Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANDIRI

“Desain dan Konstruksi Lahan Akuakultur”


(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuakultur)

Dosen Pembimbing :
Dr. Nova Laurin Isye Mourein Ogi, S.Pi, M.Si
Dr. Livana Deathris Rawung, SIK, M.Si

Disusun Oleh :
MOHAMMAD FARHAN UMAR
18 507 042

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
Soal :

Carilah desain dan konstruksi untuk kolam pemeliharaan dari :


1. Kepiting bakau
2. Udang vaname

Jawab :
1. Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Kepiting bakau (Scylla serrata) yang dikenal juga kepiting lumpur banyak juga
dijumpai diperairan Indonesia, terutama perairan payau yang banyak ditumbuhi oleh
tanaman bakau. Jenis kepiting ini disenangi masyarakat mengingat rasanya yang lezat
dengan kendungan nutrisi sejajar dengan crustacea lain seperti halnya udang, Oleh
karena itu kepiting ini banyak diminati baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri.

Berkembangnya pangsa kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di


luar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara
berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan, jelas
tidak sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya
usaha budidaya bagi jenis crustacea yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan
dari penangkapan di alam, yang kesinambungan prodsuksinya tidak dapat dipertahankan.
Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan usaha yang lebih rasional yaitu melalui sistem
budidayanya.
Penggolongan kepiting bakau secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi hewan
(system pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) dapat
dipaparkan sebagai berkut :

Phyllum : Arthopoda

Class : Crustacea

Ordo : Decapoda

Familia : Portunidae

Genus : Scylla

Species : Scylla serrata

Persyaratan Lahan Budidaya

Kepiting bakau adalah sejenis kepiting yang dapat hidup di air payau. Dengan
demikian, kepiting ini dapat dibudidayakan di tambak. Itupun, tambak harus dekat
pesisir pantai. Hal ini karena tambak membutuhkan air laut yang bercampur air tawar.

Indonesia sebagai negara kepulauan tidak akan kesulitan untuk menyediakan


lahan yang cocok untuk tambak kepiting bakau. Ada lebih kurang 250.000 ha tambak
(1987) yang telah diusahakan untuk memelihara kepiting bakau.

Menurut perhitungan survai kerjasama antara Dirjen dengan pusat penelitian


perikanan (1985) luas lahan dataran pantai yang potensial untuk dibuat tambak,
khususnya yang terdiri dari hutan bakau ada lebih kurang 4,3 juta ha. Namun, tidak
semua hutan bakau itu boleh dibuka untuk lahan tambak. Hal ini guna menjaga
keseimbangan ekosistem. Untuk itu, perlu dicadangkan sekitar 10-20 %.

Selain itu, hutan bakau perlu dijaga karena di sekitar itu adalah tempat untuk
kehidupan lebih berbagai jenis udang, kepiting, ikan, kerang-kerangan, dll. Bayangkan
bila hutan bakau musnah, tentulah kehidupan flora dan fauna yang dibutuhkan manusia
akan musnah pula.
Desain Tambak Kepiting Bakau

1. Petakan Tambak
Petakan tambak didesain berdasarkan kondisi dan sifat perairan (sungai), di
samping faktor biologis, fisik, ekonomi, dan sosial. Di samping itu, tingkah laku dan sifat
biologis kepiting bakau juga diperhitungkan dalam membuat konstruksi tambak, terutama
pematang / tanggul dan pintu air. Luas satu unit tambak sekitar 5 - 10 hektar yang terdiri
atas 2 petakan pembesaran dan 2 petakan kecil untuk kepiting yang mengalami
pergantian kulit (moulting). Luas untuk petakan kecil cukup 5 m2. Untuk menjaga
kepiting dan serangan hama, penyakit, pencemaran air, dan untuk rnemudahkan
pemanenan, maka setiap petakan sebaiknya rnempunyai pintu air sendiri. Untuk itu,
pertambakan kepiting memerlukan saluran pembagi air yang dapat mensuplai dan
mengatur volume air yang diperlukan dalam tambak.

2. Tanggul (Pematang)
Bahan penyusun pematang sangat penting diperhatikan dalam mendesain tambak,
karena pematang berfungsi menahan volume air dalam tambak dan melindungi tambak
dan tekanan air dari luar akibat banjir atau penggenangan air pasang.

3. Pemagaran Tanggul
Pemagaran tanggul dapat menggunakan pagar bambu atau waring yang
ditempatkan di sekeliling pematang bagian dalam. Untuk mencegah kepiting melarikan
diri melalui dasar pematang dengan menggali tanah, maka pemagaran sebaiknya dimulai
pada dasar pematang. Pagar ditanam sedalam 30 cm — 40 cm dan usahakan jarak antara
bilahanbilahan bambu pada pagar tersebut tidak terlalu renggang agar kepiting tidak bisa
melarikan diri melewati celah-celah antar bilahan bambu tersebut.

Menurut Ahmad (1995), alternatif bentuk tambak yang bisa digunakan untuk
pembesaran kepiting adalah sebagai berikut:
a. Tambak tradisional ala Thailand
Di Thailand, tambak pembesaran sekaligus berfungsi sebagal tcmpat pembesaran
dan pemeliharaan larva. Dengan bangunan tambak seperti mi, penebaran benih hanya
dilakukan sekali saja yaitu pada awal pemeliharaan. Luas tambak sistem ini bisa
mencapai 1 ha. Sepanjang keliling tambak dipagar dengan batang buloh (kalau di
Indonesia bisa digunakan kayu bakau atau bambu) setinggi 2 - 2,5 meter dan pematang.
Pematangnya dibuat sangat lebar untuk menghindari kepiting ini dengan cara melubangi
pematang. Batang buloh ditata rapat sehingga kepiting tidak mungkin lolos keluar. Pagar
ini sekaligus berfungsi sebagai pagar pengaman dan gangguan luar.

b. Keramba Bambu
Keramba bambu digunakan oleh petani untuk menggemukkan kepiting atau
menghasilkan kepiting bertelur penuh. Keramba bambu dibuat dari bilah bambu yang
disusun seperti kere dan dibuat kotak berukuran 25 cm x 20 cm x 25 cm. Pada sisi
panjang yang bersebelahan dirangkai dengan bambu utuh. Satu unit keramba bambu bisa
berukuran 2 mx 1 m atau 3 m x 2 m. Pemasangan keramba untuk seperti memasang
keramba ikan di sungai yang dangkal.
c. Jaring Apung
Pembesaran kepiting juga dapat dilakukan dalam jaring apung. Selain untuk
pembesaran, Jaring apung juga cocok untuk membuat kepiting betina bertelur penuh.
Model jaring apung ini termasuk model budidaya komersial dengan padat modal.
Bangunannya dilengkapi dengan perumahan pegawai dan kantor. Di setiap sudut
dipasang penerangan instalasi listrik untuk mempermudah pengawasan. Bahan – bahan
yang diperlukan dalam pembuatan jaring apung antara lain : kayu untuk kerangka jaring,
blug untuk pelampung dan tali plastik untuk jaring apung. Ukurannya sekitar 3x3 m.
Disekitarnya dilengkapi pamatang kayu untuk memudahkan memberi pakan. Bagian
bawah pelampung diberi alas dari kayu, sehingga pelampung terangkai dalam kerangka
yang kuat.
2. Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditi
perikanan yang dibudidayakan di Indonesia. Udang ini mulai masuk dan dikenalkan di
Indonesia pada tahun 2001 melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001
sebagai upaya untuk meningkatkan produksi udang Indonesia menggantikan udang
windu (Penaeus monodon) yang telah mengalami penurunan kualitas. Budidaya udang
vaname dilakukan dengan sistem intensif dan semi intensif, dicirikan dengan padat tebar
yang cukup tinggi, yaitu antara60-150 ekor/m2 (Briggs et al., 2004), penggunaan kincir
air, pemasangan biosecurity, pengelolaan kualitas air, penggunaan pakan komersil
dengan kandungan protein yang tinggi, penggunaan probiotik dan alat-alat pendukung
lainnya.

Udang vannamei termasuk pada famili Penaidae yaitu udang laut. Udang
vannamei berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara di Amerika Tengah dan Selatan
seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama membudidayakan
jenis udang yang juga dikenal dengan nama pacific white shrimp.

Vannamei banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan antara lain,


relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari), padat
tebar tinggi, sintasan pemeliharaan tinggi dan Feed Convertion Ratio rendah (Hendrajat
et al. 2007). Tingkat kelulushidupan vannamei dapat mencapai 80 - 100% (Duraippah et
al. 2000), dan menurut Boyd dan Clay (2002), tingkat kelulus hidupannya mencapai 91%.
Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan
densitas tinggi (100 udang/m2). Ukuran tubuh maksimum mencapai 23 cm. Berat udang
dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, L.vannamei tumbuh dengan
lambat yaitu 7 sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang
jantan (Wyban et al. 1995).
Klasifikasi udang putih atau Udang Vaname menurut (Effendie, 1997) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Desain Budidaya Udang Vaname

1. Terpal

Ada beberapa langkah budidaya udang vaname di kolam terpal yang bisa dilakukan
secara maksimal. Anda harus memperhatikan pembesaran udang secara benar dan sesuai
aturan supaya tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.

Langkah-langkah strategis yang bisa diambil ialah sebagai berikut:


1. Persiapan Lokasi

Anda dapat memilih lokasi budidaya udang yang sesuai dengan kebutuhan. Anda dapat
menggunakan lokasi di belakang rumah atau tanah kosong yang Anda miliki. Anda dapat
menggunakan lokasi yang terbaik untuk membuat pembesaran budidaya udang yang
diinginkan.

2. Pengaturan Budidaya

Anda dapat memilih budidaya vaname pada air tawar di dalam kolam terpal dengan baik.
Budidaya ikan vaname air tawar biasanya dilakukan untuk tambak. Anda bisa
memelihara udang vaname yang bisa dilakukan pembesarannya di air payau. Namun saat
ini budidaya udang juga bisa dilakukan di kolam terpal.

3. Pemberantasan Hama

Anda dapat memberantas hama yang bisa memangsa udang vaname kapan saja. Hewan
bisa memangsa udang vaname yang kecil. Banyak kegagalan yang terjadi dalam
melakukan panen udang sehingga hal-hal yang semacam ini seharusnya juga menjadi
pengertian yang cukup.

Pengisian Air Di Kolam

Anda dapat memperhatikan bagaimana air bisa diisi ke dalam kolam dengan mengisi air
masuk ke kolam secara bertahap. Anda bisa membiarkan pengisian air yang sudah diisi
ke dalam kolam selama 1 sampai 2 minggu. Air bisa dibiarkan agar bau karet dari terpal
hilang. Setelah itu air dibuang dan diganti dengan air tawar yang baru. Didiamkan
beberapa hari.

5. Fermentasi Kolam Udang Vaname

Sebelum diberi bibit udang, terlebih dahulu kolam harus difermentasi dengan probiotik
dan ditambahkan garam agar air menjadi payau.

6. Pemilihan Bibit Unggul

Anda bisa memilih pembesaran udang vaname dengan memilih pembesaran untuk udang
yang kualitasnya sangat baik dan unggulan. Bibit unggul biasanya dapat dilihat dari segi
ukurannya yang seragam. Pembibitan udang bisa dilakukan dengan cara berenang
melawan arus sehingga tidak terdapat cacat atau luka di area fisiknya.

7. Penebaran Bibit Udang

Benur ialah anak udang vaname yang bisa disebar kapan saja. Anda harus
memperhatikan aklimitasasi suhu air dalam kolam. Caranya dengan mengapungkan
kantong yang berisi bibit udang. Kemudian, Anda dapat menyimpan kantung yang berisi
kantung.

Perhatikan Waktu Penebaran Benur (Bibit Udang)

Sebaiknya Anda memperhatikan waktu yang digunakan sebagai penebaran anak udang
vaname jangan dilakukan di siang hari. Sebaiknya lainnya, Anda dapat melakukan
penebaran bibit saat sore hari atau matahari sehingga tidak terlalu menyengat.

9. Perhatikan Proses Pemeliharaan Udang

Anda dapat memelihara pemeliharaan udang vaname sampai waktunya tiba dapat
dipanen. Anda dapat memantau dan memelihara suhu yang ada dalam kolam tambak
yang mengandung PH yang ada di dalamnya. Biasanya kandungan oksigen yang ada di
dalam air bisa dilakukan ke dalam tambak.

10. Perhatikan Waktu Pemberian Pakan Udang Vaname

Selama 7 hari, Anda dapat melakukan penebaran udang sehingga Anda perlu
memperhatikan waktu makan agar pembesaran udang sudah bisa berjalan lancar. Nanti
setelah memasuki usia 7 hari, maka Anda bisa memberikan protein tinggi yang
banyaknya 30% dari takaran pakan yang ada. Anda bisa memberikan pakan udang
sebanyak 3 sampai 4 kali sehari.

Pengurasan Air Kolam

Anda dapat melakukan pembesaran udang dengan ketahanan kuat dengan mengganti air
kolam secara baik. Sebaiknya dilakukan setelah kolam udang berusia 60 hari, dan isi saja
sebanyak 10% dari volume air kolam. Kemudian Anda dapat meningkatkan volume air
menjadi 15 – 20 %.

12. Proses Panen

Anda dapat melakukan panen udang vaname ketika sudah berusia 4 – 5 bulan. Kriteria
dari ukuran udang yang ideal sehingga kurang lebih mudah untuk dikuras dengan baik
proses panen bisa dilakukan untuk berbagai macam ketika musim panen.
2. Tambak

Setelah dilakukan pemilihan lokasi dan dilakukan survei lokasi maka proses
membangun tambak budidaya udang dilanjutkan dengan membuat desain kolam dan
keseluruhan fasilitas tambak sesuai kebutuhan dari pemilik. Fasilitas budidaya udang
meliputi kolam budidaya, kolam tandon, kolam pengendapan, saluran air masuk (inlet),
saluran air keluar (outlet), pintu air, pematang atau tanggul, dan bangunan lainnya
pendukung budidaya. Fasilitas lain pendukung jalannya budidaya seperti sistem irigasi,
sarana penunjang (gudang pakan, gudang peralatan, rumah genset, rumah teknisi/penjaga,
rumah pompa), dan pematang yang mampu dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda
empat. Semua fasilitas ini direncanakan ukuran dan tata letaknya agar memudahkan
dalam pengelolaannya.

Gambar desain denah tambak udang


Desain petakan mencakup ukuran dan lebar petakan, kedalaman kolam, ukuran
pematang, ukuran saluran keliling dan letak pintu air atau panen. Luas petakan tambak
tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan. Tambak udang sistem intensif
umumnya berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Luasan petak tambak
disarankan kurang dari 1 hektar atau umumnya adalah 0,3 – 0,5 hektar atau 3.000-5.000
m². semakin kecil ukuran tambak maka semakin mudah pengelolaannya tetapi lebih
mahal dalam biaya konstruksi dan operasionalnya. Petak kolam dengan luasan tersebut
menjadikannya pengelolaan yang lebih efisien dalam hal pengisian atau pengeluaran air
dan saat pemberian pakan.

Menurut Peraturan Menteri (Permen) KKP no. 75 tahun 2016 desain tambak yang baik
memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Tidak ada titik mati di dalam tambak.


2. Efektif dan efisien dalam hal penggunaan lahan dan penggunaan kincir.
3. Pematang memiliki aksebilitas yang baik, untuk roda 4 atau untuk akses pekerja.
4. Tersedia air yang cukup pada kondisi pasang surut minimal air laut.
5. Jaminan keamanan dan keselamatan kerja yang tinggi.

Tata letak tambak harus memenuhi tujuan menjamin kelencaran mobilisasi


operasional sehari-hari, permanenan, menjamin kelancaran dan keamanan pasokan air,
pengelolaan limbah, dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari
unit tambak yang dibangun, dan mempertaruhkan kelestarian lingkungan. Desain petakan
tambak akhirnya perlu mempertimbangkan pengelolaan yang efisien dan ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai