Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Pulau Kalimantan merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber daya
perairan yang besar di bidang perikanan baik air asin, payau, dan tawar, yang sampai
saat ini belum sepenuhnya dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Dalam
rangka meningkatkan produksi perikanan guna memenuhi kebutuhan domestik dan
ekspor maka diperlukan upaya-upaya pengelolaan dan pengembangan sumber daya
perikanan yang ada.
Selain memperhatikan aspek potensi sumber daya perikanan yang tersedia
dalam pengembangan produksi perikanan juga perlu memperhatikan keunggulan
komoditas yang diusahakan khususnya dilihat dari nilai ekonomis, yaitu dari
permintaan pasar domestik maupun ekspor. Ikan belida (Chitala lopis) merupakan
salah satu komoditas ikan air tawar yang telah dilindungi (Suwelo et. al. 1986 dalam
Adjie et. al. 1999) bersifat karnifor atau pemangsa (Adjie dan Utomo 1994). Ikan ini
mempunyai nilai ekonomis penting yaitu sebagai ikan konsumsi dan juga sebagai
produk olahan untuk membuat bahan dasar menjadi kerupuk ikan belida yang
termasuk jenis makanan primadona daerah Kalimantan Tengah.
Pada tahun 2004 Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin Kalimantan Selatan
mulai mengkoleksi atau mengumpulkan induk ikan belida (Chitala lopis) dari
perairan Waduk Riam Kanan untuk direproduksikan di kolam. Induk ikan belida yang
berhasil dipelihara atau diadaptasikan di kolam sebanyak 45 ekor induk betina
dengan bobot 2 – 5 kg, dan 82 ekor induk jantan dengan bobot 1,5 – 5,5 kg,
kemudian dilakukan kegiatan langkah awal domestikasi yaitu pemijahan ikan belida
di kolam. Upaya domestikasi ikan belida di BPBAT Mandiangin tersebut
menghasilkan benih ikan belida yang dapat menunjang budidaya ikan belida di
berbagai daerah, khususnya di daerah Kalimantan Tengah.

1
B. Masalah

Budidaya ikan belida di daerah Kalimantan Tengah belum terpikirkan karena


konsumsi ikan belida selama ini hanya mengandalkan tangkapan dari alam .Salah satu
upaya untuk memulai budidaya ikan belida adalah tersedianya benih belida yang unggul.
Proses pembenihan yang baik menentukan ketersediaan benih belida yang unggul. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pembenihan ikan belida adalah kecermatan dan
kedisiplinan dalam langkah-langkah pembenihan.

C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah di atas, kegiatan Praktek Kerja
Industri budidaya ikan belida memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami serta
mampu mengaplikasikan teknik pembenihan ikan belida secara terampil. Ketiga tujuan
tersebut bermanfaat sebagai bekal untuk memperkenalkan kegiatan pembenihan ikan
belida di daerah Kalimantan Tengah. Penulis juga berharap agar kegiatan Praktek Kerja
Industri budidaya ikan belida dapat bermanfaat sebagai dasar untuk mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi masyarakat yang berkeinginan untuk memulai dan
mengembangkan pembenihan ikan belida.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi
Ikan belida, berdasarkan morfologi, mudah dikenali dengan melihat sirip
duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat dibelakang sirip perut
yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk kepala dekat punggung ikan ini adalah
cekung,dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai
jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar. Sisik
preoperculumnya lebih dari 10 baris (Kottelatet al. 1993). Ikan belida mempuyai
klasifikasi sebagai berikut :

Ordo : Osteoglossiformes
Familia : Notopteridae
Genus : Chitala/Notopterus
Species : Chitala lopis (Kottelat et. al. 1993)
Synonim : Notopterus chitala (Weber & Beaufort 1913)
Notopterus borneensis (Roberts 1992)

Gambar 1. Ikan belida


Berdasarkan keberhasilan pengamatan Wahyutomo dkk. (2004) dalam
kegiatan rekayasa pematangan gonad dan pemijahan ikan belida, karakteristik induk
jantan dan betina dapat ditentukan berdasarkan bentuk kelamin dan morfologi tubuh.
Induk belida betina mempunyai ciri-ciri antara lain; alat kelamin berbentuk bulat, sirip
perut relatif pendek dan tidak menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih besar,
bagian perut membesar dan kelamin memerah saat matang gonad, dan sangat baik
untuk dijadikan induk bila telah memiliki bobot 2 – 7 kg. Induk belida jantan
mempunyai ciri-ciri antara lain; Alat kelamin tipis dan berbentuk tabung, sirip perut

3
relatif lebih panjang dan menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih kecil, alat
kelamin memerah dan bila diurut keluarcairah putih keruh saat siap pijah, dan sangat
baik untuk dijadikan induk bila telah memiliki bobot 1,5 – 2 kg.
lain; Alat kelamin tipis dan berbentuk tabung, sirip perut relatif lebih panjang
dan menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih kecil, alat kelamin memerah dan
bila diurut keluar cairah putih keruh saat siap pijah, dan sangat baik untuk dijadikan
induk bila telah memiliki bobot 1,5 – 2 kg.
Sirip Perut

Lubang Anus

Ekor Urogennital

Gambar 2.Urogenital induk betina yang bulat dengan sirip perutpendek.

Sirip Perut

Lubang Anus

Papilla
Ekor

Gambar 3.Urogenital yang tipis berbentuktabungpada induk jantan dengan sirip


dubur relatif panjang.

4
B. Habitat
Menurut Kottelat et al.(1993) ikan belida tersebar di wilayah Kalimantan,
Sumatera, Jawa, Malaysia, dan Thailand. Perairan umum untuk wilayah Kalimantan
Selatan yang mempunyai populasi ikan belida relatif banyak adalah di Waduk Riam
Kanan (Kabupaten Banjar). Sebagai predator air tawar, ikan belida hidup di habitat
sungai dan daerah yang sering tergenang banjir. Ikan ini terbiasa hidup di daratan
rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 30 m dpl (Widyastuti 1993).

C. Pertumbuhan
Ikan belida (Chitala Lopis ) merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang
dilindungi berdasarkan SK Mentan No. 716/kpts/Um/10/80, memiliki nilai ekologi
dan ekonimis yang cukup tinggi sebagai ikan hias dan konsumsi. Data statistik Dinas
Kelautan dan Perikanan Privinsu Riau (2005) melaporkan keberadaan populasi ikan
belida di Daerah Aliran Sungai Kampar sudah sangat berkurang, diduga tidak hanya
disebabkan dari aktifitas penangkapan yang lebih (Over Fishing) tetapi juga adanya
tekanan ekologis pada habitat ikan belida tersebut. Penelitian ini bertujuan mengkaji
aspek habitat dan biologi pertumbuhan untuk mendapatkan impormasi berguna bagi
penentuan habitat yang cocok dalam upaya konservasi dan pengelolaan secara
optimal agar sumber daya ikan belida tetap lestari. Penelitian dilakukan di pada bulan
Mei sampai November 2009, di lima lokasi antara lain ; Wduk Kuto Panjang, Sungai
Teso, Langgam, Rantau baru, dan Kuala Tolam.

D. Kualitas Air
Induk ikan belida bisa dipelihara dalam kolam air tenang atau mengalir
dengan luasan sekitar 400 m2 atau tergantung jumlah induk yang ditebar
(2m2/pasang) dengan kedalaman air 0,7-1m. Untuk kisaran kualitas Air , pH pada
7,2-8,2, oksigen terlarut pada 5,2-6,6 ppm, dan NH3 pada kisaran 0,01-0,11 ppm.

5
BAB III
METODE PRAKTEK
A. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini dilaksanakan pada tanggal
15 Januari 2018 sampai dengan 15 Maret 2018 bertempat di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar.

B. Bahan dan Alat


3.2.1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Induk jantan dan betina yang telah matang gonad dan sehat untuk dipijahkan
induk betina memiliki berat diatas 1 kg dan induk jantan memiliki berat diatas
1 kg dan berumur 1 tahun.
2. Pakan (udang segar)

3. Air sebagai media hidup

3.2.2. Alat
Adapun alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Kolam Induk luas 400 m2
2. Sarang terbuat dari papan kayu ulin
3. Aerasi
4. Akuarium ukuran 60 cm x 40 cm x 45 cm
5. Serok
C . Rancangan Pelaksanaan Praktek
Adapun kegiatan-kegiatan praktek yang dilaksanakan selama melakukan Praktek
Kerja Industri adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan kolam induk
2. Pemasangan sarang
3. Penyeleksian Induk Ikan Belida yang matang gonad
4. Pemijahan
5. Perawatan telur dan larva

6
3.4. Metode Pelaksanaan Praktek

Adapun metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Industri adalah :

1. Metode Partisifatif
Dalam metode ini siswa langsung turun kelapangan untuk melakukan
semua kegiatan pembenihnan dengan bantuan pembimbing lapangan yang
memberikan arahan sehingga dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan
siswa dalam menerapkan ilmu yang didapat dicuvbangku sekolah.

2. Metode Studi Pustaka


Metode pustaka ini dengan cara membaca literatur-literatur yang
berhubungan bengan pembenihan lele .

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan umum lokasi praktek

1. Lokasi Tempat Praktik


Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin terdiri dari satu lokasi
utama dan tiga lokasi pengembangan, yaitu :
1) Lokasi utama seluas 10 Ha yang terletak di desa Mandiangin, Kec. Karang
Intan Kabupaten Banjar.
2) Stasiun Bincau seluas 3,24 Ha yang terletak didesa Bincau Kec. Martapura
Kab.Banjar yang berjarak 10 Km dari Mandiangin.
3) Stasiun Karamba dan KJA sebanyak 29 Unit yang terletak di desa Awang
Bangkal Kec. Karang Intan berjarak 5 Km dari Mandiangin.
4) Stasiun Ikan Lahan Gambut (IBILAGA) Pulau Pisau di desa Garung
Kec.Jabiren Raya Kab.Pulau Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.

2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :


PER.09/MEN/2006 BalaiBudidaya Air Tawar Mandiangin melaksanakan tugas
penerapan teknik perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar serta pelestarian
plasma sumber daya induk, benih ikan dan lingkungan air tawar serta
melaksanakan fungsi sebagai berikut :
1). Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan standar perbenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar.
2). Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan sertifikasi personil
benihan dan pembudidayaan ikan air tawar.
3). Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan pengelolaan induk penjenis dan
induk berdasarikan air tawar.

4). Pelaksanaan pengujian perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar.

5). Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan serta pengendalian hama


dan penyakit ikan air tawar.

8
6). Pengkajian standar pengendalian lingkungan dan sumber daya induk/benihikan air
tawar.
7). Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian, pengawasan benih dan
pembudidayaan ikan air tawar.
8). Pengelolaan dan pelayanan system informasi dan publiksai perbenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar.
9). Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

B. Sejarah Berdiri

Untuk menunjang pelaksanaan program pembangunan dan peningkatan produksi


perikanan di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor :346/Kpts/OT.210/1994 maka dibentuklah Loka Budidaya Air Tawar
Mandiangin.
Dengan beban tugas dan tanggung jawab yang semakin meningkat maka sejak tanggal 12
Januari 2006 status Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin dinaikkan menjadi Balai
Budidaya Air Tawar Mandiangin berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No :
PER.09/MEN/2006.
Keberadaan Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin sebagai salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dengan wilayah kerja meliputi
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Bali mempunyai
peran yang sangat strategis dalam pengembangan perikanan budidaya air tawar. Terlebih
lagi upaya untuk menjadikan BBAT Mandiangin sebagai business incubator yang mampu
membangkitkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan derajat hidup masyarakat.

9
C . Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Kepala Balai

Haryo Sutomo A.Pi


NIP. 19630514 198903 1 004

Kepala Sub Bangian Tata Usaha

H.Mochamad Gufron ,S.Sos, M.AP


NIP. 196908151995031002

Kepala Seksi Pengujian Dan Kepala Seksi Uji Terhadap Teknik Dan
Dukungan teknis Kerjasama

Putri Ramadhani S.St.Pi Muhammad Noor Pahmi, S.St.Pi


NIP. 19870521 201012 2 001 NIP. 19700905 199603 1 002

KELOMPOK PEJABAT FUNGSIONAL

KoordinatorPerekayasa Koordinator PHPI Koordinator Pengawas Koordinator Teknisi


Perikanan Bidang Litkayasa
Pembudidayaan ikan
Khairul Anwar S.Pi.M.Si Ir. Jamilah Hayati Masjidin Noor, S.Pi Syafruddin
NIP. 19740821 199803 1 004 NIP. 1969 0481 199503 2
Gambar 2.Struktur Organisasi Balai Perikanan 003 NIP.Budidaya
19701202 200312 1005 Mandiangin 199903 1004
Air Tawar NIP. 19780425

D. FASILITAS

Gambar 4.Struktur OrganisasiBalaiPerikananBudidaya Air TawarMandiangin.

10
D. Fasilitas
Dalam melaksanakan fungsi teknik maupun administrasi, Balai Perikanan
Budidaya Air TawarMandiangin menggunakan system pemilihan yang sesuai dengan
keterampilan dan keahlian masing-masing. Tingkat pendidikanpegawai di Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin sangat beragam, mulai dari tingkat SLTP
sampai perguruan tinggi (sarjana).

11
BAB V
KEGIATAN PRAKTEK
A. Pemeliharaan Induk
Induk ikan belida dapat dipelihara dalam kolam air tenang atau mengalir dengan
luasan sekitar 400 m2 atau tergantung jumlah induk yang ditebar (2 m 2/pasang) dengan
kedalaman air 0,7 - 1 m. Sebaiknya kisaran kualitas air adalah, pH pada kisaran 7,2 - 8,2,
oksigen terlarut pada kisaran 5,2 – 6,6 ppm, dan NH3 pada kisaran 0,01 – 0,11 ppm.
Pemeliharaan induk bertujuan untuk mempersiapkan induk belida yang
matang gonad. Dalam proses pematangan gonad induk ikan belida diberi pakan
udang segar dengan dosis 7–5% per hari, pakan tersebut diberikan dua kali dalam 1
hari yaitu pagi dan sore. Jumlah pakan sebaiknya lebih banyak diberikan pada sore
hari dimana ikan belida sangat respon terhadap pakan yang diberikan apabila
menjelang malam hari.

Gambar 5. Kolam pemeliharaan induk belida

12
Gambar 6. Memberi pakan Belida

Gambar 7. Pakan udang segar untuk perawatan induk

13
B. Seleksi Induk
Sebelum melaksanakan kegiatan pemijahan, perlu dilakukan seleksi induk agar
proses pemijahan dapat berhasil, yakni diperoleh induk yang telah matang gonad.
Induk belida betina matang gonad yang dipilih adalah mempunyai ciri-ciri bagian perut
membesar dan kelamin memerah. Induk belida jantan matang gonad yang dipilih
mempunyai ciri-ciri alat kelamin memerah dan bila diurut keluar cairah putih keruh.

Gambar 8. Seleksi induk di kolam pemeliharaan induk

Gambar 9. Perbedaan Induk Jantan dan Betina

14
C. Pemijahan, Pemasangan Substrat dan Monitoring Telur
Berdasarkan pengamatan, ikan belida memijah secara berpasangan, satu
betina dengan satu jantan. Dalam proses pemijahan tersebut telur-telur menempel
pada subtrat berupa akar kayu atau batu yang terendam di dalam. Pengeluaran telur
oleh betina bersamaan dengan pengeluaran sperma oleh ikan jantan, dengan demikian
pembuahan terjadi di dalam air. Daya rekat telur kuat sampai larva menetas. Diameter
telur ikan belida setelah ovulasi berukuran 4 – 5 mm dengan berat berkisar 2,6 – 3,4
mg.

Musim pemijahan ikan belida berlangsung dari bulan Maret s/d Agustus atau
musim penghujan. Pada pemijahan ikan belida di kolam, substrat untuk meletakkan
telur dapat disediakan berupa batang bambu atau kayu yang ditancapkan di dalam
kolam atau berupa papan yang dipasang vertikal atau tegak lurus pada permukaan air.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di BPBATMandiangin, substrat berupa
papan dengan lebar 50 cm dan tinggi 40 cm cukup baik untuk penempelan telur ikan
belida secara merata sehingga prosentase telur yang dibuahi dan potensi untuk
berkembang atau menetas lebih besar.

Gambar 10. Pemasangan sarang telur belida

15
Gambar 11. Memeriksa sarang telur belida

Untuk kegiatan pengkajian teknologi pembenihan ikan belida, luasan kolam


yang digunakan 400 m2, jumlah induk belida sebanyak 53 ekor serta 25 unit substrat
yang terbuat dari papan ulin sebagai tempat penempelan telur untuk pemijahan.
Papan tersebut diberi tali sehingga dapat diangkat untukmemudahkan pengontrolan
apakah sudah ada telur yang menempel pada papan tersebut. Pengontrolan telur
dilakukan2 – 3 hari sekali. Bila papan tersebut sudah ditempeli telur, kemudian
diangkat dan dibersihkan dari kotoran yang menempel pada telur selanjutnya
dimasukkan ke dalam akuarium yang telah disiapkan.

16
D. Penyiapan Tempat Penetasan Telur Belida
Sebelum melakukan penetasan telur belida, kita harus membersihkan tempat
aquarium untuk penetasan telur belida.

Gambar 12. Membersihkan Aquarium


Setelah melakukan pembersihan aquarium, kita harus membersihkan tempat
sarang telur belida, agar tidak kotor saat penetasan di aquarium.

Gambar 13. Pembersihan tempat telur

17
Kemudian semua sudah di bersihkan, substrat atau sarang telur bisa di
masukan kedalam aquarium untuk di tetaskan.

Gambar 14. Penetasan telur di aquarium

Gambar 15. Telur Belida yang di tetaskan di aquarium

Gambar 16. Larva Belida

18
Pemberian Pakan Larva Ikan Belida Secara Adlibitum selama pemeliharaan
diakuarium Setiapa hari (pagi, siang dan sore hari) selama masa pemeliharaan.

Gambar 17. Memberi Pakan Larva Ikan Beliida


E. Pembersihan kolam
Setelah panen kita harus membersihkan kolam untuk mehilangkan
kotoran.

Gambar 18. Perbersihan kolam


F. Pengeringan Kolam

Pengertian dasar kolam sangat dibutuhkan oleh ikan agar bakteri pembusuk yang
dapat menyebabkan ikan sakit, racun sisa dekomposisi selama budidaya terbuang.

Gambar 19. Pengeringan kolam

19
G. Pengapuran
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan
keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama dan penyakit dalam
kolam budidaya ikan. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada
beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3
atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor / kapur aktif (CaO).

Gambar 20. Pengapuran

H. Pemupukan
Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang di
butuhkan oleh organisme nabati. Tujuan utama pemupukan di kolam adalah untuk
menumbuhkan pakan alami yang berupa plankton, klekap dan lumut. Setelah
dilakukan pemupukan diusahakan jangan menggganti air kolam dalam waktu 3-4
minggu, sebab kemungkinan dalam waktu tersebut, pupuk belum memproduksiPakan
alami, karena pupuk bisa hanyut atau hilang saat penggantian air.

Gambar 21. Pemupukan

20
I. Pengisian Air
Setelah semua sudah selesai Pengeringan pengapuran, pemupukan sebaiknya
kolam tersebut di isi air.

Gambar 22. Pengisan Air

J. Penetasan Artemia
Pakan larva/benih ikan belida yang baru menetas adalah pakan alami
(artemia), sebelum diberikan artemia ditetaskan dulu dengan larutan air garam
bersalinitas 15 – 30 ppm selama 20 – 24 jam.

Gambar 23.penetasan Artemia

21
BAB VI
PENUTUP
Dengan dihasilkannya teknologi budidaya ikan belida selain sebagai upaya
pelestarian plasma nuftah juga sebagai komoditas baru yang memiliki potensi untuk
dikembangkan di masyarakat sebagai ikan konsumsi maupun untuk produk olahan.

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan Praktek Magang di Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin dengan judul PEMIJAHAM IKAN
BELIDA (Chitala lopis) SECARA ALAMI TERKONTROL adalah :
1. Penulis dapat mengetahui, memahami dan meningkatkan wawasan serta
keterampilan dalam teknik Pemijahan Ikan Belida sehingga biasa
mengaplikasikannya langsung untuk melakukan Pemijahan Ikan Belida.
2. Pemijahan ikan Belida di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin di
lakukan dengan secara alami dengan rasio jantan dan betina 1:1.
3. Adapun pakan yang diberikan untuk induk di Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar Mandiangin dengan mengkombinasikan udang untuk induk dan benih
dengan pakan cacing Tubifeks.

B .Saran

1. Dalam melakukan Pemijahan Ikan Belida perlu adanya pengelolaan yang


maksimal agar kegiatan pemijahan berlangsung dengan baik.
2. Agar aktivitas kegiatan Pembudidayaan ikan Belida, maka perlu di adakan
pengenalan cara pemijahan yang baik kepada masyarakat dengan tujuan menarik
minat masyarakat mengenai Budidaya Ikan Belida.
3. Induk Ikan Belida diberi pakan udang 2 kali sehari pagi dan siang hari.
4. Untuk anak ikan Belida diberi pakan Artemia dan Cacing Tubifeks.

22
DAFTAR PUSTAKA

Giesen, W., 1987. Danau Sentarum Wildlife Reserve. Inventory, Ecology and
Management Guidelines. A World Wildlife Fund Report, for The Directorate of
Forest Protection and Nature Conservation (PHPA), Bogor Indonesia. Pp. 118-
155.

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. and Wiroatmodjo, S., 1993. The Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus, Singapore. 377 pp.

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. and Wiroatmodjo, S., 1993. The Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition Ltd, Hongkong. 293
pp.

Mangalik, A., 1997. Belida Fish Management. Conservation Project Danau Sentarum
Wildlife Reserve Pontianak, West Kalimantan. Wetlands International Indonesia
Programme, Bogor. 19 pp.

Meenakarn, S. 1986. Breeding of Notopterus borneensis (Bleeker). The Framework of


the Small Scale Fisheries Development Project Implemented by the DGF,
Indonesia with USAID. 16 p.

Roberts. T.R., 1992. Systematic Revision of the Old World Freshwater Fish Family
Notopteridae. Ichthyol. Explo. Freshwaters. 2. pp. 361-383.

Wahyutomo, Sarifin, Ermayani, Suryaman, Aulia Ilmi, 2004. Aplikasi Pematangan


Gonad Ikan Belida (Chitala lopis) Di Kolam. Laporan Perekayasaan Loka
Budidaya Air Tawar Mandiangin Kalimantan Selatan Tahun 2005. 27 halaman.

23

Anda mungkin juga menyukai