaga kerja yang berasal dari Daerah lain sering

diterapkan oleh pembudidaya (Carman dan Sucipto 2009)

16
4.3. Lingkungan Usaha Pembesaran

4.3.1. Luas Lahan Pembesaran

Luas kolam budidaya milik Heri secara umum mempunyai luas lahan ± 4

ha yang terdiri dari beberapa unit bangunan. Sebuah usaha kolam pembesaran

yang dibangun pada tahun 2000 dilengkapi dengan sarana pokok dan sarana

penunjang lainnya. Dengan lahan sebesar ±4 ha ini kegiatan usaha budidaya

berjalan lancar, seperti jual beli, proses pemberian pakan, panen dan penyimpanan

pakan. Untuk mengetahui penggunaan lahan yang dimiliki pembudidaya milik

Heri dapat dlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas Areal Lahan Milik Bapak Heri

No Fasilitas Jumlah (unit) Ukuran (m) Total (m2)


1 Kolam
- Kolam 10 40x30 12.000
Pembesaran
Sumber : Data primer

Lahan yang luasnya ± 40.000 meter berada di daerah rawa yang cocok

dipergunakan untuk kolam pembesaran. Dalam penempatan kolam, pihak pemilik

kolam memanfaatkan lahan yang tersedia untuk sesuai jenis dan fungsinya. Di

lahan budidaya kolam seluruhnya berjumlah, 10 petak kolam pembesaran untuk

khusus ikan Patin.

Pemilihan lokasi perkolaman merupakan hal yang paling penting dalam

pembuatan suatu unit perkolaman. Kesalahan pemilihan lokasi akan

mengakibatkan kerugian biaya, tenaga dan juga kerugian waktu. Lokasi yang baik

untuk dibangun suatu perkolaman harus memenuhi syarat sosial ekonomi maupun

tekniknya (Sutisna dan Sutarmanto, 1995).

17
4.3.2. Sumber Air

Sumber air yang digunakan pada usaha pembesaran ikan patin milik Heri

berasal dari aliran sungai siak kemudian dialirkan langsung ke kolam pembesaran.

Untuk mengatasi ikan dari penyakit pengelola hanya menjaga sumber air masuk

dengan memberikan penetral kualitas air agar dapat selalu terjaga kualiatas air

pada kolam hal ini untuk mengurangi ikan agar tidak lebih mudah terserang

penyakit. Sedangkan untuk suhu pada kolam budidaya milik Heri berkisar 27-29

ºC.

Kavori dalam Sutisna dan Sutarmanto (1995) bahwa kriteria kualitas air

yang baik adalah suhu antara 25-30 ºC, warna hijau coklat, berbau plankton, pH

6,7-8,6, cukup mengandung zat hara, tidak mengandung gas-gas beracun dan

tidak terkontaminasi.

Air yang ada di kolam budidaya tidak berwarna hijau coklat melainkan

coklat keruh, air yang berwarna coklat keruh kurang cocok untuk budidaya ikan

patin karena tidak terdapat unsure pakan alami berupa plankton, karena penunjang

keberhasilan budidaya adalah ketersediaan pakan alami yang baik dalam suatu

perairan budidaya tersebut.

4.3.3. Sarana dan Prasarana

Wadah yang digunakan kolam pembesaran milik Heri ini adalah kolam

tanah dengan ukuran 40 x 30 dengan kedalaman 1,5 m. Pemilik kolam tidak

memiliki bak – bak pendederan larva ataupun benih dikarenakan beliau tidak

memijahkan hanya membeli benih yang siap tebar pada kolam budidaya.

Sedangkan bak karantina adalah wadah pengasingan ikan yang sakit dan

menghindari penularan penyakit kepada ikan yang sehat.

18
Tabel 3 Jumlah dan Ukuran Bak Pada Kolam Heri

No Jenis bak Ukuran (m) Jumlah (unit)


1 Bak Karantina 8x5x1 2

Sumber : Data primer

Pada Tabel, 3. menjelaskan ukuran bak karantina yang digunakan pada

usaha pembesaran ikan patin dengan jumlah yang terdapat pada usaha bapak Heri.

Bak yang digunakan adalah bak yang terbuat dari semen. Merangkum fasilitas

yang dipergunakan serta jumlah yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan

patin di kolam milik bapak Heri. Untuk lebih jelas fasilitas yang dimiliki bapak

Heri dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Fasilitas yang Terdapat pada Kolam Milik Bapak Heri

No Fasilitas Satuan Jumlah Ukuran


1 Rumah Jaga Unit 1 10x8
2 Gudang Unit 1 5x6
3 Gudang pellet Unit 1 4x4
4 Jaring tangkap Buah 2 30x2
5 Pompa Air Unit 2 -
6 Paralon Batang 15 -
7 Selang Buah 2 -
8 Gerobak Buah 2 -
9 Tangguk Buah 4 -
10 Drum Buah 2 -
11 Dap Unit 10 -
Sumber : Data Primer

Pada Tabel 4. terlihat bahwa jenis fasilitas pada kolam budidaya milik

Heri adalah 10 petak untuk kolam pemeliharaan ikan patin dengan ukuran 40 x

30. Terdapat masalah pada sarana penunjang usaha budidaya bapak Heri ini

adalah tidak adanya ketersediaan kolam tendon. Fungsi kolam tendon

berpengaruh pada musim kemarau dikarenakan sebagai penampung air sementara.

19
Kedalaman air kolam bapak Heri ini masih setabil, pada saat musim

kemarau airnya berkurang. Sebaiknya sarana untuk usaha budidaya bapak Heri

harus terpenuhi dari sarana pokok dan sarana penunjang. Pemilik kolam harus

menyediakan satu kolam dari kolam yang ada untuk digunakan sebagai kolam

penampungan air. Dari keadaan lahan pembesaran bapak Heri masih perlu sarana

pendukung yang lain dengan tujuan mendapatkan usaha budidaya yang baik.

Dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang terdapat pada kolam

pembesaran patin terdiri dari sarana pokok dan sarana penunjang. Memproduksi

ikan berarti mempertahankan ikan agar tetap hidup tumbuh dan berkembang biak

pada waktu yang singkat hingga mencapai pasaran siap jual

Anonimus (1980), bahwa pada usaha sekala besar diperlukan bak

penampungan air, satu bak pemijahan, dan satu bak kecil untuk pemeliharaan

pakan alami. Selanjutnya Sutisna dan Sutarmono (1995), mengatakan bahwa

fasilitas yang diperlukan dalam satu unit pembesaran adalah seluruh sarana dan

prasarana yang digunakan secara efektif dan efesien.

4.4. Jenis Ikan

Pada kolam bapak Heri ini hanya melakukan budidaya ikan patin saja

untuk kedepannya beliau akan mengembangkan jenis ikan lain, ikan patin yang

digunakan adalah jenis ikan patin lokal. Oleh karena itu saya mengambil data

lebih detail untuk ikan patin saja sesuai dengan judul yang saya miliki.

Tabel 5. Jenis-jenis Ikan yang Terdapat pada Kolam Heri

No Jenis ikan Asal benih


1 Ikan Patin Pekanbaru

Sumber : Data primer

20
Tabel 5 menjelaskan bahwa ikan yang dipelihara di kolam bapak Heri

hanya ikan patin saja. Benih ikan patin yang di dapat dari petani pendeder ikan

patin yang sudah menjadi langganan bapak Heri setiap memerlukan pembelian

benih ikan patin. Benih berasal dari daerarah Pekanbaru.

4.5. Pemeliharaan

4.5.1. Penyediaan Benih Ikan Patin

Dari hasil wawancara di lapangan bapak Heri selaku pemilik usaha

pembesaran ikan patin tidak menghasilkan benih sendiri melainkan membelinya

dari petani pendeder ikan patin. Bapak Heri membeli benih umur 2 bulan ketika

benih sudah berumur 2 bulan dengan panjang badan 7-9 cm atau sering di sebut

dengan ukuran 3 inci, untuk harga benih dapat diberikan harga Rp.300 per

ekornya.

4.5.2. Pembesaran

Bapak Heri memasukan benih kedalam kolam biasaya pada sore hari.

Sebelum benih ditebar kedalm kolam bapak Heri biasanya melakukan adaptasi

benih selama 1 sampai 2 jam untuk menghindari sutres dan mengurangi tingkat

kematian selama pemeliharaan.

21
Tabel 6. Pemeliharaan Benih dari Umur 1 Bulan sampai 8 Bulan Baik dari
Ukuran, Berat sampai Pakannya.

No Pemeliharaan Ukuran Padat tebar Pakan


Fk (X)
( Bulan ) Panjang Berat Ekor/ meter Pellet
(cm) (gr)
1 1 7-9 ± 100 25 781 -1 3
2 2 9-13 ± 200 25 781 -2 3
3 3 13-16 ± 300 25 usus 3
4 4 16-19 ± 400 25 usus 3
5 5 19-22 ± 500 25 usus 3
6 6 22-25 ± 600 25 usus 3
7 7 25-27 ± 700 25 usus 3
8 8 27-29 ± 800 25 usus 3
9 9 29-31 ± 800 25 usus 3
10 10 31-33 ±800 25 usus 3
Sumber : Data Primer

Tabel 6, menjelaskan jumlah padat tebar yang digunakan oleh bapak Heri

kurang baik untuk kolam yang berukuran 40 x 30 m dengan jumlah 25 ekor

permeter. Benih dimasukan ke kolam pembesaran setelah benih berumur dua

bulan dengan panjang 7-9. Dari hasil wawancara dengan benih ukuran 3 inci

diharapakan dapat bertahan hidup karena sudah dapat beradaptasi dengan

lingkungan baru sehingga angka mortalitasnya menjadi rendah.

Cahyono (2001), Penebaran benih dilakukan pada hari ke-8 dari awal

persiapan kolam (3 hari setelah penebaran Moina sp). Penebaran benih dilakukan

pagi atau sore hari untuk menghindari stress. Benih yang ditebar berukuran rata-

rata 2,4 cm dengan padat tebar 20 ekor/m² pemeliharaan benih dilakukan selama

4 minggu. Sedangkan menurut Santoso (1993), ukuran ikan sebaiknya telah

mencapai 100 gr/ekor atau paling tidak sudah berukuran 60-80 gr/ekor.

Sedangkan untuk padat penebaraan yang baik sebaiknya diambil berukuran antara

22
50-100 gr/ekor, sedangkan padat tebar ikan yang baik 10-15 kg/m³. Dengan

demikian pemeliharaanya tidak memakan waktu lama.

4.6. Pakan

Frekuensi pemberian pakan pada usaha pembesan ikan patin milik bapak

Heri adalah 3 kali sehari. Pakan yang diberikan berupa pellet ukuran 781-1

diberikan pada ikan yang berumur 2 bulan dengan lama pemberian selama 1

bulan, sedangkan pelet 781-2 untuk ikan umur 3 bulan dengan lama pemberian

selam 1 bulan. Pakan tambahan diberikan pada ikan umur 4 bulan sampai siap

panen. Pemberian pakan usus ayam bertujuan menambah laju pertumbuhan ikan

patin. Usus ayam yang dibeli berasal dari tempat-tempat khusus pemotongan

ayam. Untuk mengetahui jumlah pakan yang diberikan dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Jumlah, Harga dan Jenis Pakan yang diberikan pada Benih Ikan
Patin selama Pemeliharaan untuk 10 petak kolam Ikan Patin di
Kolam Bapak Heri

NO Jenis Masa lama harga


pakan pemeliharaan Ton pemberian Rp/krg Total Rp
1
781-1 2 34 1 bln 182,000 309,400,000

2 781-2 3 86 1 bln 235,000 505,250,000

Jumlah - 120 2 Bulan 417,000 814,650,000

No Pkn Masa Jumlah Lama Harga


Tambahan pemeliharaan pakan pemberian Rp/Kg Total (Rp)
/ton

2 usus ayam 4 Bulan 249,55 6 bulan 3.000 748.650.000


sampai 11 bln

Jumlah - 249,55 3.000 748.650.000

23
Penggunaan pakan tambahan untuk satu periode sebanyak 249,55 ton

dengan biaya Rp.3.000/kg, pakan tambahan diberikan pada waktu sore, malam

dan pagi hari. jika ikan sudah berusia diatas 4 bulan maka pemberian pakan

tambahan diwajibkan karena benih sudah tumbuh dan kebutuhan pakan

bertambah. (Asmawi, 1983). Untuk merangsang pertumbuhan yang optimal

diperlukan jumlah dan mutu makanan yang tersedia dalam keadaan cukup serta

sesuai dengan kondisi perairan. Pemberian makanan buatan merupakan faktor

yang menentukan, karna mengikat sirkulasi air dalam kolam sangat cepat sekali

sehingga pembentukan hama dan jasad renik dalam kolam sangat minim sekali

(Lingga, 1997).

Ikan patin diberi pakan tambahan berupa pakan alternatif. Pakan buatan

yang digunakan adalah pellet dengan kandungan protein minimal 25%. Namun

lebih baik di beri pakan yang kandunganya protein minimal 28%. Sementara

pakan tambahan yang alternatif yang diberikan biasanya berupa usus ayam.

Pakan tambahan ini diberikan sebanyak 3% per hari dai berat total ikan Susanto

(1988). menjelaskan bahwa pellet sangat baik bagi makanan ikan, karena

mengandung berbagai zat makanan yang dibutuhkan ikan.

Menurut Rochdianto (2009), pada bulan 1-3 pemeliharaan, setiap hari

diberikan pelet dengan kandungan protein di atas 20% sebanyak 4% dari berat

ikan yang dipelihara. pada bulan ke empat pada bulan kelima,pellet di berikan

sebanyak 2,5%. Pada bulan keenam sampai masa panen, cukup diberikan pakan

pellet sebanyak 2% agar kehilangan bobot dapat dicegah.

24
4.7. Konversi Pakan

Untuk mengetahui konversi pakan pada budidaya bapak Heri adalah

Rumus Konversi pakan = total pakan buatan + total pakan tambahan


total panen

pakan buatan = 120 ton


pakan tambahan = 249,55 ton
total panen = 194,4 ton
= 120 ton + 249,55 ton = 369,55 ton
194,4 ton
= 1,90 (FCR)
Kp = 1 : 1,90

Proses pemeliharaan ikan patin diberikan pakan oleh Heri berupa pellet

dan pakan tambahan. Penggunaan pakan buatan ini digunakan saat ikan sudah

mulai sudah agak besar. Jadi konversi pakan yang diberikan bapak Heri kepada

ikannya adalah 1 : 1,90 yang berarti 1,90 kg pakan menghasilkan 1kg daging ikan

patin.

Dalam usaha budidaya ikan patin, pakan merupakan salah satu faktor

penting dalam menentukan keberhasilan usaha. Karena itu, pengelolaan pakan

harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan biota budidaya dan target produksi.

Kordi dan Tanjung (2007), menyatakan pengelolaan pakan sangat penting dalam

budidaya perairan. Hal ini karena pakan merupakan biaya pengeluaran terbesar

hingga 60 % dalam budidaya.

4.8. Kualitas Air

Pada saat saya melakukan pengamatan di kolam Heri kondisi air di kolam

dalam kondisi normal. Berdasarkan hasil pengamatan suhu pada kolam

pembesaran sekitar 27-30ºC dan pH sekitar 7-8 kecerahan 30-35 cm dan DO 7,8

ppm. Terkadang keadaan air sewaktu-waktu menjadi kurang baik, tergantung dari

25
kualitas air yang berasal dari sumber air yang berasal dari sungai, kualitas air yang

tidak dapat ditentukan ini merupakan suatu masalah yang akan merugikan jika

kualitas air kolam dalam kolam buruk maka suhu kolam 18-20ºC, DO 3-4 ppm,

pH 4,5-4 ppm, kecerahan dan kekeruhan rata-rata 5-6 cm. Kualitas air ini

merupakan suatu masalah yang merugikan karena kondisi air tidak dapat

ditentukan kapan air baik dan kapan air memiliki kualitas air buruk

Daelami (2002) menjelaskan, apabila terjadinya penurunan atau kenaikan

suhu secara mendadak dampak yang jelas terlihat adalah ikan menjadi stress,

dengan gejala ikan berenang mengapung dan bernafas di permukaan serta terjadi

kematian bila hal tersebut berlangsung relatif lama. Nafsu makan ikan dapat

menurun sejalan dengan penurunan suhu, sehingga pertumbuhan ikan terhambat

dan daya tahan tubuh berkurang yang menyebabkan ikan rentan terkena serangan

berbagai penyakit.

4.9. Mortalitas.

Selama pemeliharaan ikan dilakukan, terdapat beberapa ekor ikan yang

mati, kematian ikan sering terjadi disaat awal benih dipindahkan kekolam hal ini

terjadi karena ikan belum semuanya sanggup hidup didalam kondisi air yang baru,

suhu yang berbeda dan kedalaman air yang berbeda. Kematian yang terjadi disaat

ikan sudah masuk kekolam pembesaran disebabkan terserang penyakit, bapak

Heri hanya melakukan pencegahan dengan memberikan penetral air dengan

menggunakan plankton catalish dengan cara ini dapat menjaga kualitas air agar

tetap stabil. Namun tingkat kematian pada ikan yang berumur 10 bulan jauh lebih

berkurang dibandingkan dengan sewaktu benih berumur 1 bulan pemaliharaan.

Mortalitas pada kolam bapak Heri ini tidak terlalu besar karena kondisi air yang

26
masih normal. Untuk mengetahui mortalitas benih yang terjadi pada kolam Heri

pada Tabel. 8 yang menjelaskan rata-rata kelulus hidupan benih ikan patin

berumur 1 bulan pemeliharaan sampai 10 bulan selama satu periode pemeliharaan.

Tabel 8. Jumlah Mortalitas Ikan sampai Ukuran Siap Panen

No Umur Jumlah (ekor)


1 1 bulan 21.550
2 2 bulan 900
3 3 bulan 300
4 4 bulan 250
5 5 bulan 200
6 6 bulan 200
7 7 bulan 200
8 8 bulan 200
9 9 bulan 200
10 10 bulan -
11 11 bulan -
Jumlah 24.000
Sumber : Data Primer

Ikan yang mati selama pemeliharaan berjumlah 24.000 ekor pada bulan ke

1 sampai bulan ke 9 ikan mengalami kematian yang cukup banyak. Kematian

terbanyak pada bulan ke 1 dikarenakan adaptasi terhadap lingkungan baru, dan

kondisi iklim yang kurang bagus. Pulungan et al. (2004). Menyatakan bahwa

Untuk jenis – jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi factor yang lain dapat

berperan sebagai penyumbang terbesar angka mortalitasnya terjadi dari pada

kematian terjadi secara alami. Sedangkan untuk survival ikan patin selama

pemeliharaan sampai panen dapat dilihat pada tabel 4.9.

27
Tabel 9. Jumlah Survival Ikan sampai Ukuran Siap Panen

No Umur Jumlah (ekor)

1 1 bulan 218.450
2 2 bulan 217.550
3 3 bulan 217.250
4 4 bulan 217.000
5 5 bulan 216.800
6 6 bulan 216.600
7 7 bulan 216.400
8 8 bulan 216.200
9 9 bulan 216.000
10 10 bulan 216.000
11 11 bulan 216.000
Sumber : Data Primer

Tabel di atas menjelaskan bahwa survival ikan patin pada kolam bapak

Heri selama pemeliharaan, untuk survival selama pemeliharaan 216.000 ekor.

pada kolam bapak Heri menurut beliau ini biasanya dikarenakan penyesuaian

dengan lingkungan baru, iklim ataupun dapat terjadi dikarenakan kualitas benih

yang kurang sehat.

4.10. Hama dan Penyakit

Hasil wawancara pemilik kolam penyakit yang lebih sering menyerang

ikan ialah permukaan kulit bintik-bintik putih, atau juga sering disebut white

spot. Sedangkan untuk mengobati ikan yang sakit Bapak Heri memberikan larutan

garam dengan dosis 150-250 gram untuk satu wadah karantina dengan kedalam

air ± 60 cm. Jika penyakitnya parah maka diberikan obat Methylene Blue dengan

dosis 2 ml dalam 10 l air untuk pengobatan. Ini cukup bermanfaat dari pada hari

sebelumnya. Tabel 10 menjelaskan macam-macam penyakitnya.

28
Tabel 10. Penyakit yang Sering Menyerang Ikan pada Kolam Bapak Heri

N Nama Jenis Penyakit Keterangan


o ikan
jamur, bakteri, Kulit bintik putih dan merah,sisik putih
1 Patin putih,kulit berkapas-kapas,insang pucat,di
protozoa, kulit seperti cacing biasanya ini lernea
parasit

Sumber : Data primer

Pengelola mengatakan penyakit lebih rentan disebabkan oleh jamur dan

organisme pathogen penyakit ini disebut dengan white spot. Untuk mengatasi

penyakit yang meyerang ikan pemilik biasanya menggunakan obat yang umum

digunakan. Mengetahui obat-obatan yang digunakannya dijelaskan pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Bahan dan Obat-obatan yang digunakan pada Kolam
Bapak Heri.

N Nama Bahan Jumlah Harga Keterangan


O (unit)
1 Garam Dapur 24 karung 1.200.00 Mengobati dan
0 mencegah
2 Methylene Blue 100 set Mengobati dan
450.000 mencegah
Jumlah 1.650.00 -
0
Sumber : Data primer
Obat yang biasa digunakan oleh bapak Heri untuk ikan yang sakit adalah

garam, dan Methylene blue berfungsi untuk mengobati dan mencegah dari

penyakit seperti white spot. Suyanto (1994), menjelaskan bahwa penyakit

didefinisikan sebagai penggunaan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh.

Selanjutnya Afrianto dan Liviawaty (1993), mengemukakan bahwa penyakit

ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan , baik

secara langsung maupun tidak langsung.

29
4.11. Pemanenan Ikan

Tabel 12. Jumlah Produksi Ikan Patin di Kolam Milik Heri Satu Tahun
Terakhir

No Tahun (2016) Jumlah Produksi (Ton)

1 Januari Belum cukup umur


2. Februari Belum cukup umur
3. Maret Belum cukup umur
4. Afril Belum cukup umur
5. Mai Belum cukup umur
6. Juni Belum cukup umur
7 Juli Belum cukup umur
8. Agustus 25,400
9. September 64,500
10 Oktober 72,300
. Nopember 32.200
11 Desember Perawatan kolam
12
Jumlah 194,4 Ton
Sumber : Data primer

Dari bulan Januari sampai Juli ikan patin milik bapak Heri belum dapat

diproduksi karena ikan patin yang dipelihara belum cukup umur, setelah ikan

berumur 8 bulan baru dapat dilakukan Pemanenan ikan patin milik bapak Heri,

dimulai dari bulan ke 8 dengan berat rata rata 0,9 Kg, pada bulan agustus bapak

Heri melakukan pemamanenan pertamaya pada kolam 1.2 dan 3, dan ikan hasil

sotiranya di masukan lagi ke kolan 1 dan di pelihara lagi, pada bulan September di

lakukan pemanenan lagi pada kolam 4.5 dan 6, ikan sotiran di masukan lagi pada

kolam 2. Sedangkan kolam 7.8.9 dan 10 di lakukan pemanenan pada bulan

Oktober, ikan yang di sotir di masukan lagi ke kolam 3. Sedangkan pada bulan

Nopember dilakukan panen total yang berada di kolam 1.2.3 yang hasil sotiran,

setelah umur 11 bulan masa pemeliharaan. Teknik panen dilakukan dengan

30
penyusutan air kolam lalu penjebakan dengan jaring dan ikan diangkat lalu di

timbang ikan patin siap untuk dijual.

Mnurut Lingga (1998), pemanenan dapat dilakukan secara bertahap

maupunsekaligus, pemanenan sekaligus baik sekali dilakukan pula terhadap

tempat pemasaran yang pasti, pemanenan bertahap dilakukan untuk mengatur

pebaran sehingga produksi dapat diatur dan direncanakan serta penempatan modal

lebih cepat.

Afrianto dan Liviawaty (1997), mengatakan panen ikan sebaiknya

dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit, jika di panen terlalu siang ikan

menjadi tidak tahan selama dalam pengangkutan.

4.12. Pemasaran dan Distribusi

4.12.1. Pemasaran dan Harga

Bapak Heri mendistribusikan ikannya masih rata-rata diwilayah

pekanbaru, yaitu pada pedagang pengumpu dan ada juga yang mengambil ikan

dari orang eceran seperti yang mengambil ikanya dari Harapan Raya, Pasar

Tangor, Kulim, Sail, Pasar Sekijang, Pasar Kerinci dan pasar-pasar kaget disekiar

Riau saja. Tetapi bapak Heri melakukan pemasaran pada saluruh daerah

Pekanbaru dan di luar peropinsi riau.

PRODUSEN

AGEN PENGUMPUL KONSUMEN

Gambar 1. Pemasaran Ikan Patin Pada Kolam Heri.

31
Sistem pemasaran ikan patin dengan sistem packing/dalam derom yang

diantar ke lokasi pemasaran dengan menggunakan kendaraan roda empat, jarang

juga ada agen yang lain datang dan melakukan pembelian langsung.

Untuk menghindari kematian akibat sterss pada ikan dlam perjalanan

pemilik budidaya Heri sebelum panen ikan patin dalam kolam tidak diberi pakan

atau dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat Tang dan Alawi

(2003) bahwa sebelum melakukan pemanenan terlebih dahulu ikan dipuasakan

selama satu hari.

Faktor penentu keberhasilan transportasi ikan sangat erat kaitannya dengan

kondisi kimia, fisika dan biologi media air media seperti kandungan oksigen

terlarut, pH, kandungan karbondioksida, amoniak dan suhu air (Khairuman dan

Amri, 2008).

4.13 Produksi dan Pendapatan

Biaya produksi harus lebih rendah dibandingkan pendapatan barulah

dapat dikatakan suatu usaha tersebut berhasil. Biaya dibedakan menjadi dua

macam yaitu biaya tetap dan tidak tetap. Untuk mengetahui jumlah dan harga

semua barang yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan patin pada kolam

bapak Heri dapat kita lihat pada Tabel 14 menjelaskan harga tiap unit barang yang

digunakan pada usaha budidaya.

32
Tabel 13. Penapsiran Biaya pada Kolam Bapak Heri dalam Satu Periode (8
Bulan)

Jlh Masa Nilai


Jlh Harga
No Investasi (Rp.000 Pakai Penusutan
(unit) (Rp)
) (Thn) (Rp. 000)
Kolam
10 10 10.000.000
1 Pembesaran 10.000.000 100.000
2 Bak Karantina 2 450.000 900 9 100.000
3 Rumah Jaga 1 8000.000 8.000 9 888.889
4 Gudang Pellet 1 2000.000 2.000 9 222.222
5 Gudang 1 3000.000 3.000 9 333.333
6 Pompa Air 3 450.000 1.350 5 270.000
7 Paralon 6 120.000 720 8 90.000
8 Selang 2 500.000 1.000 8 125.000
9 Jaring 2 500.000 1.000 4 250.000
10 Gerobak 2 350.000 700 2 350.000
11 Tangguk 2 55.000 110 2 55.000
12 Sepeda Motor 1 10.000.000 10.000 5 2.000.000
13 Handphone 1 300.000 300 5 60.000
  Total - - 49.080 - 14.744.444

Biaya Tetap Pada Kolam Milik Heri Tahun 2016

No Uraian Jumlah (Rp)


1 Penusutan Investasi 14.744.444
2 Perawatan 1 % Investasi 14.444
  Total Biaa Tetap 14,730,000

Uraian Total Harga (Rp)

33
A. Biaya Tetap  
14,730,0
(Rp. 14,730,000,-) 00
B. Biaya Tidak Tetap  
1. Pellet 781-1 34 ton (@Rp. 182.000,-) 309.400.000
2. Pellet 781-2 86 ton (@Rp. 235.000,-) 505.250.000
3. Pakan Tambahan 249,55 ton (@Rp. 3.000) 748.640.000
4. Beli Benih 240.000 ekor (@Rp. 300) 72 .000.000
5. tenaga Kerja 72.000.000
6. Obat-obatan 1.650.000
Total Biaa Tidak Tetap 1.708.940.000
C. Total Biaya Produksi  
Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap  
 = 14,730,000 + 1.708.940.000 1.723.670.000
D. Pendapatan  
Total Produksi X Harga Jual  
 = 194,4 ton X Rp. 11.000,- 2.138.400.000
E. Keuntungan  
Pendapatan - Biaya Produksi  
 = 2.138.400.000 - 1.723.670.000 414.730.000
Sumber: Data Primer

Proyeksi Laba Rugi per 1 periode pemeliharaan

LABA =Pendapatan – Biaya Produksi


Rp.2.138.400.000 - 1.723.670.000
=Rp. 414.730.000

R/C = Pendapatan / Biaya Produksi


2.138.400.000 / 1.723.670.000
1,240

Nilai R/C rasio sebesar Rp. 1,240 menunjukan bahwa setiap penambahan
biaya sebesar Rp.1.000 maka akan diperoleh keuntungan biaya sebesar Rp. 1,240
dengan demikian usasaha pembesaran ikan ini layak di kembangkan.

BEP Harga = Biaya Tidak Tetap / Produksi


= Rp. 1.708.940.000 / 194,4 ton
= Rp. 8.790

34
Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa BEP Harga sebesar Rp. 8.790,-

Ini menunjukkan bahwa titik impas pembesaran ini terletak pada saat haga jual

benih sebesar Rp. 8.790,- per kg.

Pengembalian modal = Total Biaya Produks / keuntungan


= 1.723.670.000 / 414.730.000
= 4,15

Dari data diatas artiya modal yang dikeluarkan untuk pembesaran ikan
ikan patin pada pembesara milik bapak Heri bisa dikembalikan pada jangka waktu
4,15 kali perode.

Tabel 14. Penerimaan /Unit Produksi

No Komponen Jumlah Harga Keterangan

1 Hasil Panen 194.400 ton Rp. 11.000 Rp 2.138.400.000

2 Biaya Produksi Rp. 1.723.670.000

3 Keuntungan 1 x periode untuk 1 kolam Rp. 41.473.000

4 Keuntungan 1 x periode untuk 10 kolam Rp. 414.730.000

Keuntungan yang diperoleh dalam satu kolam Rp. 41.473.000- jika

pendapatan yang diperoleh dihitung dalam hitungan selama pemeliharaan satu

periode (10 bulan ). Untuk sepuluh (10) kolam maka hasil yang didapatkan adalah

Rp. 414.730.000,-.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ikan yang dibudidayakan oleh bapak Heri hanya satu jenis yaitu ikan Patin.

2. Hasil konversi pakan adalah 1 : 1,240 dengan pemberian pakan buatan dan

pakan tambahan.

3. Pemeliharaan dilakukan selama 11 bulan, ikan dijual dengan harga 11.000/kg

pemasaran yang dilakukan Her di dalamat atau diluar kota Pekanbaru dan.

4. Penyakit yang meyerang ikan Patin seperti Jamur, Protozoa, dan Parasit.

5. Hasil yang diperoleh 194,4 ton dengan memiliki keuntungan Rp. 414.730.000.

pertehunya.

6. Kualitas air pada kolam Heri cukup setabil karna air yang masuk ke kolam

sudah melalui penyaringan untuk menghindari hama dan penyakit yang dapat

menyerang pada ikan

6.2. Saran

Usaha milik bapak Heri memiliki kendala yaitu terbatasnya jumlah pakan

untuk ikan umur 4 -10 bulan karena di pasar dan penggumpul tidak selalu tersedia

setiap waktu. Sebaiknya bapak heri membuat pakan buatan sendiri sehingga dapat

memenuhi kebutuhan untuk pakan ikan setiap waktunya. Selain itu kendala

lainnya tidak terdapat kolam tandon sehingga perlu penambahan kolam tandon

untuk menampung air yang masuk dari aliran sungai sebelum dialirkan ke kolam

pembesaran.

36
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan E.Liviawaty. 1997. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Penerbit


Kanasius.Yogyakarta.148 hal.

Alawi, H., M. Ahmad, Rusliadi dan Pardinan. 1992. Some Biological Aspect of
Macrones Catfish (Macrones nemurus) from Kampar River. Terubuk
Jogyakarta.18 (52) 33 - 47.

Amri, K, dan Khairuman, 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka, Depok. 75 hal.

Anonimus.1980. Pedoman/Standar Balai Benih Ikan. Direktorat Jenderal


Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta. 25 halaman.

Anonimus. 2008. Agribisnis Perikanan. Tim Penulis Penebar Swadaya. Penebar


Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Arsyad. 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota. Jakarta. 14


halaman.

Asmawi. S 1987. Pemeliharaan Ikan Dalam Kolam. Gramedia, Jakarta. 82 hal.

Asyari, K. 2011. Teknik Pembenihan Ikan Batak (Tor soro) di Instansi Riset
Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar. Skripsi. Bogor. 40 hal.

Bardach, J.E, J.H. Ryther & W.O. Mc Larney. 1972. Aquaculture the Farming
and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. John Wiley & Sons
Inc., New York. 868 pp.

Balai Budidaya Air Tawar. 1985. Pemeliharaan Ikan Baung Secara Intensif, Riau.
83 ha.

Balai Budidaya Air Tawar. 1998. Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Secara Intensif Di kolam air Deras. Paket Teknologi Budidaya Air Tawar.
Bandung. 137 hal.

Boyd, C.E., Wood, C.W., Thunjai T. 1990. Aquaculture Pond Bottom Soil
Quality Management. Pond Dynamic/ Aquaculture CollaborativeResearch
Support Programe, Oregon State university, Corvallis, Oregon. 30 hal.

Carman. O., dan A. SUCIPTO. 2009. Panen Nila 2,5 Bulan. Penebar Swadaya. Cet 1.
Jakarta. 79 hal.

Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanasius. Yogyakarta 95


hal.

37
Cholik, F., Artati dan Rahmat Arifin. 1991. Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Kolam Ikan. 40 hal.

Cholik F, dan Hardjamulia,1998 Manajemen Kualitas Air pada Kolam BudiDaya


Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan International
Development Research Center 84 hal.

Daelami, D. A. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya


( Anggota IKAPI). Jakarta. 166 hal.

Dinas Perikanan Dati I Riau.1993, Pemeliharaan Ikan baung Dalam Kolam Dinas
Perikanan DATI Riau, Pekanbaru 14 hal.

Dinas. Perikanan dan Kelautan Kota Pati. 2012. Penyuluhan dan Pelatihan
Penguatan Kemampuan dan Bakat Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Pemerintah Kota Pati. Dinas Perikanan dan Kelautan . Pati.
Hal 1-3.

Djajadireja, R. 1977. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya Baung Bagian I.


Dtjen perikanan. Jakarta. 96 hal.

DJARIJAH, A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. 87 halaman.

Djatmika, D.H. 1986. Usaha Perikanan Kolam Air Deras.Simplex. Jakarta.27 hal.
Effendi, M.I. 1992. Metode Biologi Perikanan.Yayasan Agromedia. Bogor. 111
hal.

Effendi dan Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya . Jakarta. 53


hal.

Hargreaves, J.A., 1998. Nitrogen biogeochemistry of aquaculture ponds.


Aquaculture, 181-212.

Hardjamulia, A dan Suhendi. 2002. Penerapan Teknologi Pembenihan Ikan


Kelemak di Kalimantan Barat. Penelitian dan Pengembangan Pertanian
RI, Jakarta. 6 (14) : 1-3.

Hardiantho, D., A. Sasongko, D. Hidayat, dan J. Purwanto. 2002. Pengelolaan


Induk Ikan Baung (Mystus nemurus C.V.) dalam Mendukung Program
Penebaran ke Perairan Umum. Laporan kegiatan BBAT Sukabumi.Hal 7.

Harris, E. 1992. Beberapa Usaha Dalam Meningkatkan Produksi Benih. Dirjen


Perikanan. Jakarta. 48 Halaman.

Jangkaru, Z. 2000. Pembesaran ikan Air Tawar di Beberapa Lingkungan


Pemeliharaan, Penebar Swadaya. Jakarta.

Khairuman dan Amri, K. 2007. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.


AgroMedia Pustaka. Jakarta. 358 hal.

38
Khairuman dan Amri, K. 2008. Klasifikasi Ikan Baung. Agromedia Pustaka.
Jakarta. hal 7.

Lani, P. 2005. Lahan Basah Buatan di Indonesia. Wetlands Internationa. Bogor.


40 hal.

Lingga, P. 1998. Ikan Mas Kolam Air Deras. Penebar Swadaya. Jakarta.80 hal.

Lumumba, R. 1995. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan


dan Kelulushidupan Benih Ikan Baung. Sekripsi Fakultas Pertanian
Jurusan Perikanan Universitas Islam Riau. Pekanbaru. 93 Halaman.

Madsuly, T. 1977. Laporan Peternakan Ikan baung (Macrones nemurus) di


Kabupaten Sumedang. Dinas Perikanan Kabupaten Sumedang. 87 hal.

Mudjiman, A. dan S.R. Suyanto.1989. Budi Daya Ikan Baung. Penebar Swadaya.
Jakarta 70-95 hal.

Mudjiman, A. 1995. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.60 hal.

Muflikhah, N. 1993. Pematangan Gonad dan Pemijahan Buatan Ikan Baung


(Mystus nemurus). Sukamandi: Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Perikanan Air Tawar. Hal. 243-247

Nuraini. 1990. Pengaruh Hormon Meteillestoteron Pada Ikan Mas Betina Hasil
Ginogenesis, Tesis Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 7 hal.

Pulungan. P. C., 2004. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Laboratorium


Biologi Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 66 hal.

Rochdianto, A. 2009. Budidaya Ikan Nila. Tabanan: Dinas Perikanan dan


Kelautan Kabupaten Tabanan. Hal 35.

Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan. Penerbit Kanasius. Jogyakarta.


45 hal.
Santoso. 1997. Teknik Penyuntikan Sperma pada Ikan.
http://www.teknikpenyntikan sperma. Jakarta. 30 hal.

Slembrouck, Stef . 2003. Explanation, Interperation and Critique in the Analysis


Of Discourse. Critique of Anthropology. 21:33-57

Subandiyah. 1990. Penyeleksian Induk yang Baik. Faculty of Agriculture UGM.


Yogyakarta. 8 hal.

Suhenda,N., Azwar, Z.I. dan Djajasewaka, H. 2003. Kontribusi Penelitian Nutrisi


dan Teknologi Pakan dan Peranannya bagi Perkembangan Usaha
Perikanan Budidaya. Prosiding Semi-Loka. Bogor. Hal: 53-60.

39
Sukendi. 2009. Peningkatan Produksi Benih Baung Melalui Perbaikan Kadar
Lemak Pakan Induk. Berita Biologi. Jakarta. Hal 539-546.

Sulistidjo., A. Nontji dan Soegiarto. 1980. Potensi dan Usaha Pengembangan


Budidaya Perairan di Indonesia Proyek Penelitian Potensi Sumber
Ekonomi. Bandung. 45 hal.

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangan Ikan-Ikan di Indonesia Sastra Husada,


Bogor. 132 hal.

Suraidah. 1992. Red Tail Catfish Berkepala Batik Dari Amazona. Trubus. 7
Halaman.

SUSANTO, H. dan K. AMRI. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya.


Jakarta.90 hal.

SUSANTO, H dan K. AMRI. 2001. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya.


Jakarta. 90 halaman

Sriyusanti. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumber daya Alam Pesisir dan Laut
Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan
Lautan IPB. Bogor. 40 Hal.

pekarangan. Susanto, H. 1988. Budidaya Ikan di Penebar Swadaya. Jakarta,152


Halaman.

Sutisna, H dan R, Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar Kansius.


Yogyakarta. 135 hal.

Suyanto, S.R. 1991..Budi Daya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.85 hal.

Tang, U, M. 2000. Teknik Budidaya Ikan Baung, Kanasius. Yogyakarta 85


Halaman.

Tatang. 2007. Lokasi Pembesaran Ikan Baung. IPB. Bogor. 7 hal.

Usman, M. 2003. Manajemen Pembenihan Ikan. Unri press. Pekanbaru. 99 hal 

Wardoyo, S. T. 2002. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan


Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-
PSL dan IPB Bogor 40 hal.

Wibisono, R, 1993. Budidaya Ikan Mas ( Cyprinus carpio ) Paket Teknologi


Perikanan. Proyek Peningkatan Produksi Perikanan Kota Bengkalis. 15
hal.

Woynarovich, E. and L. Horvath. 1980. The Artificial Propagation of WarmWater


for Fishes. A Manual for Extension. FAO of The United Nations.35 Rome.

40
Yunita, Y. 1995. "Keberhasilan Fertilisasi dan Daya Tetas Ikan Baung (Mystus
planicep) yang Diinduksi dengan Dosis Ovaprim yang Berbeda." Dalam:
Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 85 hal.

41
LAMPIRAN

42
Peta Kecamatan Tenayan Raya

43
44
45

Anda mungkin juga menyukai