Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
penyertaanNya serta kerja keras penulis telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan
digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha. Materi Penyuluhan
merupakan salah satu bagian yang penting dalam penyelenggaraan suatu penyuluhan agar
pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai. Kami berharap materi ini akan
memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian tujuan dari Penyelenggaraan Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan materi penyuluhan ini masih banyak
kekurangan. Kritik, usul, atau saran yang konstruktif sangat kami harapkan sebagai bahan
pertimbangan untuk penyempurnaannya di masa mendatang.

Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Materi penyuluhan budidaya kepiting bakau disusun untuk membantu para petani masyarakat umum
yang ingin memulai usaha budidaya kepiting bakau namun belum atau kurang mengerti mengenai
bagaimana kegiatan budidaya kepiting bakau dilakukan. Materi penyuluhan ini bermanfaat sebagai
acuan sehingga para penyuluh di lapangan tidak bingung dalam melakukan penyuluhan untuk
pembudidaya atau masyarakat umum yang ingin memulai kegiatan budidaya kepiting, baik kegiatan
pembenihan, kegiatan pembesaran, kegiatan penggemukan, kegiatan memproduksi kepiting
cangkang lunak maupun kegiatan memproduksi kepiting telur. Sehingga para pembudidaya mudah
mengerti.
Selain digunakan oleh para penyuluh materi penyuluhan ini juga bermanfaat sebagai pegangan para
pembudidaya di lokasi masing-masing sehingga para pembudidaya tidak harus selalu didampingi
oleh penyuluh namun dapat belajar sendiri hanya dengan mempelajari materi penyuluhan ini.

Gambaran umum
Budidaya Perikanan didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk memproduksi biota
(organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Definisi lain
mengatakan bahwa budidaya adalah upaya upaya manusia untuk meningkatkan produktifitas
perairan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan dalam arti luas di
seluruh Indonesia,dan meningkatkan eksport, Menteri Perikanan dan Kelautan (2010) telah
memaklumkan bahwa produksi perikanan dari penangkapan dilaut dan perairan umum telah
mencapai tahap maksimum , sehingga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri
maupun untuk meningkatkan eksport hasil perikanan, telah diamanatkan untuk meningkatkan
produksi perikanan dari kegiatan budidaya menjadi berlipat 350% pada tahun 2015. Untuk itu telah
menjadi tekat seluruh jajaran Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk melakukan berbagai
program yang mengarah kepada peningkatan produktifitas budidaya Perikanan meliputi peningkatan
/inovasi tehnologi budidaya itu sendiri maupun melakukan deversifikasi jenis biota yang di
budidayakan.
Kepiting Bakau (Scyla serrata) adalah salah satu jenis biota yang sumberdaya alamiahnya
sebenarnya sangat luas mengingat habitatnya meliputi seluruh wilayah hutan bakau dan daerah
estuaria. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17 000 pulau itu,
mempunyai panjang pantai 81 000. Km , semua merupakan wilayah estuaria , dengan hutan bakau
yang luasnya 4,2 juta ha. tersebar di seluruh kepulauan Nusantara . Hutan bakau merupakan habitat
asli dari kepiting bakau. Sementara itu kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kepiting bakau
yang tertangkap berupa kepiting yang ukurannya masih kecil2 yaitu rata-rata dengan lebar karapas
kurang dari 10 cm dengan berat kurang dari 100 gram. Sangat disayangkan, sebab bila kepiting
ukuran tersebut di pelihara (di budidayakan) hanya selama 3-4 minggu saja, dengan diberi pakan
berupa ikan rucah , limbah buangan dari pemotongan hewan ,atau limbah sisa makanan dari restoran
yang tentu merupakan bahan yang tidak ada nilainya, maka kepiting tsb . sudah dapat dijual dengan
harga mahal karena telah menjadi lebih gemuk bahkan sudah mengandung telur atau sedang
bercangkang lunak.
Mempertimbangkan kenyataan yang diuraikan diatas, maka perlu kiranya disiapkan Materi
Penyuluhan untuk sebagai bahan bimbingan kepada para pelaku budidaya yaitu para nelayan , petani
tambak dan para pengusaha bidang budidaya perikanan agar mereka dapat mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk membudidayakan kepiting bakau .
Budidaya kepiting itu haruslah dimulai dari Melakukan produksi benih dengan mendirikan Panti
Pembenihan (Hatchery) khusus Kepiting Bakau dan Mempraktekkan tehnik budidaya kepiting
bakau, walaupun sementara ini menggunakan benih berupa hasil tangkapan kepiting dari alam yang
ukurannya masih kecil-kecil, dengan menerapkan tehnik pemeliharaan kepiting yang sudah dikenal
masyarakat waktu ini, ialah :
1) Pembesaran benih menjadi kepiting ukuran konsumsi.
2) Penggemukan
3) Produksi kepiting cangkang lunak
4) Produksi kepiting bertelur

A. Mengenal Kepiting Bakau


Di Indonesia dikenal ada 2 macam kepiting sebagai komoditi perikanan yang
diperdagangkan/komersial ialah kepiting bakau atau kepiting lumpur; dalam perdagangan
internasional dikenal sebagai “Mud Crab” dan bahasa Latinnya Scyla serrata dan ada juga kepiting
laut atau rajungan yang nama internasionalnya “Swimming Crab” dengan nama Latin: Portunus
pelagicus. Kedua macam kepiting tsb nilai ekonominya sama , dan keduanya diperoleh dari
penangkapan dialam.
Kepiting bakau ditangkap dari perairan estuaria yaitu muara sungai , saluran dan petak tambak ,
diwilayah hutan bakau dimana binatang ini hidup dan berkembangbiak secara liar. Kepiting bakau
lebih suka hidup diperairan yang relative dangkal dengan dasar berlumpur, karena itu disebut juga
Kepiting Lumpur (Mud Crab).
Sedangkan rajungan , ditangkap oleh nelayan dilaut dekat pantai sampai sejauh 1-2 mil dari pantai,
karena rajungan hidup pelagis (di badan air laut). Namun demikian Kepiting Bakau juga dapat
tertangkap di laut dekat pantai, karena kepitng bakau yang hendak kawin dan bertelur, juga
berpindah di wilayah laut dekat pantai.

B. Habitat dan penyebaran


Kepiting Bakau terdapat di wilayah perairan pantai estuaria dengan kadar garam 0 sampai 35 ppt.
Menyukai perairan yang berdasar lumpur dan lapisan air yang tidak terlalu dalam sekitar 10- 80 cm
dan terlindung,seperti di wilayah hutan bakau. Di habitat seperti itu kepiting bakau hidup dan
berkembang biak.
Dilaut dekat pantai, seringkali nelayan dapat menangkap kepiting bakau yang sudah dewasa dan
mengandung telur. Agaknya kepiting bakau menyukai laut sebagai tempat melakukan perkawinan ,
namun kepiting bakau banyak dijumpai berkembangbiak didaerah pertambakan dan hutan bakau
yang berair tak terlalu dangkal ( lebih dari 0,5 m). Habitat hutan bakau itulah habitat utama bagi
kepiting untuk tumbuh dan berkembang, karena memang subur dihuni oleh organisme kecil yang
menjadi makanan dari kepiting bakau itu. Jadi cocok sebagai “ breeding gound” ( tempat
memijah) dan “nursery ground”(tempat anak-anak kepiting berkembang/tumbuh). Kepiting bakau
mempunyai daerah penyebaran geografis yang sangat luas,yaitu pantai wilayah Indo Pasific barat,
dari pantai barat Afrika Selatan, Madagaskar, India, Sri Langka, Seluruh Asia Tenggara sampai
kepulauan Hawaii; Di sebelah utara : dari Jepang bagian selatan sampai pantai utara Australia. Dan
di pantai barat Amerika bagian selatan. (Moosa et al., 1985 dalam Mardjono et al., 1994).

C. Daur hidup dan perkembangbiakan.


Kepiting bakau ialah binatang Kelas Krustasea sama halnya dengan Udang. Badannya beruas-ruas
yang tertutup oleh kulit tebal dari zat khitin. Karena itu secara periodik berganti kulit (moulting)
yang memungkinkan binatang ini tumbuh pesat setelah ganti kulit . Binatang yang masih muda
berganti kulit lebih sering disbanding dengan yang tua. Sehingga yang muda tumbuh lebih cepat dari
pada yang telah tua. Mekanisme ganti kulit itu sejalan pula dengan periodisitas dari saat
perkawinannya. Bila Kepiting (juga Udang) sedang tumbuh kembang gonadnya terjadi ketika
kulitnya sedang keras (intermoult) . sedangkan menjelang perkawinan, pasti terjadi proses ganti
kulit (mating moult) sehingga kulit yang betina lunak memudahkan bagi pejantannya melakukan
proses perkawinan, memasukkan sperma kedalam thelycum alat kelamin) betinanya.
1. Daur Hidup
Kepiting betina yang sudah kawin dan memijah (melepaskan telur-telurnya), telur lalu dibuahi
(fertilisasi oleh sperma yang sudah disimpan ketika perkawinan terjadi. Telur yang sudah
terfertilisasi tidak dilepaskan kedalam air melainkan segera menempel pada rambut-rambut yang
terdapat pada umbai-umbai di bagian bawah abdomen. Di Indonesia yang beriklim tropika telur itu
“dierami” selama 20 - 23 hari sampai menetas tergantung tingginya suhu air. Seekor induk betina
kepiting bakau yang beratnya 100 gram (lebar karapas 11 cm) menghasilkan telur 1 – 1,5 juta butir.
Semakin besar /berat induk kepiting, semakin banyak telur yang dihasilkan. Telur yang baru
difertilisasi ( dibuahi) berwarna kuning –oranje . Semakin berkembang embrio dalam telur, warna
telur akan berubah menjadi semakin gelap yaitu kelabu akhirnya coklat kehitaman ketika hampir
menetas.
Induk yang mengerami telur biasa sedikit atau tidak makan sama sekali. Induk itu selalu
menggerakkan kaki-kaki renangnya dan sering tampak berdiri tegak pada kaki dayungnya , agar
telur-telur mendapat aliran air segar yang cukup oksigen. Bila waktunya telur menetas, induk
kepiting itu menggarukkan kaki-kaki jalan dan kaki dayungnya terus menerus dengan cepat , untuk
memudahkan pelepasan larva yang segera menyebar kesekelilingnya. . Disini fungsi kaki-kaki jalan
itu penting, jika jumlahnya tidak lengkap atau cacat, akan mengganggu proses penetasan tsb.
Hanya sebagian kecil saja telur yang tidak menetas dan akhirnya rontok tidak menetas. Proses
penetasan telur lamanya 3-5 jam. Telur yang baru menetas disebut stadia pre-zoea hanya dalam
waktu 30 menit berubah menjadi stadia Zoea 1 . Ada 5 sub stadia Zoea yaitu Zoea-1, Zoea-2, Zoea-
3, Zoea -4 dan Zoea-5. Semakin lanjut sub –stadia, terjadi penambahan organ tubuh sehingga
semakin sempurna untuk pergerakan, menangkap makanan dan metabolisme tubuhnya.
Setiap sub-stadia memerlukan waktu 3-4 hari untuk berubah menjadi sub-stadia selanjutnya.
Sehingga tingkat Zoea seluruhnya memerlukan waktu 18-20 hari untuk menjadi stadia selanjutnya
yaitu megalopa. Zoea-1 warna tubuh transparan, panjang tubuhnya 1,15 mm, matanya tidak
bertangkai. Zoea-1 geraknya masih lamban, makanannya fitoplankton . dan zooplankton yang
lamban geraknya yaitu Brachionus plicatilis. Zoea-2 geraknya lebih gesit sejalan dengan semakin
berkembangnya anggota tubuh baik dalam ukuran maupun jumlahnya.. Panjang tubuhnya 1,50 mm .
Mata bertangkai. Makanannya masih berupa fitoplankton yang ukurannya lebih besar seperti
Tetraselmis chuii , Chaetoceros calcitran. Kedua jenis fitoplankton itu selain sebagai pakan untuk
Brachionus juga menyerap gas hasil metabolisme (metabolit) dari larva itu sendiri. Jadi sebagai
pembersih air. Sub-stadia Zoea-3 , ukurannya lebih besar 1,93 mm .Dapat memangsa nauplii
Artemia. Beberapa organ tubuhnya disajikan pada Seekor Zoea-3 dapat memakan nauplii artemia
sebanyak 30 ekor per-hari. Sub-stadia Zoea-4 ,panjang tubuhnya 2,4 mm. Pada stadia ini telah
terbentuk pleopoda (kaki renang) dan pereiopoda (kaki jalan). Tampak aktif berenang karena itu
lebih aktif menangkap pakannya. Sub-stadia Zoea-5 panjang tubuhnya 3,4 mm, lebih efektif
menangkap mangsanya dan geraknya lebih gesit. Stadia berikutnya ialah Megalopa . Ukuran
tubuhnya semakin besar, sehingga tidak lagi diberi pakan nauplii artemia melainkan dapat memakan
artemia instar-5. Panjang karapas 2,18 mm (termasuk duri rostral), lebar karapas 1,52 mm ; panjang
abdomen 1,87 mm panjang tubuh total (termasuk duri rostral) 4,1 mm. Mempunyai pereopoda 5
pasang . Abdomen terdiri 7 segmen memanjang kebelakang. Stadia berikutnya ialah Stadium Crab
(kepiting muda). Bentuk dan anggota tubuhnya sudah seperti pada kepiting dewasa. Kebiasaannya
cenderung di dasar perairan. Memakan makanan yang ada didasar atau yang tenggelam. Makanan
yang diberikan berupa cacahan cumi-cumi, udang kecil dsb. Tetapi juga dapat memakan nauplii
artemia yang planktonis. Biasanya juga diberi pakan buatan berupa mikro pellet yang kaya nutrisi,
seperti yang biasa untuk larva udang.
Pada kondisi normal di Panti Pembenihan (Hatchery) , lama waktu perubahan dari menetas sampai
menjadi stadium Megalopa 21-23 hari. Dari Megalopa menjadi Stadium Crab-5 ialah 10-12 hari .
Sehingga lama waktu pemeliharaan larva sejak telur menetas sampai menjadi benih kepiting
DAFTAR PUSTAKA

Aldrianto,E., 1994. Aktifitas Reproduksi Kepiting Bakau. Techner no.12 Th.2. 1994. Hal. 46-48.

Cholik,F dan A.Hanafi. 1991. A.Review of the status of the Mud Crab (Scylla sp.)

Fishery and Culture in Indonesia. The Mud Crab . A rep on Sem convened in Surat Thani,Thailand,

Nov 5-8,1991.s for Mud crab culture – a Preliminary

Ladra, D.F. and J.C.Lin. 1991. Trade and Marketing Practices of the Mud Crab in the Philippines. A

Rep. on th Sem.convened at Surat Thani, Thayland. Nov.5-8. BOBP. 1991.

Mardjono,M., Anindiastuti, Noor hamid , Iin S.Djunaidah dan W.H.Satyantini. 1994 Pedoman

Pembenihan Kepiting Bakau Scylla serrata . BBAP Jepara. 1994.

Mardjono, M.,N.Hamid dan M.L.Nurdjana . 1992. Budidaya Kepiting Bakau : Lahan Usaha Baru

yang Menguntungkan. Makalah Seminar sehari. Jakarta 8 Juli 1992.

Makatutu,D., I.Rusdi dan A.Parenrengi. 1998. Studi pendahuluan Pengaruh perbedaan waktu awal

pemberian pakan alami rotifer, Brachionus rotendiformis terhadap sintasan Zoea kepiting bakau

S.serrata Forskal.

Pros.Sem Perik.Pantai, Bali. 1998. hal: 178-181.

Prinpanapung,S. 1991. Rearing of Mud Crab (Scylla serrata). The Mud Crab. A Rep.on the

Sem.convened at Surat Thany, Thayland. Nov.5-8. BOBP.1991.

Rusdi,I.,D.Makatutu dan K.M.Setiawati. 1998. Percobaan Pematangan Gonad dan Pemijahan

Kepiting Bakau Scylla serrata pada berbagai jenis dan ketebalan substrat.

Anda mungkin juga menyukai