Anda di halaman 1dari 10

Mengulik Sarana Pemeliharaan Biota

Wadah pemeliharaan biota air dalam bentuk hampang merupakan gabungan


antara kolam dengan keramba

JAKARTA, JITUNEWS.COM - Marikultur atau marine aquaculture adalah sistem


budidaya perairan berbasiskan air laut. sistem budidaya ini dilakukan  pada badan air
sehingga bersifat terbuka. Intertaksi antara biota kultur dengan lingkungan luar sangat kuat
dan hampir tidak ada pembatasan.

Sistem budidaya berbasiskan laut atau tentunya menggunakan sarana produksi, mau tahu apa
saja sarana dalam pemeliharaan biota marikultur? Simak rangkaian artikel perikanan berikut
hanya di JITUNEWS.COM.

1. Hampang

Isi Masa Transisi Peralihan Cantrang, KKP Lakukan Hal Ini


Hampang atau pagar keliling (pen-culture) adalah bagian badan air yang dikurung pagar dan
digunakan untuk memlihara biota air. Dalam perkembangannya wadah ini juga digunakan
untuk budidaya teripang dan bulu babi di daerah pasang surut. Hampang ditempatkan di
peraian laut dangkal yang terlindung pada kedalaman 1-3 m dengan kisaran pasang surut
tidak terlampau lebar (1-2 m).

Untuk menghemat bahan, hampang ditempatkan di bibir pantai dengan menggunakan tanggul
pantai sebagai bagian dari hampang. Metode pemeliharaan ikan dengan hampang banyak
dilakukan di Teluk Laguna, Filipina. Ikan yang dipelihara umumnya jenis bandeng.

Di Indonesia, metode hampang lebih bayak diterapkan dalam rangka usaha pengendalian
gulma air dalam waduk atu badan air dangkal seperti danau dan rawa-rawa. Baru sedikit
petani yang memilih metode hampang untuk budidaya ikan.

Secara ekologis, wadah pemeliharaan biota air dalam bentuk hampang merupakan gabungan
antara kolam dengan keramba. Bersifat seagaii kolam karena biota peliharan berhubungan
langsung dengan tanah dasar badan air dan sebagai keramba karenamassa airnya merupakan
bagian lagsung dari badan air keseluruhan.

Badan yang digunakan sebagai pagar hampang berupa bilah bambu, papn, jaring, atau kawat
anyam. Bilah-bilah bambu atau papan disusun seperti krei dan selanjutnya disebut hampang.
Hampang diikatkan di tonggak yang ditancapkan di dasar badan air dan berfungsi sebagai
kerangka.

Dasar hampang dibenar ke dalam tanah sedalam 20-30 cm dan hampang bagian atas mencuat
sekitar 50 cm di atas permukaan air. Untuk memudahkan pengoperassian, hampang dipasang
di bagian badan air degan kedalaman kurang dari 2 meter. Jika menggunakan jaring atau
kawat anyam sebagai hampang, mata jaring disesuaikan dengan ukuran biota yang dipelihara.

Hampang yang dibuat berbatasan dengan daratan akan menghemat bahan. Beberapa faktor
penghambat pemeliharaan biota di hampang adalah biawak, ular, dan burung. Padat
penebaran biota budidaya bergantung pada jenis yang dikultur dan daya dukung perairan.
Pakan untuk biota kultur berasal dari pakan alami yang terdapat di dalam hampang.

Jaring kurung dasar adalah sarana produksi yang dapat digunakan untuk
kultur ikan, teripang, cumi-cumi, dll
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Pengembangan marikultur di Indonesia tergolong baru,
namun kemajuan yang dicapai dalam kurun waktu 20 tahun terakhir cukup membanggakan.

Sistem budidaya berbasiskan laut atau tentunya menggunakan sarana produksi, mau tau apa
saja sarana dalam pemeliharaan biota marikultur berikutnya? Yuk simak lanjutan rangkaian
artikel perikanan JITUNEWS.COM berikut ini :

2. Jaring Kurung Dasar

Isi Masa Transisi Peralihan Cantrang, KKP Lakukan Hal Ini

Jaring kurung dasar adalah sarana produksi yang dapat digunakan untuk kultur ikan, teripang,
cumi-cumi, sotong, rajungan, udang, lobster, dan bulu babi. Prinsip wadah pemeliharaan
jaring kurung dasar adalah pemagaran keliling di suatu lokasi dengan menggunakan jaring.
Pemagaran ini memberi petunjuk kepemilikan dari nelayan ayau pengusaha yang melakukan
kgiatan usaha dan sebagai wadah untuk menanmpung biota budidaya untuk dipelihara selama
waktu tertentu.
Untuk membuat jaring kurung dasar seluas 10 x 10 m dan tinggi 2,4 m yang ditempatkan
pada area ladang lamun dengan pasang air laut sekitar 90-125 cm, dibutuhkan 60 kayu kaso
dengan panjang 4 m atau 30 batang bambu dengan panjang 8 m, 12 drum bekas (volume 250
L), 150 lembar karung pasir, 2 gulung jaring bagan (ukuran mata jaring 2 cm), 2 gulung
jaring polinet biru (ukuran mata jaring 1 mm), 25 kg tali ris (diameter 7 mm), 2-4 jangkar
(berat 15 kg), dan benang nilon secukupnya.

Jaring kurung dasar dibangun dengan 2 cara yaitu tanpa drum dan dengan drum, Jaring
kurung dasar tanpa drum mirip dengan hampang. Tiang pancang dari kayu atau bambu
dipasang keliling sesuai dengan ukuran, kemudian jaring dipasang pada bagian dalam tinag
pancang. Dinding jaring terdiri atas 2 lapis, yaitu polinet biru (mata jaring 1 mm) disebelah
dalam untuk mencegah biota budiaya keluar dari wadah, dan jaring bagan (mata jaring 2 cm)
disbelah luar sebagai penguat dan mencegah serangan predator.

Jaring dipasang melewati permukaan air antara 50-100 cm pada waktu pasang tertingi. Untuk
mencegah biota budidaya keluar melalui dasar jaring, maka bagian dasar ditekuk ke dalam
dan ditindih dengan karung-karung berisi pasir.

Apabila lokasi budidaya tidak terlindungi atau sering diterpa gelombang sehingga mengaduk
dasar perairan, sebagiknya gunakan model jaring kantong yang dipasang mendasar. Dasar
jaring kantong bermata jaring besar (2 cm). Pada saat memasang jaring kantong, tanaman
lamun dipotong ujung-ujungnya terlebih dahulu, Kemudian keliling dinding bagian dalam
ditindih karung berisi pasir dan bagian tengahnya disiram pasir setebal 25 cm. Daun-daun
lamun akan tumbuh dan dapat menerobos mata jaring.

Dalam perkembangannya, keramba digunakan juga untuk budidaya biota


laut terutama untuk penggemukan kepiting bakau
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Sebagai negara bahari atau negara maritim, Indonesia
memiliki potensi pembangunan (ekonomi) kelautan dan perikanan yang sangat besar dan
beragam. Potensi perikanan budidaya laut atau marikultur dengan luas lahan mencapai 24
juta ha dan potensi produksi mencapai 47 juta ton/tahun, baru dimanfaatkan sekitar 1,5%.
Padahal biota marikultur merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi di pasar international.

Sistem budidaya berbasiskan laut atau tentunya menggunakan sarana produksi, mau tau apa
saja sarana dalam pemeliharaan biota marikultur berikutnya? Yuk simak lanjutan rangkaian
artikel perikanan JITUNEWS.COM berikut ini :

3. Keramba

Isi Masa Transisi Peralihan Cantrang, KKP Lakukan Hal Ini

Keramba adalah wadah budidaya berupa kandang yang dibuat dari kayu, papan, bambu, atau
kawat anyam. Apabila wadah budidaya ini ditempatkan di atas permukaan dasar perairan
maka ia disebut keramba, jika ditempatkan dengan dilakukan penggalian dasar perairan
sehingga bagian atas wadah setingkat dengan dasar perairan disebut kombongan.

Dalam perkembangannya, keramba digunakan juga untuk budidaya biota laut terutama untuk
penggemukan kepiting bakau. Keramba yang digunakan untuk penggemukan kepiting bakau
ditempatkan di dalam tambak atau di hutan bakau. Keramba juga cocok untuk pemeliharaan
ikan, udang, dan kerang yang ditempatkan di perairan dangkal.
Keramba dapat dibuat dari bilah bambu dengan kerangka kayu, kawat, anyam dengan
kerangka kayu, bambu bulat dengan kerangka kayu, papan dengan kerangka kayu, atau jaring
dengan kerangka kayu. Bentuk keramba berupa kotak atau persegi panjang. Ukuran keramba
bervariasi dan umumnya dibuat dengan ukuran panjang 2-10 m, lebar 1-5 m, an tinggi 1-2 m.
Untuk memudahkan pemberian pakan, pembersihan keramba, dan pemanenan maka pada
tutup dibuat pintu dengan berbagai ukuran, mulai dari 40 x 40 cm, 50 x 50 cm, hingga 60 x
60 cm.

Pembuatan keramba tergolong mudah. Setelah bahan-bahan disiapkan, selanjutnya dibuat


kerangka berbentuk kotak atau persegi panjang. pada bagian tengah kerangka dipasang
penyangga dengan jarak 50 cm. pemasangan kerangka sebaiknya menggunakan paku baja
atau paku putih yang tidak mudah bengkok dan tahan karat. Setelah itu, kisi-kisi dipakukan
pada kerangka. Kisi-kisi dari bambu bulat, jaring atau kawat dipasang dengan cara dijepit,
sedangkan yang terbuat dari papan atau bilah bambu cukup dipakukan pada kerangka.

Setelah itu baru dibuatkan pintu dari papan. Pemasangan pintu bisa menggunakan engsel atau
bisa juga menggunakan kaitan. Keramba yang dibuat dari bambu bulat tidak perlu pintu
khusus karena membuka dan menutup keramba dapat dilakukan dengan jalan menggeser
bambu di bagian atas.

Budidaya KJA merupakan cara budidaya yang dapat dilakukan di laut,


sungai ataupun di danau
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Di Indonesia, prospek pengembangan marikultur dapat
dikembangkan mulai wilayah garis pantai kurang dari 4 mil, area pantai 4-12 mil hingga pada
area lepas pantai atau off shore diatas 12 mil. Pengembangan marikultur khususnya pada
kawasan perairan off shore, perlu dilakukan secara focus dan berkelanjutan.

Sistem budidaya berbasiskan laut atau tentunya menggunakan sarana produksi, mau tau apa
saja sarana dalam pemeliharaan biota marikultur berikutnya? Yuk simak lanjutan rangkaian
artikel perikanan JITUNEWS.COM berikut ini :

4. Keramba Jaring Apung

KKP Klaim Realisasi Kinerja Pembangunan Perikanan Budidaya Triwulan I Tahun 2017
Berjalan Positif

Budidaya keramba jaring apung merupakan cara budidaya yang dapat dilakukan di laut,
sungai ataupun di danau. Dengan keadaan air yang cukup tinggi dengan kualitas ait yang
cukup memadai untuk melakukan budidaya, Keramba menjadi pilihan yang bagus untuk
melakukan budidaya.
Keramba Jaring Apung adalah suatu sarana pemeliharaan ikan atau biota air yang
kerangkanya terbuat dari bambu, kayu, pipa pralon atau besi berbentuk persegi yang diberi
jaring dan diberi pelampung seperti drum plastik atau streoform agar wadah tersebut tetap
terapung di dalam air.

Peralatan Budidaya Kerambang Jaring Apung

 Media untuk pembesaran dalam Budidaya ikan keramba jaring apung  umumnya
berukuran 4x4x3 m3, spesifikasi teknis keramba jaring apung ukuran 4x4x3 m3
adalah sebagai berikut :
 Pelampung : Terbuat dari bahan styrofoam atau drum, berbentuk silindris, jumlah
pelampung minimal 8 buah/jaring.
 Tali jangkar : Terbuat dari bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman
perairan, jumlah sebanyak 5 utas/jaring, diameter 0.75 inci.
 Jangkar : Terbuat dari bahan besi atau blok beton atau batu, berbentuk segi empat,
berat minimal 40 kg/buah, jumlah sebanyak 5 buah/jaring;
 Jaring :Jaring terbuat dari bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci,
warna hijau, ukuran jaring sebanyak 122,5 m (7x7x2,5 m3).
 Luas peruntukan areal pemasangan keramba jaring apung maksimal 10% dari luas
potensi perairan atau 1% dari luas perairan waktu surut terendah. Selain itu mesti
memiliki  pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, sechsi disk, kertas
lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen, dll), dan
sampan.

Penebaran Benih Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung

 Sebagai upaya sterilisasi, sebelum benih ditebar, benih sebaiknya direndam dahulu
dalam larutan Kalium Pemanganat konsentrasi 4-5 ppm selama kurang lebih 15-30
menit. Lakukan adaptasi suhu benih agar suhu pada kemasan ikan sama dengan suhu
di Keramba Jaring Apung dengan cara merendam wadah kemasan benih ke Keramba
Jaring Apung selama 1 (satu) jam.
 Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya ikan tidak mengalami
stres atau kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5-8
cm, berat 30- 50 gr dan padat tebar 50-70 ekor/m3. Pakan yang diberikan untuk
pembesaran ikan nila adalah lambit. 
Melakukan budidaya karamba jaring tancap sama halnya dengan karamba
jaring apung

JAKARTA, JITUNEWS.COM - Marikultur merupakan cabang khusus dari akuakultur


yang melibatkan budidaya organisme laut untuk makanan dan produk lainnya di laut terbuka,
bagian tertutup dari laut, atau di tangki, kolam atau saluran yang dipenuhi dengan air laut.
Implementasi marikultur diharapkan dapat menumbuhkan industri perikanan laut dari hulu ke
hilir, mulai dari pembenihan, pembesaran, hingga pengolahan.

Sistem budidaya berbasiskan laut atau tentunya menggunakan sarana produksi, mau tau apa
saja sarana dalam pemeliharaan biota marikultur berikutnya? Yuk simak lanjutan rangkaian
artikel perikanan JITUNEWS.COM berikut ini :

5. Keramba Jaring Tancap

Isi Masa Transisi Peralihan Cantrang, KKP Lakukan Hal Ini

Keramba Jaring Tancap (KJT) Jaring tancap merupakan jaring kantong berbentuk persegi
yang dipasang pada kerangka bambu atau kayu yang ditancap pada dasar perairan. Pasangan
kayu / bambu ditancap rapat, seperti pagar, atau hanya dipasang di bagian sudut kantong
jaring
Melakukan budidaya karamba jaring tancap sama halnya dengan karamba jaring apung harus
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan dalam berbudidaya,
yaitu :

 Saat budidaya ikan di keramba jaring tancap yang harus diperhatikan pertama kali
adalah debit air dan arus air pada kolam atau rawa tersebut. Pemilihan lokasi untuk
usaha budidaya ikan perlu dipertimbangkan karena tidak semua sungai dapat
dijadikan tempat usaha budidaya dalam keramba jaring tancap. Aspek teknis seperti
kondisi perairan (sungai) dan kualitas air sangat berperan penting bagi pertumbuhan
ikan yang akan dipelihara
 Sumber air adalah faktor utama dalam keberhasilan melakukan usaha budidaya.
Sumber air harus ada sepanjang tahun dan memenuhi standar untuk kegiatan usaha
budidaya ikan. Oleh karenanya, sebaiknya pemilihan tempat untuk keramba jaring
tancap harus memilih tempat yang susah untuk mengalami kekeringan air.
 Peletakan jaring tancap sebaiknya didaerah yang berarus kecil dan dalam. Peletakan
di daerah tersebut untuk memudahkan dalam pembuatan, pengoperasionalan serta
pemeliharaan karamba jaring tancap tersebut. Oleh karenanya karamba jarring tancap
sebaiknya diletakkan pada kedalaman idealnya, yaitu 60-70 cm
 Penebaran benih ikan sebaiknya pada pagi hari sebelum matahari terbit hal ini
dikarenakan pada pagi hari suhu air hampir setiap daerah sama. Sebelum ikan
ditebarkan perlu dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian kondisi lingkungan sekitar.
Padat tebar pada keramba jaring tancap idealnya adalah 100-150 ekor/m2 nya.
 Selain pakan berupa pelet, pakan tambahan lainnya dapat juga diberikan seperti
tanaman air dan daun-daunan. Bulan pertama pemeliharaan, setiap hari pakan
diberikan sebanyak 4% dari berat total ikan yang dipelihara. Bulan kedua jumlah
pellet dikurangi menjadi 3,5% dan bulan ketiga pemeliharaan maka setiap harinya
pakan yang diberikan adalah 3% dari berat total ikan. Agar jumlah pakan yang
diberikan dapat ditentukan maka setiap 7-10 hari sekali dilakukan sampling untuk
menentukan berat ikan. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan
sore hari.
 Pemenenan ikan dilakukan dengan cara mempersempit ruang gerak ikan di dalam
kantong keramba. Hal ini dilakukan dengan cara salah satu sisi kantong jaring dengan
sisi lainnya dirapatkan.
 Diberi biofilter di sekitar keramba agar zat-zat racun dan amoniak pada air dapat
berkurang, pemberian biofilter dapat berupa eceng gondok.
 Dilakukan monitoring kualitas air 1 minggu sekali serta melakukan sampling untuk
mengetahui kesehatan ikan. Sehingga apabila dalam monitoring dan sampling
diketahui ada penyakit dan kuaitas air yang dapat membahayakan ikan yang
dibudidayakan dapat dicegah (diolah dari berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai