Anda di halaman 1dari 18

TERIMA KASIH

Ikan bandeng
• Ikan bandeng merupakan jenis ikan laut yang daerah penyebarannya
meliputi daerah tropika dan sub tropika (Pantai Timur Afrika, Laut
Merah sampai Taiwan, Malaysia, Indonesia dan Australia). Di
Indonesia penyebaran ikan bandeng meliputi sepanjang pantai utara
Pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Aceh, Sumatra Selatan,
Lampung, Pantai Timur Kalimantan, sepanjang pantai Sulawesi dan
Irian Jaya. (Purnomowati, dkk., 2007).
Kebiasaan Makan Ikan Bandeng
• Ikan bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat
aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari
lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti: plankton,
udang renik, jasad renik, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan
bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya (Purnomowati, dkk., 2007).
• Selama ini nener ikan bandeng yang digunakan untuk pembesaran ikan
bandeng itu sendiri masih mengandalkan dari alam. Sedangkan produksi
nener alam belum mampu untuk mencukupi kebutuhan budidaya
bandeng  yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha
pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan
nener tersebut menjadi sangat penting (Fujiana Nursyamsiah, dkk., 2008).
Seleksi Induk
•      Untuk meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses
budidaya maka induk yang akan digunakan harus dilakukan seleksi.
Seleksi ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang
akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang
benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat
melakukan pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah
menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut
diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan
produktivitas.
• Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada
keturunannya.
Adapun ciri-ciri induk yang Unggul
1. bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.
2. ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan
pertumbuhannya paling cepat.
3. susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.
4. gerakan lincah dan normal.
5. umur antara 4 5 tahun.
Pengelolahan Tanah
1. Pengeringan tanah dasar tambak
Pengeringan tanah dasar tambak yang diperlukan antara lain sebagai
berikut :
• Pengeringan selama 7 hari dan jika cuaca kurang baik 14 hari
• Pengeringan tanah tambak dilakukan hingga jika tanah diinjak hanya
terbenam sekitar 1 cm
• Pengeringan sampai 2 lapisan sebelah atas tanah dasar tambak
• Pengeringan sampai tanah dasar tambak retak-retak dan kadar airnya
18 – 20 %
b.   Perbaikan kontruksi tambak     
• Tahap awal dari persiapan tambak adalah perbaikan tata pertambakan yaitu
meliputi perbaikan pematang, perbaikan pintu dan saringan, pembuatan
caren (saluran keliling) dan perbaikan bocoran. Pemetang petakan yang telah
terkikis (longsor atau aerosi) harus diperbaiki. Bocoran pada pematang akibat
kepiting atau hewan lain perlu ditutup. Pada kaki pematang petakan
sebaiknya dibuat ”berm” yang dapat berfungsu sebagai penahan longsoran
tanah dari pematang dan sebagai tempat untuk memperbaiki bocoran.
Keadaan pintu yang sudah atau agak rusak perlu diperbaiki. Pada bagian pintu
arah petakan dipasang saringan halus (kasa nillon atau yang sejenisnya) yang
berfungsi untuk mencegah masuknnya ikan liar atau udang dipelihara selama
pengaturan air dipetakan tambak.
• c.   Pengapuran tanah dasarPengapuran tanah dasar tambak mempunyai peranan
sebagai berikut :–     Menetralisirkan asam bebas yang terdapat di air.–    
Menyangga goncanganpH tanah yang mencolok.–     Membantu mengendapkan
bahan koloid yang terdapat dalam larutan tanah.–     Mendorong bakteri pemecah
bahan-bahan organic untuk bekerja lebih aktif dalam      pelepasan bahan
organic.–     Mendorong pertumbuhan spesies pertumbuhan air yang cocok untuk
manakan      ikan.–     Membantu pembentukan tulang ikan dan pencegah kelainan
tulang.–     Memperbaiki kondisi tanah.   Pengapuran adalah pemberian kapur pada
kolam ikan sebagai penambah kualitas unsur-unsur pembudidayaan ikan yang baik.
Dalam hal ini pengapuran berperan penting dalam peningkatan kualitas tanah,
kualitas pH tanah dan juga bertujuan sebagai pemberantasan hama dan penyakit
(Cahyono, 2000).Pengapuran pada budidaya bertujuan untuk meningkatkan
produksi tanah, terutama pH dan alkalinitasnya (Dewi, 2011).
Pemberantasan Hama
• Hama tidak hanya menurunkan produksi bandeng tetapi juga merusak ekologi
tambak. Menurut Antoni dan Wibowo (1996) hama digolongkan menjadi :–
Hama pemangsa, contohnya Ikan kakap, ikan bulan-bulanan, ikan keting, ikan
kipper, ikan sembilang, dll.– Hama penyaing, contohnya ikan belanak, ikan
mujair, trisipan.– Hama perusak, contohnya kepiting dan ular.
• Untuk membrantas ikan liar seperti belanak, bronang, mujair, dan ikan-ikan
buas digunakan akar tuba atau jenu yang mengandung rotene. Takaran
pemakaian 4 – 6 kg akar dan setiap 1 Ha tambak. Sedangkan, untuk
membrantassifut (terutama trisipan) menggunakan brestan dengan takaran 1
kg/HaPenyakit yang sering menyerang ikan bandeng yaitu pembusukan
ekor/sirip. Vibriosis dan streptoccosis. Obat yang diberikan pada ikan yang
terserang penyakit yaitu dengan pemberian antibiotik.
Pemupukan
• Pemupukan dimaksudkan untuk menyuburkan tanah dalam merangsang
pertumbuhan klekap. Pemupukan dilakukan setelah tanah dasar dikeringkan. Tanah
dasar yang telah dikeringkan ditaburi dengan dedak kadar (500 kg/ha) dan bungkil
kelapa (500 kg/ha, kemudian diari sekitar 10 cm, setelah kering baru diberi pupuk
kandang atau kompos (100 kg/ha) dan diairi lagi sedalam 5 – 10 cm kemudian diberi
pupuk organic berupa urea (150 kg/ha) dan TSP ( 75 kg/ha). Setelah tumbuh klekap
(sekitar seminggu sesudahnya) secara berangsur-angsur tinggi air dinaikan dan pada
saat itu bandeng sudah dapat ditebar.
• Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan
fitoplankton untuk berfotosintesis. Dampak pemupukan dapat dari perubahan warna
kolam atau tambak menjadi hijau atau kecoklatan. Peningkatan pertumbuhan
populasi fitoplankton di air dapat mendorong pertumbuhan zooplankton sehingga
dapat meningkatkan ketersediaan pakan alami bagi hewan kultur (Effendy, 2004)
Penebaran Benih
• Penebaran nener yang baik yaitu dengan langkah awal dalam budidaya bandeng. Selanjutnya
nener akan berkembang dalam setiap petakan pada tambak yag telah disediakan. Saat yang
baik untuk menebarkan nener ialah pada pagi atau sore hari pada pertengahan musim
penghujan. Pada saat-saat tersebut jumlah air dalam tambak tercukupi sehingga kadar asam
dan gas-gas beracun teroksidasi. Dengan demikian nener tidak mengalami kematian.
Penebaran yang tepat ialah pada pukul 6.00 sampai pukul 7.00 pagi yang mana udara masih
segar dan suhu belum naik.
• Jumlah benih yang harus ditebarkan tergantung dari kesuburan tambak dan tingkat
pengelolaannya. Namun, bila makanan alami (klekap, lumut, plankton) cukup tersedia. Maka
untuk bandeng dapat dilakukan penebaran nener dengan padat penbaran 30 – 60
ekor/m2 (ukuran antara 0,005 – 0,007 gram).
• Padatnya penebaran harus seimbang dengan persediaan makanan alami. Apabila
merangsang makanan alami seperti klekap dan plankton lebih pesat dengan pemupukannya.
Pemberian Pakan
• Pakan merupakan unsur penting dalam menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Pakan yang baik harus dapat memenuhi
persyaratan, pakan harus bisa dimakan ikan,pakan harus mudah
dicerna dan dapat diserap tubuh ikan. Apabila persyaratan tersebut
dipenuhi, pemberian pakan akan memberikan manfaat yang optimal
bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Khairuman dan
Amri, 2002).
Pengelolahan Tambak
• Kualitas air yang telah sesuai dengan kebutuhan ikan harus tetap
dipertahankan. Bila terjadi perubahan mendadak, secepatnya
diupayakan pemulihan agar ikan tidak stress atau mati. Perhatian serius
kearah ini akan menbuahkan hasil yang memuaskan Karena kualitas
sangat erat hubungannya dengan menumbuhkan makanan alami.
• Air merupakan media paling penting dalam budidaya ikan. Kualitas air
juga membutuhkan perhatian yang lebih serius agar dapat memenuhi
syarat untuk mencapai kondisi air yang optimal sebagai salah satu kunci
keberhasilan budidaya ikan. Manajemen kualitas air  adalah suatu usaha
untuk menjaga kondisi air tetap dalam kondisi baik untuk budidaya ikan
dengan memperhatikan fisika, kimia, dan biologinya (Amri, 2003).
1. Teknik pemijahan
• Pemijahan Alami.
• Pemijahan Buatan
2. Penetasan Telur
• Telur bandeng yang dibuahi berwarna transparant, mengapung pada
permukaan, sedangkan yang tidak terbuahi akan tenggelam dan berwarna
putih keruh. Untuk mempermudah dalam hal pengumpulan terus, bak
pemijahan dirancang dengan sistem pembuangan air permukaan. Selama
ini inkubasi telur harus diaerasi dengan cukup sehingga terlur mencapai
tingkat embrio dan sebelum di pindahkan, aerasi dihentikan.
  Pemeliharaan Larva dan Benih
• Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27-310C
salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan ke dalam bak tidak
kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi sistem aerasi
dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm (Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya, 2010).Larva umur 0-2 hari kebutuhan makanannya
masih dipenuhi oleh kuning telur sebagai cadangan makanannya. Hari kedua
setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa
pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadi
nener. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva
yang baru menetas perlu disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada
kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10%
meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen
1. Persiapan Bak
2. Pengisian Air
3. Penebaran Telur
4. Pemberian Pakan
5. Pengelolaan Air
6. Panen Larva
• Pendederan
• Pendederan nener dapat dilakukan di petakan tambak, bak terkontrol, maupun hapa
yang ditancapkan di tambak. Pendederan umumnya berlangsung selama 80 hari.
Pendederan bertujuan untuk mendapatkan gelondongan bandeng berukuran 75—100
g/ekor. Selama tahap pendederan pertambahan bobot ikan per hari berkisar 40-50 mg.
• Pemanenan
Menurut Cahyono (2007), ikan bandeng dengan berat awal atau berat saat penebaran
benih pertama dengan berat 40 gram dengan lama pemeliharaan 4 – 6 bulan akan
mengalami peningkatan berat tubuh sebesar 250 gram.                 Pemanenan dapat di
lakukan maksimal setelah benih berumur 25 hari.Bandeng dapat dipanen setelah
mencapai ukuran konsumsi (300-500 g/ekor) dengan lama pemeliharaan 4-5 bulan dari
gelondongan. Sementara itu, bandeng super dapat dipanen setelah berukuran 800 g/ekor
dengan masa pemeliharaannya selama 120 dari gelondongan ukuran 100-150 g/ekor.
Tingkat produktivitas bandeng dalam KJA ditentukan oleh faktor laju pertumbuhan,
sintasan, kuantitas, dan kualitas pakan serta pengelolaan budi daya. Panen bisa dilakukan
secara selektif atau total dengan menggunakan seser (Murtidjo, 2002).

Anda mungkin juga menyukai