Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

buDidAYA IKAN NILA

NAMA : LISA FEBYANA


KELAS : IX 5

SMP NEGERI 1 LUBUK DALAM


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah
ini berjudul “Budidaya Ikan Nila ” yang membahas tentang proses budidaya Nila.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

            Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia ) telah terbukti
memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan
jenis ikan nila lain.  Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam
budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah.  Padahal Komponen biaya
pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya produksi.  Sebagai perbandingan nilai
efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang dibudidayakan di
tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
            Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda,
nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina.  Disamping itu, yang betina apabila sudah
mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh
dengan pesat.  Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi.  untuk
mengantisipasi  kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi
ikan menjadi jantan semua ( S e x-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa
methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
            Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol
( pasangan ) dalam bak-bak beton.  Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya
yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
            Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di tambak. 
Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di
karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak
sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikan Nila
            Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di
kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

1. Pemerian
            Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor)
mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cmdan]] kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu.
Sirip punggung ('' pinnae dorsalis'') dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak);
dan sirip dubur (''pinnae analis'') dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
            Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor ''bergaris-garis tegak'', 7-12 buah. Tenggorokan,
sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan
(atau kekuningan) ketika musim berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya
adalah untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.
            Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat [[kelamin]]nya. Setelah berat
badannya mencapai 50 [[gram]], dapat diketahui perbedaan antara [[jantan]] dan [[betina]].
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang [[genital]]nya dan juga  ciri-
ciri kelamin sekundernya.  Pada ikan jantan, di samping lubang [[anus]] terdapat lubang genital
yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran [[kencing]] dan [[sperma]]. 
Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan [[tulang]] [[rahang]] melebar ke belakang
yang memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.
2. Kebiasaan dan penyebaran
            Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai
pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali
gulma air.
            Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile,
Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan
Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini
pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
            Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm.
Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung
pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk
betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini
disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
            Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara
sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa
dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di
samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet.
            Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di tebar ke
dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikian
posisi ikan pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di
sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.
B. Pembenihan
             Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam
pemijahan dan kolam pendederan.  Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat ,
tidak porous ( rembes ), ketinggian pematang aman ( minimal 30 cm dari permukaan air ),
sumber pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200
m2.  Di samping itu perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing
air, burung hantu, kucing  dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman
babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke
dalam kolam.
            Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor.  perbandingan betina dan jantan
untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2.  Pemberian pakan berbentuk pellet
sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari.  Induk ikan ini
sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk
diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan
keunggulannya terjamin.
            Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari.  Setiap induk betina menghasilkan
larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva.  Jumlah
ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk
betina ( 900 g ).  Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina
diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan
kandungan protein diatas 35 %.
            Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina
mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan
induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat
dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m 3.  Pengumpulan
larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva yang terkumpul satu
hari ditampung minimal dalam satu happa.
C. Jantanisasi Benih. 
            Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan ( monos eks ) maka dilakukan
proses jantanisasi.  Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-
masing 2 x 2 x 2 m 3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m 2 dan
kedalam air minimal 1,5 m.  Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000
ekor . Larva diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha
Methyl Testosteron sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
            Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran
200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50
g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2.  Setelah pengapuran dan pemupukan,
kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari,
diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m 2 dan 1,25 g/m2.  Setelah kolam
pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan
kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan pakan berbentuk
tepung yang khusus untuk benih ikan.  Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan
seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m 2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan
selama pemeliharaan ikan.
            Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran panjang 3-
5 cm ) bisa dipanen.  Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada
pengankapan awal.  Bila jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan
pengeringan airnya.
            Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam keadaan
kosong dan suhu air media relatif dingin.  Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya
ikan tidak diberi makan minimal 1 hari.  Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana
seper empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi es balok
ukuran 20 x 20 x 20 cm3 ( es balok berada dalam media air bersama benih ikan ).  Kantong
plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan
lama masa toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.
Sekilas tentang kolam untuk ikan nila:
            Kolam bisa diartikan suatu genangan air yang sengaja dibuat manusia yang keadaannya
dapat dikendalikan. Kolam harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu dapat menampung air dalam
volume yang besar, mudah diairi dan dikeringkan serta dapat terhindar dari banjir.
            Kolam yang baik memiliki lima bagian penting, yaitu pematang, pintu pemasukan, pintu
pengeluaran, kema-lir dan kobakan. Pematang dibuat keliling dengan ketinggian antara 80 – 100
cm. Pematang juga dibuat miring ke dalam dan keluar kolam. Lebar bagian atas minimal 40 cm
dan lebar bagian bawah minimal 80 cm.
            Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4
inchi. Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak keluar.
Jarak antara pintu pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar
ikan tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.
            Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik, salah
satu bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa
juga dibuat dengan bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paran. Hanya bentuk ini kurang praktis.
            Untuk lebih jelasnya, lubang pengeluaran monik dapat dilihat dalam buku Pembenihan
dan pembesaran nila GIFT, karya Usni Arie yang diterbitkan oleh Penebar Swadaya Jakarta.
            Kemalir dibuat di dasar kolam dengan lebar antara 40-50 cm dan tinggi 10-20 cm.
Arahnya memanjang dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Fungsi utama kemalir untuk
memudahkan saat panen. Fungsi lainnya untuk tempat berlindung ikan pada siang hari.
            Kobakan dibuat di dasar, depan pintu pengeluaran dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m dan
tinggi 20-30 cm. Kobakan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan waktu panen, sehinga
mudah menangkapnya.
            Artikel Cara Budidaya Ikan Nila semoga bermanfaat bagi yang membutuhkanikan nila
merah, klasifikasi ikan nila, budidaya ikan nila, ternak ikan nila download, morfologi ikan nila,
manfaat ikan nila
D. Pembesaran di Tambak
            Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai sasaran
produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
            Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak diperbaiki
pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya.  Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya
tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa
musnah.  Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang
sebanyak 250 g/m2. Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari
dilakukan pemupukan dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m 2 dan 1,25
g/m2.  Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa
dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
            Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5 cm ) dengan ukuran yang
seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap
pakan.  Untuk target panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20
ekor/m2.  Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan), padat
penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
            Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 3%-
5% per hari dari biomassa, dan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus
berkualitas dengan komposisi protein minimal 25% ( Lampiran 2 ).

            Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa
pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang
pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
            Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250
g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran
masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
            Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan untuk
produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar enam bulan.  Pemanenan dilakukan
dengan cara disusur dari ujung menggunakan jaring seser.  Bila dirasakan populasi ikan dalam
tambak sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan.  Diusahakan ikan hasil tangkapan
harus dalam keadaan segar dan prima.  Selainitu, untuk pasar ekspor komoditas nila ini
diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan
produk.
            Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah
dapat dipasarkan dalam keadaan segar.  Dalam proses penyimpanan, pengankutan dan
pemasaran dapat menggunakan es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.
1. Peralatan
            Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah:
jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun
benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg),cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain
adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish
bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat
melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang
untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk
pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk
menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi
ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan
konsumsi).

2. Persiapan Media
            Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media
pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu
dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter
persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan
dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan
TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
E. Sarana Budidaya
            Alat/sarana yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya Desa Sei Tatas Kecamatan,
Pulau Petak Kabupaten Kapuas adalah hampir sama semua, misalnya
1.      Kapur dolomit
            Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH kolam dan mengendapkan         lumpur yang
baru dibuat.
2.      Pupuk kandang
            Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam ditumbuhi oleh makanan         alami dan
membuat kolam menjadi subur.
3.      Benih ikan
            Benih ikan didapatkan dari Balai Benih yang ada di Kuala Kapuas yaitu     dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas, ukuran benih yang       ditebarkan ukurannya
berkisar antara 3-5 cm yang seragam.
4.      Pakan ikan
            Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran pakan       No. 1 (satu)
yaitu PF 118 dengan kandungan    Protein 30 %.
F. Penebaran Benih
            Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran benih nila dengan ukuran
3-5 cm dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2. Untuk kolam ukuran 100 m2 dapat ditebari
benih 1.000 ekor. Benih yang dipilih benar-benar sehat dengan ciri-ciri : warna cerah,
gerakannya lincah dan tidak sakit. Agar benih tidak menderita stress oleh perbedaan suhu udara
dan air. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran pada siang hari dapat
membahayakan keselamatan benih.
            Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang aman dan praktis dengan
mendiamkan wadah berisi air beberapa saat hingga suhunya sama dengan suhu air kolam
pembesaran. Kemudian wadahnya digulingkan secara perlahan-lahan. Biarkan benih keluar
dengan sendirinya. Tinggal saat pertama kali menebar benih harus dicatat agar waktu panen
dapat dipastikan.
G. Pemberian Pakan
            Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi makan karena pakan alami
hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak hari keempat barulah kita memberikan pakan buatan
berupa pellet berkadar protein 25%. Pakan berupa pellet diberikan setiap hari sebanyak tiga kali
pemberian, disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan.
            Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di kolam, dilakukan
penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari jumlah ikan keseluruhan.
            Untuk ukuran 20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari bobot total ikan, 50-200
gr diberikan pellet sebanyak 3% dan ukuran 200-500 gr sebanyak 2% dengan frekuensi
pemberian 3 kali sehari.
H. Penerban Benih Ikan Nila
            Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik, maka pada hari yang
kelima samapai hari ketujuh setelah masa pengisian air kolam dilakukan akan dilakukan
penebaran benih ikan nila. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ukuran benih ikan yang
disebarkan hendaknya berukuran antara 8-12 cm atau dengan ukuran berat 30 gram/ekor dengan
pada tebar sekitar 5-10 ekor/m2. Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 6 bulan atau hingga
ukuran berat ikan nila sudah mencapai 400-600 gram/ekor.
I. Pemberian Makanan
            Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan
alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa,
pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:
1.      Protein 20-30%;
2.      Lemak 70% (maksimal.);
3.      Karbohidrat 63 - 73%.
4.      Pakanyaberupa hijau-hijauan diantaranya adalah :
- Kaliandra
- Kalikina atau kecubung;
- Kipat
- Kihujan
J. Penyakit
            Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh
lingkan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan
makanan, penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif
dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
            Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua
upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic
atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
            Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah
melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu
dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.

K. Pemanenan Ikan Nila


            Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan.
Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu antara 400-
600 gram/ekor.
            Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka pemanenan bisa
juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada
tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
            Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka
kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya
sebagian air yang dibuang.
BAB  III

KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di Kabupaten Kapuas
mempunyai prospek yang cukup baik dikembangkan, karena permintaan pasar yang cenderung
sangat meningkat dan rasanya yang gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal
dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas.
Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara
budidaya ikan yang mudah dikembangkan di Kabupaten Kapuas karena wilayahnya yang banyak
air dan sungai serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai
alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga.
Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit, karena ia mau
menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan (pellet), bahkan diberi dedak halus
ataupun ampas tahu ia mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan
pemakan campuran (omnivora).
B.     Saran
Selama masa pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya serangan hama dan
penyakit. Cara yang paling aman untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap
langsung hewan liar/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam.
Sedangkan penyakit ikan dapat dicegah dengan pengapuran yang seimbang untuk
mempertahankan kualitas air, serta diupayakan suhu air tidak kurang dari 28 0C

Anda mungkin juga menyukai