Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MAKROALGA

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI SEMAU

OLEH
FRASNSISKUS DEVENSIUS SERAN
NIM 1913010024

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PETERNAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput
laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau atau agar -agar. Salah
satu dari jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp
di wilayah perairan pantai.

Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan
atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas,
cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan
ternak maupun ikan.

Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai
industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp
sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup
penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan
bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki
prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang
pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas,
penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri
maupun meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja.

Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan oleh


petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method)
dan metode lepas dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada
areal perairan antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar
perairan masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif
dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut tersebut
sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut
terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa
memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan
walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih besar apabila dimanfaatkan secara
optimal.
B. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari kegiatan praktikum tentang budidaya rumput laut
diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana teknik budidaya rumput laut dari jenis Eucheuma sp dengan
metode longline.
2. Untuk mengetahui cara mengikat rumput laut
3. Menambah wawasan dan keterampilan tentang budidaya rumput laut.
BAB II

METODOLOGI

A. Tanggal dan Waktu pelaksanaan


Hari/ tanggal : sabtu/ 24 september 2022
Tempat : semau

B. Alat dan Bahan


1. Tali ris
2. Pelampung
3. Patok
4. Bibit rumput laut Eucheuma sp

C. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Membuat dan merakit tempat penanaman rumput laut dengan system
longline, dengan sebuah tali yang diikat dan diberi pelampung berupa botol,
3. Siapkan benih Eucheumaa sp, yang akan ditanam,
4. Ikat benih rumput laut tersebut dengan cara agak longgar agar rumput laut
dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak terhambat.
5. Bibit rumput laut siap di tebar didaerah yang telah disiapkan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
 Lokasi Pemeliharaan : Laut
 Jenis : Eucheuma sp
 Metode Pemeliharaan : Sistem apung (Longline)
 Jenis pelampung : Botol air Mineral (0,5 – 1 liter)
 Bibit : Rumput laut jenis Eucheuma sp

B. Pembahsan
Pada rumput laut dikenal pola perkembangbiakan dengan pertukaran generasi
antara vegetatif dan generatif. Rumput laut dapat berkembang biak secara generatif atau
secara kawin. Pada peristiwa perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid (2n)
menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini kemudian menjadi 2 jenis rumput laut
yaitu jantan dan betina yang masing-masing bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai
alat gerak. Selanjutnya rumput laut jantan dan akan menghasilkan sperma dan rumput
laut betina akan menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat
atau menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zigot yang akan tumbut
menjadi tanaman rumput laut (Meiyana, et al., 2001). Sedangkan untuk Proses
perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan. Setiap bagian
rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut yang mempunyai sifat
seperti induknya. Perkembangbiakannya bisa dilakukan dengan cara stek dari cabang-
cabang rumput laut.
Syarat potongan rumput laut yang dikembangkan merupakan thallus yang muda,
masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan yang banyak, tidak tercampur
lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari penyakit (Meiyana, et al., 2001).
Penggunaan bibit vegetatif tersebut sampai saat ini masih dianggap yang paling mudah
dan menguntungkan dari segi efisiensi waktu, tenaga dan biaya dibandingkan dengan
cara-cara generatif yang masih belum diterapkan secara masal karena pertimbangan
teknis dan ekonomis yang dianggap belum menguntungkan.
Ada beberapa cara bagaimana teknik penanaman rumput laut yang telah
dilakukan, , salah satunya dengan system longline. Teknik penanaman system longline
sudah lama dilakukan, karena cukup efektif untuk dilakukan. Salah satu dari keuntungan
dengan system longline ini adalah efisien dalam segi biaya operasional, karena hanya
cukup menggunkan tali dan pelampung berupa botol mineral yang bekas.
Bibit Eucheum sp ditanam pada tali longline dengan cara diikat dengan tali.
Pengikatannya sedikit longgar dan tidak terlalu kencang, agar memudahkan rumput laut
dalam pertumbuhannya dan perkembangannya. Jika terlau kencang dalam pengikatan
rumput lautnya, maka petumbuhannya akan terhambat. Dengan demikian, akan lama
untuk dapat berkembang.
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana
budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris
utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan
dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air
yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat
menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa
tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan
enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.
Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi,
ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya.
Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga
perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga
pertumbuhan akan terhambat.
Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur ±42 setelah tanam. Cara
memanen rumput laut pada air pasang adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke
darat kemudian tali pengikat dipotong/di lepas. Sedangkan pada saat air surut dapat
dilakukan langsung di areal tanaman. Bibit yang telah dipanen dibawah ke darat dengan
menggunakan rakit kemudian bibit yang telah dipanen siap digunakan untuk bibit
pembesaran rumput laut.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kegitan fieldtrip dapat disimpulkan bahwa stek dengan metode longline
adalah salah satu cara yang paling efektif dan paling mudah dilakukan, selain
pelaksanaanya dilakukan secara sederhana juga tidak memakan biaya yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Diachanty, Seftylia, and Abdullah A. Nurjanah. "Aktivitas antioksidan berbagai jenis rumput laut
cokelat dari perairan Kepulauan Seribu." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia 20.2 (2017): 305-318.
Priono, Bambang. "Budidaya rumput laut dalam upaya peningkatan Industrialisasi
perikanan." Media Akuakultur 8.1 (2016): 1-8.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai