Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN REKAYASA AKUAKULTUR

DISUSUN OLEH
TRI AGUSTIANI 442020029

DOSEN PENGAMPU:
M.INDRA WAHYU PRATAMA S.PI.,MP

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rekayasa akuakultur adalah cabang ilmu yang mempelajari kegiatan
budidaya spesies air bernilai ekonomis penting dan sistem produksi yang
digunakan. Aspek rekayasa teknik budidaya bertujuan untuk menerapkan
teori matematis dan konsep rekayasa untuk pengembangan sistem produksi
yang efektif dengan penekanan pada penggunaan simulasi untuk kontrol
kualitas air dan kegiatan produksi.Kondisi lingkungan, pakan dan pemupukan
merupakan komponen penting dari produksi.Sistem rekayasa pada umumnya
menggunakan operasi pengolahan air untuk menjamin kualitas lingkungan
yang baik bagi kultivan. Sistem resirkulasi air juga merupakan aspek penting
dari usaha ini, dengan penekanan pada kualitas air, kadar oksigen, dan jumlah
pakan. (Anonim, 2011)
Kegiatan budidaya terus tumbuh dengan cepat seiring perkembangan
konsep rekayasa akuakultur. Rekayasa akuakultur membutuhkan pengetahuan
tentang aspek umum sepert isumber dan treatment air, pengetahuan mengenai
unit produksi, sistem pemberian pakan, kebutuhan nutrisi kultivan,
instrumentasi, monitoring, transportasi ikan dan penanganan limbah.
(Anonim, 2011) .Kepiting bakau merupakan salah satu jenis komoditas
perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau sangat
disenangi oleh masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan
nutrisi sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak diminati
baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri (Anonim, 2011). Hal
tersebutlah yang melatarbelakangi sehingga praktek lapang rekayasa
akuakultur dilaksanakan, karena mengingat potensi dan nilai ekonomis yang
dimiliki oleh kepiting lunak cukup menjanjikan.
1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktek akuaponik untuk mengetahui proses proses


budidaya akuaponik (soft shell)
Kegunaan praktek lapang rekayasa akuakultur adalah sebagai bahan
informasi bagi mahasiswa dalam melakukan akuaponik dengan memanfaatkan
lahan sempit di fakultas pertanian .

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budidaya Sistem tertutup dan terbuka
2.1.1 Budidaya sistem terbuka
Sistem yang paling tua dan masih banyak dipakai samapai saat ini,
biasanya di tempatkan di alam terbuka seperti teluk, danau, sungai, laut dan
saluran irigasi. (ex: karamba, rakit apung dan bagan tancap). Kelebihan : rendah
biaya investasi, pemeliharaan dan manajemen Kekurangan : adanya predator dan
pencurian, laju pertumbuhan bervariasi dan panen tidak seragam .
Berikut macam-macam wadah budidaya perikanan pada sistem terbuka.

1. Karamba Jaring Apung


Karamba Jaring Apung atau biasa dikenal dengan sebutan KJA merupakan
salah satu wadah budidaya yang rangka nya berasal dari kayu atau bambu, jaring,
serta pelampung. Jaring ini digunakan untuk mengapung yang kemudian jaring
dipasangkan diatas kerangka kayu atau bambu, dibantu juga dengan bantuan
pelampung. KJA ini biasa ditempatkan pada danau dan waduk. Menurut
Rochdianto (2005) KJA terdapat di perairan yang kedalamannya lebih dari 2
meter. Komoditas ikan yang sering dibudidayakan adalah ikan mas, ikan tawes,
serta ikan kerapu untuk perairan tawar. Pada metode KJA ini modal yang
dibutuhkan cukup banyak. Ikan dapat dipanen dan disortir dengan mudah dengan
menggunakan metode ini.

2. Karamba Tancap
Karamba tancap ini tidak jauh berbeda dengan karamba jaring apung.
Perbedannya dengan KJA yaitu pada karamba tancap ini jaring nya tidak
mengapung, melainkan menancap dalam perairan. Jadi, karamba tancap adalah
wadah budidaya yang memanfaatkan jaring berbentuk persegi yang dipasang pada
kerangka bambu atau kayu, kemudian ditancapkan ke dasar perairan. Biasanya
karamba tancap dilakukan di kedalaman yang tidak terlalu dalam sekitar 3-7
meter. Wadah budidaya jaring tancap ini biasanya terletak di waduk, danau,
sungai yang tenang. Kisaran pasang surut air laut ini harus diperhatikan karena
akan berpengaruh pada penempatan karamba tancap.

3. Rakit Apung
Rakit apung adalah wadah budidaya yang menggunakan kerangka bambu
tanpa jaring. Secara umum, organisme yang akan di budidaya ditempatkan pada
wadah, kemudian tali ris diikat di wadah tersebut, kemudian digantungkan pada
rakit. Variasi ukuran rakit apung ini sekitar 3 x 3 meter. Bahan-bahan yang
digunakan seperti kerangka, pelampung, tali ris, dan jangkar. Tali ris merupakan
tali yang terbuat dari polyethylene.

4. Long line
metode long line yaitu salah satu metode budidaya yang tidak
menggunakan jaring tetapi menggunakan tali panjang yang direntangkan. Long
line ini dapat berfungsi sebagai tempat komoditas secara langsung maupun tidak
langsung secara baik. Wadah budidaya ini paling digemari oleh masyarakat,
karena alat dan bahan yang diperlukan cukup murah dan teknologi yang
digunakan tidak rumit.  Tali yang digunakan biasa berukuran 50-100 m.
Kemudian diberi pelampung seperti drum plastic setiap 25 meter. 
Wadah budidaya long line ini biasa diterapkan di teluk. Tali yang digunakan pada
metode long line hampir sama dengan tali yang digunakan pada sistem rakit
apung yaitu menggunakan tali ris. Komoditas yang di budidaya metode ini adalah
kerang darah, kerang hijau, dan rumput laut. Pada metode ini rumput laut
diletakkan pada dasar perairan. Wadah budidaya menggunakan long line ini cukup
sederhana dan biaya perawatan yang sangat sederhana juga.

2.1.2 Budidaya Sistem Semi terbuka


Sistem yang sangat popular, karena sumberdaya air untuk budidaya
diambil (dipompa) dari danau, teluk, sumur atau sumber lain di alam . Kelebihan :
bisa mengontrol pertumbuhan biota, produksi per unit area lebih tinggi,
pertumbuhan biota seragam, dapat mengontrol kualitas air, penyakit dan predator.
Kekurangan : investasi lebih mahal, pengawasan lebih komplek dan mudah
terserang penyakit dan stres .
2.1.3 Budidaya Sistem tertutup
Sistem budidaya hampir tidak/sedikit melakukan pergantian air (air
treatment). Kelebihan : memudahkan pembudidaya mengontrol kualitas air,
pemberian pakan dan pencegahan penyakit. Kekurangan : biaya investasi sangat
mahal, memerlukan fasilitas penangan kualitas air, biaya listrik dan sistem
perpompaan sangat tinggi serta memerlukan tenaga kerja berpengalaman. •
Tujuan utama unit produksi tertutup : menciptakan volume yang terbatas dimana
ikan dan organisme akuatik lainnya dapat dibudidayakan dengan kualitas air yang
baik • Dapat digunakan untuk budidaya ikan stadia larva sampai pembesaran •
Dapat digunakan bagi spesies ait tawar maupun laut .

Persyaratan agar unit produksi berfungsi secara optimal :


1. Suplai air dan oksigen harus terdistribusi pada keseluruhan unit
2. Ikan terdistribusi pada keseluruhan volume unit produksi
3. Ikan harus bisa dipindahkan secara efektif di dalam maupun di luar unit
4. Unit harus memenuhi minimal pembersihan secara manual
5. Permukaan bagian dalam harus halus dan memerlukan sedikit pemeliharaan
dan pembersihan
6. Unit harus mudah untuk dioperasikan, yaitu harus mudah dibersihkan,
membuang ikan yang mati dan melakukan tugas-tugas pemeliharaan ikan yang
lainnya .
7. biaya investasi yang rendah per satuan volume budidaya yang efektif.

2.2 Panen dan transportasi


Panen ikan merupakan pekerjaan akhir dari budidaya ikan dan dilanjutkan
dengankegiatan pascapanen. Kegiatan pemanenan ikan harus direncanakan
meliputi waktupanen, peralatan, tenaga kerja, penampungan, dan pemasaran hasil
panen. Penentuan waktu panen dengan memperhitungkan atau memprediksi
permintaan pasar, ukuran ikan,cuaca, jumlah ikan dan sebagainya.
Panen ikan :
1.Proses Panen
2. Sortir
Faktor utama pengangkutan ketersidaan oksigen dalam pengangkutan ikan hidup :
1.Spesies ikan : kebutuhan oksigen ikan bervariasi sesuai spesiesnya.
2. Umur dan ukuran ikan : ikan yang lebih kecil memiliki kebutuhan oksigen lebih
tinggi dibandingkan dengan ikan yang lebih besar.
3. Ketahanan relatif ikan : ikan yang diberi pakan alami lebih tahan dibandingkan
dengan ikan yang diberi pakan buatan, serta ikan yang dalam kondisi yang siap
memijah memiliki daya tahan yang rendah dalam pengangkutan.
4. Suhu air : pada suhu rendah mengakibatkan kadar oksigen di dalam air lebih
tinggi, karena kebutuhan oksigen akan menurun
5. Lama waktu angkut : semakin pendek waktu angkut makin tinggi
kepadatannya. 6. Cara angkut dan lama istirahat : semakin cepat pengangkutan
dan makin baik prasarana serta waktu istirahat yang pendek, kemungkinan
keberhasilan pengangkutan semakin besar.
7. Sifat alami alat pengangkut : pengangkutan dengan wadah kayu menyebabkan
peningkatan suhu air lebih lamban dibandingkan dengan wadah logam, tetapi
wadah kayu dapat mengisolasi panas dalam wadah.
8. Kondisi klimatologik : hal ini berpengaruh terhadap suhu air di dalam wadah
maupun kandungan oksigen terlarutnya .

1. Sistem pengangkutan / transportasi ikan hidup


1. Alat Pengangkutan
2. Pengemasan/Packing
3. Ikan
4. Media (air)
5. Administrasi

2.Pengangkutan / packing
Alat pengemasan/packing ikan hidup dapat menggunakan ember, drum,
fiberglass, bak, kantong plastik dan sebagainya. ➢ Alat pengemasan/packing ikan
hidup (terbuka) : ember, drum, fiberglass dan bak umumnya. ➢ Alat
pengemasan/packing ikan hidup (tertutup) : kantong plastic.

3. Penanganan ikan hidup

A. Waktu Pemanenan :
Didasarkan pada pertimbangan yang menguntungkan dalam usaha
budidaya ikan : - Jadwal pemeliharaan - Permintaan pasar - Dilakukan
pada saat suhu rendah (pagi /sore) serta tidak dalam kondisi hujan .
B. Metode dan cara pemanenan
Metode : - Panen total (permintaan pasar) - Panen parsial (sebagian),
karena beberapa alasan .
Metode Pemanenan
A. Panen Total :
- Pasang jaring pada pintu panen
- Buka saluran pembuangan air
- Giring ikan menuju ke tempat penangkapan
- Lakukan penangkapan secara hati-hati dengan scoope net
- Masukkan ikan ke tempat penampungan sementara

B. Panen Sebagian:
- Surutkan air sampai setinggi jaring
- Jaring dibentangkan selanjutnya ditarik untuk memperkecil ruang gerak ikan
- Lakukan penangkapan ikan secara hati-hati dengan scoope net
- Masukkan ikan ke tempat penampungan sementara

Kualitas air pengangkutan ikan


Air merupakan media pengangkutan /transportasi ikan hidup. Air yang
digunakan harus memiliki kualitas air yang baik bagi ikan. Parameter kualitas air
yang penting diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah oksigen terlarut,
karbondioksida, amoniak, pH, dan suhu.

Administrasi
Administrasi merupakan hal yang penting dalam pengangkutan ikan
khususnya pengangkutan ikan menempuh jarak jauh. Administrasi kendaraan
seperti SIM pengemudi, STNK mobil. Administrasi lainnya adalah surat jalan,
bon /kuitansi penjualan, surat bebas penyakit, alamat pengiriman dan surat dari
karantina. Keterpaduan antara alat pengangkutan, pengemasan/packing, ikan dan
media (air) hidup ikan dan administrasi merupakan satu sistem untuk
mensukseskan pengangkutan ikan hidup.

Pemberokan benih ikan


Benih yang akan dikemas harus melalui pemberokan terlebih dahulu,
yaitu: a) Benih disimpan dalam wadah seperti bak atau hapa di dalam bak yang
luasnya disesuaikan dengan kepadatan, dengan aliran air yang mencukupi dan
atau diaerasi b) Selama pemberokan, benih tidak diberikan pakan atau dipuasakan
selama 20 jam - 24 jam. Jika terdapat ikan yang sakit dan mati, segera dibuang .
Lama Waktu 4-6 Jam : penampungan ikan memiliki yang deras Lama Waktu 1-2
Hari : jika pengangkutan ikan dengan jarak cukup jauh Lama Waktu 2-3 Hari :
jika pengangkutan ikan untuk dipelihara kembali atau dikonsumsi langsung .

Penampungan ikan
a. Kantong jaring Kantong jaring yang dipasang di kolam atau saluran air
dapat digunakan untuk penampungan selama penangkapan ikan dilakukan.
Ukuran Mata Jaring : ➢ Benih Larva : 0,01 – 0,05 cm ➢ Benih Ukuran 3
– 5 : 0,4 – 0,5 cm ➢ Ikan Besar (>10 cm)
b. Keramba jaring Keramba jaring dibuat dengan kerangka besi atau kayu
dan kisi-kisinya dilapisi jaring. Ukuran Mata Jaring : ➢ Benih Ukuran 3 –
5 : 0,4 – 0,5 cm ➢ Ikan Besar (>10 cm) : 0,75 inci / 2 cm Ikan-ikan lunak
seperti karper dan lele dapat ditampung dalam keramba kecil karena tahan
terhadap kandungan oksigen relatif rendah dan kepadatan tinggi. : 0,75
inci / 2 cm .
c. Bak/Kolam permanen Bak/kolam permanen berukuran panjang 2-6 m,
lebar 1-2 m dan tinggi 1 m sangat tepat untuk penampungan ikan dalam
jangka waktu relatif lama.

Kepadatan pengangkutan ikan


Kepadatan ikan yang akan diangkut bergantung pada volume air, berat ikan,
spesies, ukuran ikan, lama pengangkutan, suplai oksigen dan suhu (Jhingran dan
Pullin, 1985). Frose (1985) merumuskan jumlah ikan yang diangkut per volume
air dalam kantong plastik dan lama pengangkutan tidak lebih dari 48 jam untuk
ikan air tawar adalah sebagai berikut : Fq = 38 x W 0,5 Keterangan : Fq = jumlah
ikan per volume (g/liter) W = bobot rata-rata ikan per ekor (g).
Pengangkutan ikan hidup

a) Kantong plastik diatur dan disusun sedemikian rupa secara horisontal di


dalam alat angkut. b) Setiap susunannya menggunakan alas papan sebagai
penyangga. c) Bagian atasnya diberi penutup dari terpal atau jaring Sistem
Pengangkutan Ikan Segar ❑ Pengangkutan ikan segar merupakan upaya
memindahkan ikan dari suatu tempat ke tempat lainnya tanpa mengurangi
kualitas/mutu hingga sampai ke konsumen. ❑ Ikan segar adalah ikan yang
masih mempunyai sifat yang sama seperti ikan hidup baik berupa bau dan
tekstur. ❑ Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar, sehingga disukai
oleh konsumen. ❑ Penanganan dan sanitasi yang baik sangat diperlukan
untuk tetap menjaga kesegaran ikan, makin lama berada di udara terbuka
maka makin menurun kesegarannya. Kesegaran dan Mutu Ikan Kesegaran
ikan merupakan tolak ukur ikan itu baik atau jelek. Mutu ikan Terdiri
dari : a. Prima (kesegaran ikan masih baik sekali). b. Advanced (kesegaran
ikan masih baik). c. Sedang (kesegaran ikan sudah mulai mundur). d.
Mutu Rendah/Jelek (ikan sudah tidak segar lagi/busuk). Ikan dikatakan
segar apabila perubahan-perubahan biokimiawi, mikrobiologik, dan
fisikawi belum menyebabkan kerusakan berat pada ikan
Penentuan Kesegaran Ikan (Fisika)
a. Kenampakan Luar • Cerah, tidak suram (segar) karena perubahan
biokimiawi belum terjadi, metabolisme dalam tubuh ikan masih
normal. • Makin lama warnanya semakin suram, berlendir sebagai
akibat berlangsungnya proses biokimiawi dan berkembangnya
mikrobia. b. Kelenturan Daging Ikan • Ikan segar dagingnya cukup
lentur, apabila dibengkokkan akan Kembali kebentuk semula.
Kelenturan ini disebabkan belum terputusnya benangbenang daging. •
Pada ikan yang telah busuk, sudah banyak benang-benang daging
yang sudah putus dan dinding-dinding selnya banyak yang rusak. c.
Keadaan Mata ➢ Ikan Segar, biasanya menonjol ke luar, cerah. ➢
Ikan Busuk, cekung, masuk ke dalam rongga mata. d. Keadaan
Daging ➢ Ikan segar, dagingnya kenyal, jika ditekan dengan jari
telunjuk/ibu jari, maka bekasnya akan segera kembali. ➢ Daging ikan
masih banyak cairan, sehingga daging masih kelihatan basah,
permukaan tubuh belum terdapat lendir. ➢ Setelah beberapa jam
daging ikan menjadi kaku. ➢ Kerusakan terjadi pada benang-benang
daging, timbul tetes-tetes air akhirnya daging kehilangan tekstur
kenyalnya. e. Keadaan Insang dan Sisik ▪ Ikan segar, insangnya
berwarna merah cerah, sisik melekat. ▪ Ikan tidak segar, insangnya
menjadi coklat gelap, dan sisiknya mudahlepas dari tubuhnya. ▪
Insang merupakan pusat darah mengambil O2 dari dalam air. ▪
Kematian ikan dapat menyebabkan peranan darah (hemoglobin)
berhenti, darah teroksidasi sehingga warnanya berubah menjadi merah
gelap. f. Keadaan Ruas Badan/Ruas Kaki ▪ Parameter ini biasanya
digunakan pada hasil perikanan yang beruasruas,misalnya udang,
lobster, kepiting, rajungan, dan lain-lain. ▪ Keadaan segar, ruas
badan/kaki masih kuat, tidak mudah putus .

Pengangkutan ikan secara kering


Pengangkutan ikan hidup dapat juga dilakukan dengan cara kering.
Pengangkutan ikan cara kering dimana media pengemasan ikan memiliki suhu
rendah. Pada saat suhu rendah, aktivitas biologis konsumsi ikan atas energi dan
oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula
aktivitas dan konsumsi oksigennya. Pengangkutan ikan secara kering diawali
dengan /pemuasaan ikan sehingga usus ikan bebas dari pakan .

2.3 Sistem pakan


Nutrisi adalah ilmu tentang interaksi antara nutrient dengang organisme
hidup. Meliputi komposisi pakan, ingestion (proses pencernaan), kemampuan
mencerna, pelepasan energy, pertumbuhan, reproduksi, dan eliminasi dari kotoran.
Manajemen pakan adalah salah satu cara untuk menunjang keberhasilan
usaha budidaya ikan. Pakan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya
dikarenakan 60 persen  modal usaha digunakan untuk membeli pakan. Pakan yang
baik pada ikan dalam sistem produksi  adalah hal yang penting untuk
memproduksi ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Budidaya ikan berbasis pelet
(budidaya intensif) merupakan kegiatan usaha yang efisien secara mikro tetapi
inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap
lingkungan. Pemilihan pakan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas
budidaya perikanan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan usaha. Ikan
membutuhkan zat gizi yang baik, terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral serta energi untuk aktivitas. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan
tergantung jenis, ukuran, lingkungan hidup ikan dan stadia reproduksi. Pakan
berfungsi sebagai sumber energi yang digunakan untuk mempertahankan hidup,
pertumbuhan dan untuk proses reproduksi. Pakan istilah lain dari makanan yang
dikonsumsi oleh hewan ternak yang terdiri dari dua jenis yaitu pakan alami dan
buatan. Pakan alami adalah pakan yang di konsumsi oleh organisme baik berupa
tumbuhan atau hewan air yang disediakan secara alami dari alam yang
ketersediaanya dapat dibudidayakan oleh manusia (diperlukan pembudidayaan
terlebih dahulu). Pakan alami biasa disebut dengan fitoplankton dan zooplankton.
Berbeda dengan pakan alami, pakan buatan diartikan sebagai pakan yang dibuat
oleh manusia, dengan menggunakan bahan baku yanng mempunyai kandungan
gizi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan buatan secara umum
disebut juga dengan istilah pellet. Pemilihan bahan baku pakan buatan harus
memenuhi syarat sebagai berikut : Mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah
dicerna oleh ikan, harganya relatif lebih murah, bahan baku mudah diperoleh,
tidak mengandung racun atau zat anti nutrisi, bukan bahan pokok manusia
sehingga tidak merupakan saingan bagi kebutuhan manusia itu sendiri .  Di antara
kedua jenis pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangan. Disinilah peranan
dari manajemen pakan yang dalam hal ini adalah pelaku pembudidaya untuk
menentukan kapan penggunaan pakan alami atau buatan.
Kelebihan yang dimiliki oleh pakan alami dibandingkan dengan buatan,
antara lain adalah: (a) Harga pakan alami relative lebih murah jika dibandingkan
pakan buatan; (b) Pakan alami umumnya mudah dicerna, nilai gizi pakan alami
lebih lengkap,  sesuai dengan tubuh ikan, dan tidak menyebabkan penurunan
kualitas air pada wadah budidaya ikan; dan (c) Tingkat pencemaran terhadap air
kultur akan lebih rendah daripada menggunakan pakan buatan.
Sedangkan kelebihan yang dimiliki oleh pakan buatan dibandingkan
dengan pakan alami, antara lain adalah: (a) Kelebihan pakan buatan adalah
mengurangi kemungkinan penularan penyakit (dibandingkan dengan
makanan alami). Pakan alami adalah organisme hidup yang tentunya dapat
terserang oleh penyakit pada media hidupnya. Penyakit yang menyerang pakan
alami dapat berpindah pada ikan yang kita budidayakan, setelah pakan alami
dimakan oleh ikan; (b) Pengelolaan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pakan
buatan jauh lebih mudah  dibandingkan pakan alami. Pakan buatan tidak
memerlukan pemeliharaan, pakan buatan yang diproduksi oleh pabrik dapat dibeli
ketika diperlukan sehingga pekerjaan pembudidayaan lebih ringan, waktu yang
diperlukan lebih sedikit dan hemat tenaga kerja.
Beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan pakan ikan
yang tepat, antara lain berupa:
1.    Kualitas pakan yang tepat sesuai dengan komoditas yang
dibudidayakan, dilihat dari:
 si pakan ikan yang dipilih harus mencukupi kebutuhan gizi ikan yang
dibudidayakan, dilihat dari kandungan nutrisi bahan baku yang
mengandung: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan
mineral. Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan
kebutuhan ikan.
 Bahan baku untuk formulasi pakan sesuai dengan pakan dan panjangnya
usus ikan yang dibudidayakan. Pemilihan jenis pakan yang sesuai akan
meningkatkan ratio konversi makanan ikan menjadi daging ikan.
 Tidak mengandung antibiotik dan zat racun.
 Memperhatikan batas kadaluarsa pakan.
2.    Bentuk dan karakteristik pakan sesuai kebutuhan, dilihat dari:
 Ukuran pakan dipilih sesuai dengan umur dan bukaan mulut ikan.
 Memiliki  aroma yang disukai ikan yang dibudidayakan.
 Kestabilan pakan dan ketahanan pakan dalam air sesuai dengan kebiasaan
makan ikan.
3.    Secara ekonomis menguntungkan, dilihat dari:
 Mudah diperoleh (kuntinuitas dan kemudahan transportasi).
 Harganya relatif murah jika dibandingkan harga ikan yang dibudidayakan,
dengan ratio harga pakan maksimal 70% dari harga ikan.
Beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan perhitungan konversi dan
efisiensi pakan adalah:
1.    Sebagai upaya dalam meningkatkan produktifitas budidaya ikan:
 dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pakan yang kita berikan
terhadap pertumbuhan ikan yang kita pelihara.
 dapat mengetahui besaran daya dukung perairan terkait buangan sisa
pakan dan kotoran ikan.
 dapat membantu dalam penentuan pemilihan jenis pakan yang baik untuk
menghasilkan ikan yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.
2.    Sebagai upaya dalam meningkatkan keuntungan usaha:
 dapat menghitung biaya yang dikeluarkan dalam pembelian pakan selama
proses pemeliharaan ikan, karena pakan merupakan faktor penting karena
mewakili 40-75% dari biaya produksi dalam budidaya ikan.
 dapat menghindari pemborosan dalam penggunaan pakan.
 dapat mengoptimalkan penggunaan biaya produksi dengan menggunakan
pakan yang baik dan jumlah pakan sesuai kebutuhan ikan.
Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya
ikan, antara lain karena:
1.    Ketersediaan pakan yang memadai secara kualitas dan kuantitas akan
berpengaruh terhadap keberhasilan pada ikan dalam sistem produksi, berupa: ikan
yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.
2.    Pakan merupakan faktor penting karena mewakili 40-75% dari biaya
produksi dalam budidaya ikan.
3.    Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu
keberhasilan budidaya ikan secara intensif seperti dalam sistem KJA. Salah satu
cara untuk menekan biaya pakan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan
adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis,
jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kebiasaan ikan.
Pengelolaan  pakan merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan
air tawar, karena ketersediaan pakan yang memadai secara kualitas dan kuantitas
akan berpengaruh terhadap keberhasilan pada budidaya ikan, berupa: ikan yang
sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi. 
Karbohidrat merupakan senyawa organik tersusun dari atom karbon (C), hidrogen
(H) dan Oksigen (O) dalam suatu perbandingan tertentu. ➢ Karbohidrat
berdasarkan analisa proksimat terdiri dari serat kasar dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen. ➢ Karbohidrat biasanya terdapat pada tumbuhan termasuk pada gula
sederhana, kanji, selulosa, karet dan jaringan yang berhubungan dan mengandung
unsur C,H,O dengan rasio antara hidrogen dan oksigen 2:1 yang hampir serupa
dengan H2O dan kemudian dinamakan ”karbohidrat”. ➢ Formula umum
karbohidrat adalah Cn (H2O).
KARBOHIDRAT
Kebutuhan karbohidrat pakan bagi pertumbuhan ikan budidaya bervariasi
menurut spesies, sumber karbohidrat dan kondisi lingkungannya Secara umum
kandungan karbohidrat pakan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan
karnivora berkisar antara 10 – 20%, ikan omnivora 30 – 40% dalam pakannya.
Karbohidrat pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida, disakarida dan
monosakarida. Karbohidrat tersebut berasal dari tumbuhan (zat tepung, serat,
sellulosa dan fruktosa) dan dari hewan (mangsa) berbentuk glikogen. Lanjutan...
➢Lipid adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air tetapi dapat
diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter dan benzena.
➢Senyawa organik ini terdapat di dalam sel dan berfungsi sebagai sumber energi
metabolisme dan sebagai sumber asam lemak esensial yang mempunyai fungsi
specifik dalam tubuh seperti untuk struktur sel dan pemeliharaan integritas
membran-membran yang hidup. ➢Fungsi lain dari lipid adalah sebagai komponen
utama struktur sel, penyimpan bahan bakar metabolik, untuk mengangkut bahan
bakar, sebagai pelindung dinding sel dan juga sebagai komponen pelindung kulit
vertebrata. ➢Lipid terdiri dari lemak, minyak, malam dan senyawa senyawa lain
yang ada hubungannya
LIPID
Komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan ikan yang
mengandung lemak, walaupun penambahan lemak pada pakan sebaiknya tidak
lebih 18%. ➢ Tetapi dalam lemak pakan harus diperhatikan apakah terdapat
komposisi asam lemak essensialnya. ➢ Sumber lemak bagi ikan dapat berasal
dari berbagai bahan pakan yaitu minyak hewani atau minyak nabati, keduanya
telah ditemukan dan bisa digunakan dalam makanan ikan .
KEBUTUHAN LIPID PADA IKAN
➢ Jumlah vitamin yang dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit dibandingkan dengan
zat nutrisi lainnya tetapi kekurangan vitamin dalam komposisi pakan dapat
menyebabkan gejala tidak normal pada ikan sehingga akan mengganggu proes
pertumbuhannya. ➢ Kebutuhan ikan akan vitamin sangat ditentukan oleh faktor
dalam maupun faktor luar : 1. jenis dan ukuran ikan, 2. laju pertumbuhan, 3.
komposisi pakan, 4. kondisi fisiologis ikan serta lingkungan perairan dimana ikan
itu hidup.
VITAMIN
Vitamin dapat dikelompokkan menjadi dua golongan menurut Tacon
(1991) : 1. Vitamin larut dalam lemak terdiri dari vitamin A (retinol), vitamin D
(kolekalsiferol / ergokalsiferol), vitamin E (alfa tokoferol) dan vitamin K
(menadion), 2. Vitamin larut dalam air terdiri dari vitamin B1 (Tiamin), vitamin
B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), vitamin B5 (asam pantotenat), vitamin B6
(piridoksin), vitamin B12 (kobalamin), biotin, asam folat, inocitol, kolin dan
vitamin C (asam askorbat). Lanjutan... • Gejala Ikan Kekurang Vitamin 1.Nafsu
makan turun 2.Kecepatan pertumbuhan berkurang 3.Warna abnormal 4.Mudah
terserang bakteri 5.Pertumbuhan sirip kurang sempurna 6.Pembentukan lender
terganggu .
Mineral
mempunyai fungsi yang sangat utama dalam tubuh ikan : 1) Merupakan
bagian terbesar dari pembentukan struktur kerangka, tulang, gigi dan sisik. 2)
Mineral tertentu dalam bentuk ion di dalam cairan tubuh dapat berperan untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa serta regulasi pH dari darah dan cairan
tubuh lainnya. 3) Adanya keterlibatan mineral dalam kerja sistem syaraf dan
konstraksi otot 4) Merupakan komponen penting dalam hormon, vitamin, enzim
dan pigmen pernafasan atau sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis dan
enzim aktivator. 5) Berperan dalam pemeliharaan tekanan osmotik dan juga
mengatur pertukaran air dan larutan dalam tubuh ikan. MINERAL Tipe Bentuk
Pakan Bermineral .

Sistem Budidaya Bioflok

Teknologi bioflokulasi merupakan salah satu teknologi yang saat ini sedang
dikembangkan dalam akuakultur yang bertujuan untuk memperbaiki kualilas air
dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrisi.  Tingginya limbah organik dari
sisa pakan buatan (pelet) dan feses hasil pemeliharaan ikan lele secara intensif
akan menyebabkan penumpukan dan peng- endapan di dasar media air
pemeliharaan, sehingga diperlukan proses dekomposisi. Jika tidak terdekom-
posisi media pemeliharaanakanteruraisecara anaerob  oleh  bakteri  anaerob 
kemudian  membentuk gas-gas toksik seperti asam sulfida, nitrit, dan amonia dan
berdampak negatif bagi metabolisme organisme budi daya hingga kematian.
Untuk mengurangi limbah organik dan limbah yang akan terbuang ke perairan
umum, diperlukan pengelolaan kualitas air agar media pemeliharaan tetap dalam
kondisi baik. Salah satu upayanya adalah pendekatan biologis dengan me-
manfaatkan aktivitas bakteri untuk mempercepat proses dekomposisi limbah
organik.
            Seiring dengan perkembangan teknologi melalui pendekatan biologis,
telah diterapkan teknologi bioflok untuk menjaga kualitas perairan budi daya.
Teknologi bioflok merupakan teknologi penggunaan bakteri baik heterotrof
maupun autotrof yang dapat mengonversi limbah organik secara intensif menjadi
kumpulan mikroorganisme yang berbentuk flok, kemudian dapat dimanfaatkan
oleh ikan sebagai sumber makanan Di dalam flok terdapat beberapa organisme
pembentuk seperti bakteri, plankton, jamur, alga, dan partikel- partikel tersuspensi
yang memengaruhi struktur dan kandungan nutrisi bioflok, namun komunitas
bakteri merupakan mikroorganisme paling dominan dalam pembentukan flok
dalam bioflok.  Pembentukan bioflok oleh bakteri terutama bakteri heterotrof
secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan nutrien, menghindari
stress lingkungan dan predasi
Prinsip dasar bioflok yaitu mengubah senyawa organik dan anorganik yang
mengandung senyawa karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan
sedikit fosfor (P) menjadi masa sludge berupa bioflok dengan memanfaatkan
bakteri pembentuk flok yang mensintesis biopolimer sebagai bioflok. Teknologi
bioflok dalam budidaya perairan yaitu memanfaatkan nitrogen anorganik dalam
kolambudidayamenjadinitrogen  organik  yang  tidak  bersifat  toksik.  Sistem 
bioflok  dalam  budidaya perairan menekankan pada pertumbuhan bakteri pada
kolam untuk menggantikan komunitas autotrofik yang di dominasi oleh
fitoplankton.
Bioflok mengandung protein bakteri dan polyhydroxybutyrate yang dapat
meningkatkan partumbuhan ikan. Pada umumnya, bakteri memiliki ukuran kurang
dari 5 mikron. Ukuran bakteri yang sangat kecil ini tidak dapat dimanfaatkan oleh
ikan. Namun bakteri dalam bentuk bioflok dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan
karena ukurannya mampu mencapai 0,5 mm hingga 2 mm.
 
Faktor – Faktor Pembentuk Bioflok
1. Bakteri Pembentuk Bioflok
Dalam sistem bioflok, bakteri berperan dominan sebagai organisme heterotrof
yang menghasilkan polyhydroxy alkanoat yang berguna dalam pembentuk ikatan
bioflok. Pertumbuhan bakteri heterotrof dipengaruhi oleh adanya kandungan
karbon organik yang terlarut dalam air. Unsur karbon organic akan mengikat
nitrogen anorganik yang dapat digunakan untuk pertumbuhan sel bakteri
heterotrof.  Immobilisasi ammonia oleh bakteri heterotrof 40 kali lebih cepat
daripada dengan bakteri nitrifikasi. Pada proses heterotrofik bakteri heterotrof
mengubah ammonia langsung menjadi biomassa bakteri
Bakteri yang mampu membentuk bioflok antara lain Zooglea ramigera,
Escherichia   intermedia,   Paracolobacterium   aerogenoids,   Bacillus  
subtilis, Bacillus cereus, Flavobacterium, Pseudomonas
alcaligenes, Sphaerotillus natans, Tetrad dan Tricoda. Ciri khas bakteri
pembentuk bioflok yaitu kemampuannya untuk mensintesa senyawa Polihidroksi
alkanoat (PHA), terutama yang spesifik seperti poli β‐hidroksi butirat. Senyawa
ini diperlukan sebagai bahan polimer untuk pembentukan ikatan polimer antara
substansi substansi pembentuk bioflok. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
merupakan genera bakteri yang dapat memanfaatkan komponen karbon dan juga
memiliki kemampuan untuk mengoksidasi substrat yang mengandung rantai C. 
Bakteri Bacillus sp. dapat menghasilkan enzim dengan kisaran yang luas dan
paling efektif untuk merombak protein.
 
2. Sumber Karbon
Beberapa sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai sumber
karbon (C) untuk pembentukan bioflok seperti tepung tapioka, tepung singkong,
gula pasir, molase.  Molase adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan
gula tebu (Saccharum officinarum L). United Molases mendefinisikan molase
sebagai “end product” pembuatan gula yang tidak mengandung lagi gula yang
dapat dikristalkan dengan cara konvensional. Molase sendiri berupa cairan kental
dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Molase tidak dapat lagi dibentuk
menjadi sukrosa namun masih   mengandung   gula  dengan   kadar  tinggi,  
asam   amino   dan   mineral. Kandungan gula dalam cairan molase sebesar 75%
dan bahan kering sebesar 62% (Dellweg, 1983).
 
3. Sumber Nitrogen
Nitrogen di perairan biasanya ditemukan dalam bentuk ammonia (NH3),
ammonium  (NH4+),  nitrit  (NO2-)  dan  nitrat  (NO3-)  serta  beberapa  senyawa
nitrogen organik lainnya. Senyawa-senyawa nitrogen ini sangat dipengaruhi oleh
kandungan oksigen dalam air, pada saat kandungan oksigen rendah nitrogen
berubah menjadi ammonia (NH3) dan saat kandungan oksigen tinggi nitrogen
berubah menjadi nitrat (NO3)
Secara garis besar konversi N oleh organisme akuatik yang terdapat dalam air dan
sedimen dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu konversi secara fotoautotrofik
oleh alga dan tanaman air, secara kemoautotrofik melalui oksidasi oleh bakteri
nitrifikasi dan secara immobilisasi melalui heterotrofik oleh bakteri heterotrof
(Ebeling et al., 2006).
Nitrogen dalam sistem akuakultur terutama berasal dari pakan buatan yang
biasanya mengandung protein dengan kisaran 13 - 60% (2 - 10% N) tergantung
pada kebutuhan dan stadia organisme yang dikultur.  Protein dalam pakan akan
dicerna namun hanya         20 - 30% dari total nitrogen dalam pakan dimanfaatkan
menjadi biomassa ikan, sisa nitrogen pada pakan berupa sisa metabolisme berupa
urine dan feses serta pakan yang tidak termakan.
Katabolisme protein dalam tubuh organisme akuatik menghasilkan ammonia
sebagai hasil akhir dan diekskresikan dalam bentuk ammonia (NH3) tidak
terionisasi melalui insang.  Pada saat yang sama, bakteri memineralisasi nitrogen
organik dalam pakan yang tidak termakan dan feses menjadi ammonia. Sebagai
akibat dari berlangsungnya kedua proses ini, aplikasi pakan berprotein tinggi
dalam sistem budidaya akan menghasilkan akumulasi ammonia baik sebagai hasil
ekskresi dari organisme yang dikultur maupun hasil mineralisasi bakteri.
Keberadaan ammonia tidak terionisasi (NH3) di dalam media budidaya sangat
dihindari karena bersifat toksik bagi organisme akuatik bahkan pada konsentrasi
yang rendah. Konsentrasi ammonia dalam media budidaya harus lebih rendah dari
0,8 mg/L untuk menghindari munculnya efek toksik ammonia pada organisme
akuatik.
Ketersediaan Aerasi
Kepadatan bakteri yang tinggi dalam air akan menyebabkan kebutuhan
oksigen yang lebih tinggi sehingga aerasi untuk penyediaan oksigen dalam
penerapan teknologi bioflok merupakan hal yang sangat diperlukan. Selain
berperan dalam penyediaan oksigen, aerasi juga berfungsi untuk mengaduk air
agar bioflok yang tersuspensi dalam kolom air tidak mengendap. Pengendapan
bioflok di dasar wadah harus dihindari selain untuk mencegah terjadinya kondisi
anaerobik di dasar wadah akibat akumulasi bioflok, juga untuk memastikan
bahwa bioflok tetap dapat dikonsumsi oleh organisme budidaya.
Suplai makanan pd sistem akuatik alami (dan sistem budidaya ekstensif)
berdasarkan pd PP.  Komunitas mikrobial selalu ada pd food web  Komunitas
mikrobial mengandung 25% berat kering, terdiri dr : 48,9 % karbon, 5,2 %
hydrogen, 24,8 % O2, 9,46% N (= 61% protein kasar), dan 9,2 % abu (Ritmann &
McCarty, 2001). 9  Mikroorganisme lebih effisien dlm mengkonversi pakan ke
bahan sel.  ME (Mnicrobial efficiency)= perubahan massa sel dibagi oleh berat
pakan yg dimetabolisme ME = C (ditambahkan ke sel) C (yg dimetabolisme)
Nilai berkisar 40-60% 4X > hewan tk tinggi Penggunaan pakan > pd kondisi
aerobik 10  Nitrifikasi autotrophic adalah proses 2 langkah dimana ammonia scr
biologi dioksidasi menjadi nitrit dan kemudian ke nitrat.  Bakteri pengoksidasi
ammonia ; Nitrosomonas spp. dan Nitrosococcus spp.  Bakteri pengoksidasi
nitrit : Nitrobacter spp. Dan Nitrospira spp.  Nitrifikasi dipengaruhi oleh:
substrat, DO, bhn organik, suhu, pH, alkalinitas, salinitas, dan tingkat turbulensi.
11 Penggunaan probiotik heterotrop yang terdiri atas: ‐ bakteri organothroph :
Bacillus spp. , Lactobacillus spp. ‐ bakteri chemoautothroph : Thiobacillus spp. ,
Rhodobacter spp. ‐ autothroph - plankton dari genera diatomae dan chlorella 12 
Rasio Heterotrofik (HR) = penambahan C eksternal setiap hari / tingkat asimilasi
C Autotrophic 13  Salah satu ciri khas bakteri pembentuk bioflocs adalah
kemampuannya untuk mensintesa senyawa Polihidroksi alkanoat (PHA) terutama
yang spesifik seperti poli β‐hidroksi butirat.  Senyawa ini diperlukansebagai
bahan polimer untuk pembentukan ikatan polimer antara substansi substansi
pembentuk bioflocs. 14  teknologi yg menggunakan teknik mengaktifkan
suspensi yg berasal dr limbah budidaya (N organik spt amoniak, amonium, nitrit
dan nitrat) kemudian dikonversikan menjadi bioflok  Membutuhkan aerasi dan
pengadukan air untuk menjaga tingginya mikrobial flok dalam keadaan tetap
tersuspensi dan penambahan karbon organik sebagai substrat untuk melakukan
dekomposisi aerobik 15  Karbohidrat (C6H12O6) + Nitrogen anorganik (NH 4
+ -N, NH 3 -N, NO 2 - -N dan NO 3 —N)  Disintesis menjadi mikrobial protein
(C 6 H 2 O 2N) (Ebeling et al., 2006)  Hubungan antara penambahan KH dan
reduksi ammonium merupakan sebuah hubungan konversi C/N ratio
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rekayasa akuakultur (aquacultural engineering) adalah adalah cabang dari
ilmu akuakultur yang mempelajari tentang strategi, teknik dan metode untuk
perekayasaan sistem dan teknologi produksi yang digunakan dalam setiap ruang
lingkup akuakultur.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
dalam proses budidaya akuaponik lebih di panjangkan lagi waktunya agar proses
pertumbuhan ikan lebih stabil dan sesuai target panen .
Daftar pustaka
https://azzahranurwahidah.blogspot.com/2011/12/laporan-
rekayasa-akuakulturku.html#:~:text=Rekayasa%20akuakultur
%20adalah%20cabang%20ilmu%20yang%20mempelajari
%20kegiatan,dengan%20penekanan%20pada%20penggunaan
%20simulasi%20untuk%20kontrol%20https://www.bing.com/search?
q=budidaya+sistem+terbuka+&qs=n&form=QBRE&sp=-
1&pq=budidaya+sistem+terbuka+&sc=8-
24&sk=&cvid=5A9ABE21423A46DFBB52C593787C4CBD&ghsh=
0&ghacc=0&ghpl= SISTEM CERDAS PEMBERI PAKAN IKAN
SECARA OTOMATIS | Hayatunnufus | Jurnal Teknologi dan Sistem
Tertanam (teknokrat.ac.id) PENTINGNYA PAKAN DALAM
BUDIDAYA IKAN (jatengprov.go.id) BBPLM Jakarta
(kemendesa.go.id) BBPLM Jakarta (kemendesa.go.id)

Anda mungkin juga menyukai