Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BUDIDAYA IKAN NILA

Oleh Kelompok 1 :

Ketuaa : Dhea Dwi Friyanka


Anggotaa:
1. Akbar Rian Danda
2. Alan ardiansyah
3. Alya agustin
4. Andriyanto
5. Bebza melani
6. Egika lovita dwi agustin
7. Faryandha tryakma
8. Gio Al-imran

SMA NEGERI 1 LAPE


2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan gizi mutlak diperlukan karena meningkatkan
produktifitas manusia di segala bidang. Maka perlu dicari bahan pangan yang
bermutu baik dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah didapat. Di
antaranya adalah ikan, baik dari hasil tangkapan di laut maupun hasil
budidaya. Daging ikan segar ternyata cukup mengandung protein antara 16%-
24%, lemak antara 0,2%-2,2%, unsur mineral, vitamin serta karbohidrat.
Penderita tekanan darah tinggi sangat cocok mengkonsumsi ikan karena
daging ikan tidak mengandung kolesterol.
Ikan Nila (oreochormis niloticus) yang berasal dari Taiwan sudah
sejak tahun 1969 dikenal oleh masyarakat Indonesia. Nama atau sebutan nila
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972, diambil dari
nama spesiesnya nilotika menjadi nila.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ikan Nila (oreochormis niloticus)
mempunyai keunggulan dan perkembangan budidaya relatif lebih cepat. Hal
ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah berkembang biak, pertumbuhan
badannya cepat, dan merupakan pemakan plankton serta tumbuhan air lunak
yang tumbuh di dalam kolam. Keunggulan lain, ternyata Ikan Nila
(oreochormis niloticus) dapat hidup, tumbuh dan berbiak pada kondisi air ber
pH = 5.
Ikan Nila (oreochormis niloticus) termasuk salah satu jenis ikan yang
mempunyai toleransi terhadap kualitas air dengan kisaran lebar, maka Ikan
Nila (oreochormis niloticus) sehinga sangat cocok dibudidayakan di kolam-
kolam pekarangan yang relatif sempit di sekitar rumah tinggal. Cara
pembudidayaan tidak sulit. Dari segi pembesaran, dapat dibudidayakan
dengan berbagai cara atau sistem antara lain : monokultur (pemeliharaan
tunggal), polikultur (pemeliharaan campuran) dan longyam (pemeliharaan
terpadu).
Usaha pemerintah dalam memasyarakatkan makan ikan nila terutama
di pedesaan, untuk memenuhi kebutuhan gizi, kiranya akan terwujud. Hal ini
didukung oleh keunggulan Ikan Nila (oreochormis niloticus) yang harganya
terjangkau masyarakat, mudah dibudidayakan, pertumbuhan cepat, serta tahan
terhadap oksigen rendah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Morfologi Ikan Nila?
2. Bagaimana Pemilihan Lokasi Kolam?
3. Bagaimana Sarana Budidaya?
4. Bagaimana Cara Penebaran Benih?
5. Bagaimana Cara Pemberian Pakan?
6. Bagaimana Cara Pembesaran Ikan Nila?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah agar dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat atau paling tidak membudidayakan ikan
menjadi alternatif untuk mendapat penghasilan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Morfologi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus)


Menurut Saanin (1992) secara sistematika Ikan Nila (oreochormis
niloticus) adalah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Acanthotherigi
Ordo : Perchomorphi
Sub Ordo : Perchomorphi
Famili : Perchoiaea
Genus : Oreochormis
Spesies : Oreochormis Niloticus

Gambar Ikan Nila (oreochormis niloticus)

Ikan Nila (oreochormis niloticus) mempunyai ciri-ciri morfologi :


bentuk bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal
fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Sedangkan garis lurus memanjang
ditemukan pada sirip punggung. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup
diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut,
sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya.
Menurut Puslitbang Perikanan (1988) Ikan Nila (oreochormis
niloticus) adalah termasuk campuran ikan pemakan campuran (omnivora).
Adapun makanannya berupa :
1. Hewan-hewan seperti protozoa dan zooplankton
2. Ganggang, algae yang tersedia di kolam.

B. Pemilihan Lokasi Kolam


Lokasi kolam yang baik untuk pembesaran Ikan Nila (oreochormis
niloticus) harus memenuhi persyaratan :
1. Tersedianya saluran pemasukan air dan pengeluaran air selama masa
pemeliharaan.
2. Kualitas air yang baik adalah pH (derajat keasamannya) 5-7, suhu air 27-
30 0C, oksigen terlarut (DO) berkisar 5 mg/1 pada suhu 20-21 0C,
Karbondioksida (CO2) tidak lebih dari 12 ppm dan kecerahan kolam
(Cholik, dkk. 1991).
3. Kondisi tanah yang baik adalah tanah liat/lempung dengan sedikit
kandungan pasir untuk menahan air masa air yang besar dan tidak
merembesnya kolam.
Langkah-langkah dilakukan dalam persiapan kolam yaitu sebagai
berikut :
1. Pengeringan dasar kolam, pengeringan mutlak dilakukan karena berfungsi
menghilangkan senyawa beracun saerta membasmi hama dan penyakit
ikan, juga untuk memperbaiki pematang yang longsor dengan cara
menambal dengan tanah bagian berlubang, serta perbaikan pintu
pemasukan dan pengeluaran air jika ada yang tidak berfungsi misalnya
saringan yang rusak atau koyak, untuk mencegah ikan liar masuk ke dalam
kolam, mengikuti arus air, seperti ikan gabus, belut dan sebagainya.
2. Pengapuran, digunakan kapur dolomit bertujuan untuk memperbaiki
kualitas dasar kolam. Takaran yang dianjurkan 250 gr/m2 – 500 gr/m2 luas
kolam. Untuk kolam seluas 100 m 2, dosis kapur yang disebar 25000 gr –
50.000 gr atau 25 – 50 kg. Biarkan selama 5 sampai 7 hari.
3. Pemupukan, dilakukan untuk menumbuhkan makanan alami yang sangat
dibutuhkan, baik oleh benih maupun induk di kemudian hari. Sangat
dianjurkan pupuk berupa kotoran unggas yang sudah menjadi tanah.
Dengan takaran 250 gr/m2 – 500 gr/m2 ; pupuk di sebar merata di dasar
kolam.
4. Untuk kolam seluas 100 m2 harus disediakan pupuk kandang antara 25.000
gr – 50.000 atau 25 kg atau 50 kg. Dibiarkan selama 7 hari.
5. Pengisian air, setelah persiapan selesai masukkan air kedalamnya hingga
ketinggian 10 cm dan biarkan selama beberapa hari agar makanan alami
tumbuh. Kemudian, pemasukan air ditambah lagi sampai mencapai
ketinggian 100 Cm.

C. Sarana Budidaya
Alat/sarana yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya Desa Sei
Tatas Kecamatan, Pulau Petak Kabupaten Kapuas adalah hampir sama semua,
misalnya :
1. Kapur dolomit
Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH kolam dan
mengendapkan lumpur yang baru dibuat.
2. Pupuk kandang
Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam ditumbuhi oleh
makanan alami dan membuat kolam menjadi subur.
3. Benih ikan
Benih ikan didapatkan dari Balai Benih yang ada di Kuala Kapuas
yaitu dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas, ukuran benih
yang ditebarkan ukurannya berkisar antara 3-5 cm yang seragam.

4. Pakan ikan
Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran
pakan No. 1 (satu) yaitu PF 118 dengan kandungan Protein 30 %.

D. Penebaran Benih
Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran benih
nila dengan ukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 10-15 ekor/m 2. Untuk
kolam ukuran 100 m2 dapat ditebari benih 1.000 ekor. Benih yang dipilih
benar-benar sehat dengan ciri-ciri : warna cerah, gerakannya lincah dan tidak
sakit. Agar benih tidak menderita stress oleh perbedaan suhu udara dan air.
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran pada siang hari
dapat membahayakan keselamatan benih.
Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang aman
dan praktis dengan mendiamkan wadah berisi air beberapa saat hingga
suhunya sama dengan suhu air kolam pembesaran. Kemudian wadahnya
digulingkan secara perlahan-lahan. Biarkan benih keluar dengan sendirinya.
Tinggal saat pertama kali menebar benih harus dicatat agar waktu panen dapat
dipastikan.

E. Pemberian Pakan
Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi makan
karena pakan alami hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak hari keempat
barulah kita memberikan pakan buatan berupa pellet berkadar protein 25%.
Pakan berupa pellet diberikan setiap hari sebanyak tiga kali pemberian,
disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan.
Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di kolam,
dilakukan penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari jumlah ikan
keseluruhan.
Untuk ukuran 20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari bobot
total ikan, 50-200 gr diberikan pellet sebanyak 3% dan ukuran 200-500 gr
sebanyak 2% dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.

F. Pembesaran
Pembesaran Ikan Nila (oreochormis niloticus) sistem air tenang
(monokultur) membutuhkan kolam minimum 100 m 2, kontruksi kolam
disesuaikan kondisi lahan. Kedalaman kolam minimal 1 meter dan tanggul
harus kuat agar mampu menahan air. Agar sirkulasi air lancar, kolam juga
harus memiliki pipa pemasukan air maupun pengeluaran air yang disaring
agar mencegah masuknya predator melalui pipa.
Banyak sedikitnya benih Ikan Nila (oreochormis niloticus) yang akan
ditebar harus disesuaikan dengan kolam berapa ukuran panjang dan lebar
kolam pemeliharaan yang tersedia. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar
padat tebar Ikan Nila (oreochormis niloticus) di kolam sesuai dengan
keperluan sehingga perkembangan pembesaran ikan nila dapat maksimum.
Kolam untuk membesarkan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) harus
dipersiapkan lebih dulu dengan cermat, baik itu meliputi pengolahan dasar
kolam, pengeringan, pemupukan, pengapuran dan penggenangan air selama 5-
7 hari agar diperoleh hasil panen yang optimal. Juga pakan tambahan dari luar
berupa pellet berkadar protein 25% diberikan setiap hari sebanyak 3-5% dari
bobot ikan keseluruhan diberikan 3 kali perhari, pagi, siang dan sore.
Jika selama pemeliharaan berjalan normal dalam tempo 6-7 bulan
dengan berat hasil panen mencapai 250-350 gr/ekor, sudah dapat di konsumsi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan
salah satu cara budidaya ikan yang mudah dikembangkan banyak digandrungi
masyarakat. Juga sebagai alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi
keluarga.
Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit,
karena ia mau menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan (pellet),
bahkan diberi dedak halus ataupun ampas tahu ia mau juga. Ikan Nila
(Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakan campuran (omnivora).
Berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya, Ikan Nila (Oreochormis
Niloticus) termasuk golongan pemakan segala ini dapat dibudidayakan
(pembesaran) dengan berbagai sistem, antara lain sistem air deras, keramba,
jaring terapung, longyam serta di kolam air tergenang (stagnat water). Oleh
karena dibudidayakan dengan banyak cara itulah, maka Ikan Nila
(Oreochormis Niloticus) dapat dijadikan alternatif pemilihan usaha.

B. Saran
Selama masa pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya
serangan hama dan penyakit. Cara yang paling aman untuk mengendalikan
hama adalah secara fisik menangkap langsung hewan liar/hama tadi atau
mencegahnya masuk ke dalam kolam.
Sedangkan penyakit ikan dapat dicegah dengan pengapuran yang
seimbang untuk mempertahankan kualitas air, serta diupayakan suhu air tidak
kurang dari 28 0C.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila (Buku I). Direktorat Bina Produksi,
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. 1989.
Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila Merah (Oreochormis Sp). Dinas Perikanan
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Bandung. 1988.
Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila Merah Proyek Diversifikasi Pangan dan Gizi
Sub Sektor Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen
Pertanian. Jakarta 1996/1997.
Cholik, F., Artati dan Rahmat Arifin. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Kolam
Ikan. 1991.
Hassanudin Saanin. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta Jakarta.
1992.
Puslitbang Perikanan. Petunjuk Pengoperasian Unit Sarana Pembesaran Ikan
Nila. 1988.

Anda mungkin juga menyukai