Anda di halaman 1dari 7

2

dimanfaatkan dalam berbagai macam industri misalnya tekstil, kosmetik dan

industri kefarmasian (Ferawati, et al., 2014).

Indonesia sangat berpotensi sebagai “ladang” budidaya rumput laut karena

memiliki daerah laut yag sangat luas dan subur. Jenis rumput laut yang laku

secara internasional adalah karaginofit atau alga merah. Di Indonesia, jenis

karaginofit yang secara luas dibudidayakan adalah E. cottonii dan E.

spinosum. Kedua jenis ini, terutama E. cottonii paling banyak diproduksi

karena permintaan pasar industri sangat besar, baik di dalam maupun luar

negri. Jenis karaginofit lain adalah E. edule dan Hypnea. Namun, jumlah yang

diperdagangkan masih kecil dan belum dibudidayakan (Wibowo, et al.,

2019:9). Melihat peluang dan keberadaan rumput laut merah yang diminati

secara internasional maka diperlukan budidaya rumput laut untuk

meningkatkan jumlah produksinya.


3

2. Permasalahan

Permasalahan yang muncul pada budidaya rumput laut di Indonesia

adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana cara budidaya rumput laut?

b. Apa syarat yang mempengaruhi budidaya rumput laut?


4

3. Pembahasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang muncul pada budidaya rumput laut

maka penulis akan menjelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Cara Budidaya Rumput Laut

Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk melakukan budidaya yaitu

penyediaan dan pemilihan bibt rumput laut, penanaman, pemeliharaan

tanaman rumput laut, dan pemanenan rumput laut. Penyediaan rumput laut

dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Bibit yang digunakan

untuk budidaya merupakan bibit yang berasal dari stek tanaman rumput

laut yang sudah dibudidayakan berkualitas unggul (memiliki banyak

cabang) yang masih muda, bersih dan segar dan memiliki angka

pertumbuhan harian yang baik. Tahap selanjutnya setelah melakukan

pemilihan bibit adalah penanaman. Terdapat beberapa metode tanam

rumput laut, diantaranya metode lepas dasar, rakit apung dan metode lepas

dasar atau tali gantung. Penanaman dengan metode lepas dasar, bibit

diikatkan dengan batu-batu karang kemudian batuan karang disebarkan di

dasar perairan. Metode ini cocok dilakukan pada perairan yang memiliki

dasar rata dan tidak ditumbuhi karang dan juga tidak berpasir. Metode ini

mudah dan hanya memerlukan peralatan yang sederhana, namun metode

ini jarang dilakukan karena keberhasilannya belum diyakini dan

mengingat pula persyaratan yang perlu dipenuhi yaitu lahan yang terbuka

serta terdapat potongan-potongan batu karang yang kedudukannya sebagai


5

substrat yang kokoh dan tidak terbawa arus. Selain sulitnya mendapatkan

lahan budidaya seperti itu, kelemahan lain metode ini adalah nantinya

akan ada banyak bibit yang hilang terbawa ombak, tidak dapat dilakukan

di perairan yang berpasir, banyak mendapat gangguan dari bulubabi, dan

memiliki produksi yang rendah. Penanaman yang ke dua dengan metode

rakit apung. Penanaman dengan metode ini, rakit apung yang digunakan

terbuat dari bambu berukuran antara sekitar 2,5x2,5 meter persegi hingga

7x7 meter persegi bergantung pada ketersediaan bambu. Agar rakit apung

tidak terbawa arus maka gunakan jangkar sebagai penahanan atau juga

bisa rakit diikatkan pada patok kayu yang telah ditancapkan di dasar laut.

Metode rakit apung ini cocok dilakukan pada lokasi budidaya yang

memiliki kedalaman sekitar 60 cm. Penanaman yang ke tiga dengan

metode lepas dasar atau tali gantung. Penanaman rumput laut dengan

metode ini, tali ris yang sudah berisi ikatan tanaman direntangkan pada

tali ris utama. Pengikatan tali ris pada tali ris utama dilakukan dengan

benar agar nantinya mudah dibuka kembali. Tali ris utama yang terbuat

dari bahan polyetilen dengan diameter sekitar 8 mm dibentangkan pada

patok. Jarak tiap tali ris dengan tali ris utama sekitar 20 cm. Patok terbuat

dari kayu dengan diameter sekitar 5 cm adan panjang sekitar 2 m. Jarak

patok untuk membentangkan tali ris utama adalah sekitar 2,5 m. Tahap

selanjutnya setelah melakukan penanaman adalah pemeliharaan tanaman

rumput laut. Hal yang harus dilakukan adalah melakukan pengecekan


6

secara berkala dan membersihkan kotoran yang menempel pada tanaman.

Jika budidaya dilakukan di tambak perlu dilakukan pemupukan dengan

menggunakan pupuk urea, TSP, dan ZA serta dilakukan pergantian air

setiap 15 hari, yaitu saat bulan baru dan bulan purnama. Tahap terakhir

adalah pemanenan rumput laut. Pemanenan dapat dilakukan setelah

berumur sekitar 6-8 minggu setelah ditanam atau setelah memiliki berat

800 gram per ikatan. Cara memanen rumput laut pada saat air pasang

adalah dengan cara mengangkat seluruh rumput laut ke darat kemudian

tali rafia pengikat dipotong. Sedangkan pada saat air surut pemanenan

dapat dilakukan secara langsung di lokasi budidaya (Ad, 2017).

b. Syarat budidaya rumput laut

Syarat teknis dan non-teknis sebelum memulai budidaya rumput laut

harus terpenuhi agar pertumbuhan rumput laut bisa optimal. Dengan

memperhatikan hal tersebut, keberhasilan budidaya rumput laut dapat

dicapai (Nugroho dan Endhay, 2015: 48).

Syarat teknis budidaya rumput laut yang pertama adalah substrat dasar

perairan. Hal ini berhubungan dengan kecerahan perairan. Substrat dasar

di lokasi penelitian terdiri dari pasir, pecahan karang, lamun, dan pasir

berlumpur. Tipe substrat yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut

yaitu campuran pasir dan pecahan karang, karena perairan dengan substrat

demikian biasanya dilalui oleh arus yang sesuai bagi pertumbuhan rumput

laut. Syarat teknis ke dua adalah derajat keasaman (pH). Setiap organisme
7

perairan laut membutuhkan kondisi pH tertentu untukkelangsungan

hidupnya, tidak terkecuali rumput laut. Terumbu karang dapat hidup pada

rentang pH 6,8–9,6. Syarat teknis ke tiga adalah salinitas. Kisaran salinitas

yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan pertumbuhan rumput

laut menjadi terganggu. Salinitas yang baik untuk pertumbuhan Eucheuma

berkisar 28–33 ppt. Syarat teknis ke empat adalah kecepatan arus. Hal ini

sangat mempengaruhi kesuburan rumput laut karena melalui pergerakan

air, nutrien yang sangat dibutuhkan dapat tersuplai dan terdistribusi dan

kemudian diserap melalui thallus. Kecepatan arus yang baik bagi rumput

laut tidak melebihi 40 cm/detik. Syarat teknis ke lima adalah kedalaman

perairan yang berkaitan erat dengan penetrasi cahaya. Kedalaman perairan

yang baik untuk budi daya rumput laut Eucheuma yaitu 5–20 m. Syarat

teknis ke enam adalah suhu perairan. Dampak suhu pada rumput laut yaitu

kenaikan yang tinggi akan mengakibatkan thallus menjadi pucat

kekuningan dan tidak sehat (Burdames dan Edwin, 2014). Syarat non-

teknis budidaya rumpu laut adalah pengadaan dan pemilihan bibit yang

muda, bersih, dan segar, metode penanaman yang sesuai, pemeliharaan

yang baik, pemanenan sesuai dengan waktu panen dan alat yang sesuai,

pengelolaan produk hasil panen, dan teknik pangeringan (Solang, 2013).

Jika hal diatas tidak dilakukan sesuai ketentuan yang benar maka mutu

rumput laut akan berkurang.


8

4. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk melakukan budidaya yaitu

penyediaan dan pemilihan bibt rumput laut, penanaman, pemeliharaan

tanaman rumput laut, dan pemanenan rumput laut.

b. Budidaya rumput laut memiliki persyaratan secara teknis dan non-teknis.

Syarat teknisnya adalah substrat dasar perairan, derajat keasaman (pH),

salinitas, kecepatan arus, kedalaman perairan, dan suhu perairan. Syarat

non-teknisnya adalah pengadaan dan pemilihan bibit, metode penanaman,

pemeliharaan, pemanenan, pengelolaan produk hasil panen, dan teknik

pangeringan.

Anda mungkin juga menyukai