Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KUNJUNGAN BALAI PERIKANAN BUDIDAYA

LAUT LAMPUNG

Disusun oleh:
1. Alan Noprin Fadiraturisal
2. Farrah Yasmin Kalila Fatah
3. Felita Annisa Safriyadi
4. Muhammad Rafi Akbar
5. Varissa Nabila Kifli

KELAS XI MIA 2
KELOMPOK 2
MAN 1 BANDAR LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum “Hubungan Berat Badan Jangkrik Dengan Laju
Respirasi” dengan tepat waktu. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi
tugas mata pelajaran peminatan Biologi. Selain itu, laporan praktikum ini bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai materi respirasi, baik bagi para pembaca
maupun bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Mangarahon
S,pd selaku guru pengampu mata pelajaran Kimia. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu kami dalam pembuatan
laporan praktikum ini. Kami menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.

Bandar Lampung, 1 Februari 2023


LAPORAN KUNJUNGAN

I. Lokasi kunjungan
Balai Perikanan Budidaya Laut Lampung yang berada di Jalan Yos Sudarso,
Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung.

II. Waktu kunjungan


Kamis, 15 Juni 2023 pada pukul 08.00-11.00 WIB.

III. Tempat-tempat yang dikunjungi


1. Tempat budidaya lobster
Terdapat belasan kolam yang berbentuk persegi panjang yang menampung
beberapa lobster di setiap kolamnya. Ukuran kolam ini beragam, ada yang
berukuran sedang yang menampung lobster juvenile sampai yang berukuran
besar yang menampung lobster dewasa. Lobster bersifat kanibalisme atau
memakan spesiesnya sendiri. Oleh karena itu, ukuran dari kolam-kolam ini
harus lebih besar daripada jumlah lobster yang ditampung (maksimal 15 ekor
per kolamnya). Pada setiap kolam, terdapat batu-batu yang berukuran sedang
yang digunakan lobster untuk bersembunyi, mengingat lobster adalah hewan
yang teritorial. Kepadatan yang tinggi dapat menaikkan risiko kanibalisme
yang terjadi pada populasi lobster. Kolam-kolam ini juga dilengkap oleh alat
aerator untuk menambah kandungan oksigen di dalam air.

2. Tempat budidaya ikan kakap


Berbeda dengan kolam lobster yang berbentuk persegi panjang, kolam-kolam
yang menampung ikan kakap ini berbentuk lingkaran. Saat waktu pemijahan,
para pengurus melakukan manipulasi lingkungan pada kolam-kolam ikan
kakap. Saat pagi hari, air yang terdapat di dalam kolam dikurangi. Lalu saat
sore hari, air ditambahkan lagi. Hal ini bertujuan untuk menaikkan persentase
kesuksesan dari proses pemijahan ikan kakap. Setelah pemijahan, telur-telur
kakap akan menetas dalam waktu sekitar 18 hingga 20 jam, dimulai dari jam 6
sore hingga jam 10 malam. Pemberian pakan kepada anak ikan dilakukan satu
kali sehari dengan menggunakan pelet, ikan segar, cumi-cumi, atau cumi-cumi
mati untuk merangsang pertumbuhan gonad. Harga jual kakap putih untuk
konsumsi berkisar antara 50 ribu hingga 70 ribu rupiah.

3. Apartemen kepiting
Sesuai dengan namanya, wadah tempat penampungan kepiting di sini memang
seperti apartemen yang bertingkat-tingkat. Ukuran dari box kepiting ini
tidaklah luas seperti kolam lobster dan ikan kakap, melainkan hanya
berukuran seperti rak sepatu. Setiap box-nya hanya menampung satu ekor
kepiting saja. Air yang digunakan adalah air payau, sehingga sistem apartemen
kepiting ini dapat berada di lokasi yang jauh dari laut.

4. Lab. Kuda laut


Hanya terdapat enam kolam yang dipakai untuk penampungan kuda laut di
BBPBL. Kolam yang digunakan sama seperti kolam yang digunakan untuk
lobster. Populasi kuda laut di setiap kolamnya tidak terlalu padat dikarenakan
ukurannya yang kecil dan jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Dinding
laboratorium kuda laut ini tertempel sejumlah poster yang mengandung
berbagai informasi tentang kuda laut.

5. Lab ikan hias


Terdapat puluhan akuarium berukuran sedang yang berjejer rapi di lab ikan
hias ini. Terdapat berbagai macam spesies ikan hias yang berada di
laboratorium ini, di antaranya adalah ikan giru atau ikan badut. Masing-
masing akuarium berisi dua ikan yang terdiri atas jantan dan betina.

6. Kolam ikan bawal bintang


Kolam ikan bawal bintang ini berbentuk lingkaran dengan kedalaman lebih
dari tiga meter. Terdapat jaring penutup di setiap kolam agar ikan tidak loncat
keluar. Ikan bawal bintang memiliki daya jual yang tinggi. Harga ikan ini
adalah 80 ribu sampai 90 ribu rupiah per kilogramnya.

7. Kolam ikan kerapu


Terdapat dua jenis ikan kerapu yang dibudidayakan di BBPBL, yaitu:
a. Ikan kerapu bebek
Ikan ini berwarna putih dengan corak polkadot berwarna hitam. Ikan
kerapu bebek dapat dilihat berkumpul di pinggir kolam dikarenakan
sifatnya yang hidup berkoloni.

b. Ikan kerapu macan


Berbeda seperti ikan kerapu bebek, ikan kerapu macam memiliki
kecenderungan untuk melakukan kanibalisme ketika terlalu lapar. Namun
pengurus di BBPBL selalu memberikan pakan yang berupa pelet secara
rutin untuk menghindari ikan kerapu macan untuk melakukan kanibalisme.

IV. Materi kunjungan


1. Lobster
Terdapat dua jenis lobster yang di budidaya di tempat ini, yaitu lobster pasir
dan lobster mutiara. Kedua spesies lobster ini mengalami molting atau
pergantian kulit setiap dua bulan sekali.
Para pengurus dari tempat budidaya lobster di BPBL rutin melakukan
perawatan setiap harinya, adapun perawatan yang dimaksud adalah:
a. Penyiponan
Para pengurus rutin membersihkan sisa pakan dan sisa metabolisme
lobster setiap pagi hari dan sore hari.
b. Mengurangi air
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap pagi hari dan sore hari.
c. Memberi pakan
Pada pagi hari pengurus memberikan kerang hijau sebagai ”sarapan” bagi
lobster, sedangkan saat sore hari dan malam hari lobster diberi ikan-ikan
kecil sebagai pakannya.

Harganya lobster relatif mahal, dengan harga sekitar 100 ribu rupiah per ons.
Lobster berkembang biak melalui proses bertelur, di mana seekor lobster
betina dapat menghasilkan jutaan telur dengan ukuran sekitar 300 gram.

2. Ikan kakap
Salah satu karakteristik menarik dari kakap putih adalah kemampuannya
sebagai hewan hermafrodit, yang dapat mengubah jenis kelamin dari jantan
menjadi betina (hermafrodit protandrik). Perbedaan antara jantan dan betina
kakap putih terletak pada ukuran tubuhnya. Jantan cenderung lebih ramping,
sedangkan betina memiliki ukuran yang lebih besar.

Selain itu, terdapat perbedaan antara kakap putih hasil budidaya (aus) dan
kakap putih lokal. Kakap putih hasil budidaya menghasilkan jumlah telur yang
lebih banyak, memiliki tingkat daya tahan yang lebih besar, dan perbedaan
tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan lokasi asal ikan tersebut.

Faktor yang membuat kakap putih memiliki harga yang tinggi adalah kesulitan
dalam proses budidayanya. Saat waktu pemijahan, para pengurus melakukan
manipulasi lingkungan pada kolam-kolam ikan kakap. Saat pagi hari, air yang
terdapat di dalam kolam dikurangi. Lalu saat sore hari, air ditambahkan lagi.
Hal ini bertujuan untuk menaikkan persentase kesuksesan dari proses
pemijahan ikan kakap.

Setelah pemijahan, telur-telur kakap akan menetas dalam waktu sekitar 18


hingga 20 jam, dimulai dari jam 6 sore hingga jam 10 malam. Pemberian
pakan kepada anak ikan dilakukan satu kali sehari dengan menggunakan pelet,
ikan segar, cumi-cumi, atau cumi-cumi mati untuk merangsang pertumbuhan
gonad. Harga jual kakap putih untuk konsumsi berkisar antara 50 ribu hingga
70 ribu rupiah.

3. Kepiting
Dalam pemeliharaan kepiting, pemberian pakan dilakukan dua kali sehari
dengan menggunakan campuran kerang dan ikan sebagai makanan. Proses
pemberian pakan biasanya dilakukan dari pagi hingga sore hari, dan sisa-sisa
pakan yang tidak terkonsumsi harus dibuang untuk menjaga kebersihan
lingkungan.

Perlu diperhatikan bahwa kepiting memiliki kecenderungan kanibalisme, di


mana kepiting dapat memangsa sesama kepiting yang lebih kecil atau lemah.

Untuk membedakan kepiting jantan dan betina, kita dapat melihat dari bagian
belakang tubuhnya. Pada kepiting betina, terdapat segitiga besar di bagian
bawah tubuhnya, sementara pada kepiting jantan, segitiga tersebut lebih
runcing dan kecil.

Selain itu, kepiting juga mengalami proses pergantian kulit yang disebut
molting, di mana mereka melepaskan kulit lama dan membentuk kulit baru
yang lebih besar. Proses molting penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepiting.

4. Kuda laut
Kuda laut merupakan sejenis hewan laut yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu
kuda laut rumput laut dan kuda laut karang. Kuda laut rumput laut memiliki
penampilan yang polos, sedangkan kuda laut karang memiliki tubuh dengan
pola belang-hitam-putih yang khas. Kuda laut cenderung bergerak secara pasif
dan menggunakan ekornya untuk bergerak di dalam air. Makanan utama kuda
laut adalah rebon, sejenis hewan kecil yang hidup di perairan laut. Kuda laut
dapat dimanfaatkan sebagai hiasan akuarium. Jika kuda laut mati, tubuhnya
masih memiliki daya jual, karena kuda laut yang sudah mati dapat dijadikan
obat-obatan tradisional.

5. Ikan hias
Setiap ikan badut terlahir sebagai jantan. Namun ketika telah datang waktu
reproduksi, ikan yang berukuran paling besar akan berubah menjadi betina.
Air yang digunakan untuk membudidayakan ikan badut adalah air laut,
sehingga cukup susah untuk membudidayakan ikan badut di tempat yang jauh
dari laut. Harga ikan badut berkisar lima sampai sepuluh ribu rupiah per
ekornya.

6. Ikan bawal bintang


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................... ii

BAB 1: PENDAHULUAN .....................................................................................................................................1

Tujuan praktikum ............................................................................................................................................. 1

Landasan teori ................................................................................................................................................. 1

BAB 2: METODE PERCOBAAN.............................................................................................................................

Alat dan bahan.................................................................................................................................................2

Prosedur percobaan ......................................................................................................................................... 2


Hasil pengamatan.............................................................................................................................................2

BAB 3: PERTANYAAN DAN JAWABAN................................................................................................................3

BAB 4: KESIMPULAN.........................................................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................5

LAMPIRAN.........................................................................................................................................................6
BAB 1

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Agar siswa dapat mengerti hubungan antara berat badan dengan laju
respirasi pada makhluk hidup.
2. Agar siswa dapat mengembangkan keterampilan eksperimen di
laboratorium.

B. LANDASAN TEORI
Respirasi adalah seluruh proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-
senyawa organik sehingga menghasilkan energi dan sisa berupa CO2 dan
H2O. Pertukaran gas 02 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi di
dalam alat pernapasan. Alat-alat pernapasan dapat berupa paru-paru, insang,
trakea, maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2
dan CO2. Alat pernapasan serangga berupa sistem trakea yang berfungsi
untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta
mengeluarkan CO2 . Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran kecil yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Jadi dalam sistem ini
tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi darah. Udara masuk dan
keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat sepanjang lateral
tubuh serangga. Selanjutnya udara masuk ke pembuluh trakea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Terjadinya pertukaran gas sisa
karena kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.

Laju respirasi merupakan indikator untuk menentukan laju kemunduran mutu


dan kesegaran buah. Laju respirasi bergantung pada beberapa faktor, seperti
berat badan dan usia.

C. HIPOTESIS
1. Semakin berat (besar) tubuh jangkrik maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan sehingga semakin cepat pernapasannya.
2. Semakin ringan tubuh jangkrik maka semakin sedikit oksigen yang
dibutuhkan sehingga semakin lambat pernapasannya.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Respirometer sederhana
2. Neraca
3. Pipet tetes
Bahan:
1. Kristal KOH atau NaOH
2. Vaselin
3. Kertas tisu/kapas
4. Eosin
5. Serangga (belalang dan jangkrik)

E. CARA KERJA
1. Bungkus kristal KOH/NaOH dengan kertas tisu/kapas, dan masukkan
ke dalam tabung respirometer.
2. Timbang berat tubuh serangga.
3. Masukkan serangga ke dalam tabung respirometer.
4. Tutup tabung respirometer dengan pipa kapiler respirometer hingga
rapat.
5. Oleskan Vaselin pada bagian persambungan antara tabung dengan
pipa respirometer.
6. Teteskan Eosin pada ujung pipa, amati pergerakan eosin dalam pipa.
7. Catat data pergerakan eosin dengan interval waktu detiap dua menit
selama sepuluh menit. Pergerakan eosin menunjukkan jumlah udara
pernapasan serangga dalam satuan waktu yang telah ditentukan.
8. Jika sudah 10 menit, buka pipa respirometer dan lepaskan serangga
ke alam.
9. Ulangi percobaan tersebut menggunakan serangga dengan jenis yang
sama tetapi memiliki berat tubuh yang berbeda-beda.
10. Catat datnya ke dalam tabel pengamatan dan bandingkan dengan
data percobaan dari kelompok lain yang menggunakan jenis serangga
yang berbeda.

F. HASIL PENGAMATAN
Tabel:
BAB 2

A. PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Apakah fungsi penggunaan KOH/NaOH dalam rangkaian alat percobaan?
Jawab:
Fungsi dari kristal KOH atau NaOH pada percobaan adalah sebagai pengikat
CO2 agar tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat maka
tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak akan
bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur.

2. Apa akibatnya jika dalam rangkaian alat percobaan tidak dimasukkan


NaOH/KOH
Jawab:
Jika tidak ada KOH atau NaOH maka tidak ada molekul mengikat CO2,
sehingga CO2 akan terdorong ke luar dan proses eksperimen pun gagal.

3. Mengapa pada sambungan antara tabung dengan pipa respirometer


dioleskan vaselin?
Jawab:
Tujuan vaselin dioleskan pada respirometer agar udara yang berada didalam
tabung tidak dapat keluar dan udara luar tidak dapat masuk melalui celah-
celah antara mulut tabung dengan penutup, sehingga eosin dapat bergerak
karena udara melewati pipa kaca berskala.

4. Apakah volume udara pada interval waktu setiap 2 menit berjumlah sama?
Jelaskan berdasarkan data pengamatan!
Jawab:
Dari yang telah kami amati, volume udara pada interval waktu setiap 2 menit
kurang lebih sama, kecuali jika ditanyakan perbedaan volume udara serangga
yang berbeda ukuran, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara
serangga yang kecil, sedang dan besar.

5. Apakah berat tubuh serangga berpengaruh pada jumlah volume udara


pernapasan? Jelaskan!
Jawab:
Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan karena memiliki aktivitas dalam tubuh yang lebih ekstra tentu
volume pernafasannya juga semakin besar dan sebaliknya bagi hewan yang
lebih kecil.

6. Apakah jenis-jenis serangga yang berbeda akan berpengaruh pada kekuatan


penghirupan udara pernapasan?
Jawab:
Jenis-jenis serangga yang berbeda akan berpengaruh pada kekuatan
penghirupan, kemungkinan karena masing-masing serangga memiliki
kekuatan penghirupan udara yang berbeda-beda.
7. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh pada jumlah volume udara
pernapasan?
Jawab:
- Berat tubuh: Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin besar volumenya.
- Ukuran tubuh: Semakin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen
makin banyak.
- Kadar O2: Apabila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan
meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan
oksigen.
- Aktivitas: Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi,
jadi semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan
energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat.

B. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa
KOH/NaOH dapat Membantu mempercepat proses pernapasan pada serangga, dan
terdapat hubungan antara berat serangga dengan kecepatan pernafasannya,
Semakin Berat tubuh belalang maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan
sehingga semakin cepat pernapasannya. Sebaliknya, Semakin ringan berat
serangga maka makin sedikit pula oksigen yang dibutuhkan sehingga semakin
lambat pernapasannya.
DAFTAR PUSTAKA

Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Campbell, Neil A. 2008. Biologi jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai