Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DESKRIPTIF BUDIDAYA IKAN BANDENG

Disusun oleh

Ahmad Tubagus Sadarudin (0321013961)

David Ridho Saputro (0321014021)

Fitri Viana Rizqi (0321013801)

Kurnia Dwi Prayogo (0321013821)

Jazuli (0321013921)

UNIVERSITAS PEKALONGAN

KOTA PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah kami yang berjudul “Peran Individu terhadap Lingkungan” ini dapat tersusun sampai
dengan selesai. Sebagai melengkapi tugas mata kuliah ilmu sosial budaya dasar yang dikampu
oleh bapak Dr.drs..Retno Dwi Irianto, MM.

Makalah mengenai Peran individu terhadap lingkungan. Penulis menuliskannya dengan


mengambil dari beberapa sumber, baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan
dari sumber tersebut.

Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat
ini. semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chanos chanos atau ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang populer di
Indonesia. Ikan ini sendiri berasal dari famili Chanidae. Ikan bandeng bisa ditemukan di
Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik. Di Indonesia, julukan lain bagi ikan bandeng adalah
ikan bolu dalam bahasa Bugis dan Makassar. Sementara, dalam bahasa Inggris, bandeng dikenal
dengan nama milkfish.

Ikan bandeng muda hidup di laut selama 2—3 minggu setelah menetas. Ikan ini kemudian
akan bermigrasi ke rawa-rawa bakau yang airnya merupakan air payau. Namun, ikan bandeng
juga bisa hidup di danau-danau air asin.Bandeng akan kembali lagi ke laut untuk berkembang
biak. Mereka cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau yang memiliki terumbu karang.
Jika sudah berkembang biak, ikan yang masih muda biasa dikumpulkan oleh pembudidaya untuk
dipindahkan ke tambak-tambak budidaya.

Ikan bandeng yang sudah dibudidayakan diberi makan hingga mencapai ukuran tubuh 25—
30 cm. Bandeng biasa dijual dalam keadaan sudah digoreng, dibakar, dikukus, dipindang,
dipresto, diasap, ataupun dalam keadaan segar.

Rasa ikan bandeng yang gurih menjadikannya favorit banyak orang. Ikan ini juga tidak
mudah hancur ketika diolah. Harga ikan bandeng cenderung mendekati level menengah ke atas.
Hidangan ikan bandeng biasa ditemui dalam tradisi Tahun Baru Imlek.

Sayangnya, bandeng kurang disukai karena dua hal, yaitu duri yang sangat banyak dan
aromanya berbau lumpur atau tanah. Dalam pengolahan bandeng, duri bandeng yang sangat
banyak biasanya dimasak dengan cara dilunakkan terlebih dahulu. Teknologi yang digunakan
adalah dengan panci bertekanan tinggi atau disebut juga sebagai presto. Bandeng dimasak dalam
waktu dan tekanan tertentu sehingga durinya menjadi lunak dan bisa dikonsumsi tanpa khawatir
tertusuk duri.

Bau lumpur yang timbul pada daging ikan bandeng bisa terjadi karena habitat ikan bandeng
berada di tambak. Bandeng yang dibudidayakan di dalam keramba biasanya tidak memiliki
aroma lumpur seperti bandeng tambak.

Penyebab bau lumpur ini adalah bakteri dari genus Oscillatoria, Symioca, dan Lyngbia.
Bakteri-bakteri tersebut menghasilkan geosmin yang memiliki bau khas. Untuk menghilangkan
bau ini, bisa dilakukan dengan memelihara ikan bandeng di air mengalir.

Bandeng merupakan salah satu komoditas potensial dalam usaha diversifikasi budidaya yang
tahan terhadap perubahan lingkungan guna mempertahankan produktivitas tambak. Sebagai
salah satu pengganti komoditas udang windu, bandeng memiliki beberapa keunggulan antara lain
mudah dalam pemeliharaannya, tidak rentan terhadap serangan penyakit. Untuk keberhasilan
dalam melakukan budidaya pembesaran bandeng secara tradisional dapat di perhatikan beberapa
aspek antara lain: pemilihan lokasi, persiapan tambak, penebaran nener, pemberian pakan, dan
pengaturan air.
Bandeng memiliki keunggulan komparatif dan strategis dibandingkan dengan komoditas
perikanan lain di tambak karena:

♦ Teknologi pembenihan dan pembesarannya telah dikuasai dan berkembang di masyarakat,

♦ Kebutuhan prasyarat kurang memerlukan kriteria kelayakan yang tinggi dan toleran
terhadap perubahan kualitas lingkungan

♦ Preferensi masyarakat untuk mengkomsumsi bandeng cukup tinggi

♦ Sumber protein ikan yang potensial bagi pemenuhan gizi masyarakat.

Kegiatan budidaya bandeng di tambak pada umumnya mencakup dua tahapan kegiatan,
yaitu pendederan dan pembesaran baik untuk umpan maupun komsumsi. Pada tiap tahapan
diperlukan berbagai upaya persiapan seperti pemberantasan hama, pengolahan tanah dasar, dan
perbaikan pematang. Kelalaian pada persiapan tambak dapat menurunkan hasil panen. Tulisan
ini menguraikan tentang pendederan, produksi, dan analisis usaha budidaya bandeng intensif di
tambak. Ikan Bandeng termasuk jenis ikan yang sudah menjadi komoditas utama dalam
budidaya di tambak air payau di Sulawesi Selatan. Jenis ikan ini dipilih karena komoditas
unggulan yang biasa dibudidayakan di tambak seperti udang windu sering mendapatkan masalah
yang mengakibatkan kematian massal dan kerugian bagi petani. Hal ini disebabkan ikan ini
merupakan ikan asli Indonesia, termasuk ikan dengan toleransinya yang amat besar terhadap
salinitas lingkungannya. Menurut Kuo (1995) dalam Cholik et al. (2005), bahwa ikan bandeng
tahan hidup dalam kisaran salinitas antara 8–105 ppt. Walaupun ikan ini termasuk ikan laut, ikan
ini dapat pula hidup dan tumbuh pesat di perairan tawar seperti di sawah tambak di Jawa Timur
dan di Waduk Jatiluhur. Selain Indonesia, Negara-negara yang telah membudidayakan bandeng
adalah Filipina dan Taiwan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa itu budidaya ikan bandeng ?


2. Deskripsi ikan bandeng ?
3. Bagaimana Konstruksi dan Pengelolaan Tanah Dasar Tambak ?

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan terhadap mahasiswa
tentang bagaimana :

1. Mengetahui Budidaya ikan bandeng


2. Mengetaui lebih tentang ikan bandeng
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budidaya ikan bandeng


Budidaya bandeng di Indonesia menunjukkan prospek yang baik, dimana pada tahun 2008
produksi bandeng mencapai 422.086 ton, lebih tinggi dari Filipina yang hanya 349.432 ton. Kemudian
produksi meningkat pada tahun 2012 yaitu sebesar 482.930 ton. Status Budidaya Ikan Bandeng di
Indonesia Ikan bandeng memiliki tubuh yang memanjang dan pipih serta berbentuk torpedo. Mulut ikan
bandeng agak runcing, ekor bercabang dan bersisik halus. Habitat asli ikan bandeng adalah di laut,
kemudian dikembangkan hingga dapat dipelihara pada air payau.

Ikan bandeng ditemukan hidup di Samudra Hindia serta Samudra Pasifik, hidup secara
bergerombol dan banyak ditemukan di perairan sekitar pulau-pulau dengan dasar karang. Ikan bandeng
pada masa muda hidup di laut selama 2 – 3 minggu, kemudian berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah
payau. Setelah dewasa, bandeng kembali ke laut untuk berkembang biak. Ikan bandeng termasuk ikan
pemakan segala (omnivora), di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan
dari lapisan atas dasar laut, berupa

Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan bukaan mulutnya. Hal tersebut diadaptasikan dalam
kegiatan budidaya, yang memanfaatkan klekap sebagai pakan alami. Dalam budidaya ikan bandeng juga
telah memanfaatkan penggunaan pakan buatan (pellet). Dalam prakteknya, pengaruh budidaya
bandeng untuk di Indonesia terhadap lingkungan tidak sebesar aktivitas udang vannamei. Meski
demikian, aktivitas budidaya bandeng juga tak bebas dari kegiatan seperti penebangan mangrove,
penggunaan pupuk yang berlebihan, serta penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya.

Mengenai budidaya ikan bandeng ini. Untuk tahap-tahap budidaya ikan bandeng ini mulai dari
menyiapkan benih, pemilihan benih, persiapan tambak, penebaran benih, perawatan dan pemeliharaan,
kemudian sampai panen. Dalam budidaya ikan bandeng ini sebenernya gampang, karena budidaya ikan
bandeng ini paling tidak itu pasca panennya kurang lebih 3 sampai 4 bulan. Maka dari itu banyak
penduduk desa perisir memilih untuk budidaya ikan bandeng.

2.2 Deskripsi ikan bandeng


a. Klasifikasi ikan bandeng

Ikan Bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau sehingga dapat ditemukan
hidup di laut maupun perairan tawar. Memiliki nama ilmiah Chanos chanos dan terdapat dalam
famili chanidae dan dikenal juga dengan nama milikfish. Klasifikasi dari ikan bandeng seperti
dibawah ini:
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Pisces

Subclass : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Family : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

b. Morfologi Ikan Bandeng

Ikan bandeng memiliki ciri-ciri sebagai berikut, tubuh berbentuk torpedo, seluruh
permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada
bagian tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Ikan
bandeng jantan sisipnya itu kelihatan lebih cerah dari betinanya. Sirip dada dan sirip perut
dilengkapi dengan sisik 6 tambahan yang besar, sirip anus menghadap kebelakang. Selaput
bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan
simetris. Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng jantan dapat
diiketahui dari lubang anusnya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan
bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng.

c. Habitat dan Persebaran Ikan Bandeng

Bandeng merupakan jenis ikan yang dapat hidup di air laut dan air tawar. Mereka hidup di
Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol
di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan bandeng merupakan penjelajah yang
tanguh dan mampu berenang sampai ratusan kilometer. Ikan muda dan baru menetas hidup di
laut untuk 2 – 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadang kala
danau – danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.
Ikan bandeng hidup diperairan muara, pantai, hutan bakau dan lagoon.

Ikan bandeng dewasa biasanya hidup diperairan littoral. Pada musim kawin induk ikan
bandeng biasanya hidup berkelompok dan tidak jauh hidup di pantai dengan perairan yang
mempunyai karakteristik perairan jernih, dasar pantai berpasir dan berkarang dengan
kedalaman air antara 10-30 meter Ikan bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari.
Di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas
dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan
tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya
(Purnomowati dan Ida, 2007).

Penyebaran ikan bandeng begitu luas, bahkan hampir setiap pantai di Indonesia terdapat
benih bandeng (nener). Penyebaran bandeng di Indonesia meliputi daerah-daerah pantai di
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali serta Pulau Buru. Di pulau Jawa, nener sering
ditangkap di pantai Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Gresik dan Surabaya. Sebagai ikan laut,
bandeng juga tersebar mulai dari pantai Afrika timur sampai ke Kepulauan Tuamotu sebelah 7
timur Tahita, dan dari Jepang selatan sampai Australia utara. Sifat yang menyolok dari ikan
bandeng ialah sifat euryhallien, yaitu tahan terhadap perubahan yang besar dalam hal salinitas
air, hal ini membuat bandeng dapat dipelihara dalam tambak air payau. Meskipun kadar garam
dalam tambak air payau sering turunnaik, kehidupan sehari-hari ikan bandeng tidak terpengaruh
dengan kondisi tersebut.

d. Pakan dan kebiasaan makan Ikan Bandeng

Bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap,


yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, klekap ini sering
disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae,
Zooplankton, dan Fitoplankton), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang
(Nanas dan Ruppia).
Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah
dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk (Liviawaty, 1991). Ikan bandeng
mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai
kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis
seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan
bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya (Purnomowati, Ida, 2007). Pada waktu larva,
ikan bandeng tergolong karnivora, kemudian pada ukuran fry menjadi omnivore. Pada
ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan herbivore, dimana pada fase ini juga ikan
bandeng sudah bisa makan pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng
kembali berubah menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos
lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet (Aslamyah, 2008)

e. Polikutur
Metode polikutur dan akuaponik sebagai suatu kesatuan sistem budidaya akan sangat
bermanfaat dalam efisiensi lahan dan peningkatan produksi, dimana dalam satu wadah
budidaya dapat dipelihara berbagai jenis ikan atau organisme, sedangkan sisa pakan yang
diberikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk bagi tanaman yang digunakan sebagai
sistem resirkulasi, sehingga kebutuhan air 8 juga dapat lebih efisien. Pendapat Nugroho,
Pambudi, Chihnawati, dan Haditomo. (2012)
pemanfaatan sistem akuaponik sebagai satu kesutuan sistem budidaya ikan adalah
melalui sistem resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media tanaman, yang secara
mutualistis juga menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke kolam menjadi bersih dari
amonia sehingga dapat mendukung keberhasilan budidaya ikan.
Fungsi akuaponik dalam sistem resirkulasi ini berhubungan penyaringan sisa-sisa
metabolisme dan sisa pakan dalam wadah budidaya ikan yang tidak tercerna. Kondisi ini
berhubungan dengan siklus nitrogen dan proses nitrifikasi sisa-sisa metabolisme dalam
wadah budidaya

f. Rumput Laut
Rumput laut (Gracilaria sp) adalah jenis ganggang yang berukuran besar yang termasuk
tanaman tingkat rendah dan termasuk divisi thallophyta. Rumput laut memiliki sifat
morfologi yang mirip, karena rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara
akar, batang dan daun walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya
hanyalah thallus. Bentuk thallus rumput laut bermacam-macam antara lain, bulat seperti
tabung, pipih, gepeng, dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan, 2008).
Rumput laut hidup menempel pada karang mati atau cangkang moluska walaupun rumput
laut juga dapat hidup menempel pada pasir atau lumpur.
Rumput laut hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang masih dapat dijangkau
cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya. Dalam dunia perdagangan rumput laut atau
sea weeds sangat populer. Rumput laut dalam dunia pengetahuan lebih dikenal dengan
sebutan algae. Rumput laut merupakan suatu komoditi laut yang penting bagi manusia,
walaupun rumput laut tidak dapat dikategorikan kebutuhan utama bagi manusia, namun
manfaatnya cukup baik dalam kehidupan sehari-hari (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).
Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang berpotensi untuk
dikembangkan. Potensi rumput laut cukup besar dan tersebar hampir diseluruh perairan
nusantara. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah
(Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar, karaginan, porpiran, furcelaran maupun
pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan 9 fikosianin) yang merupakan cadangan
makanan yang mengandung banyak karbohidrat.
Rumput laut jenis lain ada juga yang dimanfaatkan yaitu jenis ganggang coklat
(Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta
karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Ganggang
coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin, selain itu
ganggang merah dan coklat banyak mengandung iodium (Tim Penulis Penebar Swadaya,
1999). Air yang mencapai ketinggian 10 cm akan ditebar rumput laut dengan kepadatan 250
gram/m2 total berat bibit yang ditebar setiap perlakuan yaitu 200 gram sesuai dengan WWF
(2014) sistem polikultur rumput laut dengan bandeng memiliki ideal tebar 2 – 2,2 ton bibit
rumput laut

g. Kualitas Air
Kualitas air dapat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan bandeng sendiri.
Pertumbuhan ikan dan kelangsungan hidup ikan memerlukan lingkungan yang baik.
Pendapat (Zonneveld, Huisman dan Boon. 1991) pertumbuhan dan kelangsungan hidup
hewan dan tumbuhan di perairan dapat dipengaruhi dengan beberapa variabel yaitu pH,
kecerahan, suhu, DO, dan kadar amoniak.

h. Suhu
Suhu air dapat mempengaruhi pertumbuhan metabolisme pada ikan, dan pada batas
batas terendah suhu air terkadang dapat menyebabkan ikan tidak mau 10 makan. Ikan yang
berukuran kecil memiliki konversi pakan yang lebih tinggi dibandingkan ikan berukuran
besar dikarenakan perbedaan kecepatan metabolisme (djajasewaka, 1985). air yang optimal
dapat memperngaruhi beberapa variabel yang sebagai berikut pertumbuhan,
perkembangan, konversi pakan dan ketahanan penyakit, pada batas tertentu suhu air dapat
mempengaruhi, konsumsi O2 sebanding dengan metabolisme kebutuhan energi. Pada suhu
tinggi ikan dapat mencerna pakan lebih banyak menjadi daging dibandingkan suhu rendah
(Zonneveld, 1991). Shao wen ling (1997) menyatakan suhu optimal untuk kehidupan ikan
bandeng berkisar antara 26 - 30℃.

i. pH
Berpendapat Cholik F, Artati, dan Arifudin (1986) secara alami konsentrasi CO2 dan
senyawa bersifat asam dapat mempengaruhi pH di perairan. Phytoplankton dan tanaman air
lainnya akan mengambil CO2 selama proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan pH air
meningkat pada saat siang hari dan pH air menurun pada saat malam hari. Ikan akan hilang
nafsu makan apabila pH air lebih tinggi dari 9,0 dan ikan akan mati lemas disebabkan
penggumpalan lendir yang terjadi karena pH air yang lebih rendah dari 5,0 (Sumardi, 1980).
Sedangkan Asmawi (1983), menyatakan ikan bandeng dapat bertahan hidup pada pH
berkisar antara 4,5 – 6,0 termasuk ikan bandeng dialam dan di perairan air payau.

2.3 Konstruksi dan Pengelolaan Tanah Dasar Tambak


1. Pematang
Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah
menahan air di dalam tambak. Oleh karena itu, pematang harus diperbaiki setiap akan
digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan kebocoran dan meninggikan
pematang. Saluran air pada tambak budidaya bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk
dan saluran air keluar. Tinggi dasar saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk
mengurangi pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah
dari dasar tambak terendah agar tambak dapat dikeringkan dengan sempurna.
Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah. Oleh sebab itu, dalam
persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar pakan alami (klekap)
yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng dapat tumbuh subur. Pengeringan tanah dasar
kolam bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada di dasar.
Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak kemudian
dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukanpengolahan tanah dasar, misalnya
pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3–5 hari sampai tanah dasar tambak mengering. Tujuan
pengapuran adalah mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar kolam dan
air, serta memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan
tanah dasar kolam.
Petani tambak dapat menggunakan pupuk Urea atau Ammonium sulfate (ZA) sebanyak
50 kg atau 100 kg per hektar untuk segera ditebarkan pada petak-petak agar lebih mempercepat
proses pembusukkan pupuk organik tersebut. Air di dalam petakan dibiarkan menguap
seluruhnya atau dialirkan keluar bila sudah jernih sekali. Pada dasar petakan dikeringkan lagi
seperti keadaan pengeringan pertama sebelum ditebari pupuk.
Kegiatan berikutnya memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hati-hati, disaring
melalui saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkan pada pintu air kira-kira 10 cm dan
sekali lagi petakan dipupuk dengan urea sebanyak 45 kg ditambah 45–55 kg pupuk TSP untuk
tiap hektar. Jikalau klekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang pertama, pada
saat ini akan mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak. Selanjutnya
sedalaman di tambak secara bertahap sampai sekitar 20 cm dan petakan siap untuk ditebari
nener.
i) Pintu Pemasukan Air
Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan pintu
pengeluaran air, untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air di dalam tambak. Pembuatan
pintu air dapat dibuat dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk
pergantian air. Selain itu, pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk
mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.
ii) Caren dan saluran
Selama sesudah pelepasan nener 7–10 hari, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu,
nener tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan
nener keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan
dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang baru. Saringan perlu
dicek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam
pemasangan papan-papan pintu.
2) Persiapan Tambak
i) Pengapuran
Pengapuran dilakukan untuk menetralkan pH tanah dasar tambak sekaligus mengurangi
bakteri patogen. Dosis kapur sangat dipengaruhi pH dan tekstur tanah, tetapi pada
umumnya untuk tambak 193 Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur Ansari Rangka) tanah
mineral antara 500–1.000 kg/ha. Jenis kapur yang digunakan sebaiknya kapur (CaCO³) atau
dolomit (CaMgCO³) yang lazim digunakan pada kegiatan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai