Anda di halaman 1dari 8

Budidaya Rumput Laut Euchema Spp

Rumput laut merupakan komoditas laut selain ikan yang juga memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai pengahasil karaginan, Glacilaria dan Gelidium sebagai penghasil
agar-agar. Saat ini rumput laut sudah banyak di buat sebagai makanan dan minuman ringan
dan sudah mulai digemari masyarakat. Selain konsumsi dalam negeri, rumput laut sudah
diekspor dengan tujuan Jepang, Singapura, Hongkong, Myanmar maupun Perancis. Menurut
data Depertemen Pertanian (1996) terdapat 555 jenis rumput laut, dari jumlah tersebut 55
jenis memiliki nilai ekonomis yang tinggi yakni termasuk dalam kelas alaga merah . Adapun
yang diusahakan dari kelas tersebut adalah Euchema Spp. Di Indonesia telah diketahui
terdapat empat spesies Euchema yaitu :
A. E. spinosum :
1. Thallus selindrris, licin dan kenyal
2. Berwarna coklat tua , hijau coklat , hijau kuning atau merah ungu.
3. Spesis ini memiliki duri-duri yang tumbuh berderet melingkari talus
4. Ujung percabangan meruncing

B. E. edule :
1. Tali selindris, permukaan licin , kenyal.
2. Warnah hijau kuning kecoklatan atau coklat hijau.
3. Percabangan berselang seling dengan intervalen jarang
4. Pada talus terdapat benjolan-benjolan yang berkembang menjadi duri-duri besar.
5. Ukuran talus lebih bsar dari jenis Euchema lainnya.

C. E. alvarezii :
1. Thallus berbentuk silender, permukaan licin, kenyal
2. Berwarna hijau, kuning, abu-abu atau merah dan berduri
3. Thallus bercabang keberbagai arah dengan cabang-cabang utama terpusat di
daerah pangkal
4. Tumbuh melekat pada substart dengan alat cakram
D. E. serra :
1. Thallus berbentuk gepeng, pinggirannya bergigi, permukaannya licin, kenyal
2. Berwarna merah atau merah pucat
3. Menyerupai lipan.
4. Percabangan berselang seling tidak beraturan dan membentuk rumpun yang
rimbun

Secara tenknis budidaya rumput laut bertujuan untuk mengenalkan teknologi


sederhana terhadap masyarakat dengan teknik budidaya yang efektif dan efisien, sehingga
dalam aplikasinya masyarakat tidak membutuhkan keterampilan khusus atau spesifik. Saat
ini, terdapat beberapa cara budidaya rumput laut yang bisa dilakukan masyarakat pesisir.
Berdasarkan atas letak tanaman terhadap dasar perairan metode budidaya rumput laut, dapat
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Sistem Lepas Dasar.


Metode lepas terbagi atas 2 kelompok, yaitu metode terapung dan metode tetap.
a. Metode Terapung :
Pada metode ini pertama bibit rumput laut digantung pada utas tali tunggal
(monofilament) yang dipasang sejajar atau jarring terapung yang ditopang oleh rakit
bambu atau pelampung agar posisi rumput laut tetap berada dekat permukaan laut.
Pada metode ini posisi rumput laut turun naik sejalan dengan gerakan pasang surut.
b. Metode Tetap :
Pada metode ini rumput laut diikat pada seutas tambang yang direntangkan
antara 2 buah patok/tiang atau pada sepotong jaring yang direntang antara 4 buah
patok/tiang dengan cara mengikat ke-empat ujung jaring pada ke-4 tiang tersebut.
Pada cara ini posisi rumput laut akan tetap dan tidak berpengaruh pada pasang
surutnya air laut. Selain tali monofilament atau potongan jaring, terdapat pula
digunakan jaringan berbentuk kantong.
Dalam metode ini digunakan beberapa baris patok terbuat dari kayu ataupun
bambu yang dipasang ke dasar perairan dan di atur berhadapan, jarak antara patok
berhadapan 15 m, sedangkan antara dua patokan bersebelahan 2,5 m. Seutas tambang
plastic berdiameter 8 mm direntangkan antara dua patok berhadapan. Tali tersebut
disebut tali ris utama.
Selanjutnya pada tali ris utama diikatkan deretan tali ris cabang dimana bibit
rumput laut diikat menggunakan tali raffia. Jarak antara dua tali ris cabang adalah 20
cm. Jumlah bibit yang ditanam adalah 100 g/ikatan. Masa pemeliharaan 4560 hari
dengan harapan panen sebanyak 150 kg/unit berukuran 10 X 10 m².

2. Metode Tali Rentang


Metode ini lebih mudah dilaksanakan dan biayanya cukup murah. Dua tali ris
utama yang terbuat dari tambang plastik direntangkan parallel pada jarak 15 m. Kedua tali
ris tersebut diberi pelampung pada ujung-ujung dan setiap 2,0-2,5 m panjangnya. Agar
tidak hanyut, kedua ujung tali ris utama ini diikatkan pada seutas tali jangkar. Tegak lurus
pada kedua tali ris utama tersebut direntangkan tali-tali ris tempat mengikat rumput laut.
Pada setiap tali ris utama dapat diikat 10 tali ris dengan jarak satu sama lain lebih kurang
1 m. Agar tetap mengapung tali ris diberi pelampung setiap jarak 2,0-2,5 m. Dalam setiap
tali ris ditanam 70 ikatan rumput laut dengan jarak tanam 2025 cm. Berat bibit yang
ditanam/simpul 100 g. Diusahakan agar tanaman berada sekitar 5 cm dibawah permukaan
air. Dengan metode ini waktu pemeliharaan berjalan 6-8 minggu dengan harapan
produksi antara 700-1400 kg/unit atau satu masa tanaman.

3. Metode Rakit Terapung


Rumput laut yang dibudidayakan diikat pada seutas tali yang dibentang antara dua
kerangka rakit. Tali rentang tersebut biasa disebut tali ris. Rakit terbuat dari bambu
gelondongan berukuran 2,0 X 2,0 m² atau 2,0 X 2,5 m². Searah panjangnya direntangkan
10 utas tali ris. Pada tali ris inilah bibit rumput laut diikatkan dengan seutas tali raffia.
Agar tidak hanyut rakit diberi jangkar yang terbuat dari semen atau pemberat lainnya.
Bibit yang digunakan beratnya 100 g, jarak antara ikatan bibit adalah 20 cm. Panen
rumput laut dilakukan setelah berumur 45-60 hari. Dari satu unit rakit diharapkan dapat
menghasilkan sekitar 20 kg rumput laut kering.

Sebagaimana umumya dalam budidaya perairan, budidaya rumput lautpun perlu


dilakukan beberapa langkah-langkah atau manajemen budidayanya, yang mana
manajemen budidaya tersebut yang nantinya menentukan keberhasilan membudidaya
rumput laut, adapun manajemennya dalam melakukan budidaya rumput laut adalah :
1. Planning
Dalam melalukan budidaya rumput laut, perlulah kita menentukan planning
atau perencanaan terlebih dahulu, hal yang perlu di perhatikan atau direncanakan
adalah penentuan lokasi yang memiliki kriteria untuk budidaya rumput laut, antara
lainnya :
a. Wilayah pantai dengan dasar perairan terdiri dari batu karang berpasir.
b. Terlindung dari gempuran gelombang besar, namun berarus sedang.
c. Kedalaman sekitar 0,5-0,6 m pada surut terendah.
d. Berair jernih, berkadar garam 32-25 ppt dan suhu air antara 25-30˚C.
Setelah penentuan lokasi untuk dibudidayakan rumput laut, hal yang perlu kita
rencanakan adalah metode apa yang kita gunakan untuk membudidayakan rumput
laut, agar kita bisa menyediakan berbagai bahan penunjangnya. Selain itu perlu juga
kita untuk menentukan bibit rumput laut yang akan kita budidayakan.

2. Orginizing
Orginizing atau mengatur perlulah untuk diterapkan atau dilakukan dalam
melakukan budidaya rumput laut, agar apa yang nantinya dilakukan atau dikerjakan
dalam budidaya rumput laut teratur dengan baik sesuai dengan yang semestinya.
Dalam melakukan budidaya rumput laut yang perlu diatur adalah:
a. Waktu.
Waktu merupakan salah satu yang terpenting dalam membudidayakan rumput
laut, bagaimana kita menentukan kapan akan melakukan atau membentuk media
budidaya rumput laut, kapan kita melakukan pengontrolan, dan kapan waktu yang
tepat dalam menanam bibit dan waktu yang tepat dalam melakukan pemanenan.
b. Media Budidaya
Media budidaya merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya rumput laut,
bagaimana kita mengatur letak media di dalam perairan, mengatur ukuran media
agar bisa menentukan berapa bibit yang perlu ditanam dalam budidaya rumput
laut serta bagaimana kita mengatur media budidaya agar tidak terjadi kesalahan
atau kerusakan saat penanaman bibit rumput laut.
3. Actuating
Setelah kita melakukan perencanaan dan mengatur segala sesuatu yang perlu
dilakukan dalam budidaya rumput laut, barulah kita masuk dalam tahap actuating atau
pelaksanaan budidaya rumpu laut. Ada beberapa hal dalam pelaksanaan budidaya
rumput laut yaitu :
a. Penanaman Benih
Penanaman benih bisa dilakukan oleh satu orang pekerja dengan jumlah sekitar 5-
10 rakit, jumlah benih yang ditanam tergantung dari luas media budidaya yang
telah dibuat.
b. Pemeliharaan
Dalam tahap ini, diperlukan sampan sebagai alat transportasi sekaligus untuk
pengawasan dari predator bulu babi dan ikan baronang dan perawatan tanaman
dari kotoran, ganti tanaman yang mati, serta perbaikan konstruksi yang telah
rusak.
c. Pemanenan
Pertumbuhan rumput laut diperhitungkan rata-rata 2%/hari, sehingga dalam waktu
2 bulan bisa dipanen sebanyak 100% dari jumlah bibit yang ditanam.

4. Controlling
Untuk keberhasilan dalam budidaya rumput laut, salah satu yang perlu kita
perhatikan controlling atau pengawasan yang dilakukan pada media budidaya rumput
laut. Hama utama dalam budidaya rumput laut adalah ikan-ikan herbivore seperti
ikan dingkis atau baronang, penyu dan bulu babi. Sehingga pentingnya pengontrolan
saat budidaya rumput laut adalah hal yang terpenting.
Budidaya Lawi-lawi (Caulerpa sp)

Pada awalnya lawi-lawi diperoleh masyarakat langsung dari laut, akan tetapi pada saat
ini lawi-lawi sudah dibudidayakan karena memiliki nilai jual yang menguntungkan di pasar
lokal sendakan permintaan tertinggi berasal dari negara Jepang. Pada perkembangan lawi-
lawi ini selain sebagai bahan makanan juga sudah banyak dimanfaatkan untuk keperluan
medis karena mengandung antioksidan sehingga sangat berguna bagi kesehatan. Prospek
budidaya lawi-lawi yang dimotori BPBAP Takalar bersama ACIAR saat ini sangat
menjanjikan. Dengan serapan pasar lokal saat ini, sudah memberikan keuntungan serta
ghairah bagi para pembudidaya tambak di Sulawesi Selatan khususnya daerah Teluk Laikang
Kabupaten Takalar. Dan tidak mustahil lawi-lawi ini di masa depan menjadi komoditas
unggulan yang bisa diekspor seperti yang telah dilakukan oleh Filipina dan Vietnam.

1. JENIS LAWI-LAWI (Caulerpa sp)


Lawi-lawi yang dibudidayakan ditambak saat ini ada 3 jenis yakni Bulaeng
(Caulerpa lentilifera), Bu’ne (Caulerpa recemosa) dan Lipan (Caulerpa sertulariodes)
jenis yang paling disukai adalah jenis Bulaeng, karena lebih renyah dan teksturnya lebih
lembut.

2. LOKASI TAMBAK
Walaupun lawi-lawi umumnya hidup di laut dangkal namun bisa dibudidayakan di
tambak, baik secara monokultur maupun polikultur dengan komoditas budidaya lainnya
seperti bandeng, udang, kerapu atau rajungan. Lokasi yang dipilih untuk budidaya lawi-
lawi adalah tambak dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Lokasi tambak jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air.
2. Lokasi tambak jauh dari sumber polutan.
3. Loaksi tambak harus dekat dengan sumber air laut. Air tambak bisa bergantian secara
rutin mengikuti pasang surut air laut.
4. Tambah dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur menjadi substrat bagi
lawi-lawi.
5. pH tanah tambak harus normal (tidak asam) salinitas air tambak lebih dari 25 ppt.
3. KONSTRUKSI
Konstruksi tambak sabaiknya kedap sehingga dapat menjaga kedalaman air dan
desain memiliki pintu air yang cukup lebar guna mendukung kelancaran pergantian air
secara rutin. Air baru akan sangat penting dalam mensuplai nutrisi bagi Caulerpa.
Konstruksi tambak harus bisa menjaga ketinggian air antara 50-120 cm. Kedalaman air
yang rendah akan mengubah pigmen warna lawi-lawi menjadi pucat bahkan bisa menjadi
kekuningan, ini bisa menjadi indikator penurunan kualitas.
Bibit lawi-lawi bisa diambil dari laut atau diperoleh dari kebun bibit BPBAP
Takalar. Bibit bisa langsung dipilah-pilah menjadi bagian-bagian kecil sebagai mana
metode pembibitan gracilaria atau cottoni. Bibit bisa diperoleh juga dari tanaman lawi-
lawi yang telah berumur 20 hari di tambak. Bibit yang akan ditebar harus dijaga agar
tetap segar. Untuk penyimpanan bibit sementara bisa menggunakan waring dan disimpan
di tambak. Bibit lawi-lawi yang telah disiapkan ditebar merata di seluruh bagian tambak.
Jumlah yang bisa ditebar antara 800 – 1000 kg per Ha.

4. PEMELIHARAAN
Secara umum pemeliharaan lawi-lawi tidaklah rumit. Lawi-lawi yang telah ditebar
secara rutin harus dikontrol untuk mengetahui kondisi perkembangannya. Begitu juga
kondisi salinitas air herus dicek terutama pada musim hujan karena salinitas air bisa drop
hingga dibawah 25 ppt. Perlu diketahui bahwa lawi-lawi pada salinitas dibawah 20 ppt
akan mati. Sehingga harus dipastikan bahwa air tambak bisa digantikan secara rutin.
Tempat pemeliharaan lawi-lawi bisa dilakukan di berbagai kondisi tambak dengan
syarat mempunyai dasar tambak yang berlumpur sebagai substrat untuk tempat lawi-lawi
hidup tumbuh dan berkembang. Golongan rumput laut jenis ini juga dapat dibudidayakan
secara polikultur dengan jenis ikan-ikan (bandeng) atau dengan biota aquatik lainnya
(seperti kepiting bakau/rajungan dan udang).
Pada kondisi normal selama 3 bulan masa pemeliharaan lawi-lawi bisa tumbuh
mencapai 10-13 kali dari bobot awal. Pada masa pemeliharaan 1 bulan bisa tumbuh 3-4
kali lipat dari bobot awal. Dengan demikian dalam masa pemeliharaan 1 bulan sudah bisa
dipanen. Dengan karakteristik pertumbuhan yang cepat pembudidaya bisa memanen
secara bertahap sesuai kebutuhan. Lawi-lawi yang dipanen dikumpulkan terlebih dahulu
didalamhapa. Lawi-lawi yang dijual ke pasar adalah caulerpa dalam keadaan bersih dan
segar. Sehingga sebelum dimasukkan ke dalam karung untuk dibawa ke pasar lawi-lawi
terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran lumpur yang melekat dan sekaligus membuang
lawi-lawi yang berwarna pucat, kekuningan atau berwarna hitam.

Anda mungkin juga menyukai