LAUT LAMPUNG
Disusun oleh:
1. Alan Noprin Fadiraturisal
2. Farrah Yasmin Kalila Fatah
3. Felita Annisa Safriyadi
4. Muhammad Rafi Akbar
5. Varissa Nabila Kifli
KELAS XI MIA 2
KELOMPOK 2
MAN 1 BANDAR LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum “Hubungan Berat Badan Jangkrik Dengan Laju
Respirasi” dengan tepat waktu. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi
tugas mata pelajaran peminatan Biologi. Selain itu, laporan praktikum ini bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai materi respirasi, baik bagi para pembaca
maupun bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Mangarahon
S,pd selaku guru pengampu mata pelajaran Kimia. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu kami dalam pembuatan
laporan praktikum ini. Kami menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.
I. Lokasi kunjungan
Balai Perikanan Budidaya Laut Lampung yang berada di Jalan Yos Sudarso,
Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
3. Apartemen kepiting
Sesuai dengan namanya, wadah tempat penampungan kepiting di sini memang
seperti apartemen yang bertingkat-tingkat. Ukuran dari box kepiting ini
tidaklah luas seperti kolam lobster dan ikan kakap, melainkan hanya
berukuran seperti rak sepatu. Setiap box-nya hanya menampung satu ekor
kepiting saja. Air yang digunakan adalah air payau, sehingga sistem apartemen
kepiting ini dapat berada di lokasi yang jauh dari laut.
Harganya lobster relatif mahal, dengan harga sekitar 100 ribu rupiah per ons.
Lobster berkembang biak melalui proses bertelur, di mana seekor lobster
betina dapat menghasilkan jutaan telur dengan ukuran sekitar 300 gram.
2. Ikan kakap
Salah satu karakteristik menarik dari kakap putih adalah kemampuannya
sebagai hewan hermafrodit, yang dapat mengubah jenis kelamin dari jantan
menjadi betina (hermafrodit protandrik). Perbedaan antara jantan dan betina
kakap putih terletak pada ukuran tubuhnya. Jantan cenderung lebih ramping,
sedangkan betina memiliki ukuran yang lebih besar.
Selain itu, terdapat perbedaan antara kakap putih hasil budidaya (aus) dan
kakap putih lokal. Kakap putih hasil budidaya menghasilkan jumlah telur yang
lebih banyak, memiliki tingkat daya tahan yang lebih besar, dan perbedaan
tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan lokasi asal ikan tersebut.
Faktor yang membuat kakap putih memiliki harga yang tinggi adalah kesulitan
dalam proses budidayanya. Saat waktu pemijahan, para pengurus melakukan
manipulasi lingkungan pada kolam-kolam ikan kakap. Saat pagi hari, air yang
terdapat di dalam kolam dikurangi. Lalu saat sore hari, air ditambahkan lagi.
Hal ini bertujuan untuk menaikkan persentase kesuksesan dari proses
pemijahan ikan kakap.
3. Kepiting
Dalam pemeliharaan kepiting, pemberian pakan dilakukan dua kali sehari
dengan menggunakan campuran kerang dan ikan sebagai makanan. Proses
pemberian pakan biasanya dilakukan dari pagi hingga sore hari, dan sisa-sisa
pakan yang tidak terkonsumsi harus dibuang untuk menjaga kebersihan
lingkungan.
Untuk membedakan kepiting jantan dan betina, kita dapat melihat dari bagian
belakang tubuhnya. Pada kepiting betina, terdapat segitiga besar di bagian
bawah tubuhnya, sementara pada kepiting jantan, segitiga tersebut lebih
runcing dan kecil.
Selain itu, kepiting juga mengalami proses pergantian kulit yang disebut
molting, di mana mereka melepaskan kulit lama dan membentuk kulit baru
yang lebih besar. Proses molting penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepiting.
4. Kuda laut
Kuda laut merupakan sejenis hewan laut yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu
kuda laut rumput laut dan kuda laut karang. Kuda laut rumput laut memiliki
penampilan yang polos, sedangkan kuda laut karang memiliki tubuh dengan
pola belang-hitam-putih yang khas. Kuda laut cenderung bergerak secara pasif
dan menggunakan ekornya untuk bergerak di dalam air. Makanan utama kuda
laut adalah rebon, sejenis hewan kecil yang hidup di perairan laut. Kuda laut
dapat dimanfaatkan sebagai hiasan akuarium. Jika kuda laut mati, tubuhnya
masih memiliki daya jual, karena kuda laut yang sudah mati dapat dijadikan
obat-obatan tradisional.
5. Ikan hias
Setiap ikan badut terlahir sebagai jantan. Namun ketika telah datang waktu
reproduksi, ikan yang berukuran paling besar akan berubah menjadi betina.
Air yang digunakan untuk membudidayakan ikan badut adalah air laut,
sehingga cukup susah untuk membudidayakan ikan badut di tempat yang jauh
dari laut. Harga ikan badut berkisar lima sampai sepuluh ribu rupiah per
ekornya.
BAB 4: KESIMPULAN.........................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................5
LAMPIRAN.........................................................................................................................................................6
BAB 1
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Agar siswa dapat mengerti hubungan antara berat badan dengan laju
respirasi pada makhluk hidup.
2. Agar siswa dapat mengembangkan keterampilan eksperimen di
laboratorium.
B. LANDASAN TEORI
Respirasi adalah seluruh proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-
senyawa organik sehingga menghasilkan energi dan sisa berupa CO2 dan
H2O. Pertukaran gas 02 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi di
dalam alat pernapasan. Alat-alat pernapasan dapat berupa paru-paru, insang,
trakea, maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2
dan CO2. Alat pernapasan serangga berupa sistem trakea yang berfungsi
untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta
mengeluarkan CO2 . Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran kecil yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Jadi dalam sistem ini
tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi darah. Udara masuk dan
keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat sepanjang lateral
tubuh serangga. Selanjutnya udara masuk ke pembuluh trakea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Terjadinya pertukaran gas sisa
karena kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
C. HIPOTESIS
1. Semakin berat (besar) tubuh jangkrik maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan sehingga semakin cepat pernapasannya.
2. Semakin ringan tubuh jangkrik maka semakin sedikit oksigen yang
dibutuhkan sehingga semakin lambat pernapasannya.
E. CARA KERJA
1. Bungkus kristal KOH/NaOH dengan kertas tisu/kapas, dan masukkan
ke dalam tabung respirometer.
2. Timbang berat tubuh serangga.
3. Masukkan serangga ke dalam tabung respirometer.
4. Tutup tabung respirometer dengan pipa kapiler respirometer hingga
rapat.
5. Oleskan Vaselin pada bagian persambungan antara tabung dengan
pipa respirometer.
6. Teteskan Eosin pada ujung pipa, amati pergerakan eosin dalam pipa.
7. Catat data pergerakan eosin dengan interval waktu detiap dua menit
selama sepuluh menit. Pergerakan eosin menunjukkan jumlah udara
pernapasan serangga dalam satuan waktu yang telah ditentukan.
8. Jika sudah 10 menit, buka pipa respirometer dan lepaskan serangga
ke alam.
9. Ulangi percobaan tersebut menggunakan serangga dengan jenis yang
sama tetapi memiliki berat tubuh yang berbeda-beda.
10. Catat datnya ke dalam tabel pengamatan dan bandingkan dengan
data percobaan dari kelompok lain yang menggunakan jenis serangga
yang berbeda.
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel:
BAB 2
4. Apakah volume udara pada interval waktu setiap 2 menit berjumlah sama?
Jelaskan berdasarkan data pengamatan!
Jawab:
Dari yang telah kami amati, volume udara pada interval waktu setiap 2 menit
kurang lebih sama, kecuali jika ditanyakan perbedaan volume udara serangga
yang berbeda ukuran, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara
serangga yang kecil, sedang dan besar.
B. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa
KOH/NaOH dapat Membantu mempercepat proses pernapasan pada serangga, dan
terdapat hubungan antara berat serangga dengan kecepatan pernafasannya,
Semakin Berat tubuh belalang maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan
sehingga semakin cepat pernapasannya. Sebaliknya, Semakin ringan berat
serangga maka makin sedikit pula oksigen yang dibutuhkan sehingga semakin
lambat pernapasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Campbell, Neil A. 2008. Biologi jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
LAMPIRAN